[Lantak] Vedr. "Dr. Tgk. H. Muslim Ibrahim MA." Ulama Djahe (Bal-amblour) yang 
meninabobokkan rakyat jelata
Muhammad al qubra
Sat, 05 Aug 2006 03:30:58 -0700
DR TGK H Muslim Ibrahim MA itu Tidak menghubungkan kedhaliman
Diklidianus itu dengan kedhaliman kerajaan Thaghut Hindunesia  munafiq
membuktikan bahwa dia itu tidak mampu memahami Al Qur-an sebagai
Idiology/Pedoman Hidup.  Hal itu dapat kita lihat melalui keterangan
berikut ini:
 
Bismillahirahmanirrahim 
FUNGSI AL QUR - AN BUKAN HANYA SEBAGAI KITAB SUCI TAPI JUGA UTAMANYA SEBAGAI 
IDIOLOGY (PEDOMAN HIDUP)
 
 
Ada
3 golongan manusia dalam menanggapi surah Al Kahfi ayat 9 s/d 26
tentang keberadaan 7 orang pemuda yang tertidur dalam gua selama 309
tahun. Golongan pertama menyatakan bahwa mustahil manusia itu tidur
dalam gua dalam jangka waktu yang demikian lama tanpa makan dan minum.
Golongan ini lazimnya disebut sebagai golongan Sekuler yang mirip
dengan Atheis. 
 
Golongan
kedua berkeyakinan bahwa pemuda itu tidur selama 309 tahun adalah
benar. Keyakinan mereka itu berdasarkan keyakinan kepada Allah yang
berkuasa atas segalagalanya. Golongan kedua ini meyakini kebenaran ayat
Al Qur-an itu sebatas benarnya kejadian itu serta senantiasa membantah
golongn pertama yang menafikan kejadian tersebut. Golongan kedua ini
mengklaim bahwa merekalah yang benar dan menamakan diri sebagai
golongan yang berilmu/'alim.
 
Golongan
ketiga bukan saja tidak memiliki keyakinan yang sama dengan golongan
yang pertama tapi juga berbeda dengan golongan "'Alim" yang kedua.
Mereka melihat bahwa golongan kedua itu hanya mampu sebatas percaya, namun 
tidak mampu memahami Idiology yang terkandung dalam surah Al Kahfi ayat 9 s/d 
26 sebagai pesan Allah buat manusia untuk mengidentifikasikan diri sebagai 
pemuda tersebut saat mengalami situasi dan kondisi seperti itu. Disinilah 
fungsi Al Qur-an sebagai Petunjuk, Idiology atau Pedoman Hidup. 
 
6 orang dari pemuda tersebut bekerja sebagai menteri dalam System Diklianus 
yang diantaranya bernama Thamlika, Miksmilina,
Miksamlina dan Mahkdalina. Ketika Diklianus mengumumkan keseluruh
negeri bahwa dia adalah "Tuhan" yang tidak boleh dibantah oleh siapapun
kecuali dipotong lehernya, Thamlika membuat pertemuan dirumahnya
sebagaimana lazimnya mereka membuat pertemuan mingguan secara
bergiliran. Dalam pertemuan itu dia mengatakan bahwa dia tidak enak
badan ketika teman-temannya bertanya kenapa dia tidak makan dan minum.
Ketika teman-temannya mendesak, Thamlika mengatakan dia sedang
memikirkan masalah langit, tentang Allah yang Satu. Ketika sahabat -
sahabatnya menanyakan jalan keluarnya, Thamlika memutuskan untuk
meninggalkan segala - galanya demi tunduk patuh kepada Allah, Tuhan
yang sesungguhnya. Singkat kisahnya, mereka berenam segera hijrah
keluar dari System Thaghutnya Diklianus menuju tempat yang belum
diketahuinya kala itu, kecuali Allah. Dalam perjalanan itu mereka
berjumpa dengan seorang Tukang Kebun, prototipenya kaum dhu'afa bersama
anjingnya. Tukang kebun itu minta ikut serta dalam rombongan itu
sehingga mereka berjumlah 7 orang plus anjingnya.
 
Idiology
Pemuda Al Kahfi inilah yang mampu diidentifikasikan oleh sebahagian
orang Acheh yang bekerja dalam system Thaghut Hindunesia yang Dhalim
dan munafiq. Kita harus mampu meninggalkan segala - galanya untuk
keluar dari system Dhalim itu walaupun kedudukan kita sebagai Dosen
sekalipun sebagaimana Thamlika cs mampu meninggalkan kedudukannya yang
demikian gemerlap dan fantastis bagaikan fasilitas Syurgawi. Dosen itu
tidak ada artinya sama sekali disisi Allah andaikata hanya mengajarkan
berbagai disiplin Ilmu, namun tidak pernah mengajarkan para
mahasiswanya tentang bathilnya Idiology Pancasila ditinjau
kacamata Al Qur-an. Inilah yang membuat 'Aqidah orang orang yang
bersatupadu dalam system Thaghut Hidunesia Dhalim dan Munafiq itu
menjadi bathil, kendatipun di mulutnya kerapkali berkumat kamit dengan
Kalimah syahadah (la ilaha illallah). Thamlika cs tidak dibenarkan
untuk bertaqiah, demikian juga para dosen dan Khatib di Mesjid -
mesjid. Taqiyah itu hanya dibenarkan buat orang - orang yang tidak
berdaya samasekali (baca kaum Dhu'afa).
 
Demikianlah
sebagai contoh, bagaimana memahami serta mengaplikasikan Al Qur-an
sebagai Pedoman Hidup/Idiology dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara, serta memahami 'Aqidah yang haq secara filosofis, bukan
sekedar berkomat kamit dimulut saja.
 
 
Billahi fisabililhaq
 
Husaini Daud Sp

 



dayah tgk bantaqiah <[EMAIL PROTECTED]> skrev: 
Rakan-rakan Bansa Atjeh mandum,
 
Assalamualaikum
 
Tulisan
ini saya turunkan untuk menerangkan kejahilan "Dr. Tgk. H. Muslim
Ibrahim MA.". Maka tidak heran dalam kehidupannya sehari-hari walaupun
ia mengaku dirinya sebagai seorang ulama yang bekerja di pusat
pengajian tinggi Agama Islam, tidak pernah secara terang-terangan
menentang kekejaman penjajah indonesia terhadap Bangsa dan Negeri Aceh.
Malah ia turut terlibat sama menyokong penjajah tersebut dengan harapan
periuk nasi bagi dirinya terus berasap.
 
Lihat dalam contoh konsultasi agama Islam di bawah ini:
http://serambinews.com/index.php?aksi=bacaislam&konsulid=75
 
Kalaulah
pertanyaan dari adik Syarifah Nurbani, Beureughang, Aceh Utara,
mengenai Ashabul Kahfi hanya dijawab oleh Muslim Ibrahim dengan cara
yang demikian, ini menunjukkan Muslim Ibrahim sendiri mempunyai ilmu
agama yang sangat dangkal. Atau ada maksud di sebaliknya dimana Muslim
Ibrahim ingin menyembunyikan kenyataan sejarah yang sebenarnya mengenai
kekejaman pemimpin (Dakiyanus) yang dilaknat Allah SWT  terhadap
Thamlika dan adik-beradiknya yang patuh kepada ajaran Allah SWT.
Sebenarnya Dakiyanus itu juga mempunyai hubungan keluarga dengan
Thamlika.
 
Wahai Dr. Tgk. H. Muslim Ibrahim
MA, kalau dengan hanya berbekal ilmu agama yang cetek itu, maka engkau
sebaiknya berhenti dari menjadi pengasuh ruang Kunsultasi Agama Islam.
 
Engkau
patut menerangkan kisah Ashabul Kahfi itu sebagai satu kekejaman yang
dilakukan oleh pemimpin sebuah negeri yang sangat zalim, seperti
zalimnya dajjal pemimpin penjajah indonesia jawa terhadap Bangsa dan
Negara Aceh.
 
Sekian dan wassalam.


      

Kirim email ke