http://indonesian.irib.ir/index.php/berita/headline/21732.html

Presiden Israel Dihina Habis di Bandara Moskow  
 
Presiden Israel, Shimon PeresFars-Sebuah koran Zionis mengkonfirmasikan kasus 
penghinaan terhadap Presiden Israel, Shimon Peres, beserta rombongan yang 
dilakukan oleh para pejabat bandara Moskow, Rusia 
Koran Maariv terbitan Tel Aviv dalam laporannya (14/5) mengungkap perlakuan 
para pejabat bandara Moskow terhadap Peres dan rombongannya. Kali ini, tidak 
seperti biasanya, kendaraan Shimon Peres tidak diperbolehkan langsung memasuki 
area bandara menuju ke pesawat.
Para pejabat bandara Moskow bersikeras menolak masuknya kendaraan Peres ke 
bandara dan mengharuskannya melewati gate pemeriksaan paspor terlebih dahulu 
sebelum menuju pesawat.
Menurut Maariv, berbeda dengan setiap pejabat tinggi asing yang diijinkan 
memasuki bandara hingga tepat di dekat tangga pesawat, kali ini Peres harus 
berjalan kaki melintasi gate pemeriksaan seperti penumpang biasa.
Tidak hanya itu, Peres dan 100 penumpang lainnya terpaksa menunggu lebih dari 
satu jam sampai menara pengawas bandara membolehkan pesawat tersebut terbang 
menuju Tel Aviv. Sejak awal kunjungan Peres ke Rusia para pejabat bandara 
Moskow menolak segala bentuk formalitas sehingga Peres harus antri seperti 
penumpang biasa.
Di Moskow, Peres berupaya keras menjauhkan Rusia dari Iran dan Suriah, namun 
Presiden Rusia, Dmitry Medvedev, pekan lalu tetap berkunjung ke Suriah. Yang 
membuat para pejabat Israel geram adalah karena selain bertemu dengan 
sejawatnya asal Suriah, Bashar Assad, Medvedev juga berdialog dengan Kepala 
Biro Politik Hamas, Khaled Meshal. (IRIB/MZ) 
Presiden Israel Dihina Habis di Bandara Moskow  
 
Presiden Israel, Shimon PeresFars-Sebuah koran Zionis mengkonfirmasikan kasus 
penghinaan terhadap Presiden Israel, Shimon Peres, beserta rombongan yang 
dilakukan oleh para pejabat bandara Moskow, Rusia 
Koran Maariv terbitan Tel Aviv dalam laporannya (14/5) mengungkap perlakuan 
para pejabat bandara Moskow terhadap Peres dan rombongannya. Kali ini, tidak 
seperti biasanya, kendaraan Shimon Peres tidak diperbolehkan langsung memasuki 
area bandara menuju ke pesawat.
Para pejabat bandara Moskow bersikeras menolak masuknya kendaraan Peres ke 
bandara dan mengharuskannya melewati gate pemeriksaan paspor terlebih dahulu 
sebelum menuju pesawat.
Menurut Maariv, berbeda dengan setiap pejabat tinggi asing yang diijinkan 
memasuki bandara hingga tepat di dekat tangga pesawat, kali ini Peres harus 
berjalan kaki melintasi gate pemeriksaan seperti penumpang biasa.
Tidak hanya itu, Peres dan 100 penumpang lainnya terpaksa menunggu lebih dari 
satu jam sampai menara pengawas bandara membolehkan pesawat tersebut terbang 
menuju Tel Aviv. Sejak awal kunjungan Peres ke Rusia para pejabat bandara 
Moskow menolak segala bentuk formalitas sehingga Peres harus antri seperti 
penumpang biasa.
Di Moskow, Peres berupaya keras menjauhkan Rusia dari Iran dan Suriah, namun 
Presiden Rusia, Dmitry Medvedev, pekan lalu tetap berkunjung ke Suriah. Yang 
membuat para pejabat Israel geram adalah karena selain bertemu dengan 
sejawatnya asal Suriah, Bashar Assad, Medvedev juga berdialog dengan Kepala 
Biro Politik Hamas, Khaled Meshal. (IRIB/MZ) 


________________________________
From: Ali Al Asytar <alasytar_ac...@yahoo.com>
To: ia...@yahoogroups.com; lan...@yahoogroups.com; achehn...@yahoogroups.com
Sent: Sat, May 15, 2010 10:28:54 AM
Subject: [http://acehnews.net.tc] Re: Bls: |IACSF| Igauan Self Government oleh 
Tgk.Murizal Hamzah

  
Pertanyaannya untukn anda kenapa Acheh - Sumatra bersimbah darah, siapa 
pelakunya. Tolong jawab ini dulu sebelum kita lanjutkan.




________________________________
From: Aneuk Peujuang <achehloensayang@ yahoo.com>
To: ia...@yahoogroups. com
Sent: Fri, May 14, 2010 12:03:01 PM
Subject: Re: Bls: |IACSF| Igauan Self Government oleh Tgk.Murizal Hamzah

  
alhamdulillah ka jitem karang buku aceh bersimbah darah,aceh di bawah nkri,self 
goverment mangat ta te oh sejarah kiban jipoh bangsa aceh leu jawa,pu MOU nyan 
ka di publo nanggro pu ken,..?mangat di tepu leu anek geutanyo,... 




________________________________
From: Ali Al Asytar <alasytar_acheh@ yahoo.com>
To: ia...@yahoogroups. com
Sent: Wed, 12 May, 2010 7:23:23 PM
Subject: Re: Bls: |IACSF| Igauan Self Government oleh Tgk.Murizal Hamzah

  
Dulu ada buku Acheh bersimpah darah laku bagaikan pisang goreng tetapi apa 
manfaatnyaa buat rakyat Acheh? Siapa yang untung ekonominya?
Kalau kita pergi ke toko buku Gramediaa milik orang . . . . itu semua buku 
sepertinya tidak pernah absen tetapi konsumer tetap saja tidak memahami sepak 
terjang penguasa Indonesia yang mengurus harta negara macam milik endatunya. 
Kondisi masyarakat tetap saja yang miskin makin miskin dan yang kaya makin 
kaya. Dalam kesempatan yang singkat ini saya hendak katakan bahwa janganlah 
mengkonsumsi buku kalau hanya untuk sekedar dinikmati tanpa berdaya upaya untuk 
memerdekakan diri minimal, kalaulah kita belum mampu memerdekakan komunitas 
kita maasing-masing.
(angku Meureudu)





________________________________
From: Ali Al Asytar <alasytar_acheh@ yahoo.com>
To: ia...@yahoogroups. com
Sent: Wed, May 12, 2010 10:49:56 AM
Subject: Re: Bls: |IACSF| Igauan Self Government oleh Tgk.Murizal Hamzah

  
Orang Acheh yang tinggal di luar negeri memahaami persis bahwa self goverment 
itu sebagai istilah penipuan buat politikus gadongan  plus para intelektual 
menaraa gading yaang terperangkap daalaam tempurung burung garuda. Justru itu 
tidak butuh buku tersebut. Tidak ada konsumer di luar negri yang setolol oraang 
di pulau jawa, hinggaa mampu dirogoh koceknya. 




________________________________
From: Atjeh Meurdehka <darahsyuhada87@ yahoo.com>
To: ia...@yahoogroups. com
Sent: Wed, May 12, 2010 9:50:20 AM
Subject: RE: Bls: |IACSF| Igauan Self Government oleh Tgk.Murizal Hamzah

  
dan bagi yang tinggal di europa, amerika, australia dan malaysia di mana bisa 
mereka beli ?

terimakasih

--- Den ons 2010-05-12 skrev Yusra Habib Abd Gani Yusra Habib <yusrahabib21@ 
hotmail.com>:


>Från: Yusra Habib Abd Gani Yusra Habib <yusrahabib21@ hotmail.com>
>Ämne: RE: Bls: |IACSF| Igauan Self Government oleh Tgk.Murizal Hamzah
>Till: ia...@yahoogroups. com
>Datum: onsdag 12 maj 2010 07:25
>
>
>  
> 
>Assalamu'alaikum, peminat: 
> 
>yang tinggal di Jakarta atau di daerah lain, bisa dapatkan buku Self 
>Government ini di 53 toko buku Gramidya seluruh Indonesia, kecuali; Papua dan 
>Ambon atau di toko buku gunung Agung dan sekitarnya. Tapi tak pasti, apakah 
>masih tersedia atau tidak. Sementara di Aceh di toko buku Zikra, Banda Aceh.
> 
>Terima kasih
> 
>penulis
> 
>________________________________
To: ia...@yahoogroups. com
>From: luthfi_asrizal@ yahoo.com
>Date: Wed, 12 May 2010 14:07:59 +0800
>Subject: Bls: |IACSF| Igauan Self Government oleh Tgk.Murizal Hamzah
>
>  
>kemarin itu ada ketemu sama bukunya di toko buku zikra..
>
>
>
>
>
>
________________________________
Dari: Teuku Zulkhairi <khairi_panglima@ yahoo.com>
>Kepada: ia...@yahoogroups. com
>Terkirim: Rab, 12 Mei, 2010 11:05:56
>Judul: Re: |IACSF| Igauan Self Government oleh Tgk.Murizal Hamzah
>
>  
>pat tabloe buku nyan bang?
>
>--- On Wed, 5/12/10, Afrizal Tjoetra <atjoe...@yahoo. com> wrote:
>
>
>>From: Afrizal Tjoetra <atjoe...@yahoo. com>
>>Subject: Re: |IACSF| Igauan Self Government oleh Tgk.Murizal Hamzah
>>To: ia...@yahoogroups. com
>>Date: Wednesday, May 12, 2010, 2:51 AM
>>
>>
>>  
>>Buat MH, 
>>
>>Na ngon sangat berminat tuk mendalami  buku dimaksud. Pat jeut tamita?
>>
>>
>>
>>
>>
>>
________________________________
From: | Tgk.Rambideun Acheh | <rambideunacheh@ yahoo.com>
>>To: IACSF <ia...@yahoogroups. com>
>>Sent: Tue, May 11, 2010 10:53:43 PM
>>Subject: |IACSF| Igauan Self Government oleh Tgk.Murizal Hamzah
>>
>>  
>>Igauan Self Government 
>>
>>Murizal Hamzah 
>>[Anggota Tim Editor Buku Aditywarman: The Man Behind Special Case]  
>>  
>>Judul                                    : Self Government 
>>                          [Studi Perbandingan Tentang Desain Administrasi 
>>Negara] 
>>Penulis           : Yusra Habib Abdul Gani 
>>Penerbit         : Paramedia Press, Jakarta 
>>Terbit                                   : Pertama, Desember 2009 
>>Tebal                                   : xiii + 248 halaman 
>>ISBN                                   : 978-979-17733- 2-4 
>>  
>>  
>>Ingatan saya jauh melayang pada awal Januari 2010 usai membaca rencana elemen 
>>sipil Aceh mengajukan judicial review (pengujian terhadap peraturan 
>>perundang-undangan)  terhadap Undang-Undang Pemerintahan Aceh (UUPA) pada 
>>April 2010. Mereka membidik 20 pasal UU Nomor 11 Tahun 2006 yang dianggap 
>>menghadang roda demokrasi di Tanoh Endatu.  
>>  
>>Kalangan sipil yang terutama dimotori oleh politikus partai lokal membeberkan 
>>pasal-pasal yang bermasalah. Sebut saja Pasal 256 UUPA yang membatasi calon 
>>independen untuk kepala daerah/wakil kepala daerah di Aceh yang hanya sekali 
>>serta perihal electoral treshold (ET). Kalangan sipil yang didukung oleh 
>>pengacara akan mendaftarkan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK) terkait 20 
>>pasal UUPA terutama masalah calon independen yang sangat berkepetingan bagi 
>>politikus. 
>>  
>>Sepenggal keresahan kalangan pro demokrasi itu mematuk mata saya pada buku 
>>Self Government. Sang penulis Yusra menjelaskan self government yang 
>>digelorakan oleh kalangan tertentu di Aceh tidak lain sebatas jargon. Isi 
>>UUPA sebagai turunan dari MoU Helsinki sama saja dengan otonomi khusus yang 
>>diterapkan di 32 provinsi lain di Indonesia. Aceh yang berdarah-darah 
>>berjuang, namun pada akhirnya seluruh daerah menikmat hasilnya. Misalnya  
>>kandidat independen untuk bupati dan gubernur yang justru di Aceh tidak ada 
>>lagi pada pemilu mendatang. Sebaliknya di daerah lain marak dilakukan. 
>>  
>>PascaMo U Helsinki 15 Agustus 2005, rakyat Aceh menambah satu kosa kata baru 
>>yakni self government (pemerintahan sendiri). Praktek self government di 
>>Indonesia tidak dipahami sebagai otonomi khusus. Menjelang Pilkada Gubernur, 
>>bupati/walikota di seluruh Aceh pada 11 Desember 2006 dan Pemilu Legislatif  
>>pada 9 April 2009, kata self government laris digaungkan sebagai penarik 
>>gerobak suara. 
>>  
>>Yusra yang memperoleh suaka politik di Denmark mengakui desain Self 
>>Government (SG) di Indonesia masih hal baru. Di luar negeri, konsep SG sudah 
>>disuarakan di Amerika pada abad ke 17 yang kala itu masih dijajah oleh 
>>Inggris. Boleh dikatakan, kerajaan Inggris yang merancang dan memelopori SG 
>>untuk koloni-koloninya yang bertaburan di seluruh dunia. (hal. xi). 
>>Mantan Pemimpim Redaksi Majalah Politik Suara Aceh Merdeka (1991-1998) di 
>>Kuala Lumpur secara piawai membedah pengertian, tantangan SQ dan seluk-beluk 
>>lain yang berkaitan dengan SG. Pada bab dua, diuraikan 12 wilayah menerapkan 
>>SG secara total atau setengah-tengah. SG dipahami sebagai bentuk perampingan 
>>administrasi untuk mengurangi beban, tanggung jawab pemerintah pusat 
>>sekaligus mendidik pemerintah daerah untuk mandiri  Dari 12  daerah yang 
>>dikaji, mantan dosen hukum di Jakarta menyajikan contoh keberhasilan 
>>penerapan SG di Faero dan Greenland. Dua wilayah ini layaknya sebuah negara 
>>yang tetap tunduk kepada Denmark .  Tinggal di Greenland atau Faero dianggap 
>>tinggal di luar Denmark . Mereka memiliki bendera dan segala wewenang lain 
>>sebagai ciri khas negara berdaulat. (Hal. 34 & 141) 
>>  
>>Contoh daerah lain yang menganut administrasi SG yakni Hongkong, Sabah dan 
>>Serawak di Malaysia yang relatif lebih dekat dengan Aceh. Daerah yang 
>>dijadikan studi kasus menampilan bendera-bendera lengkap dengan warnanya. 
>>Namun tidak demikian pada bagian Aceh yang menempati urutan ketujuh 
>>pembahasan. Tidak ada simbol bendera sebagaimana wilayah lain. Padahal MoU 
>>Helsinki poin 1.1.5 disebutkan Aceh memiliki hak untuk menggunakan 
>>simbol-simbol wilayah termasuk bendera, lambang dan himme yang dipertegas 
>>lagi dalam UUPA Pasal 246. Faktanya di Aceh  tidak ada pengibaran bendera 
>>lokal yang berdampingan dengan bendera Merah Putih. Sebaliknya saya 
>>menyaksikan di Ternate Provinsi Maluku Utara dikibarkan bendera lokal yang 
>>bersebelahan dengan tiang Merah Putih. (hal. 127) 
>>  
>>Mengamati perilaku segelintir elit politik di Aceh yang mendewa-dewakan 
>>sistem SQ, namun prakteknya tidak jauh berbeda dengan daerah lain. Kelebihan 
>>Aceh yang tidak dimiliki daerah lain yakni bertarungnya partai politik lokal 
>>dalam Pemilu Legislatif pada April 2009. Dari enam partai lokal, hanya Partai 
>>Aceh yang melewati batas ET sehingga bisa mengikuti Pemilu Legislatif pada 
>>April 2012. Selebihnya, politikus dari partai lokal yang berhasrat menjadi 
>>anggota dewan harus berkoalisi dengan partai lain atau mendirikan partai lain 
>>dengan nama yang berbeda. 
>>  
>>Dalam hukum internasional, status Aceh dan Pemerintah Aceh di Indonesia 
>>disebut “a nonself governing territory”. Pemerintah Aceh hanya berfungsi 
>>sebagai perpanjangan tangan penguasa pusat di daerah. Bukan pemerintahan 
>>sendiri atauSG. Yang diterapkan di Aceh adalah wujud sesungguhnya otonomi 
>>seluas-luasnya. Hanya ganti istilah sehingga terkesan lebih ilmiah dan 
>>seolah-olah tidak melaksanakan otonomi khusus. (hal.134). 
>>  
>>Patut diberikan penghargaan kepada penulis yang mengupas perihal SG di Aceh ( 
>>Ind onesia ) serta perbandingan di luar negeri. Kajian SG masih langka 
>>dibahas di forum-forum diskusi atau telaah buku. Yusra menggali info yang 
>>sesungguhnya dari nara sumber-narasumber yang telah melaksanakan SG. Ada 
>>benang benang yang tersirat agar masyarakat tidak terjebak pada istilah yang 
>>sesungguhnya sama saja dengan daerah lain. Dalam hal ini, elit politik 
>>memahami psikologis masyarakat yang sering terlena dengan nama atau simbol. 
>>Celakanya, inilah yang terpuruk di nanggroe Aceh dalam igauan Self 
>>Government. 
>>  
>>
>> 
>>
>> 
>
>
>
>________________________________
Hotmail: Free, trusted and rich email service. Get it now. 
> 


  




      

Kirim email ke