Surat Kembang Kemuning:

"UKURAN SAYA" DAN KRITIK SASTRA [2 --SELESAI]

[Dengan Terimakasih Kepada Cypseline Alias Hendri] 



Dari tulisan Bung Hendri ini saya mengangkat soal-soal berikut: [1]. patokan "menurut 
saya", "standar saya"  sebagai bagian dari  keragaman; [2]. toleransi terhadap 
"orang-orang yang tidak toleran"; [3]. keragaman sebagai sarana saling memahami; [4]. 
relativitas atau kenisbian. [5]. nilai baik- buruk sebagai pilihan. Dan barangkali 
lima titik inilah yang menjadi isi komentar Hendri.



[4]. RELATIVITAS ATAU KENISBIAN 

Saya kira suatu obyek mungkin tidak hanya terdiri dari dua sisi , tapi jauh  lebih 
kompleks dari itu. Ambil contoh sebuah meja. Ia bisa dilihat dari berbagai sudut lebih 
dari dua. Apalagi puisi atau karya sastra. Karya sastra termasuk puisi bisa dilihat 
dari berbagai pendekatan: pendekatan sosiologis, sejarah, linguistik, psikhologis, 
kepentingan atau keperluan,  dan seterusnya....  Dalam hal ini saya lebih cenderung 
kepada pendekatan totalitas karena lebih mungkin untuk mendekati keutuhan obyek.  
Pendekatan parsial, kiranya jauh daripada keutuhan.  Dengan pendekatan parsial, 
relativitas akan menjadi lebih besar lagi sedangkan kemampuan menangkap keutuhan pun 
akan tetap relatif.  Apa yang ditemui oleh Einstein tentang atom pada masanya kemudian 
pada masa berikutnya diperinci dan dikembangkan oleh penemu-penemu berikut. Karena 
realitivitas ini pulalah maka toleransi, keterbukaan, transparansi dan kejujuran 
menjadi sesuatu yang diperlukan sekali untuk tidak menggunakan kata mutlak.  
Relativitas saya kira erat hubungannya dengan hukum gerak, atau dialektika serta 
saling hubungan, hukum kuantitas menjadi kualitas dan teori  ilmu pengetahuan itu 
sendiri. Dilihat dari teori relativitas inipun maka "ukuran saya" jadi tersingkir 
karena "ukuran saya"  sesungguhnya bukan suatu relativitas tapi kemutlakan "ukuran 
saya". "Ukuran saya" tidak memberikan tempat pada perkembangan dan kemungkinan yang 
lain.  Nampaknya ia relatif tapi sesungguhnya adalah mutlak. Jika diterapkan pada 
kehidupan bermasyarakat,  maka "ukuran saya" saya kira lebih dekat pada pola pikir 
otoritarianisme, paternalisme dan feodalisme serta satunya sumber kebenaran.  
Pandangan inilah sejak abad ke-13 yang membuat Barat jauh meninggalkan Timur. 

Menafsirkan puisi dengan "ukuran saya" akan menghancurkan kehidupan bersastra dan 
berpuisi oleh pseudo relativitas ini.  Apalagi puisi tidak setara dengan gantang 
penakar "ukuran saya" . Ia lebih luas dari "ukuran saya", apalagi jika hanya dilihat 
dari daya gugahnya.  Relativitas, saya kira, tidak berarti pengingkaran obyektivitas. 
Relativitas bermakna penemuan obyektivitas sementara yang memberikan tempat lapang 
pada penemuan berikutnya. Penemuan Einstein atau Edison, tidak berarti penemuan atas 
dasar "ukuran saya" tapi penemuan hukum-hukum tertentu sesuai kapasitas dan syarat 
zamannya. Ketika terjadi penemuan baru, penemuan baru tersebut  pun bukan didasarkan 
pada gantang "ukuran saya". Relativitas dan obyektivitas agaknya tidak bisa dipisahkan 
secara mutlak, tapi sungguh berbeda dengan "ukuran saya" yang melepaskan diri dari 
obyektivitas.


[5]. BAIK BURUK SEBAGAI PILIHAN

Baik dan buruk adalah kata sifat yang menunjukkan kepada nilai tertentu. Nilai ini 
tentu ada penakarnya. Jika kita hidup  bermasyarakat barangkali penakar nilai ini 
adalah sesuai tidaknya nilai itu dengan kepentingan mayoritas masyarakat. [Masyarakat 
manusia tentu saja!]. Kita katakan diktatur, militerisme, KKN,  itu jelek karena ia 
tidak sesuai dengan kepentingan mayoritas anggota masyarakat.  Sedangkan "ukuran saya" 
bisa memberikan dasar kepada nilai-nilai yang menentang kepentingan mayoritas.

Saya sepakat bahwa menetapkan sesuatu nilai merupakan pilihan individual tapi jika 
diusut-usut, jika kita memandang nilai sebagai bangunan atas [super structure], maka 
pilihan ini ada tautannya dengan bangunan bawah [base].  Pilihan bukanlah sesuatu 
kebetulan dan bisa saja diberikan dasar teori seperti halnya Orba menteoritisasi 
pilihan politiknya dengan ideologi pembangunan, dan dari sini dirangkaikan dengan 
"massa mengambang", pendekatan keamanan dan stabilitas nasional. "Ukuran saya" 
memberikan dasar pembenaran lebih luas lagi kepada teori-teori  berdarah ini.  

Atas dasar pandangan-pandangan di atas maka saya melihat teori "ukuran saya" sebagai 
bagian dari pikiran penindas dan destruktif. Termasuk menghancurkan kehidupan sasatra, 
antara lain puisi.

Barangkali saya salah. Tapi  jika mencermati pernyataan jawaban Sekh Zibril alias Akar 
Rumput Bangsa [dari nama ini saja menarik untuk ditelaah] yang mengatakan  bahwa 
pernyataannya hanyalah pernyataan  "iseng" ,   saya tidak menganggap keisengan sebagai 
suatu hasil dan sikap kebetulan.  Keisengan pun , termasuk ketidakmampuan melakukan 
debat ide, dan main "koboi" di dunia sastra atau yang disebut sastra, tidak bisa 
dilepaskan dari kondisi sosial tertentu. Sikap-sikap ini mempunyai dasar sosial dan 
sejarahnya. Jika keadaan ini menggejala di kalangan beberapa angkatan, maka gejala 
demikian mengingatkan kita betapa masyarakat dan bangsa kita sedang demam berat. Demam 
jiwa dan panas tinggi. Penamaan diri penyair dan budayawan tidak akan serta-merta 
menyembuhkan demam  dan panas tinggi jiwa ini.  Penamaan diri demikian tidak lebih 
dari penipuan diri belaka. Bangsa dan negeri tidak bisa menggantungkan keselamatannya 
pada penipuan dan orang-orang yang jiwanya sedang demam tinggi. 


Paris,, Juni 2004
-----------------------
JJ.KUSNI 

[Selesai]



Lampiran:

From: cypseline 
To: [EMAIL PROTECTED] 
Sent: Monday, June 07, 2004 4:04 PM
Subject: [pengarang] Re: SURAT KEMBANG KEMUNING: PUISI KITA MEMANG MEMERLUKAN KRITIK 
[4]


menurut saya (duh! "saya"), subjektifitas atau objektifitas, 'standard saya', 
'standard umum', cuma bagian dari keragaman, kebhinekaan, atau apa pun namanya.

anda menyinggung soal toleransi, namun sepertinya anda kurang toleran terhadap 
'orang-orang yg tidak toleran', yg dalam hal ini adalah Sekh Zibril (whoever s/he is). 
jgn salah sangka, saya sangat menghargai pendapat anda.

saya setuju dgn sebagian besar yg anda tulis di sini (tentang 'totalitas' dan 
sebagainya), namun saya juga percaya bahwa 'seni' (secara umum) juga dapat menjadi 
barang konsumsi, atau diciptakan semata-mata untuk tujuan tertentu (misalnya 
'menggugah', atau yg lainnya). jadi semuanya relatif.

saya sangat percaya pada relatifitas. segala hal dapat dilihat dari dua sisi. 'baik' 
dan 'buruk' hanya pilihan. Sekh Zibril telah menentukan pilihan yang mengoposisi 
pilihan anda, namun bagi saya, itu bukan sesuatu yg buruk--seperti halnya pilihan anda 
(to stay objective) bagi saya.

keragaman mestinya menjadi sarana untuk saling memahami, kan?

cheers,
hendri



--- In [EMAIL PROTECTED], "Budhisatwati KUSNI" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Surat Kembang Kemuning:
> 

> PUISI KITA MEMANG MEMERLUKAN KRITIK [4]
> [Suatu Percobaan Mawas Diri]
> 

> 3. Standar Baik Dan Jelek:
 
> Sekh Zibril alias Akar Rumput dalam komentarnya tentang puisi yang disiarkan oleh 
> milis [EMAIL PROTECTED]  mengatakan bahwa "puisi di milis ini selalu jelek-jelek". 
> Ukuran jelek dan baik, buruk dan indah, yang digunakan oleh Sekh Zibril adalah 
> "ukuran saya", ukuran diri pengkritik atau penilai. Salah satu "ukuran saya" ini 
> adalah apakah sanjak itu "menggugah" atau tidak. Kalau tidak "mengunggah" maka 
> sanjak itu tergolong sanjak-sanjak yang jelek.  Aku kutip kembali selengkapnya apa 
> yang dia tulis  untuk mengingatkan para pembaca: 
> 
> "Maaf ya, jangan tersinggung, kenapa ya puisi di milis ini selalu jelek-jelek 
> menurut ukuran saya, kurang menggugah.
> Salam
> Sekh Zibril"
>  [EMAIL PROTECTED], 28 Mei 2004]
 
> Adakah unsur-unsur lain selain faktor  menggugah dan tidak menggugah dalam "ukuran 
> saya"nya Sekh Zibril alias Akar Rumput, sama sekali tidak ada penjelasan sepatah 
> kata pun sehingga  subyektivisme pengkritik menjadi sangat menonjol. Sedangkan kalau 
> kita memperhatikan masalah "kurang menggugah" maka pada kalimat ini terdapat dua 
> pengertian yaitu: [1]. patokan yang digunakan oleh Sekh Zibril dalam menilai sebuah 
> puisi terutama dari segi kegunaan; [2]. Sekh Zibril alias Akar Rumput menitik 
> beratkan pada isi. Karena berguna tidaknya sebuah puisi, menurut Sekh kita, terletak 
> pada apakah puisi itu bisa "menguggah" atau tidak. Soal "menggugah" tidaknya, tidak 
> lain karena isinya. Sayangnya dan sekali lagi sangat disayangkan bahwa Sekh Zibril 
> alias Akar Rumput, tidak merumuskan apa yang ia maksudkan dengan "menggugah". 
> "Menggugah" ke jurusan mana, untuk apa dan siapa, padahal pendekatan yang ia gunakan 
> dalam menilai sebuah puisi adalah pendekatan kegunaan. Pertanyaan ini aku ajukan 
> karena dari segi kegunaan, bisa saja sebuah puisi itu kegunaannya sangat terbatas, 
> yaitu hanya pada pemenuhan  kepentingan individual penyair, karena perlu 
> mengungkapkan diri guna meletakkan beban perasaan dan pikiran yang ia sedang emban, 
> misalnya kesedihan karena patah hati ketika ditinggalkan kekasih. Dengan menulis 
> sanjak, 
penyair merasa sedikit terbebaskan dari beban duka laranya. Ini pun satu kegunaan dan 
hak seseorang. Seperti yang dikatakan oleh Rendra bahwa siapapun perlu mengungkapkan 
diri. Mengungkapkan diri adalah hak siapapun yang tidak bisa diganggugugat. Karena itu 
pengekangan terhadap hak mengungkapkan pikiran dan perasaan ini adalah pelanggaran 
terhadap hak azasi. Kegunaan lain adalah berupa peningkatan keadaran, gugatan terhadap 
penindasan, dan sebagainya, dan sebagainya. Untuk memaki-maki, menindas, bergunjing 
pun merupakan suatu kegunaan. Karena itu ketika menggunakan pendekatan kegunaan dalam 
menilai sebuah puisi, kiranya perlu diperincikan lebih jauh. Inipun tidak dilakukan 
oleh Sekh Zibril. 
> 
> Pendekatan kegunaan berhubungan erat dengan isi. Hanya saja pendekatan ini kukira 
> mempunyai kelemahan yaitu  melingkari sebuah puisi atau karya sastra sebatas  pada 
> kegunaan dan isinya, padahal kukira sebuah puisi atau karya sastra adalah suatu 
> totalitas. Totalitas artinya di samping faktor isi, karya sastra, termasuk puisi, 
> mengandung unsur-unsur lain berupa tekhnik pengungkapan yang sering disebut sebagai 
> bentuk di mana terdapat unsur irama, persamaan bunyi, perbandingan, pilihan kata, 
> penyusunan baris dan bait, kosakata, dan sebagainya, dan sebagainya... Totalitas 
> adalah segala faktor yang terdapat pada sebuah karya termasuk segala latar sejarah, 
> sosiologis, psikhologis, dan lain-lain .. yang melahirkan karya 
tersebut. Karena itu untuk menilai sebuah puisi, aku cenderung pada pendekatan 
totalitas dan tidak menurunkan taraf sebuah karya pada lingkup sempit seperti yang 
dilakukan oleh pendekatan kegunaan. Dengan pendekatan totalitas ini, kita bisa membaca 
dan menilai sebuah karya secara semestinya dan seutuhnya. Melalui pendekatan totalitas 
ini pula kita akan memilah dan mendapatkan hal-hal yang subyektif di samping hal-hal 
yang bersifat obyektif. Rasanya mustahil jika pada karya sastra sebagai totalitas 
tidak terdapat unsur-unsur patokan obyektif. Sama mustahilnya jika memandang 
karya-karya sastra sangat subyektif. Akan lebih ganjil lagi jika kritik dan penilaian 
menggunakan patokan subyektif seperti yang diterapkan oleh Sekh Zibril alias Akar 
Rumput untuk menetapkan baik buruknya sebuah karya. 
> 
> Jika metode berpikir ini diluaskan maka pola mental penggunanya tidak berbeda dari 
> seorang tiran, dari seorang diktatur bahkan sadar atau tidak ia  mendekati kedudukan 
> Tuhan, mungkin juga setan, yang menjadikan kata-katanya sebagai hukum dan ketetapan. 
> Kukira pola pikir dan mentalitas inilah yang tersirat pada ucapan "menurut ukuran 
> saya".  "Menurut ukuran saya" sama dengan menutup dialog. Kalau dialog sudah ditutup 
> di manakah letak toleransi, bagaimana mungkin kebhinekaan memperoleh ruang hidup? 
> Jika kebhinnekaan dibunuh maka berkembang suburlah pola pikiran tunggal, azas 
> tunggal "ukuran saya" . Menggunakan "ukuran saya", jadinya sama dengan melakukan 
> penindasan, sedangkan sisi lainnya mendorong perbudakan dan watak menjilat. 
> Lengkapnya perangai ini adalah "menekan ke bawah menjilat ke atas",  wajah mental 
> dan pola pikir masyarakat yang dikuasai oleh sistem paternalistik dan militeristik 
> yang berkembang subur pada masa Orde Baru [Orba] Soeharto. 
> 
> Membebaskan diri dari pola pikir dan mentalitas Orba dengan pikiran dan azas 
> tunggalnya, terutama bagi yang lahir dan besar mendewasa pada masa Orba, tentu 
> bukanlah hal yang sederhana. Bisa saja kita mengatakan diri anti Orba, tapi secara 
> tidak sadar, jauh di dasar jiwa kita, karat pola pikir dan mentalitas itu masih 
> tersisa dan menampakkan diri ke permukaan secara tidak sadar antara lain melalui 
> celetukan-celetukan tanpa penjelasan dan menganggap celetukan demikian sebagai 
> kritik dan penilaian cekak-aos bermutu. Dari hal-hal begini, aku lagi-lagi melihat 
> betapa bangsa dan negeri ini memang sakit dan dengan sakit yang tidak kepalang pula. 
> Untuk mengkoreksi kemungkinan tafsiranku keliru maka akan sangat baik jika Sekh 
> Zibril alias Akar Rumput menjelas rincikan pandangan-pandangannya. Akupun ingin 
> memeriksa diri. 
> 
> [Bersambung.....]





____________________________________________________________
Forum Politik Indonesia (FPI) memberikan peluang dialog yang 
transparan dan suasana saling pengertian/ menghormati antar 
komponen masyarakat.
Daftar: [EMAIL PROTECTED]
Kirim tulisan/pesan: [EMAIL PROTECTED]
Keluar: [EMAIL PROTECTED]
Hapus email sebelumnya saat anda melakukan Reply.
____________________________________________________________



      Yahoo! Groups Sponsor 
            ADVERTISEMENT
           
     
     


--------------------------------------------------------------------------------
Yahoo! Groups Links

  a.. To visit your group on the web, go to:
  http://groups.yahoo.com/group/politik-indonesia/
    
  b.. To unsubscribe from this group, send an email to:
  [EMAIL PROTECTED]
    
  c.. Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service. 



[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Make a clean sweep of pop-up ads. Yahoo! Companion Toolbar.
Now with Pop-Up Blocker. Get it for free!
http://us.click.yahoo.com/L5YrjA/eSIIAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih 
Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.arsip.da.ru
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Posting: [EMAIL PROTECTED]
5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
     http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
     [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
     http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Kirim email ke