Dari Notes Belajar Seorang Awam:

BERNARD HENRI LEVY -- SALAH SEORANG FIGUR REBUPLIK BERDAULAT SASTRA-SENI PERANCIS 
KEKINIAN [4]



Dalam tulisannya berjudul "Mes Vérities" [Yang Sebenarnya Tentang Diri Saya"] di 
majalah mingguan  Nouvelle Observateur, Paris [29 April-5 Mei 2004], BHL juga 
membandingkan antara kehidupan intelektual di Amerika Serikat dan Perancis. Menurut 
BHL, para cendekiawan Perancis "mempunyai  suatu kebebasan bertindak yang terlalu  
besar" [trop grand liberté d'allure], atau  "biasa mempunyai kekuasaan" alias pengaruh 
dan sering berkecenderungan "menjengkelkan" oleh kebawelan mereka sekalipun mereka 
miskin uang. "Menjengkelkan" terutama pihak penguasa politik karena 
pertanyaan-pertanyaan yang mereka kemukakan. Mendingan jika berhenti pada pertanyaan 
dan tidak dilanjutkan pada mobilisasi. Yang terjadi di Perancis, biasanya pertanyaan 
diikuti dengan mobilisasi. Karena itu para sastrawan dan cendekiawan mempunyai 
pengaruh atau sejenis kekuasaan, terutama kekuasaan moral. "Sekalipun saya miskin 
uang, tapi saya tidak akan mengobah kebiasaan penampilan diri saya", ujar BHL. "Saya 
akan meneruskan kebiasaan saya hanya tidur empat atau lima jam sehari semalam", tambah 
BHL, "kalau tidak bagaimana saya bisa mempunyai waktu tambahan untuk berkarya dan 
bekerja?", lanjutnya. "Cendekiawan dan seniman memang memerlukan uang, tapi uang 
bukanlah tujuan seniman dan cendekiawan"."Seniman tidak bisa diperbudak oleh uang" , 
ujar BHL. Sastrawan dan cendekiawan, menurut BHL mempunyai dua ciri utama yaitu 
kebebasan berpikir dan bertindak serta rasa ingin tahu. "Dua ciri ini tentu saja 
dibimbing oleh arah keberpihakan saya", ujarnya lagi, dan "dalam keadaan apapun dengan 
risiko apapun saya  tidak akan mencampakkan keberpihakan serta dua ciri sastrawan dan 
cendekiawan tersebut", tandasnya. "Malah saya harus menuntut diri lebih keras lagi 
dalam melaksanakan arah keberpihakan saya sebagai sastrawan dan cendekiawan", ujar BHL 
pasti. 


Dengan keinginan belajar dari pengalaman orang lain dari manapun ia berasal dan dari 
aliran pikiran serta kepercayaan  apapun, yang menjadi pertanyaan saya: Apakah dua 
ciri cendekiawan dan sastrawan yang diungkapkan oleh BHL di atas sudah menandai 
kehidupan para cendekiawan dan sastrawan kita? Pada Chairil Anwar, jika mengamat 
esai-esai dan sanjaknya, barangkali ciri ini kita dapatkan. Chairil tidak memasang 
tabu dan pagar bentuk apapun bagi rasa ingin tahunya.  Kuriusitas [rasa ingin tahu] 
dan kebebasan ini pulalah yang   membuat Chairil menjadi manusia terbuka dan sanggup 
menjadi "binatang jalang" yang "dari kumpulannya terbuang". Pramoedya dan Rendra 
agaknya juga memiliki ciri ini. Mereka menentang pola pikir tunggal [la pensée unique] 
yang menentang hakekat kemanusiaan. [Di sini saya tidak memasuki rinciannya karena 
akan berada di luar konteks tulisan ini!]. Kebebasan dan kuriusitas seorang sastrawan 
dan cendekiawan sekaligus merupakan karakteristik dari warga Republik Berdaulat 
Sastra-seni, menjadikan para warga Republik Berdaulat ini bisa melakukan pengawasan  
terhadap masyarakat dan sumbangan-sumbangan intelektualitas kepada kehidupan. Tentu 
saja ciri-ciri ini bertolakbelakang dengan eskapisme, budakisme apalagi fatalisme. 
Pertanyaan lain jika para sastrawan dan cendekiawan tidak memiliki ciri-ciri tersebut 
di atas, sumbangan apakah gerangan yang bisa diharapkan dari mereka untuk 
memanusiawikan manusia, kehidupan dan maasyarakat? Ada tentu, yaitu mendorong 
anggota-anggota masyarakat menjadi manusia-manusia fatalis, budak, dan eskapis serta 
menyukai jalan pintas. KKN [korupsi, kolusi dan nepotisme] adalah salah satu bentuk 
dari jalan pintas. Sejarah Republik Indonesia telah menyediakan contoh tidak sedikit 
di bidang sastra-seni dan intelektualitas. Lebih-lebih pada zaman Orde Baru Soeharto 
yang menterapkan pendekatan "kemananan dan stabilitas nasional" yang mempengaruhi 
seluruh sektor kehidupan masyarakat. Sisa pendekatan ini masih jelas nampak pada pola 
pikir dan mentalitas anak bangsa dan negeri bernama Indonesia. Yang menggelikan 
setelah Soerhato turun panggung, tidak sedikit orang-orang mengaku-ngaku diri bahwa 
dahulu mereka pun sangat anti Orba. Saya membaca dan mendengar gejala ini sebagai 
salah satu ujud dari pola pikir dan mentalitas di negeri ini yang tak obah seperti 
kata orang Minang "seperti bendera di atas bukit", "begitu ikan meloncat kita tahu 
jantan betinanya". 


BHL sadar benar akan fungsi dan ciri sastrawan serta cendekiawan yang demikian, karena 
ia merasa dirinya pertama-tama dan di atas segalanya adalah seorang sastrawan. "Di 
atas segalanya saya pertama-tama adalah seorang sastrawan" [ Je suis d'abord 
écrivain], tulisnya dalam artikel "Mes Vérities". Dunia sastra adalah dunia yang 
pertama-tama dan utama ia kecimpungi. Dari dunia sastra inilah kemudian BHL merambah 
jalan ke kegiatan-kegiatan lain. Menurut BHL , dunia sastra tidak mengenal dan tidak 
berlaku akal bulus. Di dunia sastra segalanya jadi telanjang bulat, termasuk diri 
penulis. Karya , sekalipun sebaris dua sanjak, sudah bisa memperlihatkan apa-siapa 
sang penulis, apakah ia seorang "rôdeur" [bandit, gelandangan] ataukah sastrawan 
sejati. Ketelanjangan ini tentu erat hubungannya dengan karakteristik dunia sastra 
yang bebas dan penuh kuriusitas, tanda dari manusia yang berpikir dan bisa membaca 
makna.  Oleh pilihan utamanya pada dunia sastra, maka BHL melihat bahwa jangkauan 
waktu dunia sastra tidak bisa mulur mengkerut. Pasti, berbeda dengan sifat  waktu pada 
umumnya. Maksud BHL bahwa sastra lahir dan dilahirkan serta mencerminkan waktu 
tertentu. Menurut pengamatan BHL, sifat waktu dalam dunia sastra yang tidak melar ini 
nampak dalam sejarah bahkan sejak zaman Herodotus. Memahami sifat waktu dalam dunia 
yang ia cintai, yaitu dunia sastra, maka BHL ingin hidup di berbagai dunia sekaligus. 
Dalam sikap ini, BHL terilham oleh film "Bugsy" di mana ia melihat tokoh Warren Beatty 
suatu ketika berada di dapur, kali lain dengan topi pembuat roti membuat sendiri kue 
ulangtahun untuk anak lelakinya, kemudian pada saat lain  berada di kamar lain 
menunggu kedatangan kelompok mafia untuk membunuhnya. Dari filem Bugsy ini , BHL 
seperti melihat bahwa kehidupan nyata itu sering berlangsung demikian, karena itu BHL 
ingin memaksimalkan waktu hidupnya secara serentak berada di berbagai dunia. 


Hal lain yang menarik bagi saya di sini adalah bagaimana BHL sebagai seorang 
sasatrawan dan pemikir melihat filem Bugsy. Nampak bahwa BHL menafsirkan filem ini 
secara jauh dan sangat mendalam yaitu dengan mengetengahkan pertanyaan apa hakekat 
hidup melalui tokoh Warren Beatty. Cara mengapresiasi sebuah karya seni secara 
mendalam begini tentu tidak lepas dari dasar pendidikannya yang memang dilatih di 
fakultas filsafat sehingga ia  bisa menukik jauh ke dasar gelaja. Gejala hanyalah 
wahana untuk menggapai hakekat. Karena itu sering saya katakan bahwa boleh jadi kita 
tidak buta aksara tapi tidak mampu membaca makna alias buta makna. Sedangkan rakyat 
yang di bawah tanpa gelar S1, S2 dan S3 atau profesor, boleh jadi buta aksara tapi 
peka dan pandai membaca makna. Sastra-seni sesungguhnya memang berbicara tentang 
hakekat dengan metode dan sarana sastra-seni. Membandingkan cara pandang BHL dengan 
para otopraklamasi esais dan sastrawan di Indonesia dan berkeliarannya para "rôdeur" 
di dunia sastra-seni Indonesia, saya lalu mempertanyakan taraf sastra-seni yang sudah 
kita capai. Terkesan pada saya bahwa di Indonesia, begitu gampangnya menjadi esais, 
menjadi  sastrawan dan penyair tanpa mendalami apa sesungguhnya makna sebutan dan kata 
benda yang berasal dari kata kerja itu.



[Bersambung....]



[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Make a clean sweep of pop-up ads. Yahoo! Companion Toolbar.
Now with Pop-Up Blocker. Get it for free!
http://us.click.yahoo.com/L5YrjA/eSIIAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih 
Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.arsip.da.ru
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Posting: [EMAIL PROTECTED]
5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
     http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
     [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
     http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Kirim email ke