SURAT KEMBANG KEMUNING:


"HARI SASTRA INDONESIA" PERTAMA DI PARIS [13].


Surat sambutan Menteri Kebudayaan dan Komunikasi Perancis,Renaud DONNEDIEU de VABRES, 
di sini kusertai kembali untuk memudahkan mengikuti isi tulisan ini.  



Liberté Egalité Fraternité
République Française

Ministère de  la Culture et de la Communication


Le Ministre 

08 Septembre 2004

Madame Johanna LEDERER
Présidente de l'association  franco-indonésienne 
Pasar Malam
14, rue du Cardinal Lemoine
75005 Paris.

CC/109936
MAV


Madame la Présidente,
Nyonya Ketua,


Pada tanggal 9 Oktober mendatang, Anda akan menyelenggarakan hari yang didedikasikan 
kepada Sastra Indonesia, kegiatan yang bertemakan <<Sastrawan dan penerbit engagé 
[berpihak]nya: suatu pekerjaan yang menantang segala bahaya>> , dan atas prakarsa ini 
kepada Anda saya sampaikan ucapan selamat yang  paling hangat.


Saya sangat menghargai pekerjaan bermutu yang ditunaikan oleh  Asosiasi Pasar Malam 
dengan tujuan mendorong perkembangan kebudayaan Indonesia di Perancis dan kebudayaan 
Perancis di Indonesia.  Kedua negeri kita mempunyai banyak kepentingan bersama [ont 
beaucoup à partager] dan saya sangat berharap bisa berjumpa dengan sastrawan besar 
Indonesia Pramoedya Ananta yang Anda akan sambut pada 9 Oktober mendatang. Saya 
bermaksud ikut-serta  sepenuhnya dalam pelaksanaan misi yang Anda tetapkan: saling 
mengenal secara  terbaik budaya masing-masing kita.


Kecuali itusaya beritahukan bahwa pada tanggal 9 Oktober itu nanti saya akan diwakili 
oleh Monsieur Olivier Bosc, Penasehat tekhnik Kabinet saya dalam soal buku, arsip, 
bahasa Perancis dan bahasa-bahasa di Perancis.


Saya berharap Madame la Présidente, suka menerima ucapan hormat kami.


ttd

Renaud DONNEDIEU de VABRES


3, rue Valois, 75003 Paris, Cedex 01, France   -- Téléphone: 01 40 15 80 80



Dari surat Menteri Kebudayaan Perancis, de Vabres di atas terdapat tiga masalah yang 
kukira perlu digarisbawahi yaitu: [1].mendorong perkembangan kebudayaan Indonesia di 
Perancis dan kebudayaan Perancis di Indonesia.  Kedua negeri kita mempunyai banyak 
kepentingan bersama [ont beaucoup à partager]; [2]. bermaksud ikut-serta  sepenuhnya 
dalam pelaksanaan misi yang Anda tetapkan: saling mengenal secara  terbaik budaya 
masing-masing kita; [3].soal buku, arsip, bahasa Perancis dan bahasa-bahasa di 
Perancis. 


Hal lain yang juga kutangkap dari surat Menteri Kebudayaan & Komunikasi Perancis, de 
Vabres adalah sikap cekatan dan tanggap situasi dari seorang politisi di wilayah 
wewenangnya. Seorang Menteri dalam pandanganku tidak lain dari seorang politisi. 
Ketanggapan dan kecekatan ini dilakukan atas dasar patokan-patokan politik umum 
pemerintah.Dalam menterapkan politik umum sebuah pemerintah, seorang menteri 
mengembangkan keberanian dan prakarsa individualnya. 


Dalam hubungannya dengan pemerintah Indonesia, pertanyaan yang muncul: Apakah "Hari 
Sastra Indonesia" bertentangan dengan kepentingan Indonesia dan politik umum [cq. di 
bidang kebudayaan] pemerintah Indonesia [yang waktu itu masih di bawah Presiden 
Megawati? Jika dianggap bertentangan, apakah sokongan kongkret Menteri de Vabres dan 
Dubes Perancis di Indonesia berarti menyokong kegiatan yang menentang kepentingan dan 
politik umum Republik Indonesia [RI]? Apakah pemerintah RI menolak dan tidak setuju 
dengan tujuan-tujuan: [1].mendorong perkembangan kebudayaan Indonesia di Perancis dan 
kebudayaan Perancis di Indonesia.  Kedua negeri kita mempunyai banyak kepentingan 
bersama [ont beaucoup à partager]; [2]. bermaksud ikut-serta  sepenuhnya dalam 
pelaksanaan misi yang Anda tetapkan: saling mengenal secara  terbaik budaya 
masing-masing kita"? Apakah tujuan-tujuan di atas bertentangan dengan nilai-nilai 
Republik, nilai-nilai Indonesia dan kemanusiaan? Kalau demikian, quo vadis, mau ke 
mana Republik Indonesia?


Menteri Kebudayaan dan segala jabatan yang berkaitan dengan kebudayaan, sudah barang 
tentu dipegang oleh orang-orang yang mengerti kebudayaan dan berbudaya. Tapi jabatan 
itu sendiri tidak lain dari jabatan politis. Yang menarik di Perancis yaitu tidak 
sedikit dari para politisi yang berbudaya atau sekaligus budayawan dan seniman. George 
Pompidou yang presiden sebelum Valery Giscard d'Estaing adalah seorang penyair, 
Giscard d'Estaing adalah seorang komponis, François Mitterand adalah seorang essais 
yang handal, de Villepin adalah seorang kritikus sastra, khususnya puisi, Jack Lang 
adalah seorang budayawan terkemuka, Andre Malraux adalah seorang penulis roman di 
tingkat kelas atas. Dan masih banyak contoh lain lagi..  


Dari kenyataan ini maka bisa dikatakan bahwa para politisi Perancis adalah 
politisi-politisi yang berbudaya. Barangkali permasalahan bagi Indonesia sekarang 
adalah bagaimana membudayakan para politisi, dengan kata lain memanusiawikan para 
politisi dan para elite politik, lebih-lebih yang mengambil keputusan. Politisi yang 
tidak berbudaya akan gampang terjerumus ke dalam jurang barbarisme. Mulut yang 
berkomat-kamit  mengucapkan republik dan Indonesia atau reformasi, atau rekonsiliasi, 
atau demokratisasi, belum menjamin bahwa politisi itu memahami apa yang diucapkan. 
Bisa saja terjadi bahwa kata-kata indah itu berfungsi sebagai bedak di wajah jiwa yang 
barbar. 


Di negeri-negeri berbudaya Konfusionisme ada semacam tradisi perpaduan antara seni 
politik, kemampuan sebagai strateg dan penguasaan kebudayaan. Mao Zedong dan Ho 
Chiminh untuk mengambil dua nama saja, selain sebagai ahli militer dan menguasai seni 
politik, mereka juga adalah budayawan bahkan penyair. Ho Chiminh bahkan mempunyai 
antologi puisi berjudul "Catatan Harian Dalam Penjara" [telah diterjemahkan ke dalam 
bahasa Indonesia oleh Az Andreas], sedangkan puisi-puisi Mao Zedong terhimpun dalam 
sanjak-sanjak Mao Zedong yang diterbitkan oleh Foreign Publishing House  [Penerbit 
Pustaka Asing], Beijing dalam berbagai bahasa. Sanjak-sanjak terbaru  Mao dalam bahasa 
Indonesia, juga telah diterjemahkan oleh Az Andreas dan diterbitkan oleh Suara Rakyat 
Indonesia, Nanking kemudian sering disiarkan oleh Radio Beijing. Terdapatkah tiga 
perpaduan ini pada politisi Indonesia samapi sekarang?


Karena itu kukira pemberian Legion d'Honneur, bintang tanda jasa kepada Pramoedya 
A.Toer oleh pemerintah Perancis bukanlah tidak berdasar sejarah dan filosofis serta 
budaya. Sementara pemerintah Indonesia sendiri yang menyandang nama Republik dan 
Indonesia, memusuhi Pram dan teman-temannya, masih saja belum resmi mencabut larangan 
atas karya Pram dan teman-temannya. Apakah ini sikap politisi berbudaya atau barbari? 
Barbarisme menampilkan diri dalam berbagai ujud misal seperti yang dikatakan Pram 
[lihat: filem biografis Pramoedya karya John McGlynn dan Riri] "main kroyok". Aku kira 
dendam, ketakutan, budakisme tidak terlepaskan dari barbarisme.Dendam, ketakutan, 
budaksime dan kecupetan pandang bisa melahirkan barbarisme. Kaum barbari termasuk 
orang yang malas berpikir dan tidak punya prakarsa. Mereka hanya menunggu perintah.


Berkaitan dengan soal ini, aku ingin mempertanyakan apakah penyatuan Kementerian dan 
Pariwisata bukannya tergolong pada sikap minim budaya? Alasanku: jika masalah 
kebudayaan disatukan dengan masalah pariwisata maka kebudayaan lebih diarahkan untuk 
mencari uang. Kebudayaan dijadikan barang dagangan. Sikap yang bertentangan dengan 
ciri dan makna kebudayaan itu sendiri. Dengan begini maka kebudayaan diciptakan sesuai 
dengan selerasa para wisatawan. Dengan demikian, kebudayaan, khususnya sastra-seni 
tidak lagi menjadi bagian dari sosial kontrol apalagi sebagai republik berdaulat. 
Secara filosofis nampak bahwa penyatuan kebudayaan dan pariwisata uang dijadikan raja. 
Manusia dijadikan budak uang yang diciptakan oleh manusia itu sendiri. Uang menjadi 
Frankenstein yang memangsai manusia itu sendiri. Inikah kebudayaah? Di manakah usaha 
memanusiawikan manusia, kehidupan dan masyarakat diletakkan dengan dasar filosofi 
begini? Penyatuan kebudayaan dengan pariwisata pada hakekatnya telah memperlihatkan 
politik kebudayaan yang tidak lain akan menjadi "kebudayaan buaya" dan "buaya" 
kebudayaan.


Nilai-nilai yang ingin dikembangkan oleh hubungan tradional triangulaire, dan 
digarisbawahi serta mau diangkat oleh "Hari Sastra Indonesia" Pertama di Paris, 
bukanlah nilai-nilai ini. Tapi mendorong sastra-seni dan kebudayaan pada umumnya yang 
punya keberpihakan [engagement] pada usaha pemanusiawian manusia, kehidupan dan 
masyarakat. "Kedua negeri [baca: Perancis-Indonesia -- JJK] kita mempunyai banyak 
kepentingan bersama [ont beaucoup à partager]"  yang dikatakan oleh Menteri de Vabre 
justru berada di alur nilai-nilai ini bukan di alur "kebudayaan buaya" uang dan "buaya 
kebudayaan" [lihat juga sambutan Renaud Vignal ,Dubes Perancis untuk Indonesia, 
terhadap "Hari Sastra Indonesia"]. 


Dengan pilihan politik kebudayaan ini aku sangat meragukan akan bisa mendorong 
terwujudnya nilai-nilai republiken, keindonesiaan dan kemanusiaan. Politik budaya ini 
tidak akan merobah pola pikir dan mentalitas bangsa -- soal pokok dalam kebudayaan. 
Quo vadis Indonesia, tetap menjadi pertanyaan besar.



Paris, Oktober 2004.
-------------------
JJ.KUSNI

[Bersambung...]


Catatan:

Foto terlampir menggambarkan rombongan wayang kulit dalang Ki Manteb Soedharsono  
ketika mengdakan pertunjukan di Gedung Pertunjukan UNESCO di Paris 22 April 2004. 
Kunjungan rombongan kesenian begini turut memperkuat hubungan tradisional triangulaire 
[Dokumen JJK].

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Make a clean sweep of pop-up ads. Yahoo! Companion Toolbar.
Now with Pop-Up Blocker. Get it for free!
http://us.click.yahoo.com/L5YrjA/eSIIAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih 
Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Posting: [EMAIL PROTECTED]
5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke