Hidayatullah.com, Kamis, 28 Oktober 2004

JIL, CIA dan Imperialisme Barat

Dari segi ide besarnya, JIL lebih mirip kepanjangan imperalisme Barat atas 
dunia Islam yang dicarikan bentuk pembenarannya dari khazanah Islam. Dasi 
segi politis, ada benang merah dengan CIA. Benarkah?
Oleh: Thoriq*

Setelah sekian taun JIL (Jaringan Islam Liberal) mendeklarasikan 
keberadaanya --didirikan sekitar Maret 2001-kini, mulai nampak tanda-tanda 
keberhasilannya. Setidaknya, fenomena-fenomena baru yang sangat 
gamblang --yang semula nampak dengan 'malu-malu'-kini sudah banyak 
dirasakan. Salah satu impact penting yang timbul dari lahirnya gudang 
pemikiran itu adalah lahirnya atmosfir 'konyol' yang oleh kebanyakan 
pengikutnya disebut dengan istilah "kekritisan berfikir". Atmosfir baru 
sebagian kaum terpelajar muslim, kini, seakan-akan ada perubahan mendadak. 
Terutama cara mereka berfikir, berargumen.

Tiba-tiba mereka terlihat begitu semangat 'mengkritisi' Al-Qur'an, menolak 
beberapa nash hadits-hadish shahih, serta menuduh para ulama' sebagai 
kelompok konserfatif. Anak-anak muslim 'terpelajar' itu juga terlihat sangat 
antusias berbicara, berdiskusi, mengadakan seminar, workshop, lokakarya 
untuk membahas tema-tema demokrasi, kebebasan berekspresi, skularisasi, 
pluralisme, dan kesetaraan gender. Mereka bahkan teramat sibuk bergelut 
dengan referensi-referensi liberal. Bacaan-bacaan wajib mereka, kini 
Tahrirul Mar'ah milik Qasim Amin, The Spirit of Islam-nya Amir Ali, serta Al 
Islam wa Ushul Al Hukmi yang sesungguhnya hanya jiplakan dari tulisan 
orientalis Inggris Thomas W. Arnold. Nama-nama semisal, Sayid Ahmad Khand, 
Arkeun, Ali Abdul Razik, Charles Kuzman, Fatimah Marnissi, Nasir Hamid Abu 
Zaid dan Fadzlurrahman seolah-olah "kitab suci" baru yang kini melekat di 
otak mereka. Di saat yang sama, mereka mulai tampak malas menelaah Al-Qur'an, 
bahkan boleh jadi mules (muak, red) jika mendengar dalil-dalil dari hadits. 
Yang jelas, mereka begitu percaya diri dengan identitas itu, dan begitu 
bangga disebut liberal.

Sebuah pertanyaan penting yang kerap ada dalam kepala orang adalah; "Apakah 
program-program JIL perpanjangan imperialisme barat? Apakah identitas Islam 
hanya kedok untuk meloloskan ideologi kapitalis?. Sudah barangtentu akan 
banyak dalih yang mereka kemukakan.

Perpanjangan Imperialis

Kalau boleh jujur, sebenarnya, ide-ide besar JIL dapat dipahami dalam 
kerangka kepanjangan imperalisme Barat atas Dunia Islam, yang pada 
gilirannya, dicari-cari bemtuk pembenarannya dari khazanah Islam.

Kalau kita mengamati dengan seksama tentang agenda-agenda JIL, maka kita 
akan menemukan korelasi antara imperialisme barat dan agenda JIL. Luthfi 
Asy-Syaukanie, salah satu motor JIL pernah menyebut dengan jujur empat 
agenda utama lahirnya Islam Liberal. Pertama, agenda politik, Kedua, agenda 
toleransi agama, Ketiga, agenda emansipasi wanita, dan Keempat, agenda 
kebebasan berekpresi.

Dalam agenda politik, misalnya, kaum muslimin "diarahkan" oleh JIL untuk 
mempercayai sekularisme, dan menolak sistem pemerintahan Islam (Khilafah). 
Dalam agenda plurarisme, kelompok ini menyeru bahwa semua agama adalah 
benar, tidak boleh ada truth claim. Agenda emansipasi wanita, seperti 
menyamaratakan secara absolut peran atau hak pria dan wanita tanpa kecuali, 
dan agenda kebebasan berekspresi, seperti hak untuk tidak beragama, tak jauh 
bedanya dengan agenda politik di atas. Semua ide-ide ini pada 
ujung-ujungnya, pada muaranya, kembali kepada ideologi dan kepentingan 
imperialis.

Karena itu, sulit sekali-untuk untuk tidak mengatakan --minimal mustahil--  
mencari akar pemikiran-pemikiran tersebut dari Islam itu sendiri secara 
murni, kecuali setelah melalui pemerkosaan teks-teks Al-Qur'an dan 
As-Sunnah. Misalnya teologi pluralisme yang menganggap semua agama benar, 
sebenarnya berasal dari hasil Konsili Vatikan II 1963-1965) yang merevisi 
prinsip extra ecclesium nulla salus (di luar Katolik tak ada keselamatan) 
menjadi teologi inklusif-pluralis, yang menyatakan keselamatan dimungkinkan 
ada di luar Katolik. (Islam Liberal: "Sejarah, Konsepsi dan 
Penyimpangannya", Adian Husaini dan Nuim Hidayat).

Selain itu, dari kerangka ideologi, ide-ide JIL sendiri, dapatlah kiranya 
dinyatakan sebagai ide-ide kapitalisme. Luthfi Asy-Syaukanie dalam bukunya 
Wajah Liberal Islam di Indonesia (2002) telah berhasil menyajikan deskripsi 
dan peta ide-ide JIL. Jika dikritisi, kesimpulannya adalah di sana ada 
banyak contekan sempurna terhadap ideologi kapitalisme. Tentu ada 
kreativitas dan modifikasi. Khususnya pencarian ayat atau hadits atau 
preseden sejarah yang kemudian ditafsirkan secara paksa agar cocok dengan 
kapitalisme. Ide-ide besar kapitalisme itu antara lain; (1) sekularisme, (2) 
demokrasi, dan (3) kebebasan. Dukungan kepada sekularisme --pengalaman 
partikular Barat-- nampak begitu getolnya mereka melakukan penolakan 
terhadap bentuk sistem pemerintahan Islam (khilafah), dan penolakan yang 
begitu bersemangat terhadap syariat Islam. Tetapi mereka menerima begitu 
saja semua gagasan demokrasi tanpa ada nalar kritis. Istilahnya, mereka 
cepat-cepat 'melek' (terbelalak) jika mengkritisi Islam, tapi buru-buru buta 
(pura-pura tak melihat) jika sumber-sumber itu datangnya dari Barat.

Kentalnya ide-ide pokok kapitalisme dan berbagai derivatnya ini, masih 
ditambah dengan suatu metode berpikir yang kapitalistik pula, yaitu 
menjadikan ideologi kapitalisme sebagai standar pemikiran. Meminjam bahasa 
Al Jawi, ide-ide kapitalisme diterima lebih dulu secara taken for granted 
dan dianggap benar secara absolut, tanpa pemberian peluang untuk didebat 
(ghair qabli li an-niqasy) dan tanpa ada kesempatan untuk diubah (ghair 
qabli li at-taghyir). Lalu ide-ide kapitalisme itu dijadikan cara pandang 
(dan hakim!) untuk menilai dan mengadili Islam.

JIL Asia Foundation dan CIA

The Asia Foundation adalah LSM raksasa yang markas besarnya di San 
Fransisco. LSM ini memiliki 17 kantor cabang di seluruh Asia, termasuk 
Washington, D.C. Tahun 2003 kemarin, The Asia Foundation mengucurkan bantuan 
sebesar 44 juta USD dan mendistribusikan 750 ribu buku dan materi pendidikan 
yang nilainya berkisar mencapai 28 juta USD di seluruh wilayah Asia.

Sebagaimana dikutip situs resmi pemerintah AS, http://usinfo.state.gov, 
Oktober lalu -beberapa hari menjelang Pemilu di Afghan-- lalu, The Asia 
Foundation, membikin program The Mobile Theater Project, sebuah bioskop 
keliling. Dengan alasan pendidikan demokrasi --atau lebih tepat kampanye 
pemaksaan demokrasi- mereka berkeliling kampung untuk memutar film dengan 
ditonton sekitar 430.000 pemirsa.

Di Indonesia, dalam Pemilu 2004 kemarin, seperti diakuinya di situs 
http://www.asiafoundation.org/, lembaga ini ikut mendanai JPPR (JPPR atau 
Jaringan Pendidikan Pemilih Untuk Rakyat) dengan mempekerjakan 141.000 
relawan dan melakukan training kurang lebih 70 ribu orang. Mereka bisa 
memanfaatkan radio dengan asumsi 25 juta pendengar, memanfaatkan TV yang 
ditonton 74 juta pemirsa, juga menguasai media cetak dengan perkiraan dibaca 
3 juta orang.

Di Indonesia, keberadaanya sudah ada sejak tahun 1970. Mereka berdiri di 
balik program-program bernama; training keagamaan, studi gender, HAM dalam 
Islam, civic education di lembaga-lembaga Islam, pusat pembelaan perempuan 
untuk Islam (Muslim Women Advocacy), dan isu-isu pluralisme, paralalel 
dengan program-program JIL.

Jika dilihat berbagai agenda dan kegiatannya selama ini, ada korelasi antara 
agenda-agenda JIL dengan LSM Raksasa bernama The Asia Foundation.

Tidak bisa dipungkiri, bahwa kehidupan kelompok ini amat tergantung pada 
kucuran dana dari The Asia Foundation. Dan karena donor yang amat besar dari 
LSM ini, maka JIL dalam waktu yang relatif singkat sudah bisa mendirikan 
Radio satelit pertama di Indonesia, Radio 68H, yang siarannya direlai 
puluhan pemancar radio di Indonesia, mampu membeli satu halaman penuh koran 
Jawa Pos, bahkan mampu menayangkan iklan-iklan di televisi dengan durasi 
yang panjang, semisal iklan "Islam Warna-Warni" yang akhirnya berhenti 
tayang karena somasi MMI, bahkkan bisa menghidupi kegiata-kegiatan mereka 
yang membutuhkan biaya besar. Jika ditilik dari sponsor utama (sebut The 
Asia Foundation) yang selama ini menjadi 'penyangga' utama pendanaan JIL, 
bisa ditarik kesimpulan bahwa The Asia Foundation adalah jaringan 'induk'nya. 
Dengan bahasa lain, JIL adalah 'karyawan' The Asia Foundation yang bertugas 
di lapangan, untuk menjalankan proyek-proyek besarnya.

The Asia Foundation, yayasan ini ditengarai banyak mendanai 
kegiatan-kegiatan dalam rangka penyebaran paham kapitalisme dan sejenisnya. 
Yang paling nampak mencolok keterlibatan The Asia Foundation bagaimana dia 
mem-back up Tim Pengarasutaman Gender (PUG) bentukan Departemen Agama, yang 
kemudian berhasil menyusun draf Kompilasi Hukum Islam yang isinya kemudian 
menimbulkan kontroversial.

Merujuk sebuah makalah yang berjudul CIA's Hidden History in the 
Philippines, Roland G. Simbulan, yang disampaikan pada ceramahnya di 
University of The Philipinnes (18 Agustus, 2000), mengutip dari tulisan 
seorang sosiolog Amerika, James Petras, yang dimuat dalam Journal of 
Contemporary Asia, menggambarkan, bagaimana LSM yang besar bisa 
dikendalikan --jika tidak didukung oleh pemerintah Amerika-- atau perusahaan 
raksasa yang dikendalikan agen-agen rahasia atau CIA yang ingin 
memanfaatkannya sebagai sarana penyamaran. Yang dimaksud Petras, hal itu 
untuk mengelabuhi dan menghindari konflik yang diakibatkan benturan langsung 
terhadap struktur resmi pemerintahan. Serta menghindari class analysis 
adanya penjajahan dan eksploitasi kapitalis.

Roland G. Simbulan juga menjelaskan bahwa yang memainkan peran CIA yang 
paling menonjol di Manila adalah The Asia Foundation. Pernyataan ini dinilai 
cukup valid, karena didasari oleh pernyataan seorang anggota Departemen 
Birokrasi Amerika, William Blum. Dalam sebuah resensi buku yang berjudul 
Asia Foundation is the principal CIA front, dalam salah satu buku seorang 
jurnalis investigasi majalah Times, Raymond Bonner, yang berjudul: Waltzing 
with a Dictator: The Marcoses and the Making of American Policy, menyatakan 
bahwa "Asia Foundation adalah bentukan dan kedok CIA!". Ini semakin 
diperkuat oleh interview Roland G. Simbulan dengan seorang mantan mata-mata 
CIA yang beroperasi di Philipina pada tahun 1996, dimana ia aktif 
menggunakan yayasan ini (The Asia Foundation) sebagai agen. Bahkan secara 
terang-terangan pula diungkapkan dalam laporan tahunan The Asia Foundation, 
tahun1985, yang menyebutkan di dalamnya pernyataan Victor Marchetti, salah 
satu dari pimpinan deputy CIA, bahwa "Asia Foundation didirikan oleh CIA dan 
sampai 1967 mendapat subsidi darinya." (Asia Foundation Annual Report, 
1985). Jelas, bahwa LSM The Asia Foundation memang bentukan CIA, didirikan 
sebagai alat, dan sarana untuk memperluas dan mempermudah proses 
imperialisme Amerika Serikat terhadap Negara-negara lain di kawasan Asia 
Pasifik dengan cara non konfrontatif.

Dari sini pulahlah, boleh jadi, JIL --setelah dilihat dari substansi ide 
yang diusung, serta pertnershipnya-- bahwa sesungguhnya aktifitasnya tidak 
ada hubungannya dengan Islam, tidak pula ada sangkut-pautnya dengan 
perbedaan metode penafsiran nash, pembaharuan, pencerahan, atau sifat 
kritis. Aktifitas JIL, sekali lagi --boleh jadi-- tak lain, merupakan 
kemungkinan aktivitas intelejen asing yang hendak menancapkan kuku-kuku 
imperialismenya di bumi umat Islam, umumnya dan Indonesia, pada khususnya. 
Benarkah demikian? Wallahu a'lam.

*) Penulis adalah mahasiswa Syari'ah Islamiyah Universitas Al Azhar Cairo 
Mesir 



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Make a clean sweep of pop-up ads. Yahoo! Companion Toolbar.
Now with Pop-Up Blocker. Get it for free!
http://us.click.yahoo.com/L5YrjA/eSIIAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih 
Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Posting: [EMAIL PROTECTED]
5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke