SURAT KEMBANG KEMUNING:

"HARI SASTRA INDONESIA" PERTAMA DI PARIS [23].



Dalam usaha melaksanakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan: "Siapa aku dan aku mau 
apa?", tidak jarang Pram, berjalan sendiri. "Dalam menghadapi segala masalah, pada 
hakekatnya pengarang memang seorang diri", ujar Pram dalam filem dokumenter biografis 
di atas. Kesendirian sebagai pengarang ini bukanlah sikap baru pada Pram. Inipun 
dilakukannya ketika ia sudah bergabung dengan Lembaga Kebudayaan Rakyat [Lekra].  
Kesendirian pengarang pada hakekatnya tidak lain dari ujud kebebasan berpikir seorang 
pengarang yang merupakan bagian dari sifat rofesi dan kedudukannya sebagai warga 
"Republik Berdaulat Sastra-seni" yang tidak pernah berhenti bertanya dan mencoba 
menjawab pertanyaan-pertanyaannya sendiri. Kesendirian dalam bertanya dan mencari 
jawab membuat pengarang selalu dilanda kegelisahan dan oleh yang tidak memahami watak 
ini, kesendirian sering ditafsirkan sebagai pertikaian atau perpecahan dengan 
teman-temannya. Ciri dan pandangan tentang kesendirian begini, sesungguhnya bukan 
hanya dilakukan oleh Pram seorang, tetapi boleh dikatakan terdapat pada  
anggota-anggota  Lekra lainnya sehingga debat di kalangan mereka tidak pernah 
berhenti, tapi tidak dalam arah besar tentang sastra-seni engagé. Apapun perbedaan 
pendapat di kalangan, setajam apapun perbedaan pendapat itu,  betapa pun para seniman 
Lekra berjalan dengan kesendirian mereka, mereka tetap satu di arah besar ini. Di arah 
besar ini, tidak pernah perbedaan pendapat di kalangan mereka, siapa pun dari mereka 
tidak mengacaukan kawan dan lawan, tidak mengalihkan kontradiksi di kalangan teman 
mereka angkat menjadi kontradiksi yang bersifat antagonis [lihat pembicaraan Oei 
Haidjoen dalam diskusi tentang Lekra yang diselenggarakan oleh Jaringan Kerja Budaya, 
Jakarta]. Sesuai dengan pemahaman tentang watak berbeda kedua kontradiksi ini, mereka 
tidak akan mengumbar keluar kelemahan dan perbedaan pendapat itu. Karena masing-masing 
melihat bahwa jawaban yang mereka anut masih bersifat hipotesa seorang penanya.


Pram sebagai seorang pengarang yang melihat "sejarah sebagai daerah kembara", sesuai 
dengan profesi ini, ia selalu merenung. Hasil renungan yang ia laksanakan telah 
membuatnya kehilangan 30 tahun kemerdekaan selama 50 tahun usia Republik Indonesia. 
Kehilangan hak-hak sipilnya. Tapi Pram tidak menyerah dan tidak menangis. Bahkan siap 
bahwa langkah-langkahnya dihentikan ajal. Ketika di Buru, ia sudah menulis Catatan 
Warisan kepada anaknya jika kemudian tiba-tiba ajal tiba. Merasa  bahwa hak-hak sipil 
termasuk kemerdekaan merupakan hak utuhnya, maka dengan keberanian dan keteguhan, Pram 
berjuang merebut kembali hak-hak yang dirampas itu. "Kewarganegaraan harus diperoleh 
kembali dengan berkelahi", ujar Pram dalam filem dokumenter biografis di atas. Filem 
ini menjadi makin menarik dan mengesankan oleh renungan-renungan Pram yang ketika 
mendengarnya, aku merasakan memperoleh suatu kekuatan baru guna memenangi hidup yang 
tidak ramah. Menjadikan kehidupan sebagai sepotong kayu atau segumpal batu untuk 
ditatah jadi patung indah. Tidak semua orang pandai menyimpulkan pengalaman hidupnya, 
tapi agaknya Pram seperti yang diperlihatkan dalam filem di atas, termasuk seorang 
yang pandai menyimpulkan pengalamannya menjadi suatu rumusan bersaripati. 


Ketika mengembarai padang sejarah, dari pengalaman pengembaraannya, Pram mendapatkan 
bangsanya "suka main kroyok". "Watak bangsa kita suka main kroyok", ujarnya. "Watak 
main kroyok" ini, jika direnungkan barangkali tidak lepas dari kemalasan berpikir, 
sehingga lebih menyenangi sikap ikut-ikutan yang oleh orang Dayak disebut watak 
"kambing tumbur" atau seperti kawanan bebek yang berjalan sesuai dengan arah si jantan 
di depan mereka sebagaimana dilukiskan oleh Joko Pekik dalam sebuah karyanya. 
Kemalasan berpikir dan kemalasan belajar menjadi lahan subur bagi otoritarianisme dan 
kekerasan. Karena untuk melakukan kekerasan tidak diperlukan perenungan. Asal merasa 
diri kuat antara lain melalui sistem kroyok dan hasutan, maka kekerasan sudah bisa 
dilakukan. Pengarang yang menurut Pram selayaknya berwatak "avantgardiste" [pembidas] 
adalah seorang yang berpikir dan menolak kroyokisme tapi juga tidak gentar dikeroyok 
sesuai dengan watak pengarang yang menurut Pram "sendirian menghadapi segala 
tantangan". Sejalan dengan pandangan "avantgardiste" inilah barangkali bisa dipahami 
kata-kata penyair Perancis, Baudelaire bahwa "penyair merupakan kritikus terbaik".

Untuk menjadi pengarang dengan watak "avantgardiste", Pram menempuh perjalanan 
panjang, terutama untuk mengatasi perasaan rendah dirinya. Benar bahwa ia menulis 
sejak berada di Sekolah Rendah [Sekolah Dasar] Institut Boedi Oetomo. Pram sudah 
menyelesaikan pendidikan tingkat Sekolah Rendahnya, tapi sang ayah menyuruh Pram 
mengulang karena dianggap pengethauannya tidak padan. Sikap ayah ini menimbulkan rasa 
kurang percaya diri pada Pram. Ditambah lagi ketika kemudian di kantor Balai Pustaka, 
Idrus mengatakan:

- "O, kau yang bernama Pram". 

+ "Ya", jawab Pram.

- "Kau tak menulis tapi berak!", ujar Idrus. 

Sikap ayah dan Idrus ini membuat rasa percaya diri Pram berkembang menjadi rendah 
diri.Sikap rendah diri ini baru hilang  ketika Pram berada di Negeri Belanda. Pada 
usia 27 tahun, di Negeri Belanda berkenalan dengan seorang noni Belanda dan kemudian 
melakukan hubungan intim untuk pertama kalinya. Hubungan intim pertama kali inilah 
yang telah menghilangkan rasa rendah diri pada Pram. Pram tidak menjelaskan alasannya. 
Barangkali, karena yang jadi patnernya adalah seorang bulé dan sebagai anak Indonesia 
yang punya kompleks rendah diri, ternyata telah melakukan hubungan eks di mana tidak 
lagi perbedaan tinggi rendah, bulé dan tidak, sehingga melahirkan kembali percaya diri 
pada Pram. Barangkali! Sebab  di filem, kita hanya menyaksikan Pram berucap sambil 
seakan menahan perasaan geli sendiri. 


Sejak ia bisa mengatasi kompleks rendah diri ini, Pram kemudian menganggap Idrus 
sebagai "guru besarnya". "Idrus adalah guru besar saya", ujarnya. 


Dari kejadian dengan Idrus ini kembali aku melihat bahwa hal negatif bisa menjadi 
positif jika kita memperlakukannya secara tepat. Dengan kata lain bahwa hal-ikhwal 
selalu bersegi majemuk dan bukan hanya sebatas dua warna: hitam dan putih. Seperti 
dikatakan para arif bijaksana bahwa hal-ikhwal itu berjalan sesuai hukum  "satu pecah 
jadi dua". Sedangkan "dua jadi satu" hanyalah jalanan proses "satu pecah jadi dua". 
"Segalanya  mengalir", ujar Heraclitus yang kemudian juga menulis: 


"All is flux". "Upon those who step into the same river, there flows different waters 
in different cases". "A river is such that if we step into it at different  times at 
the same place, the water must be different, or else there is no river [flowing 
water"]. "You could not step twice into the same river".


Jika demikian, watak "main kroyok" bangsa kita seperti yang dikemukakan oleh Pram juga 
bukanlah suatu kelanggengan. Apakah "jati diri" yang dikemukakan baru-baru ini oleh 
Presiden SBY bisa dipandang sebagai "politik kebudayaan baru" bagi Indonesia yang 
mendekati "berkepribadian di bidang kebudayaan" seperti yang dikemukakan oleh Bung 
Karno dulu? Mungkinkah politik kebudayaan baru [jika memang ia suatu politik 
kebudayaan] ini setapak demi setapak melenyapkan "kroyokisme" yang tentu lain dari 
solidaritas manusiawi?


Filem dokumenter biografis tentang Pram ini, bagiku sendiri, telah memberi tambahan 
berharga bagi khazanah pemikiran.



Paris, Oktober 2004
-----------------
JJ.KUSNI


[Bersambung...]


Catatan:

Foto terlampir:John McGlynn  dari Yayasan Lontar,Jakarta, produsen filem dokumenter 
biografis Pramoedya A.Toer,bersama Joesoef Isak dari Hasta Mitra, Jakarta dalam  "Hari 
Sastra Indonesia" Pertama  yang berlangsung di l'Institut  Néerlandais, Paris ,  9 
Oktober 2004.[Dokumen JJK].



[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Make a clean sweep of pop-up ads. Yahoo! Companion Toolbar.
Now with Pop-Up Blocker. Get it for free!
http://us.click.yahoo.com/L5YrjA/eSIIAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih 
Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Posting: [EMAIL PROTECTED]
5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke