CATATAN SEORANG KLAYABAN:
MABES TNI-AD MINTA DAFTAR AKTIVIS KOMUNIS HAM NUSANTARA <[EMAIL PROTECTED]> pada 16 Oktober 2004 telah mengirimkan berita kepada "Tapol" <[EMAIL PROTECTED]>,"Watch Indonesia" <[EMAIL PROTECTED]> di bawah ini: "Wakil Asisten Teritorial (Waaster) KSAD Brigjen TNI Karsadi mengatakan, Mabes TNI-AD meminta pada aparatnya di daerah, mulai dari Kodam, Kodim, Koramil memperbanyak daftar aktivis komunis yang selama ini sudah disusun.Memperbanyak dimaksudkan untuk tetap mendokumentasikan nama-nama tersebut dengan baik sehubungan di banyak daerah daftar tersebut sudah hilang. Hilangnya daftar tersebut setelah Ditsospol di Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kota/Kabupaten berganti dengan nama lain.Penjelasan tersebut disampaikan jenderal berbintang satu tersebut saat menjadi pemapar dalam pertemuan akbar di Balai Prajurit Makodam I/BB dengan tema Menyikapi dan Mewaspadai Bangkitnya Kembali Komunisme di Indonesia.Didampingi Irdam I/BB Kol.Inf. Anianto yang bertindak sebagai moderator, Waaster KSAD Brigjen TNI Karsadi selanjutnya mengatakan, sesuai dengan doktrin komunis -tak akan pernah mati- di Indonesia pun demikian.Didahului memutar film tentang perjalanan komunis di dunia dengan durasi 16 menit, Karsadi menekankan tentang perjalanan orang-orang berpaham komunis di Indonesia, mulai dari prakemerdekaan hingga era reformasi.Karsadi mengatakan, TNI-AD merasa terpanggil dan menilai amat penting menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari rongrongan dari luar dan dari dalam, baik bersifat ideologis maupun perang modern. Menurutnya, dalam pergulatan NKRI, komunisme tetap jadi momok, baik secara fisik maupun secara ideologis.Secara ideologi, paham komunis masih dikedepankan sejumlah pihak, baik dimimbar resmi maupun di lembaga legislatif. "Di Palembang,ada seorang tokoh yang terang-terangan ingin menghapuskan daftar mereka yang berpaham komunis dengan imbalan harga berapa saja. Karenanya, Mabes TNI-AD meminta semua pihak untuk memperbanyak daftar aktivis komunis karena daftar tersebut di Ditsospol sudah hilang,"tandasnya tanpa menyebut di daerah mana saja daftar dimaksud yang hilang" ***. Banyak masalah bisa diangkat dan terkandung dalam berita di atas. Tapi saya hanya memilih soal-soal berikut: Ketika Wakil Asisten Teritorial (Waaster) KSAD Brigjen TNI Karsadi " menekankan tentang perjalanan orang-orang berpaham komunis di Indonesia, mulai dari prakemerdekaan hingga era reformasi" maka Brigjen Karsadi berbicara tentang sejarah. Dan ketika mengatakan: "mengatakan, TNI-AD merasa terpanggil dan menilai amat penting menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari rongrongan dari luar dan dari dalam, baik bersifat ideologis maupun perang modern. Menurutnya, dalam pergulatan NKRI, komunisme tetap jadi momok, baik secara fisik maupun secara ideologis", maka sang Brigjen berbicara tentang musabab keadaaan rawan NKRI sekarang. Hal ini digarisbawahinya ketika berucap bahwa "dalam pergulatan NKRI, komunisme tetap jadi momok, baik secara fisik maupun secara ideologis". Pernyataan Brigjen Karsadi ini secara tersirat memperlihatkan keangkuhan TNI-AD di dalam negara yang disebut Republik Indonesia. Saya ulangi Republik dan Indonesia yang mengandung nilai-nilai republiken dan keindonesiaan. Keangkuhan ini apakah sesuai dengan nilai-nilai republiken dan keindonesiaan yang majemuk? Keangkuhan TNI-AD ini hanya mungkin diucapkan oleh orang yang merasa diri kuat atau mempunyai kekuatan tertentu. Dari segi organisasi, fisik, ekonomi dan politik, TNI-AD memang beralasan merasa kuat, karena sampai sekarang tidak ada satu pun organisasi politik dan organisasi massa yang mampu menandinginya. Mereka merupakan kekuatan negara dalam negara [lihat:Ceramah Eep Saifullah di KBRI Paris, 2003]. Barangkali bukan kebetulan jika SBY mengatakan dirinya adalah Presiden seluruh warganegara dan ingin melakukan rekonsiliasi antar warga negara tapi tanpa menyebut jutaan para korban Tragedi Nasional September 1965. Tanpa menyebut korban perang di Aceh dan penindasan di Papua atau pun korban konflik di Ambon. Barangkali pernyataan diskriminatif SBY hanyalah suatu kekurangtelitian belaka dan bukan suatu pernyataan politik. Tapi jika ia merupakan suatu pernyataan politik, apalagi juka dihubungkan dengan pernyataan Brigjen Karsadi maka dua pernyataan tersebut, sejak dini telah memperlihatkan watak pemerintah SBY-Kalla itu sendiri. Watak militeristik yang tidak sesuai dengan nilai-nilai republiken dan keindonesiaan yang secara hakiki memerosotkan bahkan merobah kadar Republik dan Indonesia itu sendiri. Jika kedua pernyataan yaitu pernyataan SBY dan Brigjen Karsadi di atas memang mempunyai saling hubungan, barangkali hal ini memperlihatkan kekuatan mana yang dijadikan dasar andalan oleh pemerintah SBY-Kalla sekarang, di samping memperlihatkan juga seberapa pengaruh dan kekuatan benar dari SBY di dunia politik sekarang. Dengan dasar sosial begini, nampak betapa militerisme masih jadi jalan mundur andalan atau basis belakang bagi SBY sehingga kita yang menentang otoritarianisme dan militerisme tidak bisa mengendorkan perhatian. Militer, khususnya TNI-AD masih merupakan kekuatan induk politik SBY dan bukan sekedar kekuatan pasukan cadangan. Dari segi sejarah, pernyataan Birgjen Karsadi bisa dikategorikan sebagai ankronologis dan bukan sejarah obyektif tapi lebih bersiteguh pada sejarah yang berwatak politis. Saya ambil beberapa contoh: Pemberontak Nasional 12 Nopember 1926 yang dipimpin oleh PKI, apakah pemberontakan anti kolonialis Belanda ini bisa diangkat sebagai contoh anti-nasionalisnnya PKI? Tentang "Peristiwa Madiun" 1948 yang oleh PKI disebut sebagai "provokasi" setelah pertemuan Kaliurang dengan wakil-wakil Amerika Serikat yang melahirkan "Red Drive Proposal" dan di depan pengadilan, DN Aidit sebagai tergugat dimenangkan bisa dikatakan sebagai "pengkhianatan PKI" terhadap RI? Mengenai Tragedi Nasional September 1965, masalahnya makin terbuka melalui kesaksian para Eks Tapol September 1965 dan dokumen-dokumen CIA sendiri. Kalau Brigjen Karsadi berbicara tentang peranan PKI sebagai organisasi pada "era reformasi", di mana letak nalarnya kalau PKI sudah babakbelur dan dibubarkan oleh Orba disertai dengan masakre besar-besaran dalam sejarah abad ke-XX, dilanjutkan dengan pengucilan mereka setelah "pembebasan" dari penjara dan pulau pembuanganan? Kalau semua oposisi dipandang sebagai kegiatan PKI maka apa bedanya pendapat ini dengan pola pikir kambing hitam yang menunjukkan kelemahan nalar? Jika dinas intelijen TNI-AD bekerja baik, maka mereka akan tahu bahwa sebagai partai politik dan organisasi PKI sudah tidak ada. Yang ada dan masih kuat di Indonesia sekarang adalah phobia anti komunis serta taktik politik "kambing hitam". Di samping kelemahan pengetahuan sejarah Brigjen Karsadi, melalui pernyataannya di atas, Birgjen Karsadi sesungguhnya sekaligus memperlihatkan ketidak pengetahuannya akan nilai-nilai republiken dan keindonesiaan. Nilai-nilai republiken menjunjung "kemerdekaan, kesetaraan dan persaudaraan" sedangkan nilai keindonesiaan itu dituangkan dalam motto "bhinneka tunggal ika". Republik dan Indonesia menghargai perbedaan. Jika kita mengambil perbandingan negeri-negeri lain, Perancis yang republik misalnya, di negeri ini Partai neo-nazi seperti Front National pimpinan Marie Le Pen [penerus Le Pen] dibiarkan eksis bahkan pernah jadi lawan tunggal Jacques Chirac sebagai calon presiden Perancis. Usul untuk membubarkan Front National sebagai partai politik pun ditolak mentah-mentah oleh kalangan politik Perancis karena pembubaran dipandang bertentangan dengan nilai-nilai republiken -- hasil dari proses sejarah Perancis. Lebih terasa alasan yang dicari-cari dengan metode kambing hitam, pola pikir dan taktik gampang yang digunakan oleh penguasa politik dan militer Indonesia, ketika Brigjen Kasardi mengatakan bahwa "TNI-AD merasa terpanggil dan menilai amat penting menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari rongrongan dari luar dan dari dalam, baik bersifat ideologis maupun perang modern. Menurutnya, dalam pergulatan NKRI, komunisme tetap jadi momok, baik secara fisik maupun secara ideologis". Apakah benar dan sesuai kenyataan bahwa rongrongan terhadap NKRI sekarang berasal dari PKI yang sudah dibubarkan dan tidak mampu mereorganisasi diri? PKI kah yang mencetuskan perang di Aceh, perlawanan di Papua, konflik-konflik etnik di berbagai pulau, Tragedi Poso, hancurnya Ambon, yang meledakkan bom di berbagai tempat? Adakah GAM sama dengan PKI? Apakah OPM itu PKI? Apakah RMS itu PKI? PKI kah yang membunuh rakyat Dayak, Ambon, Aceh, Poso,Timtim dan Papua? PKI kah yang menyerang kantor PDIP dan mencetuskan Tragedi Mei 1998? PKI kah yang menggerakkan mahasiswa untuk turun ke jalan sementara PKI sudah tidak ada dan babak belur? Hak sipil bekas para anggotanya tidak ada? Apa alasan nalar dan data Brigjen Karsadi mengatakan bahwa PKI dan komunisme tetap jadi momok bagi NKRI baik secara fisik mau pun secaa ideologis? Jika pernyataan begini tidak disertai data dan alasan, maka pernyataan sejenis ini sama dengan ujud politik kambing hitam, ungkapan kemalasan berpikir, kelemahan pengetahuan sejarah dan konsepsional serta kesukaan menempuh jalan pintas sebagai pelaksanaan filsafat politik militerisme yang hanya mengenal bahasa "gebuk" jika menggunakan istilah Jendral Soeharto. Dengan manusia berpolapikir begini, saya tidak membayangkan Indonesia bisa keluar dari kemelut sekarang malah makin membuat Indonesia kian tergenang darah dan penuh kekerasan.Apakah dengan pernyataan di atas, Brigjen Kassardi sedang menyiapkan masakre baru terhadap rakyat Indonesia dengan dalih "kambing hitam" bahaya PKI? Dari segi militer, perwira tinggi yang berkata begini sesungguhnya tidak lain dari seorang perwira tinggi dengan "disiplin mati" militeritik yang buta aksara politik dan hampa wawasan. Indonesia yang republiken dan bernilai keindonesiaan tidak memerlukan manusia dan perwira jenis begini. Saya berani memastikan keangkuhan militerisme ada batasnya. Shah Iran dengan Savak dan tentara terkuat di Teluk Persia disokong oleh Amerika Serikat akhirnya hancur dan banyak contoh lagi. Yang diperlukan Republik dan Indonesia adalah orang militer yang republiken dan berkindonesiaan. Militer yang berpikiran cerah. Militer yang manusiawi. Bukan militer tukang membunuh rakyatnya sendiri dengan segala kebanggaan. Perwira anti republik dan indonesia selayaknya dibersihkan dari kekuatan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia [Republik dan Indonesia! Perwira-perwira begini hanya membahayakan Republik dan Indonesia]. Ide-ide Brigjen Kasardi sangat anti kemanusiaan dan haus darah dan pernyataannya tentang "merasa terpanggil dan menilai amat penting menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari rongrongan dari luar dan dari dalam, baik bersifat ideologis maupun perang modern", menjadi omongkosong besar dari kelemahan nalar dan pengetahuan. Segi lain yang diperlihat oleh pernyataan Brigjen Kasardi adalah kerancuan antara tugas militer dan polisi dalam masalah keamanan negara.Apa hak militer melakukan pendaftaran demikian? Apakah ini tugas militer atau polisi. Jika pemahaman saya benar, maka lagi-lagi pernyataan Brigjen Kasardi hanya membuktikan kembali keangkuhan TNI-AD sebagai negara dalam negara yang tidak menterapkan hukumnya sendiri di luar hukum RI. Barangkali Birgjen Kasardi belajar sejarah TNI. Masih ingatkah Birgjen Kasardi bahwa pada suatu ketika TNI pernah bernama Tentara Rakyat Indonesia [TRI]? Saya tanyakan:Apa arti TRI dan arti TNI secara filosofis dan historis? Tidakkah dengan menggunakan ide yang tersirat dalam pernyataan di atas, di dalam kata-kata Tentara Rakjat Indonesia dan Tentara Nasional Indonesia sebagai takaran,Brigjen Kasardi telah mengingkari konsep tentara rakyat dan tentara nasional, republik dan Indonesia serta keindonesiaan itu sendiri? Saya kira jalan terbaik bagi TNI-AD jika benar mencintai Republik dan Indonesia, tegakkan kembali di kalangan TNI-AD, juga angkatan-angkatan lain, konsep Republik dan Indonesia. Tegakkan kembali konsep Tentara Rakyat Indonesia dan Tentara Nasional Indonesia . Tidak gampang memang, karena sekarang menjadi anggota tentara sama dengan masuk "sorga tersendiri" di Indonesia. Demi "sorga tersendiri" ini nyawa siapa pun tidak segan dikorbankan. Barangklali pada suatu hari, saya termasuk salah satu nyawa yang dikorbankan jika militerisme kembali berkuasa. Lagi-lagi saya melihat betapa kondisi sosial banyak menentukan pikiran seseorang. Pemerintahan SBY-Kalla memang ditantang kerepubliken dan keindonesiannya. Republik Indonesia agaknya sampai sekarang masih menjadi sebuah mimpi indah yang menagih kerja keras dan pengorbanan sebelum terwujud, sekali pun demikian saya tidak mencampakkan mimpi ini. "Masih Ada Hari Esok" ujar sastrawan Mochtar Lubis alm. walaupun fajarnya tidak sempat kita saksikan. Bathara Kala punya hukumnya sendiri, ujar orang Jawa. "Pantha Rei" , ujar Heraclitus. Dialektika, tutur Hegel dan Marx. Di arus hukum gerak ini militerisme akan dikalahkan dan manusia keluar jadi pemenang. Paris, Nopember 2004. -------------------- JJ.KUSNI [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Make a clean sweep of pop-up ads. Yahoo! Companion Toolbar. Now with Pop-Up Blocker. Get it for free! http://us.click.yahoo.com/L5YrjA/eSIIAA/yQLSAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Posting: [EMAIL PROTECTED] 5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/