Media Indonesia
      Kamis, 18 November 2004

      NUSANTARA

      Di Negeri Sendiri Mereka Malah Telantar
     
      DIUSIR dari negeri orang, telantar di negeri sendiri. Itulah gambaran 
yang cocok untuk tenaga kerja Indonesia (TKI) ilegal yang baru saja pulang, 
setelah dapat pengampunan dari pemerintah Malaysia.

      Bahkan, jauh hari sebelum kepulangan mereka, sejumlah daerah seperti 
Batam, Dumai, dan Pekanbaru, menyatakan menolak menerima pemulangan TKI ilegal 
itu.

      Sampai Lebaran hari pertama, (14/11), ratusan TKI ilegal yang telah 
bersusah payah mengurus kepulangannya dari Malaysia, masih terlihat lesu di 
Wisma Transit Pelabuhan Domestik dan Pelabuhan Pelni, Sekupang, Batam. Mereka 
adalah TKI yang pulang dari Malaysia tanpa membawa uang yang cukup. Akibatnya 
mereka hanya bisa sampai ke wilayah Indonesia yang terdekat dari Malaysia.

      Memang, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kuala Lumpur telah 
menyatakan biaya pengurusan Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP) tidak lebih 
dari 40 ringgit Malaysia. Akan tetapi, biaya tersebut hanya cukup untuk 
pengurusan di KBRI atau konsulat. Bagaimana dengan biaya tiket kapal ke daerah 
terdekat, atau tiket untuk ke daerah asal mereka. Mau tidak mau TKI harus 
merogoh kocek mereka lagi.

      Di kantor Konsulat Republik Indonesia Johor Bahru misalnya, biaya 
pengurusan SPLP memang ditetapkan 40 ringgit Malaysia setiap orangnya. Itu baru 
biaya pengurusan SPLP, biaya foto misalnya, adalah hal yang lain lagi. Untuk 
empat lembar foto berwarna ukuran 3x4 cm, TKI yang mengurus SPLP dikenai biaya 
12 ringgit. Total sudah 52 ringgit. Biaya terbesar biasanya jatuh saat 
pengurusan tiket.

      Adanya permainan antarpetugas dan awak kapal membuat harga tiket untuk 
jurusan Tanjung Pinang, Batam, Dumai, atau Tanjungbalai Karimun, melonjak 
tajam. Rata-rata mereka membayar tiket untuk jurusan tersebut paling tidak 100 
ringgit.

      Pungli berlanjut

      Tetapi derita para TKI ilegal tersebut belumlah usai, pungli yang mereka 
alami belumlah selesai. Di atas kapal yang membawa mereka pulang ke Batam, 
Tanjung Pinang, Tanjungbalai Karimun, atau Dumai masih ada lagi yang harus 
mereka bayar. Begitu naik ke kapal SPLP mereka dikumpulkan oleh awak kapal. Mau 
tidak mau, suka tidak suka, dokumen keimigrasian mereka diisi oleh awak kapal.

      Begitu SPLP beserta dokumen keimigrasian dikembalikan oleh awak kapal, 
mereka harus membayar lagi, minimal dua ringgit setiap orang. Pungutan liar 
alias pungli itu berlanjut saat mereka sampai di penampungan daerah terdekat.

      Di Batam atau Dumai, mereka sudah ditunggu oleh agen tiket atau calo dan 
pedagang di sekitar penampungan. Tentu saja harga tiket yang ditawarkan di luar 
kewajaran alias menjerat leher.

      Padahal sebagai TKI ilegal mereka justru sering jadi korban penganiayaan 
lahir batin oleh majikannya. Masalah gaji tidak dibayar adalah masalah yang 
biasa mereka alami. Akibatnya, begitu sampai di penampungan, mereka tidak punya 
uang sepeser pun untuk pulang ke kampung halamannya.

      Bahkan, ada yang sudah seminggu lebih tertahan di tempat penampungan. Di 
Wisma Transit Pelabuhan Domestik dan Pelabuhan Pelni, Sekupang, Batam, 
misalnya, ratusan TKI menunggu bantuan pemerintah setempat untuk pulang kampung.

      Kejadian yang sama juga terjadi di Dumai dan Tanjung Pinang. Malahan di 
Tanjung Pinang, posko penanggulangan dan pelayanan TKI hanya digunakan saat 
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono datang. Sekarang, posko tersebut kosong 
melompong. Sementara TKI setiap datang dari Malaysia, dikumpulkan di pelabuhan 
dan menjadi mangsa calo, bahkan jadi mangsa germo atau mucikari.

      Di Batam misalnya, TKI ilegal yang pulang dari Malaysia mendapat bantuan 
makanan hanya untuk lima hari. Sementara pemulangan TKI berlangsung sejak 29 
Oktober. Para TKI yang telantar itu mengatakan untuk bisa bertahan hidup mereka 
harus patungan, atau minta belas kasihan kepada pengunjung untuk bisa makan.

      "Kami empat hari pertama tidak diberi makan. Kami tidak punya uang untuk 
pulang. Menurut bapak-bapak yang bertugas di sini kepulangan kami masih 
dicarikan solusinya, padahal kami sudah seminggu lebih di sini," ujar Lamidi, 
TKI asal Jawa Tengah.

      "Saya habis uang sekitar 160 ringgit untuk sampai ke Batam. Itu semua 
pengurusan saya lakukan sendiri, kalau melalui calo akan lebih besar lagi," 
ujar Nur Maisaroh, TKI asal Sukabumi.

      Maisaroh sudah enam hari ditampung di Wisma Transit Pelabuhan Domestik 
Sekupang, Batam. Sampai saat ini Maisaroh tidak tahu kapan akan dipulangkan.

      Menurut dia, sebagai TKI ilegal mereka hanya untung-untungan, kalau dapat 
majikan yang baik mereka bisa menerima gaji secara teratur, dan bisa mengirim 
uang ke kampung halamannya. Akan tetapi, tidak sedikit majikan di Malaysia yang 
menggunakan kelemahan dokumen keimigrasian sebagai alat untuk menekan TKI.

      "Biasanya menjelang habis kontrak, majikan segera mencarikan TKI majikan 
yang baru. Padahal dengan pindah majikan baru, pas masa kontraknya habis maka 
mereka akan menjadi TKI ilegal, dan majikan bisa semena-mena terhadap mereka," 
ujar Budi Prakoso, Kepala Bidang Konsuler, Konsulat RI di Johor Bahru.

      Menurut Budi, masalah TKI ini kusutnya berawal dari dalam negeri. Pihak 
Departemen Tenaga Kerja, perusahaan penyalur jasa tenaga kerja (PJTKI), dan 
Imigrasi adalah pihak yang harus telaten dan jeli sebelum mengeluarkan 
kebijakan.

      "Kuncinya ada pada Depnaker, PJTKI, dan Imigrasi, mereka jangan gampangan 
begitu saja memberi izin PJTKI, sementara PJTKI jangan asal cari untung. 
Sedangkan Imigrasi maunya main cepat saja, akibatnya begini. Bangsa kita jadi 
hina di negeri orang, mereka yang punya borok, kita (Deplu) yang kelabakan," 
ujar Budi Prakoso.

      Sementara pihak Pemerintah Kota (Pemkot) Batam, melalui Koordinator 
Pemulangan TKI, HM Syafrudin, berjanji akan membantu semaksimal mungkin 
pemulangan TKI tersebut. Hanya saja menurutnya, tentu tidak bisa sekaligus.

      "Bertahap kita akan pulangkan mereka yang tidak punya uang, karena mau 
tidak mau mereka adalah tanggung jawab Pemkot Batam. Saat ini kita sedang 
mengupayakan dana untuk kepulangan mereka," katanya. Novrizal/N-1
     


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
$9.95 domain names from Yahoo!. Register anything.
http://us.click.yahoo.com/J8kdrA/y20IAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Posting: [EMAIL PROTECTED]
5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke