Surat Kembang Kemuning: MEMBACA SEBUAH PUISI SEORANG KYAI [2-Selesai]
[Kepada Gus Mus yang sedang bermuktamar]. Dor! Dor! Dor! Dor! Dor! Dor! Hidup Ketuhanan Yang Maha Esa! Dor! Dor! Hidup Kemanusiaan yang Adil dan Beradab! Dor! Dor! Dor! Hidup Persatuan Indonesia! Dor! Dor! Dor! Dor! Hidup Kerakyatan yang dipimpin hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan! Dor! Dor! Dor! Dor! Dor! Hidup Keadilan sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia! Dor! Dor! Dor Pancasila! Dor! Dor! (KHA Mustofa Bisri, Ohoi Kumpulan Puisi Balsem, 1994). Apakah nilai hakiki yang terdapat pada sanjak Gus Mus di atas? Kesan menonjol yang tertinggal pada saya setelah membaca sanjak "Dor! Dor! Dor! Dor! Dor!" Gus Mus adalah kejengkelan bahkan mendekati kutukan terhadap kemunafikan yang sudah menjadi penyakit diidapi oleh anak bangsa dan negeri. Di satu pihak, kita bicara tentang Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab,Persatuan Indonesia,Kerakyatan yang dipimpin hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, Keadilan sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia,Pancasila,Pancasila, tapi sambil mengucapkan hidup dalam tindakan nyata kita menembak mati yang diteriakan dengan lantang: "Hidup!". Selain watak munafik, sanjak Gus Mus di atas juga melukiskan watak kekerasan yang sedang menciri perangai anak bangsa dan negeri kita. Kekerasan menjadi kenyataan sehari-hari dalam kehidupan sehingga menjadikan negeri ini seperti sebuah hutan rimba dengan hukum rimba. Kekuatan dipandang sama dengan kebenaran. Kekerasan ini mengungkapkan diri dalam berbagai bentuk baik fisik mau pun verbal. Dalam rimba raya negeri begini, nalar dan kebudayaan tidak diperlukan. Oleh dominasi kekerasan yang menjadi hukum dan kebenaran, maka kritik, sanggahan dan pikiran yang berbeda tidak akan mempunyai tempat dan akan dimusnahkan. Dalam rimba raya dengan hukum rimbanya tidak ada tanggungjawab manusiawi. Akibatnya lahirlah manusia-manusia yang hanya boleh mengatakan "ya" alias manusia-manusia budak tanpa prakarsa dan imajinasi. Puisi pun mati -- sekalipun orang-orang berlomba-lomba mengaku diri sebagai penyair. Ya, memang dalam situasi begini penyair memang diperlukan karena penyair adalah yang sanggup memberontak demi menjadi manusia. Apakah seorang Nero yang membakar Roma dan menikmati kebakaran Roma sebagai sebuah puisi bisa dikatakan seorang penyair manusiawi yang memanusiakan manusia? Apakah seorang tiran dan pembunuh bisa disebut sebagai penyair dan budayawan? Tiran dengan metode kekerasan, menciptakan manusia budak dengan ketakutan dan kemunafikan serta perangai menjilat ke atas menindas ke bawah, tidak mengizinkan perbedaan. Tiran menjadikan keinginan dan kata-katanya sebagai hukum dan standar kebenaran. Kata-kata dan keinginannya adalah azas tunggal. Keseragaman alias la pensée unique.Dilihat dari segi ini maka saya mempertanyakan apa yang ditulis oleh Dr.Emmanuel Subangun dalam buku "Negara Anarkhi" dan dipanandang oleh Aridus sebagai "perlu diresapi maknanya": "Kita hidup dalam adonan ideologis yang tidak pernah baik senyawanya. Kita tidak pernah bisa mengukur seberapa jauh kita sudah keluar dari model negara kolonial? Seberapa jauh kita berhasil keluar dari bingkai konflik abad XX dan bergerak menuju negara kesejahteraan". Pertanyaan saya timbul, karena terkesan Dr. Emmanuel Subangun dan disokong oleh Aridus menyesali keragaman ideologi "yang tidak pernah baik senyawanya". Kapan gerangan keragaman ini bisa "baik senyawanya" dalam sejarah? Apa gerangan standar baik dan tidak baik Subangun dan Aridus? Tidakkah standar merupakan satu tatanan nilai juga? Masalahnya saya kira bukan terletak pada bersenyawa dengan baik tapi bagaimana mengelola segala perbedaan. Pengelolaan adalah kemampuan orang perorang memberikan tempat bagi kebenaran orang lain, dan lebih-lebih lagi kemampuan organisator komunitas dan negara yang disebut negarawan. Perbedaan barangkali batu asah bagi pisau pengetahuan dan analisa kita. Meniadakan perbedaan barangkali sama dengan membuang batu asah dan membuat diri kita pisau tumpul. Melalui kutukan terhadap kemunafikan, kekerasan dan pola pikir serta mentalitas di atas, selain memperlihatkan keberpihakannya dan membuktikan misi kepenyairannya melalui sanjak, Gus Mus memasuki masalah hakiki sastra: pembangunan manusia yang manusiawi, aktor usaha memamusiakan manusia, kehidupan dan masyarakat. Kegiatan begini saya namakan sebagai kegiatan yang berorientasi pada kecendekiawanan. Secara singkat: kegiatan kecendekiawanan atau pemikiran. Kegiatan kecendiakawanan ini maerupakan dasar bagi kegiatan di sektor-sektor lain. Menentukan kadar kegiatan dan hasil kegiatan. Dalam pengertian kadar ini, termasuk masalah tanggap dan aspiratif terhadap tujuan pemanusiawiaan yang tak obah sebagai suatu perjalanan panjang berliku tak berujung. Karena itu sering saya teringat pada nasib Sysiphus, perbandingan Albert Camoes dalam melihat perjalanan hidup seorang anak manusia atau ungkapan Dayak Katingan "rengan tingang nyanak jata" [anak enggang putera-puteri naga].Perbedaan adalah bagian dari lika-liku perjalanan panjang tak berujung dan bersifat alami. Saya tidak tahu, apakah yang alami ini bisa diobah ataukah bersifat sebagai suatu hukum [bukan dalam pengertian legal] yang patut dipahami. Dengan memahaminya kita memperoleh kebebasan bertindak. Sanjak "Dor! Dor! Dor! Dor! Dor!" di atas, saya lihat sebagai bagian dari kegiatan berkecendekiawan Gus Mus. Paris, Nopember 2004. -------------------- JJ.KUSNI [Selesai] [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> $9.95 domain names from Yahoo!. Register anything. http://us.click.yahoo.com/J8kdrA/y20IAA/yQLSAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Posting: [EMAIL PROTECTED] 5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/