JURNAL KEMBANG KEMUNING  

KUROPTOR KAKAP INDONESIA DARI ETNIK TIONGHOA?!

Rinto Jiang dari Taiwan [?] dan Onny dalam milis budaya_tiunghoa [17 Februari 
2005, 11:34 AM]  menulis sebagai berikut :


----- Original Message ----- 
From: Rinto Jiang 
To: [EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, February 17, 2005 11:34 AM
Subject: [budaya_tionghua] Pengaburan Fokus Masalah (PM Singapura mendukung 
Korupsi di Indonesia karena semangat Chinese OverSIZE)


Onny menulis :

Dari pernyataan Sekretaris Eksekutif Government Watch Andi W Saputra, saya 
menarik kesimpulan bahwa :
1. Koruptor kakap di Indonesia adalah dari suku Cina
2. Singapura melindungi Koruptor Cina Indonesia karena semangat Chinese 
Oversize (Mungkin kesalahan wartawan, karena saya yakin maksudnya adalah 
Chinese Overseas)

Saya jadi bertanya-tanya. benarkah solidaritas Chinese Overseas begitu kuatnya 
sehingga mampu untuk membuat satu negara melindungi pelanggar hukum dari negara 
lain?

Saya sendiri berpendapat bahwa pernyataan PM Lee seharusnya disikapi sebagai 
sindiran beliau terhadap Penegakan Hukum di Indonesia. Walaupun koruptornya 
tertangkap, tetap saja kemungkinan bebas tetap ada selama perangkat Hukum 
Indonesia masih seperti saat ini. Jadi memang benar, ekstradisi belum tentu 
menjamin dihapusnya korupsi di Indonesia.

Tetapi hal yang menarik lagi adalah mindset Sdr. Andi mengenai Suku Cina 
Indonesia dan Chinese Overseas. Tidak heran jika Suku Cina Indonesia selalu 
menjadi korban di tiap kerusuhan, karena tetap saja diidentifikasikan sebagai 
'Mereka' (bagian dari Chinese Overseas) dan bukan 'Kita' (Rakyat Indonesia). 
Sad, but True.

Salam damai,

Onny 


Rinto Jiang :

Hehe, bagus sekali pandangan Bung Onny di atas.

Saya tambahkan pandangan saya. Masalah ekstradisi dengan Singapura ini 
sebenarnya satu macam pengalihan perhatian massa dari masalah2 yang lebih 
mendesak untuk dibereskan. Saya sendiri berpendapat bahwa sikap PM Lee menolak 
ekstradisi bukan bermaksud untuk melindungi koruptor2 tadi, namun sebagai itu 
memang hak suatu negara berdaulat untuk menolak permintaan negara lain. 
Singapura memang tidak bisa didikte mengenai masalah ini, bukan saja masalah 
ekstradisi, lihat saja masalah hukuman mati ataupun cambuk terhadap para 
pelanggar hukum di wilayah hukum mereka. Walaupun pemerintah Indonesia, 
Filipina, AS telah mengajukan permohonan keringanan, tetap saja ditolak. Mereka 
punya prinsip dan itu harus dihormati oleh Indonesia. Jangan pikir Singapura 
itu kecil lalu Indonesia boleh sewenang2 memaksakan kehendak dong, mau 
ekstradisi, Singapura harus manggut2.

Koruptor kakap di Singapura itu masalah kecil sebenarnya relatif bila 
dibandingkan dengan budaya KKN yang mengakar di dalam birokrasi Indonesia itu. 
Lha, yang di Indonesia sendiri kan tidak usah diekstradisi, tidak usah payah 
mengejar ke Singapura buat memberantas korupsi toh. Lalu kenapa bersikeras 
harus Singapura? Lagipula OK-lah, Singapura bersedia menandatangani persetujuan 
ekstradisi dengan Indonesia, lalu apakah masalah selesai begitu saja? Apakah 
koruptor kakap tadi gak bisa lari ke negara lain? Kayak Singapura saja satu2nya 
negara di dunia itu selain Indonesia.

Ini gaya pengaburan masalah yang kerap ada di birokrasi Indonesia.

Satu lagi, OK-lah kalau semua koruptor kelas kakap itu dari suku Cina, kenapa 
gak ditangkap dulu Cina2 koruptor yang ada di Indonesia itu? 

Lalu koruptor itu definisinya apa? Kalau menyuap juga termasuk koruptor, maka 
saya juga pernah jadi koruptor kelas teri, soalnya waktu perpanjangan paspor, 
karena waktu saya tidak banyak, jadi terpaksa harus membayar itu uang pelicin 
supaya bisa keluar tepat waktunya. Gimana yah ini? Apakah saya yang harus 
ditangkap atau yang memaksa saya jadi penyuap yang harus ditangkap?

Rinto Jiang 

ADA dua  masalah sentral yang muncul dari dari tulisan di atas, terutama "Dari 
pernyataan Sekretaris Eksekutif Government Watch Andi W Saputra, saya menarik 
kesimpulan bahwa :1. Koruptor kakap di Indonesia adalah dari suku Cina" dan 2. 
Singapura melindungi Koruptor Cina Indonesia karena semangat Chinese Oversize 
(Mungkin kesalahan wartawan, karena saya yakin maksudnya adalah Chinese 
Overseas)". 

Dua masalah sentral ini semuanya menarik perhatian saya tapi di sini saya 
membatasi diri pada soal pertama yaitu masalah "Koruptor kakap di Indonesia 
adalah dari suku Cina". Masalah ini menarik perhatian saya karena menyangkut 
hubungan antar etnis di Indonesia dan menjadi makin menarik karena ucapan 
demikian keluar dari mulut seorang  Sekretaris Eksekutif Government Watch 
bernama Andi W Saputra. 

Saya tidak tahu apakah pernyataan  Andi  W.Saputra [selanjutnya saya sebut 
Andi]  ini diucapkan secara sadar dengan maksud mengutarakan keadaan obyektif, 
didasarkan pada pengetahuan sejarah dan kelengkapan data atau lebih bermaksud  
memprovokasi diskusi tanpa kesungguhan, hanya Andi sendirilah yang paling tahu. 
Tapi sebagai Sekretaris Eksekutif sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat [LSM] yang 
serius seperti Government Watch [GW] jika pernyataan demikian lebih bermaksud 
memprovokasi diskusi tanpa didasari data kuat, barangkali ia merupakan sikap 
yang sangat tidak serius dan berbahaya, lebih-lebih jika dilihat dari hubungan 
antar etnik dan arti   warganegara Republik Indonesia.  Jika pernyataan ini 
tidak bisa dipertanggungjawabkan oleh Andi, maka dengan memojokkan satu etnis 
tertentu sebagai "koruptor kakap" , Andi jatuh kepada sikap rasistis, sikap 
yang sangat tidak layak sebagai sesama warganegara Republik Indonesia yang 
mengandung nilai-nilai republiken dan keindonesiaan. Lebih tidak layak dan 
tidak bertanggungjawab sebagai orang LSM dan lebih-lebih sebagai Sekretaris 
Eksekutif GW.  Membaca pernyataan ini [kalau apa yang ditulis oleh Onny dan 
Rinto Jiang benar], saya hampir tidak percaya seorang Andi dengan posisi 
demikian bisa mengeluarkan ucapan beracun dan memalukan seperti itu.

Dari segi linguistik, kalau pemahaman saya benar, umumnya istilah koruptor erat 
hubungannya dengan penyalahgunaan kekuasaan politik. Kamus Besar Bahasa 
Indonesia [terbitan  Departemen Pendidikan & Kebudayaan - Balai Pustaka, 
Jakarta , 1988, hlm. 462] merumuskan "koruptor" sebagai :"orang yang melakukan 
korupsi, orang yang menyelewengkan [menggelapkan] uang negara [perusahaan] 
tempat kerjanya. Sedangkan "korupsi" disebut oleh  "Kamus Besar" sebagai  
"penyelewengan atau penggelapan [uang negara atau perusahaan dsb.] untuk 
kepentingan pribadi  atau orang lain". "Korupsi waktu" oleh "Kamus Besar" 
dikatakan: "penggunaan waktu dinas [bekerja] untuk urusan pribadi" [hlm. 462]. 
Demikian "Kamus Besar". Sedangkan  dalam kehidupan sehari-hari korupsi lebih 
bersangkutan dengan penyalahgunaan kekuasaan baik di pemerintah serta berbagai 
aparatnya atau pun perusahaan-perusahaan negara [BUMN] sedangkan korupsi dengan 
urusan perusahaan swasta kurang dipermasalahkan karena perusahaan swasta lebih 
menyangkut tanggungjawab swastra dan usaha individual. Korupsi erat hubungannya 
dengan kepentingan publik. 

Dari pengertian koruptor dan korupsi seperti yang diutarakan oleh "Kamus Besar" 
serta yang umum dipahami dalam kehidupan sehari-hari di atas, muncul 
pertanyaan: Seberapa banyak gerangan warganegara RI asal etnik Tionghoa yang 
duduk di pemerintahan serta perangkat aparatnya atau menguasai BUMN? Kalau 
pengetahuan saya benar,  maka warganegara RI asal etnik Tionghoa yang duduk di 
kekuasaan boleh dibilang sangat langka. Kwik Kian Gie menjadi menteri baru 
terjadi setelah Soeharto turun dari kekuasaan kasatmata.  Sebelumnya, paling 
tidak selama tiga  dasawarsa kekuasaan Orde Baru [Orba], mereka dikucilkan dari 
kekuasaan politik dan ketentaraan walau pun sumbangan etnik ini untuk 
menegakkan RI tidak bisa diabaikan dan tidak terbantah.   Kita mengenal 
nama-nama seperti Oei Tjoe Tat, Siauw Giok Tjhan , Lim Koen Hian,  Tonny Wen, 
Tan Ling Djie, John Lie, dan sederetan nama besar pejuang lainnya dari berbagai 
angkatan .... Indonesia dan Republik adalah milik bersama semua etnik dan 
ditegakkan oleh semua etnik yang ada di negeri ini, tanpa etnik dan agama mana 
pun bisa menyebut diri sebagai pemegang monopoli jasa. Yang terjadi adalah 
justru pengingkaran jasa ini secara subyektif. Jika etnik Tionghoa sejak lama 
disingkirkan dari kekuasaan, lalu apa dasar alasan menyebut secara generalisasi 
seperti yang dilakukan oleh Andi, Sekretaris Eksekutif GW bahwa koruptor kakap  
berasal dari etnik Tionghoa?  Apa dasar data Andi untuk berkata demikian, 
kecuali kengawuran luar biasa? Yang banyak terjadi barangkali sebaliknya, yaitu 
warganegara RI dari etnik Tionghoa dijadikan sasaran pemerasan luarbiasa, 
dijadikan "kambing hitam", "perisai kekuasaan", sasaran kekerasan demi 
kekerasan", banyak yang hidup tanpa kertas-kertas formal RI  sehingga asing di 
negeri sendiri, dikenakan SBKRI [yang berhakekat alat pemerasan dan rasis pada 
warga negara sendiri], nama pun patut dirobah dengan dalih diindonesiakan 
[seakan-akan nama Arab dan Islam identik dengan keindonesiaan] dan 
sebagainya.... Indonesia sampai sekarang  adalah negeri yang mengasingkan 
warganegaranya sendiri, tidak bisa menghargai arti Republik dan Indonesia. Jika 
Andi tidak bisa mempertangungjawabkan pernyataan dengan cara generalisasi di 
atas, maka Andi termasuk orang yang berbuat demikian dengan mengatasnamai 
Government Watch. Bagaimana mungkin GW menjadi "watcher" pemerintah kalau 
sikapnya sendiri konyol seperti yang ditunjukkan oleh Andi sang sekretaris 
eksekutif? Mau ke mana Andi sang sekretaris eksekutif GW dengan pernyataannya?

Kalau koruptor kakap misalnya banyak yang berasal dari etnik Jawa, tetap akan 
keliru mengatakan bahwa etnik Jawa adalah etnik koruptor. Korupsi tidak usah 
dikait-kaitkan dengan asal etnik. Apakah karena Jendral Soeharto berasal dari 
etnik Jawa, lalu dikatakan bahwa etnik Jawa itu pembunuh semuanya secara umum? 
Pola berpikir begini saya kira sangat tidak mengena dan salah. Apakah karena 
Munir berasal dari etnik Arab maka semua warganegara RI asal Arab menjadi 
penjuang Hak Asasi Manusia sehingga tidak ada orang dari asal etnik ini yang 
menjadi bandit dan pembunuh serta koruptor? 

Dari metode berpikir dan menyimpulkan, dari segi sejarah, dari segi linguistik 
, apalagi dari segi data, dari segi politik, dari segi folosofi dan nilai 
republiken serta keindonesiaan, pernyataan Andi sekretaris eksektutif GW [kalau 
Onny dan Rinto Jiang benar dalam tulisan mereka] sangat tidak bisa 
dipertanggungjawabkan bahkan memalukan bukan hanya Andi sendiri tapi juga GW 
sebagai organisasi.  Layak pernyataan begini diminta pertanggungjawaban secara 
terbuka, karena ia sudah diucapkan pula secara terbuka. Kecuali kalau GW 
sebagai organisasi dan Andi tidak punya harga diri dan tanggungjawab. Saya 
hanya berharap bahwa kesimpulan Onny dan Rinto Jiang keliru sehingga saya 
menarik kembali semua yang saya tuliskan di atas mengenai GW dan Andi. Saya pun 
juga berharap bahwa sesungguhnya Andi tidak berkata demikian. Tapi jika 
kesalahan terletak pada wartawan dalam memahami pernyataan sumber berita, maka 
kejadian ini koreksi ulang yang keras kepada para wartawan, baik dalam 
menangkap hakekat pernyataan, mau pun dalam menutur ulang ke dalam berita atau 
artikel. Begitu rendahnyakah taraf daya serap, daya  tangkap, intelegensi, 
kemampuan berbahasa Indonesia dan tanggungjawab wartawan Indonesia sehingga 
mendengar sumber dan menutur ulang pun jadi tidak layak sehingga menimbulkan 
kesalahpahaman besar?!


Paris, Februari 2005.
---------------------
JJ.KUSNI

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give underprivileged students the materials they need to learn. 
Bring education to life by funding a specific classroom project.
http://us.click.yahoo.com/4F6XtA/_WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke