Ini benar mBak. Dalam Injil ada perintah Tuhan pada seorang 
nabi,bernama Jehezkiel, dimana kita, anggauta jemaat, harus saling 
menegur dan memperingatkan, kalau ada penyimpangan oleh saudara 
saudara kita seiman. Betul.

Tetapi disini, terutama, seperti saya uraikan sebelumnya, saling 
mengingatkan dalam PEMENUHAN dharma kita.

Namun, ber-putar-putar meributkan definisi keIlahian, apalagi dengan 
saudara tak sekepercayaan, hanyalah membuang waktu.

Kita percayai Dia adalah Mahakuasa, Mahabaik, Mahapengasih, cukuplah. 
lalu, langsung beranjak pada pengamalan dharma. Sekarang tidak esok. 
Dunia ini akan berubah menjadi tamansari, hijau dengan bunga warna 
warni, bukan bagaikan medan perang yang berlumuran darah.


ya kan mBak?

Salam

Danardono

--- In ppiindia@yahoogroups.com, "Lina Dahlan" <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
> 
> mbah,
> Ini kan kewajiban kita juga terhadap sesama untuk saling 
> mengingatkan. Semua ada  manfaatnya. Apa kita tahu netters di milis 
> ini semuanya intelektualitas tentang Ilahi dah dipenuhi?
> That what mailist are for, I think.
> 
> 
> --- In ppiindia@yahoogroups.com, "RM Danardono HADINOTO" 
> <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> > 
> > Mas Robert,
> > 
> > seorang sahabat dalam falsafat pernah menasehati saya, untuk tak 
> > terlalu menghabiskan waktu dalam perdebatan intellektualitas 
> > mengenai diri Ilahi, apalagi kalau sampai terjadi saling 
> memojokkan.
> > 
> > Tetapi pakailah waktu kita, yang sedikit ini (berapa lamakah kita 
> > masih hidup?) untuk memenuhi kewajiban kita didunia ini (kita 
> belum 
> > disurga atau dineraka), kewajiban terhadap keluarga, sesama, 
> > masyarakat apapun agama mereka. Ber-dharma. Sekarang, bukan esok, 
> > minggu depan atau entah kapan.
> > 
> > Taruhan, mengenai surga atau neraka itu bagaimana, siapa yang 
> > diselamatkan,siapa yang menyelamatkan, atau wujud Ilahi itu 
> sendiri, 
> > tak perlu kita lakukan sekarang, karena jawabannya akan kita 
> dapat, 
> > nanti kalau kita sudah tidak disini.
> > 
> > Ini juga berlaku bagi Franz Magnis, Hans Küng atau siapapun.
> > 
> > Bukan jubah rohaniwan, gelar keagamaan, atau usia yang memberikan 
> > kita jalan menuju kesempurnaan.
> > 
> > Tetapi dharma kita masing masing.
> > 
> > salam
> > 
> > danardono
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > --- In ppiindia@yahoogroups.com, Robertus Budiarto 
> > <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> > > 
> > > 
> > > Mungkin yang dimaksud Magnis itu Pluralisme yang murahan, 
> seperti 
> > omongan Hans Küng di bawah ini. Kalau ngeliat tulisan dan kiprah 
> > Magnis sampai setua ini kayanya sih iya. 
> > > 
> > >  
> > > 
> > >  
> > > 
> > > Ini ada terjemahan menarik dari tokoh Pluralisme dan Teolog 
> > Katolik Jerman kelas dunia, Hans Küng.
> > > 
> > > Di antara Absolutisme dan Relativisme
> > > 
> > > …………………
> > > 
> > > Demikian aku mencoba jalan tengah yang sulit, berjalan di 
antara 
> > kedua ekstrem. Di satu sisi aku ingin menghindari Absolutisme 
yang 
> > ndablek, yang sok (Islam atau Kristen), yang mengabsolutkan 
> > kebenarannya dari kebenaran yang lain. Di sini tidak akan dibela 
> > stand point yang eksklusif, yang menghakimi secara keseluruhan 
> > kebenaran non-Kristen. Tidak juga stand point superioritas, yang 
> > menganggap agama sendiri sejak awal sebagai (dalam hal ajaran, 
> etik, 
> > hukum) yang lebih baik. Stand point seperti itu hanya mengarahkan 
> > manusia ke sikap apologetis yang enak, yang mengarah pada 
> > ketidakmampuan belajar dan sikap sok benar. Pendeknya mengarahkan 
> ke 
> > sebuah dogmatisme, yang dari awal yakin telah memiliki seluruh 
> > kebenaran, dan oleh karenanya tak akan bisa menemukan kebenaran 
> itu 
> > sendiri.
> > > 
> > >  
> > > 
> > > Pada saat bersamaan ,sebagai teolog kristen aku juga tak 
> > mengharapkan dari siapapun, sebuah relativisme yang dangkal dan 
> tak 
> > bertanggungjawab, yang merelatifkan semua kebenaran dan menyama-
> > ratakannya. Rasanya hal ini tak bisa dipertahankan, sebuah 
> > pluralisme asal-asalan, yang tak membedakan agamanya sendiri 
> maupun 
> > agama lain, tanpa memperhatikan ke-tidakbenar-an yang ada baik 
> pada 
> > agama sendiri maupun pada agama lain. Bagiku yang juga tak dapat 
> > dipertahankan adalah sebuah indifferentisme yang membebaskan 
> posisi-
> > posisi dan keputusan-keputusan keagamaan tertentu dari kritik. 
> Stand 
> > point seperti itu hanya mengarahkan kita kepada toleransi yang 
> > murahan, kepada sikap cuek "anything goes", sebuah kesalahpahaman 
> > tentang liberalisme, di mana pertanyaan tentang kebenaran 
dianggap 
> > sepele atau bahkan sama sekali tak dipertanyakan.
> > > 
> > >  
> > > 
> > > Dari situlah kita berpijak: Sekarang ini juga menurut pemahaman 
> > Kristen, batas antara benar dan tidak, tidaklah terletak di 
antara 
> > agama Kristen dan agama-agama lain, tetapi sebagian batas itu 
juga 
> > berada di dalam agama kita sendiri. Di sini berlaku prinsip 
dasar: 
> > Jangan tolak kebenaran yang ada di agama lain, tapi jangan juga 
> > telan secara tidak kritis ke-tidakbenar-an yang ada. Konsens 
> > mengenai itu seharusnya mungkin. Kita membutuhkan dialog yang 
> > terdiri dari saling memberi dan menerima, yang di dalamnya tujuan-
> > tujuan paling bermakna dari agama-agama harus tertampung: jadi 
> > sebuah dialog yang kritis, di mana semua agama dituntut tidak 
> untuk 
> > membela semua kebenaran, tetapi mengatakan yang terbaik dan yang 
> > terdalam. Pendeknya, kita membutuhkan sebuah dialog dalam rasa 
> > saling bertanggungjawab dan dalam kesadaran, bahwa kita semua 
> tidak 
> > memiliki kebenaran yang selesai, lengkap, sempurna, tetapi selalu 
> > dalam perjalanan menuju kebenaran yang makin besar.
> > > 
> > >  
> > > 
> > > ………… Oleh karenanya umat manusia tak akan pernah cukup untuk 
> > saling mengenal satu sama lain. Tetapi yang tidak kalah penting 
> > daripada pengenalan atau pengetahuan tentang yang lain, adalah 
> > empati dan simpati, merasakan dan berbagi rasa dengan manusia 
yang 
> > berbeda agama, yang walaupun mempunyai cara yang sangat berbeda, 
> > tetaplah sesama manusia di dunia ini.
> > > 
> > >  
> > > 
> > > ………….. Saling bertukar informasi, saling berdiskusi, saling 
> > bertransformasi: Dengan perlahan tidak menuju ke percampuran yang 
> > tidak kritis, tetapi menuju penerangan, sapaan, pendalaman, 
> > pengkayaan yang kritis dari agama-agama yang berbeda, seperti 
yang 
> > telah berjalan di antara berbagai konfesi di dalam agama Kristen- 
> > dalam teori dan praksis. Ya ini mungkin suatu jalan menuju saling 
> > pengertian antara agama-agama, yang tidak akan menghasilkan satu 
> > agama dunia, tetapi sebuah perdamaian sejati –setelah perang 
panas 
> > dan dingin dengan korban tak terhitung.
> > > 
> > > (Diterjemahlan dari buku "Christentum und Weltreligionen 
ISLAM", 
> > Hans Küng, hal 14-17.)
> > > 
> > >  
> > > 
> > >  
> > > 
> > > "There can be no peace among nations without peace amongst 
> > religions; No peace is possible between religions without 
dialogue 
> > between them; and no dialogue can be had between the religions 
> > without investigation of their individual foundations."
> > > 
> > >  
> > > 
> > >  
> > > 
> > >           
> > > ---------------------------------
> > > Do you Yahoo!?
> > >  Yahoo! Mail - 250MB free storage. Do more. Manage less.
> > > 
> > > [Non-text portions of this message have been removed]





------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Help save the life of a child.  Support St. Jude Children's Research Hospital's
'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke