Kamis, 03 Maret 2005
Timur Tengah dan Arogansi Amerika ''Saya punya daftar panjang sikap arogan Amerika Serikat. Tapi itu tak memaafkan untuk toleransi terhadap perilaku tak etis orang-orang Islam,'' ujar Dr Khaled M Abou El Fadl. Karena itu, kata guru besar hukum Islam di University of California at Los Angeles (UCLA) itu mengajak umat Islam mengorganisasi diri dengan baik untuk mempengaruhi kebijakan luar negeri AS. ''Jika ingin mempengaruhi kebijakan luar negeri AS, harus punya tekad menjadi orang dalam AS. Jangan seperti orang asing dan berusaha mendapatkan kemauan sendiri di AS,'' ujar Khaled. Maka, mencaci AS, tapi kemudian di kesempatan lain mengatakan butuh kerja sama dengan AS, menurut Khaled, merupakan tindakan yang munafik dan dangkal pemikiran. Tapi siapa yang sebenarnya butuh kerja sama? Irak toh bisa bertahan di bawah embargo AS, hingga akhirnya AS merasa perlu menyingkirkan Saddam Hussein yang dianggap tak bisa diajak kerja sama. Iran juga begitu, bisa bertahan meski diembargo AS sejak Revolusi Iran. Khaled memandang, politisi AS merasa ''lebih tahu'' tentang dunia Islam. Irak dianggap tak punya hukum, tak punya dasar pengetahuan tentang negara hukum. ''Tapi mengirim orang usia 32 tahun dan baru mengajar di universitas satu tahun, untuk membantu Irak membuat UUD, gila namanya. Aneh. Irak kan punya sarjana-sarjana dari universitas terkenal di dunia,'' ujar Khaled. Langkah ini mahal bagi hubungan AS-Islam. ''Kekuasaan adalah sesuatu yang berbahaya. Kalau mabuk kerkuasaan akan melakukan hal bodoh, melanggar hukum. AS buat kesalahan yang menyedihkan dan konsekuensinya berkepanjangan dan merusak citra,'' kata Khaled. Tentang Iran, kini Iran mempunyai peran penting di Timur Tengah, dengan pusat energinya. Jika Iran meneruskan proyek nuklir, kata guru besar Universitas Columbia, Garry Sick PhD, akan mengubah peta geopolitik di Timur Tengah. Iran jadi penyeimbang kekuatan Israel, yang telah lebih dulu mempunyai pusat nuklir. Negara mana pun, kata Sick, jika dalam posisi seperti Iran akan mencari banyak nuklir. ''Di AS banyak yang setuju bahwa itulah yang harus dilakukan Iran,'' ujar Sick, yang pernah ke Iran bersama Bush senior di awal 1970-an, membahas bantuan nuklir AS untuk Iran. Saat itu AS bersedia menjual reaktor nuklir ke Iran, ketika Shah Iran menjadi sekutu AS. Sick menjelaskan, di era 70-an, koordinasi politik di Timur Tengah selalu dikoordinasikan AS-Iran. Adanya sandera AS di Teheran menganggu hubungan itu dan menjadi permusuhan yang sangat pahit. AS dinilai Sick tak mampu memperbaiki hubungan dengan Iran hingga kini. Ketika AS mengatakan Iran sebagai poros setan dan negara tiran yang harus dibasmi, Iran dinilai banyak kalangan menjadi khawatir, sehingga perlu memperkuat diri. AS sendiri mengeluarkan kebijakan ganda. ''Wapres Cheney mengatakan tak bisa menjamin Israel tak akan serang Iran. Menlu Rice mengatakan bahwa kasus Iran bisa diselesaikan lewat diplomasi. Dua-duanya bisa berjalan bareng,'' ujar Sick. Di lingkungan Deplu, pemikiran menyerbu Iran dengan kekuatan militer bukanlah sebuah pilihan. Alasannya, militer AS telah berkonsentrasi di Irak dan Afghanistan. Tapi mengapa AS tak gusar dengan kekuatan nuklir Israel? ''Orang-orang Washington tak percaya Iran, tapi percaya pada Israel,'' jawab Sick. PM Israel Ariel Sharon, kata guru besar UCLA, Michael Intriligator, adalah sahabat dekat Bush. Itu pula sebabnya, Bush juga lebih suka mendukung Israel dalam kasus Palestina, di samping Israel sebagai negara orang-orang Yahudi. ''Israel hanya didukung oleh AS. Sedangkan Palestina, didukung oleh 56 anggota OKI, di situ ada Indonesia, Malaysia, Bangladesh, dan lain-lain,'' kata David A Haris, direktur eksekutif The American Jewish Committee, New York. Maka, untuk menciptakan perdamaian di Timur Tengah, kata Haris, tak bisa dengan cara menyingkirkan Israel. ''Pada 1947 PBB membawa isu Palestina. Solusinya, Yahudi butuh negara sendiri, meski ditolak negara-negara Arab,'' kata Haris. Kini telah ada lebih 100 ribu warga Palestina mati dibombardir Israel. ''Korban banyak tak berarti sebagai pihak yang benar,'' tukas Haris. Israel sendiri dari 6 juta penduduk, 1.000 di antaranya mati karena bom di Tepi Barat. Karena itu mereka membuat pagar. Pagar itu, menurut Haris, bukan untuk memusnahkan prinsip-prinsip damai, melainkan untuk mencegah orang masuk dari Tepi Barat membawa bom untuk bunuh warga Israel. ''Tragedi paling besar bagi Palestina adalah kepemimpinan 45 tahun Yasser Arafat,'' tegas Haris. Amerika arogan? (pry ) ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Help save the life of a child. Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.' http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/