Ketika menaikan harga BBM, pemerintah berdalih tidak
punya uang untuk mensubsidi rakyat keicl. Ketika
menyerahkan pengelolaan kekayaan alam ke perusahaan
asing, pemerintah berkilah tidak punya uang untuk
membangun sendiri pertambangan.

Herannya, kok pemerintah bisa mengeluarkan uang
sebesar Rp 75 milyar untuk membeli satu rumah Dubes di
atas lahan 10.000 m2 di Swiss dengan menghadap ke
danau Jenewa.

Kalau 1 Dubes harga rumahnya Rp 75 milyar, berarti
pemerintah mengeluarkan uang Rp 3,75 trilyun hanya
untuk rumah 50 Dubes!

Adakah sesuatu yang salah di sini?

--- heri latief <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> http://www.jawapos.com/index.php?act=detail&id=4761
>  
> Selasa, 05 Apr 2005,
> Disorot, Rumah Dubes Rp 75 M 
> 
> 
> JAKARTA - Departemen Luar Negeri (Deplu) kembali
> disorot. Setelah anggaran diplomasi sengketa
> Perairan Ambalat yang diajukan Deplu dipersoalkan,
> departemen yang dipimpin Hassan Wirajuda tersebut
> dikritik lagi. Kali ini, Deplu tiba-tiba memutuskan
> membeli sebuah rumah mewah di Jenewa, Swiss, untuk
> keperluan dinas Makarim Wibisono, duta desar RI
> untuk PBB. 
> 
> Anggaran untuk pembelian rumah itu mencapai 9,6 juta
> franc Swiss atau USD 8,1 juta (sekitar Rp 75
> miliar). DPR RI langsung mempersoalkan pembelian
> rumah mewah bagi Dubes Makarim tersebut.
> 
> "Kami mempersoalkan karena timing-nya kurang tepat.
> Saat negara kita dilanda banyak bencana, Deplu malah
> membeli rumah mewah untuk Dubes-nya. Ini jelas
> memberikan opini negatif di luar negeri," ujar
> anggota Komisi I DPR Djoko Susilo di Jakarta
> kemarin.
> 
> Dia lantas membeberkan, rumah yang dibeli pada akhir
> Maret lalu itu berdiri di atas lahan seluas 10 ribu
> meter persegi (satu hektare). Bangunannya berlantai
> dua berlokasi di Distrik Collonge-Bellerive dengan
> pemandangan menghadap ke Danau Jenewa (Lake Geneva).
> 
> 
> Sebuah harian Swiss, Le Matin, edisi Minggu lalu
> juga menulis soal pembelian vila mewah yang disebut
> bergaya atau mirip istana tersebut. Seperti yang
> dikutip kantor berita AFP, Le Matin menulis bahwa
> rumah mewah itu dilengkapi beranda yang luas serta
> kolam renang. Areal parkirnya sangat luas. Di areal
> rumah itu juga ada rumah terpisah bagi pembantu,
> rumah perapian, dan lapangan voli.
> 
> Kepada koran Swiss tersebut, Wakil Dubes RI di
> Jenewa Eddi Hariyadhi menyatakan bahwa rumah
> tersebut dibeli jauh sebelum terjadi musibah tsunami
> pada 26 Desember 2004. Bahkan, dia mengaku rumah itu
> dibeli setelah pencarian selama beberapa bulan.
> "Harganya juga normal untuk perumahan bagi para
> diplomat dan pejabat senior," katanya.
> 
> Rumah itu menjadi aset negara karena dibeli dari
> anggaran Deplu yang masuk pos APBN. Selanjutnya,
> rumah tersebut akan ditempati Makarim Wibisono, 58,
> bersama istri serta tiga anaknya. Apalagi, Makarim
> baru terpilih menjadi ketua Komisi HAM PBB yang
> berkedudukan di Jenewa, Swiss.
> 
> "Idenya memang oke. Sebab, bagus jika kita memiliki
> aset baru. Hanya, timing-nya tidak tepat. Semestinya
> menunggu sampai 3-4 bulan kemudian," tegas Djoko.
> Selama ini, aset rumah yang dimiliki Indonesia di
> Jenewa berstatus sewa. Dalam jangka panjang,
> memiliki aset sendiri jauh lebih efisien
> dibandingkan terus-menerus menyewa.
> 
> Djoko mengaku, pembelian rumah itu sudah berlangsung
> cukup lama. Semestinya, kata dia, hal tersebut
> ditunda dulu sementara hingga penanganan bencana di
> tanah air berjalan. "Yang jelas, pembelian rumah itu
> juga belum dikonsultasikan ke Panitia Anggaran DPR,"
> jelasnya.
> 
> Soal kemungkinan adanya mark up (penggelembungan
> harga) atau KKN, dia menilai bahwa itu sulit
> terjadi. Sebab, proses jual beli di Eropa, seperti
> Swiss, sangat ketat. Soal harga, itu juga relatif.
> Sebab, tanah dan bangunan di Swiss memang sangat
> mahal. "Tapi, kami menilai, teman-teman di Deplu tak
> punya sense of crisis," ujar wakil ketua FPAN DPR
> tersebut.
> 
> Selain memicu opini negatif di luar negeri, kata
> dia, pembelian rumah tersebut melukai masyarakat di
> dalam negeri. Sebab, mereka sedang menderita akibat
> berbagai bencana serta adanya kebijakan pemerintah
> menaikkan harga BBM. Dirinya dan Komisi I DPR juga
> akan menanyakannya ke Deplu soal alasan pembelian
> rumah itu dilakukan secara tunai (cash).
> 
> "Jangan mentang-mentang punya uang, kemudian pakai
> anggaran seenaknya," ujar Djoko. Menurut dia, Deplu
> sebenarnya bisa membeli dengan cara mencicil lewat
> kredit bank. Apalagi, suku bunga di Eropa relatif
> kecil. 
> 
> Ketika dikonfirmasi koran ini tadi malam, Sekjen
> Deplu Sudjadnan Parnohadiningrat membenarkan soal
> pembelian rumah tersebut, termasuk harganya yang
> mencapai Rp 75 miliar. "Itu benar dan transaksinya
> dilakukan pada November lalu. Tapi, bahasanya, rumah
> tersebut bukan untuk Pak Makarim, melainkan rumah
> dinas dan aset milik negara," jelasnya.
> 
> Lantas, mengapa harus membeli rumah baru? Diplomat
> kelahiran Jogjakarta tersebut menjawab bahwa rumah
> dinas Dubes Makarim yang sekarang sangat kecil.
> "Bahkan, gara-gara (rumah dinas itu) sempit, mobil
> diplomat yang diparkir di trotoar sering kena surat
> tilang," ungkapnya.
> 
> Bahkan, lanjut dia, rumah yang kecil tersebut masih
> harus disewa seharga 10-12 ribu franc Swiss per
> bulan atau sekitar Rp 80 juta per bulan. "Karena
> itu, kami memutuskan membeli," tegasnya.
> 
> Mengapa semahal itu dan harus tunai? Sudjadnan
> menjelaskan, pembelian rumah tersebut sudah lama,
> yakni sekitar setahun ini. Selain itu, ada enam
> rumah yang dijadikan perbandingan. Hasilnya, rumah
> Rp 75 miliar itulah yang paling pas dan dipilih.
> "Jadi, ini tidak berhubungan dengan terpilihnya Pak
> Makarim. Kebetulan beliau yang pertama akan
> menempati," katanya. 
> 
> Soal pembelian tunai, dia menjelaskan bahwa dana
> yang tersisa untuk tahun anggaran 2004 memang
> mencukupi. "Aset tersebut menguntungkan kita dan
> semuanya bisa dipertanggungjawabkan. Ini juga di
> Swiss, Mas. Semua begitu ketat (mahal, Red),"
> ujarnya. (adb/naz)
> 
> 
>               
> ---------------------------------
> Do you Yahoo!?
>  Better first dates. More second dates. Yahoo!
> Personals 
> 
> [Non-text portions of this message have been
> removed]
> 
> 


Bacalah artikel tentang Islam di:
http://www.nizami.org


                
__________________________________ 
Do you Yahoo!? 
Yahoo! Personals - Better first dates. More second dates. 
http://personals.yahoo.com



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give the gift of life to a sick child. 
Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/lGEjbB/6WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke