HUKUM KOMERSIL ( II )
   
  Preman itu sangat tahu, bahwa hukum di republik ini memang kacau. Dasar 
pertimbangan preman itu berdasarkan realita kinerja hukum di negara ini. Kalau 
hukum bukanlah alat untuk menggerakkan suatu proses keadilan. Tetapi 
“membisniskan” keadilan tersebut sesuai dengan kesepakatan dari “tawar-menawar” 
dan kesiapan dana untuk “dihibahkan” ke kantong aparat hukumnya. Dari 
kepolisian, kejaksaan, sampai sang hakim. Bahkan ketika berurusan dengan pihak 
hukum, preman tersebut sedang mengalami krisis anggaran di rumahnya. Maka 
beberapa pukulan sempat melayang ke wajah preman tersebut ketika diperiksa di 
kantor kepolisian. 
   
  Berbicara mengenai kinerja hukum dan aparaturnya di Indonesia, sama dengan 
kita harus berbicara tentang praksis nyata dari para penguasa hukum itu 
sendiri. Dalam artian, ketika penguasa hukum itu telah memetaforakan diri dan 
lembaganya sebagai salah satu bagian dari “pasar keadilan”, terutama bagi 
seseorang yang tengah berurusan dengan persoalan hukum, bahkan lebih parah dari 
itu. Maka dari itu, seorang pengusaha “sukses” pernah bilang kepada saya bahwa 
di Indonesia adalah tempat yang nyaman untuk berbisnis. Karena di Indonesia 
bisa bermain “mafia-mafiaan” dengan seluruh aparatnya. “Masak mereka gak doyan 
sama duit sih?!”, demikian ucap pengusaha itu.
   
  Berbicara tentang “pasar keadilan” ini, tentunya ini selalu disesuaikan 
dengan tuntutan jaman. Maksudnya, sekarang aparat hukumnya tidak sekeras 
seperti dulu sewaktu masa Orde Baru. Sekarang ini mereka lebih mau terbuka dan 
demokratis. Siap dengan beberapa perdebatan ketika sedang dalam proses 
“tawar-menawar”. Kalau kemarin, prosesnya lebih didominasi oleh tuntutan 
aparatnya, sekarang tuntutan itu sudah bisa diseimbangkan dalam suatu lobi 
taktis yang penuh rasa persahabatan. Jadi sikap mereka jauh lebih mengutamakan 
fleksibilitas dalam “penawaran”. Enak bukan…???
   
  Namun nasib preman itu lebih tragis karena duitnya tidak tebal, sehingga 
aparat hukum menjadi kehilangan rasionalitasnya untuk memperlakukan si preman 
dengan cara-cara barbar, dan melegitimasi kekerasan sebagai alat pelampiasan 
kekesalan pribadi aparat. Dan di Indonesia sangat sulit mendapat jaminan 
kepastian hukum, selama duit tidak dijadikan “peluru” efektif pengendali 
aparat. Apalagi baru kali ini si preman itu masuk dalam penjara, karena selama 
ini sejak karier profesinya dimulai sebagai tukang copet antar terminal, ia dan 
kelompoknya selalu “bermitra strategis” dengan aparat intel untuk mendapat 
jaminan “keselamatan” selama ia beroperasi.
   
  Inilah realita hukum di republik ini, ketika sistem dan mentalitas 
aparaturnya adalah komersial. Berapa harga untuk menjadi seorang aparat 
kepolisian, tentara, pegawai negeri sipil, dan “abdi negara” lainnya? Ini 
adalah rahasia umum, “tau sama tau”, dan pokoknya: “bisa mendapat gaji buta 
dari negara, dan pensiun juga bisa dapat jaminan gaji”. Mentalitas semacam 
inilah tetap tumbuh subur hingga pemerintahan presiden SBY saat ini. Tanya 
kenapa?***
   
  Oktober 2006, Leonowens SP            
   
     
   

                
---------------------------------
How low will we go? Check out Yahoo! Messenger’s low  PC-to-Phone call rates.

[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Kirim email ke