http://www.suarapembaruan.com/index.php?detail=News&id=18633

2010-05-17
Presiden SBY: Tolak Pendirian Negara Islam


dok sp
Susilo Bambang Yudhoyono

[JAKARTA] Negara Indonesia bukanlah negara Islam. Karena itu, segala bentuk 
pemaksaan kehendak untuk berdirinya negara Islam harus ditolak."Meskipun 
Indonesia bukan negara Islam, sesungguhnya kita menghormati, mengadopsi nilai 
dan hukum Islam dalam praktik berbangsa dan bernegara kita. Tetapi, kalau 
kelompok ini kembali untuk mengubah dasar negara kita, konstitusi kita, 
mengubah kerangka negara kita, tentu itu sesuatu yang tidak bisa diterima oleh 
rakyat Indonesia," tegas Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), saat 
memberikan keterangan terkait aksi terorisme, sebelum melakukan kunjungan kerja 
ke Malaysia dan Singapura, di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin 
(17/5).


Presiden yang didampingi Wakil Presiden Boediono, Ketua DPD Irman Gusman, Menko 
Polhukam Djoko Suyanto, Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Mensesneg Sudi 
Silalahi, Seskab Dipo Alam, Menlu Marty Natalegawa, Menhan Purnomo Yusgiantoro, 
Mentan Suswono, Mendiknas M Nuh, Menakertrans Muhaimin Iskandar, Kembudpar Jero 
Wacik, Kepala BKPM Gita Wirawan mengatakan, kelompok teroris ini memaksakan 
kehendaknya untuk mendirikan negara Islam. 


"Saya mengajak rakyat Indonesia untuk bersama-sama menyelamatkan bangsa kita 
dan rakyat kita dari ancaman terorisme dari pihak-pihak yang tidak bertanggung 
jawab. Kepada seluruh kepala daerah, seluruh provinsi, kabupaten, dan kota, dan 
kepada semua pihak untuk waspada, kontributif dan melakukan pencegahan 
terorisme. Bagi anak-anak kita jangan sampai terjebak dalam terorisme," kata 
Presiden.

Anggota Baru
Presiden mengatakan, meskipun tokoh-tokoh utama yang membuat negara Indonesia 
tidak aman selama 10 tahun sudah dilumpuhkan, tetapi ternyata pelaku-pelaku 
yang selama ini melakukan aksi-aksi terorisme masih melakukan tindakan serupa. 
"Meski pernah dipenjarakan, keluar lalu melakukan hal yang sama. Karena itu, 
yang kita hadapi saat ini sesungguhnya mereka-mereka yang selama 10 tahun 
terakhir memimpin, mengendalikan, merencanakan dan melakukan aksi-aksi 
terorisme ditambah dengan anggota-anggota baru," kata Presiden. 


Presiden menambahkan, yang menarik perhatian semua pihak adalah sasaran dari 
terorisme yang berubah. "Yang dulu biasanya sasaran asing, tetapi kini mereka 
juga menjadikan bangsa sendiri, negara sendiri, pemerintah sendiri sebagai 
sasaran.  Ini terkuak dan dapat diketahui dari hasil investigasi, pengakuan 
mereka sendiri. SMS yang masuk ke saya minggu-minggu terakhir ini bahwa mereka 
mengarah untuk terus melakukan aksi terorisme, kelompok itu, karena mereka 
ingin kembali untuk berdirinya sebuah negara Islam. Sesuatu yang sudah rampung 
dalam perjalanan sejarah bangsa kita," kata Presiden. Selain itu, Presiden 
melanjutkan, kelompok ini juga menolak demokrasi. Demokrasi adalah pilihan, 
hasil dari buah reformasi. "Ini tentu bertentangan dengan kehendak bangsa 
Indonesia secara keseluruhan," kata Presiden.


Di samping itu, kata Presiden, kelompok teroris menggunakan Aceh sebagai basis 
pengorganisasian dan latihan maupun rencana-rencana lainnya termasuk tempat di 
Provinsi lain," kata Presiden yang berjanji akan membahas pencegahan gerakan 
transnasional dengan pemerintah negara tetangga dalam kunjungannya ke Malaysia 
dan Singapura. [W-12]

++++

 

http://www.presidensby.info/index.php/fokus/2010/05/07/5406.html

Jumat, 7 Mei 2010, 11:43:57 WIB
Indonesia Miliki Tugas Sejarah Mengembalikan dan Membangun Kejayaan Islam

Jakarta: Sebagai sebuah negara nasional yang berpenduduk mayoritas muslim, 
Indonesia memiliki tugas sejarah untuk mengembalikan dan membangun kejayaan dan 
keagungan Islam. Penegasan tersebut disampaikan Presiden Susilo Bambang 
Yudhoyono pada bagian lain sambutannya pada Kongres Umat Islam Indonesia V di 
Ruang Serbaguna Asrama Haji, Pondok Gede, Jakarta Timur, Jumat (7/5) pagi.

Negara-negara Islam di dunia, jelas Presiden, meletakkan harapan kepada 
Indonesia sebagai salah satu pemimpin dalam membangun peradaban dunia. Dan juga 
turut aktif dalam menjembatani peradaban Islam, Timur, dan Barat. "Kita tidak 
mengenal dan tidak boleh membiarkan terjadinya benturan antarperadaban, clash 
of civilization," ujar SBY. "Yang kita kenal dan harus terus kita bangun adalah 
kerukunan atau harmoni antarperadaban," tambahnya.

Menurut SBY, di kalangan internasional, Indonesia diakui sebagai contoh, role 
model, dimana Islam, demokrasi, dan modernitas dapat berjalan seiring dan 
sejalan. "Dunia menyaksikan bahwa Islam, demokrasi, dan modernitas dapat tumbuh 
dan berkembang. Saling mendukung dan saling memperkuat di negeri kita," jelas 
Presiden SBY. Prinsip-prinsip sosial politik yang diajarkan Islam juga turut 
mendorong tumbuhnya masyarakat yang sejahtera, demokratis, dan berkeadilan.

Terkait dakwah-dakwah Islam di tanah air, Presiden mengatakan sudah menunjukkan 
peningkatan. "Menunjukkan kualitas yang lebih baik dan kuantitas yang lebih 
berkembang," kata Presiden. Meskipun Indonesia bukan negara Islam, namun dalam 
menetapkan peraturan perundang-undangan, pemerintah telah mengadopsi beberapa 
dari ajaran Islam, seperti UU Perkawinan, UU Wakaf, UU Zakat, dan UU Haji. 
"Peraturan perundang-undangan itu memberi manfaat dan maslahat yang sangat 
besar bagi kepentingan umat Islam," Presiden menjelaskan.

Di akhir sambutannya, Presiden SBY meminta para pemimpin bertindak nyata untuk 
membangun kepatuhan kepada aturan, etika, dan pranata dengan memberikan contoh 
yang baik kepada masyarakat, pendidikan, sosialisasi, dan bimbingan yang 
persuasif. "Saya sungguh menggarisbawahi pendekatan dan cara-cara yang edukatif 
dan persuasif dalam menegakkan aturan dan pranata daripada cara-cara yang 
represif dan punitive atau penghukuman," tandas SBY. (yun) 


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke