*PENGENDALIAN DIRI*


Saya yakin, tidak ada kesuksesan yang didapat tanpa usaha, kerja keras, dan
disiplin diri yang tinggi. Dan tidak ada kesuksesan yang bertahan lama tanpa
dedikasi, profesionalisme dan integritas yang tinggi. Tapi percaya atau
tidak percaya, penentu akhir dari semua kesuksesan ataupun setiap keputusan
yang akan menghasilkan kesuksesan tersebut, bukanlah semua hal di atas.
Penentu akhir dari kesuksesan adalah kemampuan untuk mengendalikan diri.
Terdengar sederhana, terkesan mudah, tapi coba lakukan dengan refleks penuh,
maka saya yakin kita semua sependapat, mengendalikan diri adalah hal
tersulit.

Mengendalikan diri termasuk mengendalikan ego, mengendalikan hawa nafsu,
mengendalikan emosi, mengendalikan rasa iri, mengendalikan kemalasan,
mengendalikan rasio, dan banyak lagi lainnya. Mengendalikan diri juga
termasuk tidak memikirkan keuntungan diri sendiri, tidak membeli sesuatu
hanya karena kesenangan dan keinginan semata, tidak mengeluh dan marah -
marah tak jelas saat segalanya berjalan buruk, tidak takut salah dan kalah,
tidak mengundur - undur segala hal yang harus diselesaikan sekarang, tidak
terlambat saat janji, tidak moody, dan lainnya.
Belum disebut semua saja, saya sudah menahan nafas karena rasanya di kepala
saya terdengar suara.."itu semua kekurangan yg disebutin...., *gue banget*..."
:)

Mengendalikan diri saya katakan sebagai hal tersulit, karena lawan yang
dihadapi adalah diri sendiri. Apakah kita akan mampu mengalahkan semua ego
dan sifat buruk yang mendegradasi kemampuan kita, atau justru terbawa arus
yang akhirnya akan menghancurkan semua sikap positif yang telah di bangun
bertahun - tahun.

Sebagaimana kita ketahui, memandang gajah di seberang sangatlah mudah, tapi
memandang semut di pelupuk mata sangatlah sulit. Maka begitu juga yang
terjadi, saat memandang dan mencari kesalahan orang lain adalah mudah, tapi
melihat kesalahan dan kekurangan diri sendiri adalah sulit. Tanpa pengenalan
kemampuan serta kekurangan diri yang benar, saya yakin kita tidak akan bisa
mengendalikan diri sendiri.

Biasanya pengendalian diri yang tersulit justru saat posisi kita sedang
nyaman.
Segalanya ada di tangan, dan semuanya hampir tercapai. Ibaratnya tinggal
satu sentuhan terakhir. Mengapa? Karena cenderungnya saat segalanya berada
dalam kendali kita, maka kita merasa berkuasa dan merasa semua yang kita
putuskan akan menjadi benar. Dan ibaratnya sedang bermain Uno Sticko (betul
tidak ya tulisannya?), satu langkah salah, maka semua susunan akan rubuh tak
bersisa.
Tanpa pengendalian diri yang kuat, tidak akan ada keputusan akhir yang
bijaksana, taktis, dan sukses. Mungkin untuk lebih pastinya, tanpa
membiasakan diri dengan pengendalian diri yang kuat, tidak akan ada refleks
untuk membuat keputusan dan bertindak penuh kebijaksanaan, taktis, dan
sukses.

Mengapa saya menggunakan kata 'membiasakan diri' sebelum 'pengendalian
diri'?
Karena sangat perlu untuk membiasakan diri untuk menciptakan refleks
tersebut pada saat - saat yang menentukan. Sebagaimana kita ketahui, 90%
saat yang menentukan, datang tiba - tiba dan tanpa aba - aba. Hanya satu
kali, dan setelah itu berlalu, maka lewat dan selesailah sudah. Kita sukses
atau gagal. Kita semua juga tahu, tidak ada gunanya menyesali yang sudah
terjadi. Maka jauh lebih penting untuk mempersiapkan apa yang belum dan akan
terjadi. Itulah di mana fungsi membiasakan untuk menciptakan refleks itu
diperlukan.

Pengendalian diri tanpa membiasakan diri adalah sama seperti orang sakit flu
yang pantang makan ice cream. Begitu sakitnya hilang, ia lupa, dan makan ice
cream lagi banyak - banyak. Kesalahan yang sama memiliki tingkat persentase
yang lebih tinggi untuk terulang kembali. Begitu juga dengan ketidaksuksesan
dan kegagalan.
Sedangkan orang yang terbiasa mengendalikan diri adalah orang yang
mengetahui takaran secara refleks kapan, di mana, dan seberapa banyak ice
cream yang bolek ia nikmati. (Ia nikmati, bukan ia makan) Kesalahan dan
ketidaksuksesan memiliki persentase yang sangat kecil hingga tidak mungkin,
untuk bisa terulang lagi.

Dan satu yang pasti, percaya atau tidak percaya, dengan membiasakan untuk
mengendalikan diri, maka kita telah mengerjakan separuh dari usaha, kerja
keras, disiplin diri, dedikasi, profesionalisme, dan integritas diri yang
diperlukan untuk mencapai sebuah kesuksesan.  Tentu saja kesuksesan yang
saya maksud adalah sukses dalam segala bidang termasuk usaha dan pekerjaan,
hubungan antar manusia, dan yang paling berarti, yaitu: hidup.


*Tips-tips Pengendalian Diri*

Lima jurus yang saya jelaskan di artikel ini berguna sebagai strategi untuk
mengendalikan diri dalam berbagai aspek kehidupan. Jurus ini bisa Anda
terapkan untuk apa saja, yang berurusan dengan pengendalian diri.

Ok, sekarang mari kita bahas masing-masing jurus. Anda bisa menggunakan
setiap jurus ini, secara terpisah, berdiri sendiri saat Anda mencoba
mengendalikan diri, atau bisa beberapa jurus secara bersamaan.

*Jurus pertama* adalah mengendalikan diri dengan menggunakan prinsip
kemoralan. Setiap agama pasti mengajarkan kemoralan, misalnya tidak mencuri,
tidak membunuh, tidak menipu, tidak berbohong, tidak mabuk-mabukan, tidak
melakukan tindakan asusila.

Saat ada dorongan hati untuk melakukan sesuatu yang negatif, coba larikan ke
rambu-rambu kemoralan. Apakah yang kita lakukan ini sejalan atau
bertentangan dengan nilai-nilai moral dan agama?

Misalnya kita mendapat kesempatan untuk mendapat untung dengan cara yang
tidak wajar. Bahasa yang lebih langsung adalah kesempatan untuk korupsi.
Saat terjadi konflik diri antara ya atau tidak, mau melakukan atau tidak,
kita dapat mengacu pada prinsip moral di atas. Agama mengajarkan kita untuk
tidak mencuri atau mengambil barang yang bukan milik kita, tanpa seijin
pemiliknya. Kalau kita teguh dengan prinsip moral ini maka kita tidak akan
mau korupsi. Korupsi itu dosa. Korupsi itu karma buruk. Bisa masuk neraka,
lho.

*Jurus kedua* pengendalian diri adalah dengan menggunakan kesadaran. Kita
sadar saat suatu bentuk pikiran atau perasaan yang negatif muncul. Pada
umumnya orang tidak mampu menangkap pikiran atau perasaan yang muncul.
Dengan demikian mereka langsung lumpuh dan dikuasai oleh pikiran dan
perasaan mereka.

Misalnya, seseorang menghina atau menyinggung kita. Kita marah. Nah, kalau
kita tidak sadar atau waspada maka saat emosi marah ini muncul, dengan
begitu cepat, tiba-tiba kita sudah dikuasai kemarahan ini. Jika kesadaran
diri kita bagus maka kita akan tahu saat emosi marah ini muncul. Kita akan
tahu saat emosi ini mulai mencengkeram dan menguasai diri kita. Kita tahu
saat kita akan melakukan tindakan "bodoh" yang seharusnya tidak kita
lakukan.

Saat kita berhasil mengamati emosi maka kita dapat langsung menghentikan
pengaruhnya. Kalau masih belum bisa atau dirasa berat sekali untuk
mengendalikan diri, larikan pikiran kita pada prinsip moral. Biasanya kita
akan lebih mampu mengendalikan diri.

Bagaimana jika sudah melakukan jurus satu, prinsip moral, dan jurus dua,
kesadaran, ternyata kita tetap sulit mengendalikan diri?

Lakukan *jurus ketiga* yaitu dengan perenungan. Saat kita sudah benar-benar
tidak tahan, mau "meledak" karena dikuasai emosi, saat kita mau marah besar,
coba lakukan perenungan. Tanyakan pada diri sendiri pertanyaan, misalnya,
berikut ini:

Apa sih untungnya saya marah?
Apakah benar reaksi saya seperti ini?
Mengapa saya marah ya? Apakah alasan saya marah ini sudah benar?
Kalau saya marah dan sampai melakukan tindakan yang "bodoh", nanti reputasi
saya rusak, kan saya yang rugi sendiri.

Dengan melakukan perenungan kerap kali maka kita akan mampu mengendalikan
diri. Prinsip kerjanya sebenarnya sederhana. Saat emosi aktif maka logika
kita nggak akan jalan. Demikian pula sebaliknya. Jadi, saat kita melakukan
perenungan atau berpikir secara mendalam maka kadar kekuatan emosi atau
keinginan kita akan menurun.
*
Jurus keempat* pengendalian diri adalah dengan menggunakan kesabaran. Emosi
naik, turun, timbul, tenggelam, datang, dan pergi seperti halnya pikiran.
Saat emosi bergejolak sadari bahwa ini hanya sementara. Usahakan tidak larut
dalam emosi. Gunakan kesabaran, tunggu sampai emosi ini surut, baru berpikir
untuk menentukan respon yang bijaksana dan bertanggung jawab. Oh ya, tahukah
Anda bahwa kata bertanggung jawab itu dalam bahasa Inggris adalah
responsibility, yang bila kita pecah menjadi response-ability atau kemampuan
memberikan respon?

Kalau sudah menggunakan kesabaran masih juga belum bisa, bagaimana?

Lakukan *jurus kelima* yaitu menyibukkan diri dengan pikiran atau aktivitas
yang positif. Pikiran hanya bisa memikirkan satu hal dalam suatu saat.
Ibarat layar bioskop, film yang ditampilkan hanya bisa satu film dalam suatu
saat. Nah, film yang muncul di layar pikiran inilah yang mempengaruhi emosi
dan persepsi kita. Saat kita berhasil memaksa diri memikirkan hanya hal-hal
yang positif maka film di layar pikiran kita juga berubah. Dengan demikian
pengaruh dari keinginan atau suatu emosi akan mereda.



~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Orang yang tahu takkan lebih baik dari orang yang mengerti.
Orang yang mengerti takkan lebih baik dari orang menghayati.
Orang yang menghayati takkan lebih baik dari orang yang terbiasa.
Bisa karena terbiasa.
Dan terbiasa karena bisa."

"Dengan terbiasa untuk mengendalikan diri, kamu ibarat seseorang yang
terbiasa mengendarai kendaraan.
Hanya perlu memikirkan hendak pergi ke mana, bukan sibuk memikirkan
bagaimana cara mengendarai kendaraan yang kamu naiki."


-- 
Life for Success
Hendry Risjawan
website: www.trainersclub.or.id
milis: [EMAIL PROTECTED]


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke