Suara Karya

Perseteruan Di Balik Kongres PDI-P
Oleh FS Swantoro 


Senin, (28-03-'05)
Suasana menjelang Kongres PDIP Bali, yang akan digelar tanggal 28 Maret-2 
April, sudah terasa panas; meski sebenarnya, Kongres Bali ini diperkirakan 
hanya tinggal ketok palu, terutama menyangkut pemilihan ketua umum. Kemungkinan 
yang panas, saat menanggapi pertanggunganjawaban Mega atas kekalahannya dalam 
Pemilu 2004, baik Pemilu Legislatif maupun Pemilihan Presiden. Selain itu, saat 
pemilihan formatur untuk memilih ketua umum dan menyusun fungsionaris DPP bisa 
menjadi rebutan daerah. Jika kader kritis seperti Kwik Kian Gie, Suko Waluyo, 
Arifin Panigoro Cs tidak masuk DPP, bisa semakin panas. Atau, kalau DPP hanya 
diisi oleh mereka yang dikonotasikan, kelompok 'status quo' (gang of three). 

Karena untuk pemilihan Ketua Umum, dapat dipastikan Megawati akan melenggang 
kembali. Kemungkinan tinggal ketok palu. Sementara kandidat lain, seperti Guruh 
Sukarno Putra, Sophan Sophiaan, Laksamana Soekardi dan Roy BB Janis, masih jauh 
tertinggal di belakang Mega. Lain halnya jika pemerintah melakukan intervensi 
melalui agen mereka di PDIP , dengan membagi uang ke utusan cabang-cabang, 
ceritanya akan lain. Kecenderungan itu sudah dibantah SBY dan Jusuf Kalla. Dari 
hitungan angka, mayoritas cabang, sekitar 65% masih mendukung Mega menjadi 
Ketua Umum. Persoalannya, jika Mega terpilih kembali, bagaimana mengisi 
fungsionaris DPP membawa gerbong partai menghadapi Pemilu 2009. 

Tantangan Ke Depan


Terhadap kemungkinan apakah Mega terpilih kembali dalam Kongres Bali. 
Jawabannya sudah sangat jelas, Megawati pasti terpilih kembali. Karena 
mayoritas cabang, menghendaki Mega memimpin kembali PDIP, periode 2005-2009. Di 
luar Megawati, masih sulit mencari kandidat pimpinan partai yang mampu 
menyaingi popularitas Megawati. Harus diakui, dalam PDIP sekarang hampir tidak 
ada tokoh yang kharismanya melebihi Megawati. Dengan demikian, jika ada elite 
partai yang tidak setuju dengan Megawati, mereka sulit untuk mengatakan 
"tidak." Dan, jika ada yang berani menentang, mereka dicap pembangkang. Dalam 
hal ini, Megawati mirip Pak Harto, sulit menerima ada matahari kembar dalam 
partai dan keras kepala. 

Contoh yang disebutkan terakhir, keluarnya Eros Djarot dan Dimyati Hartono dari 
PDIP, karena berani menentang Mega akhirnya keluar mendirikan partai sendiri. 
Sifat keras kepala dan tidak mau berdamai, seperti dikumandangkan sendiri oleh 
Mega di Wonogiri, beberapa waktu lalu bahwa "pintu rekonsiliasi dengan PDI 
Soerjadi sudah tertutup." Ucapan itu secara politis tidak taktis. Mengapa? 
Karena Mega belum sadar bahwa menghadapi Pemilu Presiden 2009 butuh dukungan 
luas dari seluruh komponen masyarakat, termasuk PDI-nya Soerjadi. Harus diingat 
bahwa presiden dipilih langsung oleh rakyat. Terkesan, Mega dalam memimpin 
partai masih seperti memimpin perusahaan pribadi. Seharusnya, Mega lebih rendah 
hati, mau merangkul semua komponen, baik di struktural partai maupun simpatisan 
partai. 

Meski dapat dipastikan Megawati akan terpilih kembali sebagai Ketua Umum PDIP 
dalam Kongres Bali 2005, namun untuk memilih fungsionaris DPP butuh kader-kader 
yang tidak hanya "AMS" (Asal Mega Senang) . Selain itu, perlu dipikirkan 
pentingnya landasan pijak partai terutama dalam pengungkapan pandangan partai 
tentang pokok-pokok tatanan politik, ekonomi, hukum, hankam dan sosial-budaya 
yang berkembang di negeri ini. 

Pembaruan Partai


Terhadap usulan gerakan pembaharuan dan pemurnian partai yang dimotori Suko 
Waluyo dan Kwik Kian Gie cs tentang posisi Mega menjadi Ketua Dewan Pengarah 
dan tentang peran gang of three (Sutjipto, Pramono Anung, dan Gunawan 
Wirosarojo) cukup reaslistik, dalam artian untuk memperbaiki kinerja partai. 
Meski Mega, tidak bersedia menjadi Ketua Dewan Pengarah Partai seperti 
diusulkan Suko Waluyo, namun Mega harus bijak mencari solusinya. 

Sebagai jalan tengah, perlu dipikirkan bagaimana Kongres Bali nanti, bisa 
menghasilkan DPP dan program yang dimengerti rakyat. Karena, negara ini 
dijalankan oleh partai politik. Sehingga, kalau partai politik tidak berjalan 
(letoi) maka negara pun akan demikian. Sehingga, perlu dilakukan gerakan 
pembaharuan partai. 

Langkah konkrit yang perlu diputuskan dalam Kongres PDIP di Bali, antara lain; 
perlu penegasan tentang aturan main internal partai dalam hal penetapan 
pimpinan partai, melalui AD/ART menyangkut siapa-siapa yang berhak duduk dalam 
pimpinan struktural, persyaratan menjadi fungsionaris dan anggota pimpinan 
menurut jenjang, pengalaman tugas dan kecakapan kerja. Termasuk perlu 
disepakati hal-hal yang berhubungan dengan pengangkatan anggota baru dari luar 
partai, terutama bila yang bersangkutan diusulkan menjadi pimpinan (struktural) 
partai. Ini perlu diputuskan, karena di PDIP banyak pendatang baru seperti 
Pramono Anung langsung menduduki posisi puncak dan jajaran struktural Partai 
"Banteng Moncong Putih". 

Selain itu, terhadap penolakan Megawati menjadi Ketua Dewan Pengarah DPP PDIP , 
mungkin perlu dijembatani dengan penguatan peran Sekjen partai sebagai "Kepala 
Staf" atau semacam "manager operasi" yang bisa menerjemahkan visi dan misi 
partai berikut Ketua Umum-nya ke dalam aksi di lapangan melalui program 
perencanaan, penerangan, pengorganisasian, dan pembagian kerja bidang-bidang 
yang ada dalam struktur partai. Sekjen dan Bendahara partai hendaknya mampu 
menetapkan penggunaan dana partai untuk kegiatan yang telah diputuskan pimpinan 
dalam Kongres. Yang tak kalah penting, melalui peran Sekjen dan Bendahara 
partai, fungsi-fungsi standar partai harus berjalan, seperti pendidikan, 
komunikasi, agregasi dan akselerasi politik serta menyelesaikan konflik dalam 
masyarakat. 

Kaderisasai dan pelatihan manajemen partai, perlu dilakukan secara periodik 
(berkesinambungan), tetapi juga perlu ditindaklanjuti dengan penerapan jaringan 
organisasi, pembenahan daftar anggota menurut cabang, ranting dan anak ranting, 
berikut penerbitan kartu anggota partai. Ini semua belum berjalan hampir di 
semua partai, khususnya PDIP . 

Pentingnya Pembaharuan


Pembaharuan partai dalam konteks demokratisasi internal merupakan suatu 
keniscayaan yang sifatnya mutlak bagi PDIP , jika tidak ingin terpuruk dalam 
Pemilu 2009. Kegagalan beruntun yang dialami partai yang dipimpin Megawati ini 
dalam Pemilu 2004, mestinya menjadi bahan evaluasi dan instropeksi bagi segenap 
jajaran elite partai agar menang dalam pemilu mendatang. Ini mutlak, bagi siapa 
pun yang terpilih sebagai ketua umum dan fungsionaris DPP, hasil Kongres Bali 
2005. 

Harus diakui, Pemilu 2004 memberi pelajaran berharga bahwa era mobilisasi massa 
lewat mesin politik partai model Orde Baru, telah berakhir. Dan, pola dukungan 
konstituen terhadap kandidat yang diajukan partai tidak semata-mata bersifat 
primordial atau kultural. Seperti tercermin dalam perbedaan kecenderungan hasil 
Pemilu Legislatif dan Pemilihan Presiden 2004, di mana masyarakat pemilih 
ternyata lebih cerdas dari yang diperkirakan elite partai. (Haris: 2005). 

Dalam konteks ini, seharusnya Megawati melakukan introspeksi dan melihat secara 
realistis bahwa pola kepemimpinan tradisional yang selama ini ia sandang dengan 
semata-mata mengandalkan kharisma pribadi ketua umum, sudah tak layak jual 
(baca: kuno). Apalagi pola kepemimpinan tradisional model PDIP di bawah 
Megawati, kurang didukung profesionalisme dan kinerja politik yang menjanjikan 
masa depan yang lebih sejahtera bagi pemilih (konstituen). Ini terbukti, ketika 
Mega menjadi Presiden menggantikan Gus Dur, terkesan tidak ada perubahan yang 
berarti atas kelangsungan hidup bangsa. 

Barangkali masuk akal, tuntutan gerakan pembaharuan partai seperti diusulkan 
Suko Waluyo dan Kwik perlu direspon lebih positif dan bijaksana. Terutama 
menyangkut pemimpin transisional untuk membenahi PDIP menjadi partai modern. Ke 
depan, PDIP butuh pemimpin visioner. Mengingat bangsa ini kini sedang dalam 
kondisi terbelah. Apapun isu yang mencuat, selalu menjadi pro-kontra. Soal 
kenaikan harga BBM, misalnya, suara rakyat terbelah, suara DPR dan pemerintah 
juga terbelah. Dan, itu riskan, karena kenaikan harga BBM sekarang ini 
mengakibatkan rakyat semakin sengsara akibat biaya hidup meningkat, 
penghasilannya menurun. Sementara para wakil rakyat justru menunjukkan sikap 
anomali, dengan penampilan mereka yang kekanak-kanakan, memalukan dan tidak 
aspiratif. 

Bagi PDIP ke depan, memang butuh pemimpin visioner. Maksudnya, visioner untuk 
menuntun arah transformasi, sekaligus sebagai sarana agar perbedaan pendapat 
tidak lepas kendali. Untuk itu, visi di sini sekurang-kurangnya mengandung tiga 
hal berikut; Pertama, kerangka kerja partai secara konseptual untuk memahami 
tujuan dan bagaimana mencapainya. Kedua, sisi emosionalnya yang dapat memberi 
inspirasi dan membangkitkan semangat. Dan ketiga, sebuah visi harus realistik, 
dapat dipercaya dan mempunyai daya tarik masa depan. Dengan demikian, visi di 
sini merupakan jembatan antara masa kini dan masa depan, sehingga harus 
realistik sekaligus idealistik. Dalam konteks ini, memang Megawati bukan 
pemimpin visioner. 

Kalau toh ada daya tarik dan kharisma Mega, hal itu lebih disebabkan karena 
nama besar Soekarno, bukan kehebatan pribadinya. Sehingga, visi harus memiliki 
daya tarik luar biasa, agar orang terinspirasi dan termotivasi visi itu. Karena 
di tangan seorang pemimpin visioner, visi diharapkan dapat menjadi kekuatan, 
daya tarik dan mampu menciptakan antusiasme. Secara substantif, pemimpin 
visioner merupakan pemimpin yang bisa menciptakan dan mengartikulasikan sebuah 
visi yang realistik, kredibel, dan mendorong para pengikutnya untuk tumbuh dan 
berkembang menuju masa depan yang lebih baik. Dari kriteria itu, jelas Megawati 
tidak termasuk kategori ini. Namun, jujur harus diakui bahwa di internal PDIP 
sedang terjadi krisis kepemimpinan, sampai Kongres Ke II di Bali sekarang ini. 
Itulah tantangan ke depan. *** 

(Penulis, Ketua Departemen Politik
Soegeng Sarjadi Syndicated, Jakarta).

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
In low income neighborhoods, 84% do not own computers.
At Network for Good, help bridge the Digital Divide!
http://us.click.yahoo.com/S.QlOD/3MnJAA/Zx0JAA/uTGrlB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage    :  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke