Perang selalu menghasilkan yang menang dan yang kalah !!! Menang atau Kalah adalah hal yang lumrah dalam setiap perang sehingga tak ada yang menarik untuk kita diskusikan disini. Namun khusus untuk masalah tempat pengungsian yang dibangun darurat secara mendadak yaitu Sabra dan Shatila di Libanon mendapat perhatian dunia karena terjadinya pembantaian besar2an terhadap gerilyawan Palestina yang dilakukan oleh ekstreem kanan Phalangist Libanon dibawah pengawasan pasukan Israel.
Dimulai dengan penanda tanganan perjanjian Camp David 1978 dimana PLO dibawah pimpinan Yasser Arafat bersedia mengakui negara Israel sebagai barter pengakuan Israel terhadap negara Palestina dengan menyerahkan wilayah Gaza kepada PLO Yasser Arafat. Namun perjanjian Camp David yang ditanda tangani Yasser Arafat ini mendapat tantangan keras dari pihak Hammas yang juga merupakan bagian dari PLO. Menurut Yasser Arafat, perjuangan PLO adalah merupakan perjuangan kemerdekaan bukan perjuangan agama sehingga negara Palestina yang akan berdiri nantinya juga adalah negara demokratis yang melindungi semua kepercayaan agama. Berbeda dengan Hammas, menurut Hammas perjuangan Palestina adalah perjuangan dijalan Allah yang berdasarkan Islam dimana tidak mungkin berdamai dengan Israel kecuali memusnahkan mereka ke neraka. Bagi Hammas tidak mungkin negara Palestina berdiri bersama negara Israel dibawah satu atap langit. Berbeda dengan Arafat yang bersedia hidup bertetangga dengan damai bersama Israel. Demikianlah, konflik internal dalam PLO makin menajam setelah penanda tanganan perjanjian Camp David tadi. Hammas sangat populer dan menguasai lebih banyak anggauta PLO dibandingkan dengan Arafat. Sementara itu gerilyawan Palestina semuanya masih bermarkas di Libanon yang juga berseteru dengan ekstreemist Kristen kanan di Libanon yang saling berperang dengan kelompok Islam dinegara tsb. Akhirnya pertempuran berkobar lagi setelah Basheer Gamel pemimpin kelompok Phalangist terbunuh oleh pihak PLO. Pasukan Israel berhasil memukul hancur semua kekuatan PLO sehingga terjebak tidak bisa berkutik. Yasser Arafat melakukan negosiasi dibelakang layar dengan pihak Israel, semua pasukan PLO di ungsikan dibawah pengawasan Internasional ke pengungsian di Sabra dan Shatila. Akhirnya Israel menyetujui untuk melepaskan semua pengikut Yasser Arafat. Yasser Arafat mem-bagi2kan pengenal khusus kepada pasukannya yang kemudian bisa keluar dari kepungan pasukan Israel tsb. Demikianlah dengan cara2 inilah Yasser Arafat berhasil menghancurkan penentang2nya dari pihak Hammas. Semua pengikut2 Hammas tertinggal di kamp2 pengungsian Sabra dan Shatila dibawah kepungan tentara Israel sementara pasukan PLO dibawah Yasser Arafat segera keluar dari Libanon menuju ke Jalur Gaza dimana negara Palestina segera akan didirikan. Sebelumnya, anak2 dan wanita2 dulu yang per-tama2 diperintahkan keluar untuk dievakuasi. Sepeninggal Yasser Arafat, pasukan Phalangist menyusup masuk tanpa diketahui oleh pasukan Israel (mungkin pura2 tidak tahu). Demikianlah, pasukan Phalangist membantai semua anggauta PLO yang berada dibawah komando Hammas yang tersisa tidak bisa keluar. Semuanya mati konyol. Setelah kejadian ini, Yasser Arafat kembali membumbung popularitasnya, kontrol organisasi kembali dibawah kendalinya. Dia berhasil membangun negara Palestina dari donor yang didapatkannya. Namun seperti yang kita lihat terakhir, Hammas kembali menyusun pengikut2nya yang juga akhirnya bertambah kuat. Peristiwa Sabra dan Shatila justru memicu demo besar2an di Israel sedangkan negara2 Arab sendiri tidak banyak yang berkomentar. Skandal Yasser Arafat ini diketahui oleh pihak Hammas, itulah sebabnya beberapa kali Yasser Arafat nyaris terbunuh oleh pengikut2 Hammas. Yasser Arafat dituduh pengkhianat. Salahkah pihak Israel??? Tentu saja tidak, perang itu selalu ada yang menang dan ada yang kalah, yang kalah pasti tumpas, tetapi dalam masalah ini Israel tidak menumpasnya bahkan melepaskan semua tawanan2nya dibawah komando Yasser Arafat. Kalopun ada tawanan2 di Sabra dan Shatila ditinggalkan oleh Yasser Arafat untuk dibantai, tentu bukanlah tanggung jawab pihak Israel karena tanggung jawab tentara Israel adalah melindungi keselamatan negaranya bukan keselamatan musuh2 yang berusaha menghancurkan negerinya. Lagipula, pembantaian itu bukan dilakukan oleh tentara Israel melainkan oleh kelompok gerilyawan Phalangist yang pemimpinnya dibunuh oleh pihak PLO. Demikianlah semoga tulisan ini bisa menjadi renungan anda semua karena tidak banyak konspirasi Yasser Arafat ini ditulis dalam media2 umum, baik pihak dunia Islam maupun pihak Israel sama2 berusaha menutupi rahasia konspirasi pembantaian yang memang direncanakan oleh Yasser Arafat sebagai pemimpin Palestina, namun juga menguntungkan Israel. Ny. Muslim binti Muskitawati. ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Protect your PC from spy ware with award winning anti spy technology. It's free. http://us.click.yahoo.com/97bhrC/LGxNAA/yQLSAA/uTGrlB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage : http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/