Assalamu alaikum ww: Ada lagi tambahannya: pemimpin ditinggikan seranting, didahulukan selangkah. Artinya tidak boleh jauh-jauh dari yang dipimpin. Kalau persyaratan untuk jadi penghulu dipenuhi, betul-betul jadi sosok "primus interpares" amanlah nagari kito. Salam. ----- Original Message ----- From: "uda yoel" <[EMAIL PROTECTED]> To: "Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak 1993)" <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Thursday, February 19, 2004 1:19 PM Subject: Re: [EMAIL PROTECTED] Sosok Kepemimpinan Yang Kuat
> > > Sosok kepemimpinan yang kuat adalah Kepemimpinan ninik > mamak atau panghulu( Kamanakan barajo ka mamak, mamak > barajo ka panghulu, panghulu barajo ka mupakat, > mupakat barajo kebenaran) > > > > --- dendi oi <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > Sosok Kepemimpinan yang Kuat > > > > MENCARI pemimpin yang kuat, setidaknya kita dapat > > menunjuk tiga nama, Margaret Thatcher, Lee Kuan Yew > > dan Nelson Mandela. Thatcher, yang dijuluki Wanita > > Besi itu, sempat menjadi Perdana Menteri wanita > > pertama yang paling lama memerintah dalam kurun > > waktu lebih dari 150 tahun sejarah kepemimpinan > > Inggris. Karena keinginannya yang kuat untuk > > berhasil, semua hal yang dilakukan diperhitungkannya > > teliti, dengan memikirkan alternatif hasil yang > > mungkin diperoleh, yang terbaik maupun yang terburuk > > You may have to fight a battle more than once in > > order to win it, adalah pernyataannya yang > > menunjukkan kemauan kuat Thatcher. > > > > Profesor Charles Schell dari Manchester Business > > School Singapura menyebutkan, kunci keberhasilan Lee > > adalah kepiawaiannya mengelola arms of leadership, > > yakni kepanjangan tangan yang memungkinkan secara > > efektif ia menjalankan pemerintahannya. Profesor > > Schell menyebutkan dua tipe lengan kepemimpinan. > > Tipe 1, melalui penciptaan pemimpin-pemimpin baru > > (leader creates leaders) yang memiliki visi dan > > kemampuan menyamai pemimpin puncak. Tipe 2, > > menciptakan sistem dan prosedur yang dikontrol ketat > > dan dikompensasi melalui reward and punishment yang > > konsisten. > > > > Ia menambahkan adanya perbedaan mendasar dalam > > pengelolaan arms of leadership model Lee dengan Pak > > Harto, walaupun sama-sama keras dalam sikap > > politiknya. Seperti Indonesia pada waktu itu, partai > > oposisi di Singapura juga relatif lemah. > > Perbedaannya pada bagaimana pemerintahan tangan besi > > Lee Kuan Yew juga diimbangi sistem yang kuat dan > > penegakan hukum yang baik. Etika parlemen ditetapkan > > dengan standar tinggi. Anggota parlemen dilarang > > mengunjungi bar atau pun sekadar bersosialisasi, > > apalagi berani menerima hadiah. Standar yang sama > > diberlakukan di pemerintahan: tanpa ampun bagi > > mereka yang ketahuan berjudi, korupsi, atau pun main > > wanita. Lain halnya dengan Indonesia, berbeda jauh > > dalam law enforcement dan etos kerja. Selain korupsi > > merajalela, seseorang malah tidak akan mendapatkan > > apa-apa kalau mengikuti mengikuti prosedur birokrasi > > yang berlaku. > > > > Di sebuah negara yang tidak memiliki new leaders > > yang cakap atau situasi masyarakat yang cenderung > > statis seperti negara-negara. Asia, lebih manjur > > jika menggunakan pendekatan otoritatif dengan sistem > > dan prosedur yang terukur. Ada situasi di mana > > fleksibilitas yang berlebihan malah akan membawa > > inefisiensi, minat kerja yang rendah, dan bahkan > > penyalahgunaan wewenang. Strategi yang sama juga > > layak diterapkan di mana terdapat kesenjangan skill > > antara followers dan leader, seperti Indonesia. > > Dengan strategi penerapan yang benar, sebuah negara > > bahkan akan berjalan efektif, meskipun mungkin tidak > > semua orang simpati pada kebijakan maupun diri > > pemimpin secara pribadi. > > > > Di Singapura banyak juga orang yang jengkel terhadap > > pemerintah. Mereka menyinggung tentang gaji anggota > > parlemen yang paling tinggi di dunia serta dominasi > > keluarga Lee di berbagai perusahaan besar. Untuk > > menangani semua itu, Lee memberikan reward and > > punishment yang ditata cerdik. Kalau membuang sampah > > sembarangan, hukuman sudah menanti, apalagi kalau > > sampai berani mengedarkan narkotik. Namun, fasilitas > > umum yang luar biasa dan taraf kehidupan yang tinggi > > merupakan reward bagi mereka yang mau sejalan dengan > > pemerintahannya. > > > > Sementara jika merujuk pengalaman negara Afrika > > Selatan, kita pasti harus menyebut dengan rasa kagum > > dan hormat kepada Presiden pertama kulit hitam, > > Nelson Mandela. Pelajaran mengenai kerendahan hati > > dan kepemimpinan sejati dapat kita peroleh dari > > kisah hidupnya, yang mampu membawa bangsanya dari > > negara yang rasialis menjadi negara yang demokratis > > dan merdeka. Mandela menceritakan bahwa selama > > penderitaan 27 tahun dalam penjara pemerintah > > apartheid, justru mengalami perubahan karakter dan > > memperoleh kedamaian dalam dirinya. Sehingga ia > > menjadi manusia yang rendah hati dan mau memaafkan > > mereka yang telah membuatnya menderita selama > > bertahun-tahun melalui rekonsiliasi nasional. > > > > Sebagaimana halnya yang dikatakan Kenneth Blanchard, > > kepemimpinan dimulai dari dalam hati dan keluar > > untuk melayani mereka yang dipimpin. Perubahan > > karakter adalah segala-galanya bagi seorang pemimpin > > sejati. Tanpa perubahan dari dalam, tanpa kedamaian > > diri, tanpa kerendahan hati, tanpa adanya integritas > > yang kokoh, daya tahan menghadapi kesulitan dan > > tantangan, disertai visi dan misi yang jelas, > > seseorang tidak akan pernah menjadi pemimpin sejati. > > Setiap kita sesungguhnya, memiliki kapasitas untuk > > menjadi pemimpin! > > > > JIKALAU saja kita bisa menemukan seorang pemimpin > > kuat yang akan memimpin bangsa dan negara ini, orang > > kuat ini haruslah berkualitas transenden, menembus > > dimensi temporal dan spasial, mengatasi > > karakter-karakter pemimpin yang selama ini kita > > kenal. Jenis orang kuat ini harus berjodoh dengan > > impian masyarakat Indonesia sekarang. Kita tidak > > bisa lagi meniru orang kuat bangsa-bangsa lain. > > Orang kuat kita di masa lampau, belum tentu cocok > > dengan konteks kebutuhan sekarang. Orang kuat yang > > kita cari kini, belum tentu akan menjadi kuat di > > kemudian hari. Apalagi menjiplak orang kuat dalam > > sejarah bangsa-bangsa lain, karena mereka memiliki > > orang kuatnya masing-masing. Setiap zaman memang > > melahirkan orang kuatnya sendiri. > > > > Rakyat menginginkan pemimpin yang tegas, berani > > karena benar, benar karena menurut hukum. Rakyat > > tidak butuh pameran kelicinan berdebat, tetapi yang > > diperlukan adalah buah dari keintelektualan mereka > > yang menunjukkan kualitas perbuatan nyata. Juga > > tidak terlalu peduli tentang IQ, yang penting berani > > bertindak tegas sesuai kontrak sosial, jujur, tanpa > > pamrih, mengutamakan kepentingan bersama, jauh dari > > aji mumpung, berani tidak populer demi keselamatan > > dan kesejahteraan rakyat. Rakyat tidak menginginkan > > kualitas pemimpin arogan, yang hanya peduli pada > > golongan sendiri, kelompok sendiri, daerah sendiri, > > kerabat sendiri, pemimpin yang egoistik. Pemimpin > > mabuk kuasa, yang takut kehilangan kursi. Para > > pemimpin ini berdiri tegak di depan dengan > > panji-panji partai, dan di belakang, ribuan massa > > pendukungnya. Namun, suara pemimpin politik ini, > > meskipun berkata demi kepentingan seluruh bangsa, > > tetap saja ditafsirkn bagi kepentingan kelompoknya. > > Tokoh-tokoh ini adalah tokoh-tokoh denga > > n > > kepentingan golongan, massa tertentu, demi tujuan > > tertentu pula. Ia mengabdi untuk masa kini yang > > dekat dan untuk persoalan-persoalan aktual saja. > > Tanda gambarnya kami, dan bukan tanda gambar kita. > > Dan karenanya, sulit memperoleh kepercayaan dari > > massa dan golongan lain. > > > > Tokoh pemimpin yang bisa diterima oleh seluruh > > golongan dan masyarakat bangsa adalah tokoh yang > > tidak memiliki massa golongan. Massanya adalah > > seluruh rakyat. Tokoh semacam itu barangkali memang > > berasal dari suatu golongan massa, tetapi memiliki > > kualitas di luar massa golongannya. Tokoh ini tidak > > berbendera, dan dengan demikian justru mewakili > > semua bendera, karena semua bendera yang ada bisa > > dikibarkannya. Ia tidak memiliki kepentingan > > kelompok, dan karenanya ia memenuhi semua > > kepentingan kelompok. Tokoh yang mungkin bisa > > dipercaya ini adalah tokoh yang berkualitas > > trasendental, tokoh yang kepentingannya > > tidak-berkepentingan, yang massanya tidak-bermassa, > > yang suaranya bukan suara sekarang ini. Pemimpin > > yang diinginkan adalah yang kuat karakternya, yang > > tidak ragu untuk membenarkan dan menyalahkan. > > Pemimpin yang tidak melihat batas-batas golongan dan > > kepentingan. Pemimpin yang tidak ambivalen, yang > > berbicara melalui kerja. Berkuasa tetapi tidak > > menguasai. Kaya tetapi tidak m > > emiliki. > > Cerdas tetapi menyembunyikan kecerdasannya. Jujur > > tetapi rendah hati. Termasyhur tetapi berlaku biasa. > > Berprinsip tetapi terbuka. Menghukum dengan > > menangis. Berdoa bukan untuk dirinya. > > > > Karakter pemimpin yang demikian itu mungkin banyak > > kita miliki. Tetapi, pemimpin bangsa yang > > berkualitas seperti itu, karena sifatnya yang > > transendental, ia tidak bisa memunculkan dirinya > > dengan usahanya sendiri. Orang yang terlalu percaya > > pada kerja rasio bahwa pemimpin dapat diperjuangkan, > > patut dicurigai kejujuran dan otentitas > > kepemimpinannya. Ia bukan lagi pemimpin transenden. > > Karena orang kuat adalah orang panggilan. Siapa yang > > memanggil? Hati nurani dan jeritan kebutuhan rakyat > > sendiri. Pemimpin sejati tidak berambisi menjadi > > pemimpin. Bila kualitas pemimpin yang demikian itu > > terpilih, maka kebesarannya akan diuji. Kualitas > > pemimpin yang demikian itu akan berada di > > tengah-tengah tarikan dualisme pluralisme bangsa > > ini. Ia akan terjepit antara yang kanan dan yang > > kiri, antara mayoritas dan minoritas, antara yang > > keras dan yang lunak. Kreativitas dan kepekaannya > > diuji. > > > > Di saat-saat inilah keberanian dan ketegasannya > > terhadap kebenaran mendapatkan tantangannya. > > Krisis-krisis besar semacam ini, tidak jarang > > memakan korban diri pemimpin sendiri. Tarik-menarik > > kepentingan dualistik yang plural inilah ciri khas > > konteks Indonesia. Orang kuat Amerika mungkin hanya > > menghadapi dualisme dua partai, tidak ada lagi > > dualisme > === message truncated ===> > ____________________________________________________ > > Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, > > silahkan ke: > > http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net > > ____________________________________________________ > > > ===== > Lautan Sati Rantau Batuah > > Sutan Palito Alam > 33 th > > > > > __________________________________ > Do you Yahoo!? > Yahoo! Mail SpamGuard - Read only the mail you want. > http://antispam.yahoo.com/tools > ____________________________________________________ > Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: > http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net > ____________________________________________________ ____________________________________________________ Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net ____________________________________________________