Assalamu'alikum Wr. Wb.
Izinkan saya ikut meramaikan bahasan fulitik
ini.
Saya setuju bahwa untuk jadi pemimpin perlu bisa
main golf dan menyanyi. Dunia saat ini yang namanya Globalisasi adalah bisa
bergaul, berniaga dan berkomunikasi dengan mereka yang menghuni dunia. Artinya,
yaitu harus bisa golf kalau memang desision dibuat di lapangan golf, harus bisa
menyanyi kalau memang negosiasi dibuat pada saat karaoke. Kenapa mesti
dilapangan golf?, karena yang kita dekati adalah orang yang membawa modal dari
Amerika dan lain-lain, dan mereka senang golf. Kenapa mesti menyanyi dan
berkaraoke?, karena yang kita dekati adalah pedagang dan indutrialis dari Jepang
yang senang dengan karaoke.
Malah setahu saya mempersiapkan kader untuk
pemimpin dikalangan "organisasi terkemuka" dimasa "sebelum saat ini"
memang seperti. Yang ingin memasuki jenjang karir operasional dikalangan "itu",
mereka mempersiapkan diri untuk memiliki "keterampilan" yang menjadi syarat
(mungkin syarat tidak tertulis) sebagai pemimpin. Hanya sayangnya, hal ini tidak
didukung dengan kondisi organisasi - tidak tersistem. Bagaimana mungkin untuk
terampil, karena untuk bisa terampil bermain golf itu perlu latihan
bertahun-tahun. Dan biaya dan waktu untuk bisa berlatih itu bertahun-tahun tidak
sedikit. Dan tahu sendiri gaji kita tidak memadai untuk itu.
Jadi terjadilah golfer kita yang tidak beretika
golf. Supaya score bagus bukannya pukulan yang diperbaiki, tetapi pensilnya yang
diperbaiki. Artinya ada KKN juga di lapangan golf.
Wassalam,
Ridwan
----- Original Message -----
|
____________________________________________________ Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net ____________________________________________________