Bravo...bravo.........

Walaupun mungkin tidak ada anggota FPSB disini, saya tetap akan mengucapkan kami 
beruntung mempunyai Mereka.

Saya do'akan mereka2 ini selalu di Lindungi Oleh Allah.SWT dalam setiap langkah2 
mereka. Amieen

mulyadi


-----Original Message-----
From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of RaNK MaRoLa
Sent: Thursday, June 10, 2004 12:29 PM
To: KaRaNTau
Subject: [EMAIL PROTECTED] Forum Peduli Sumatra Barat, Kiprahnya Dinilai Berani 

Copyright © 2004 Media Indonesia Online. All rights reserved.
Kamis, 10 Juni 2004 00:00 WIB
----------------------------------------------------------------------------
----

Forum Peduli Sumatra Barat, Kiprahnya Dinilai Berani

RUANG aula Kejaksaan Tinggi (Kejati) Sumatra Barat (Sumbar), di Jalan Raden
Saleh, Padang, Selasa (8/6), dipenuhi undangan. Mereka adalah tamu dari TNI,
Polri, Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu), Komisi Pemilihan Umum
(KPU)
Sumbar, dan puluhan wartawan cetak dan elektronik.

Entah karena memang tidak diundang, di kantor kejati tidak terlihat
perwakilan
dari DPRD maupun pemerintah daerah. Padahal, dari spanduk yang memanjang di
depan, jelas kejati sedang menggelar helat.

Hari itu, Kejati Sumbar memberikan penghargaan kepada Forum Peduli Sumatra
Barat (FPSB). Forum para akademisi, praktisi hukum, dan aktivis lembaga
swadaya masyarakat (LSM) di Sumbar yang oleh kalangan Adhyaksa dianggap
berjasa dalam upaya pemberantasan korupsi di Sumbar.

"Undang-undang korupsi memberi perhatian terhadap masyarakat yang peduli
terhadap pemberantasan korupsi. Karena, pencegahan tindak pidana korupsi
tidak
akan berhasil tanpa peran masyarakat. Kami memuji langkah yang diambil FPSB.
Jarang orang bersedia menjadi saksi pelapor. Keberanian seperti ini perlu
ditiru," kata Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Sumbar, Muchtar Arifin dalam
sambutannya.

Dalam tiga tahun terakhir, FPSB memang menjadi sebuah ikon penting di Sumbar
dan bahkan di Indonesia. Hal ini bukan karena orang-orang yang bergabung di
dalamnya, melainkan karena kiprahnya yang tergolong berani, melaporkan
anggota
DPRD Sumbar yang melakukan korupsi dana APBD 2002.

Beberapa tokoh yang mendirikan dan bergabung dalam FPSB, di antaranya,
sejarawan Mestika Zed, pakar hukum tata negara Saldi Isra, tiga mantan
direktur LBH Padang Rahmat Wartira, Miko Kamal dan Zenwen Pador, juga
Rusmazar
Ruzuar, Oktavianus Rizwa, Elwi Danil, Okdonal, serta beberapa akademisi,
aktivis LSM, dan praktisi hukum lainnya.

Terbentuknya forum ini, diawali pada akhir 2001 dengan diskusi mingguan yang
digelar di LBH Padang yang ketika itu dipimpin Zenwen Pador. Penyusunan
anggaran 2001 dan 2002 yang dianggap tidak memenuhi rasa keadilan
masyarakat,
sempat dikritisi dengan surat dan masukan kepada DPRD. Namun, mereka
dianggap
mengada-ada.

Merasa tidak diacuhkan Dewan, pada Februari 2002, FPSB melaporkan DPRD
kepada
Kajati yang saat itu dijabat Halius Hosen. Sekitar delapan bulan menunggu,
beberapa kali forum ini mendesak kejati melakukan pengusutan kasus tersebut.
Sekitar delapan bulan kemudian, pada November 2002, kejati menindaklanjuti
laporan FPSB.

Mestika Zed, yang menerima penghargaan mewakili rekan-rekannya di FPSB,
mengatakan pengusutan kasus ini membuktikan keseriusan penegak hukum di
tengah-tengah keprihatinan masyarakat melihat pemberantasan KKN. "Tetapi,
apa
yang telah dilakukan FPSB, masih jauh panggang dari api, masih banyak yang
harus dikerjakan," katanya.

FPSB berharap ada kelanjutan pengungkapan kasus ini. "Jika selama ini
diarahkan ke legislatif, selanjutnya juga harus menyentuh eksekutif,"
ujarnya.

Penyusunan anggaran APBD 2002 yang menyalahi aturan PP 110/2000 tentang
kedudukan keuangan DPRD tersebut, selama ini memang hanya mempersalahkan
anggota Dewan. Padahal, APBD tersebut disahkan Dewan bersama Gubernur.

Sehingga, FPSB sempat dituding diskriminatif. "Mengapa mereka hanya
melaporkan
legislatif, kok eksekutif tak disentuh?" kata Taslim, anggota pengganti
antarwaktu (PAW) Fraksi PAN DPRD Sumbar, yang tidak terlibat kasus tersebut.

Selain itu, bergabungnya Rusmazar Ruzuar dan Oktavianus Rizwa ke Partai
Perhimpunan Indonesia Baru (PIB) dan menjadi caleg untuk partai tersebut,
dicibir oleh beberapa anggota DPRD Sumbar. FPSB dituduh menjadi alat untuk
tujuan-tujuan politik oleh sebagian anggotanya.

Namun, ini dibantah oleh mantan direktur LBH Padang, Rahmat Wartira yang
juga
anggota FPSB. "FPSB tak ada kaitannya dengan partai mana pun. Sebagai warga
negara kita berhak berkumpul, berorganisasi serta melaporkan ketika terjadi
pelanggaran hukum. Namun, tentunya kita harus menghargai pilihan politik
masing-masing anggota sebagai hak demokrasi," ujar Rahmat.

Kiprah FPSB kemudian menjadi inspirasi bagi berbagai komponen masyarakat
lainnya. Seperti Solidaritas Peduli Anak Nagari (Sopan) yang gencar mendesak
pengusutan korupsi DPRD Padang. Demikian juga Ikatan Masyarakat Mentawai
(IMM)
yang terus mengejar pengusutan penyalahgunaan APBD Mentawai. Hendra
Makmur/N-1


____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
____________________________________________________

---
Outgoing mail is certified Virus Free.
Checked by AVG anti-virus system (http://www.grisoft.com).
Version: 6.0.663 / Virus Database: 426 - Release Date: 4/20/2004
 
____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke:
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
____________________________________________________

Kirim email ke