Ass.ww.

Sdr Okto Yth.

Pendapat anda patut didukung, tapi berapa bekas anak didik yang sanggup
berfikir seperti anda. Kurikulum pendidikan di Indonesia adalah contekan
kurikulum di Belanda yang disana dipakai untuk anak-anak yang pintar alias
10 terbaik dalam 50 alias seperlima.

Jadi anda mungkin masuk didalam 1/5 itu, jadi pengertiaan anda cukup
memuaskan dalam menalar Iptek ke dunia nyata. Kini bagaimana dengan yang
4/5-nya. Yang dikelas banyak bengongnya dan mereka itu tetap diluluskan atau
ditamatkan.

Belum lagi jika ditinjau dengan kwalitas guru yang mentransfer ilmu, yang
mayoritas adalah pendikte, dimana mau tak mau harus ditelan oleh anak didik.
Guru tersebut juga mempunyai ilmu 1/2 dari yang seharusnya dan yang dapat
diserap anak didik mungkin 1/2 atau sepertiga dari guru. Jadi nilai
"transfer of knowledge" seberapa.

Kita masih direcoki dengan hafalan dan tugas yang harus dikerjakan semaunya
buku, buku fifty-fifty dengan kemauan anak didik.

Saya mendukung pendapat, yang seharusnya, anak didik diajari bagaimana kita
terangsang untuk belajar. Jadi yang diajarkan itu adalah bagaimana cara
belajar suatu ilmu. Jadi jika seorang anak Indonesia dapat mempelajari suatu
ilmu yang dibutuhkan suata saat. Sebagai contoh, jika disuatu pekerjaan
tidak mengerti, maka anak tersebut dapat mencari buku, referensi dll. Jadi
cara mencari buku atau ensiklopedi ini harus diajarkan.

Saya teringat suatu wawancara di TV (saya lupa siapa dan TV apa), yang
disarankan : anak didik harus diajarkan cara memburu ilmu, diajarkan cara
belajar. Bukannya diajarkan bagaimana berhitung, menghafal sejarah dll saja.
Tapi coba dalam mentransfer suatu ilmu dibiasakan membuka buku, ditelaah
bersama, dicari pendapat yang lain, dibandingkan dengan kehidupan nyata dan
dibikin tugas yang sesuai lingkungan. Mungkin anak didintegrasi dengan
lingkungannya.

Banyak teori memang dihadapkan kepada kita. Tapi kenyataan memang jauh
berbeda. Setiap saat anak didik mempunyai ilmu yang jauh dengan kenyataan
lingkungannya. Coba dengan menanya waktu test kepada tamatan SMA (maaf saya
tidak tahu ia masuk 1/5 atau 4/5 diatas).
"Jika anda ingin mengangkat suatu beban 3 kali kekatan yang dipunyai,
bagaimana caranya, mungkin atau tidak mungkin, kalau mungkin terangkan?".
Tahu jawaban moyoritas yang dikemukakan? : " tidak mungkin".

Siapa yang salah, yang mengetest atau yang ditest, atau tempat dia sekolah,
atau ijazahnya.

Banyak lagi yang harus kita fikirkyan  benahi. Mungkin dengan klas unggul.
Siklas unggul yang banyak ilmu untuk melanjutkan ke PT dan yang bukan unggul
mungkin dipikirkan seandainya dia tidak diterima di PT. Supaya ilmunya juga
bermanfaat, berdayaguna untuk masa depannya. Saya kira tidak sampai 50%
tamatan SMA kita yang masuk ke PT. Bagaimana yang 50% lebihnya?

Wass.ww
St.P

-----Original Message-----
From:   [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED]]
On Behalf Of Okto Yudian Darsun
Sent:   Monday, January 29, 2001 11:15 AM
To:     '[EMAIL PROTECTED]'
Cc:     [EMAIL PROTECTED]; '[EMAIL PROTECTED]'
Subject:        RE: [RantauNet] System Pendidikan di Indonesia

Assalamu'alaikum wr, wb!

Maaf saya tergelitik untuk mengomentari, ini merupakan pendapat saya saja.

Sistem pendidikan memang sangat menentukan kualitas suatu bangsa.
Indonesia belum merupakan negara yang memperhatikan hal ini disebabkan
masih disibukkan oleh hal-hal ekonomis dan politis. Di masa keadaan politis
lebih stabil saja hal ini hanya merupakan suatu wacana saja tidak pernah
terimplementasikan apalagi saat sekarang.

Para siswa sekarang (mungkin bahkan guru) tidak mengerti apalagi memahami
filosofi dari ilmu-ilmu yang diajarkan di sekolah.
Kontribusi ilmu-ilmu matematika, fisika, kimia dsb sangat banyak manfaatnya.
Seperti fisika, matematika dan atau aljabar sebenarnya sarat dengan hal-hal
yang berkaitan langsung dengan kehidupan sehari-hari bahkan kehidupan
sosial kemasyarakatan.
Teori Himpunan misalnya, berisikan bagaimana benda atau semesta dalam suatu
cartesian itu berhimpun dan antar himpunan ada suatu relasi yang jenisnya
beraneka ragam ada satu-satu, satu-banyak, banyak-satu dsb. Kemudian
bagaimana
suatu himpunan dengan himpunan yang lain dapat didefinisikan dengan adanya
suatu
fungsi f(x).

Jika hakekat ilmu himpunan ini saja benar-benar difahami maka akan
mendapatkan suatu hal yang luar biasa.

Jika di "semesta" ini terdiri dari berbagai "himpunan" yang di"peta"kan oleh

suatu "fungsi" yang dapat merubah suatu "member" "domain" menjadi "member1"
do "co-domain" yang lain.

Ini hanyalah salah satu contoh kecil manfaat dari ilmu aljabar yang dapat
diterapkan
di kehidupan sosial kita.
Apalagi jika dikaji ilmu integral dan differensial.

Itu lain dengan adanya ilmu binari dan metode numeric alangkah ringannya,
pekerjaan
kita sekarang dengan adanya automatisasi, komputer, dan jangan sekali-kali
hal ini
anda ragukan di depan seorang proggrammer komputer yang sangat berterima
kasih kepada
guru SMP atau SMP yang mengajarkan metode bilangan ini.

Sistem pendidikan bukanlah sekedar pengajaran tetapi benar-benar mendidik,
merubah
suatu pola yang kurang baik menjadi lebih baik.

Teknik penyampaian meteri mungkin bisa dibuat sedemikian rupa sehingga
menarik
dapat memberikan inspirasi bagaimana hal- tsb dapat bermanfaat sebagai bekal
kelak
Contohnya matematika mungkin dapat dibantu dengan metoda simulasi.

Wassalam,

Yudian


RantauNet http://www.rantaunet.com
=================================================
Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di
http://www.rantaunet.com/subscribe.php3

ATAU Kirimkan email
Ke / To: [EMAIL PROTECTED]
Isi email / Messages, ketik pada baris/kolom pertama:
- mendaftar: subscribe rantau-net [email_anda]
- berhenti: unsubscribe rantau-net [email_anda]
Ket: [email_anda] = isikan alamat email anda tanpa tanda kurung
=================================================
WebPage RantauNet dan Mailing List RantauNet adalah
servis dari EEBNET http://eebnet.com, Airland Groups, USA
=================================================

Kirim email ke