historio

Historiografik
Home ] Up ] [ Historiografik ] Undang ] Lareh ] Luhak ] Rantau ] Langgam nan Tujuah ] Basa Ampek Balai ] Sastra ]

 

Hostoriografik sejarah Minangkabau
 
Abad Point-point yang diketahui pada Perbandingan Unsur adat yang mungkin terbentuk pada masa ini
Zaman pra-sejarah
1000 th SM   Neolitikum

Gelombang perpindahan bangsa Austronesia ke arah selatan dan timur

Kebudayaan Dong-son, alat-alat besi, kepandaian bercocok tanam

950 th SM Nabi Sulaiman mempunyai tambang emas yang kemungkinan terletak di Sumatra

Pemukiman pertama berupa taratak-taratak di lereng gunung Merapi dan Singgalang

Manaruko sawah sudah dimulai.

Sistem matrilineal dan bersuku-suku sudah terbentuk. Falsafah alam, komunalisme, dan prinsip musyawarah dalam bentuknya yang sederhana, sudah menjadi lembaga dasar pengaturan masyarakat

Bahasa Minangkabau mulai berbeda dari bahasa Malayu

Zaman awal sejarah
Abad ke-4   Iskandar Zulkarnain menggantikan raja Philip di Makedonia

Aristoeles di Yunani

Jawadwipa dan Suwarnadwipa dikenal

Gelar Datu atau Datuk untuk pimpinan suku digunakan, berasal dari bahasa Sanskerta

Penduduk pedalaman Minangkabau masih hidup sederhana, tapi sudah mulai mengusahakan komoditi terutama yang terkenal adalah emas dan kapur barus

Zaman Malayu
Abad ke 5   Kerajaan Kuntala di perbatasan Riau dengan Jambi pada awal abad ke-5

Malayu di tepi Batanghari. Sriwijaya, yang bermula dari Kelantan, kemudian pindah ke tepi Batang Kampar di Muaratakus, kemudian pindah lagi ke tepi Sungai Musi. Swarnabhumi dengan raja yang bergelar Sri Maharaja di Jambi.

Th 1017 Kerjaan Cola di India menyerang Swarnabhumi. Diantara pengikut rajanya menyingkir ke Muaratakus.

Th 1070 Sebagian keturunan raja Swarnabhumi menyingkir ke hulu Batanghari dan mendirikan kerajaan Darmasyraya. Kekuasaannya sampai ke Kamboja dan Srilanka. Rajanya disebut Sri Maharaja Diraja. Pusat kerajaan di Siguntur.

Pengaruh kerajaan-kerajaan Malayu di pantai timur Sumatra berupa 'kebudayaan' Sanskerta masuk ke wilayah pedalaman.

 Penduduk wilayah yang sekarang termasuk luhak tigo, mulai membuat aturan bermasyarakat seperti aturan suku, sumando, nagari sebagai mini republics

Pariangan, Sungai Tarab, Dusun Tuo Limo Kaum, Batipuh, adalah nagari-nagari tertua

Pepatah petitih, tradisi bahasa lisan

Agama Islam masuk

Budaya Sanskerta dan Islam dirangkum menjadi Adat

Sri Maharaja Diraja di dalam Tambo

Zaman Aditywarman 
Abad ke14 - ke 16 Th 1343 Adityawarman kembali ke Malayapura. 

Adityawaman memindahkan pusat kekuasaan dari Siguntur ke Pagaruyung. Kawin degan putri raja Malayupura, dan memkaia gelar Mauliawarmandewa. Ini berarti 'menyerap' kerajaan Malayupura.


Meluaskan kekuasaan higga seluruh Sumatra bagian tengah.

Th. 1375 Adityawarman mangkat dan digantikan putranya Anaggawarman.

Th 1377 serangan Majapahit yang pertama.

Th 1409 serangan Majapahit kedua.

Pemerintahan disusun terutama pada Rajo nan Duo Selo, Basa Ampek Balai, Rajo nan Duo Selo, Gadang nan Batujuh.

Antara serangan Majapahit II th 1409 hingga th 1560 sejarah terputus selama satu setengah abad.

Th 1275 Kertanegara dari Singasari melancarkan serangan ke Darmasrya dengan sandi Pamalayu. 
Th 1281 Kertanegara mengutus Mahamentri Wiswarupakumara membawa arca Amoghapasha untuk perdamaian ke Darmasraya. 
Th 1292 Raden Wijaya merebut kekuasaan dari Kertanegara dan mendirikan Moajapahit. 
Utusan Kartanegara kembali, dan membawa Dara Petak dan Dara Jingga. Dara Jingga hamil dan melahirkan Adityawarman. 
Darmasyraya diubah nama menjadi Malayapura dengan rajanyo Tribuanaraya Mauliawarmandewa. 
Raden Wijaya mangkat. Kemelut di Majapahit. Adityawarman kembali ke Malayapura th 1343. 
Th 1364 Gajah Mada wafat. Kerajaan makin lemah.
 
Kemungkinan ayah dari Adityawarman adalah Raden Wijaya juga; dan disebut sebagai Sultan Sri Maharaja Diraja di dalam tambo. Jadi Maharaja ini tidak betul-betul datang ke Minangkabau. Kalau Adityawarman adalah Dt. Ketumanggungan sendiri, Puti Indo Jalito adalah Dara Jingga, yang kemudian kawin dengan Wiswarupakumara, Cati Bilang Pandai, medapat anak yang kemudian bergelar Dt. Prapatih nan Sabatang. Lihat footnone no.25 hal. 11 buku Alam Takambang jadi Guru, AA.Navis

Mereka melanjutkan sistem masyarakat yang bersuku-suku, berpenghulu dan berdatuk-datuk. Pemerintahan di Pagaruyuang tidak mutlak sentralistik, tapi didekosentrasikan di tangan Tuan Gadang di Batipuh, Dt. Bandaro di Sungai Tarab, dan penghulu-penghulu di beberapa nagari dihimpun dalam Basa na Batujuah atau Langgam nan Tujuah.

Reformasi Dt. Prapatih ke arah demokrasi melahirkan Lareh nan duo.

Undang nan Duopuluah

  Zaman Islam dan Belanda    
Abad ke16 - ke 19 Pusat pemerintahan masih di Pagaruyung

Th 1560 Sultan Alif memeluk Islam. Wafat 1580.

Th 1580 - 1650 kembali sejarah menjadi gelap, selama hampir satu abad.

Th 1650 - 1670 Sultan Ahmadsyah. Digantikan Sultan Alif.

Th 1667 Siltan Ahmadsyah meminta bantuan Belanda di Batavia.

Th 1730 Sultan Bagagar Alamsyah. Digantikan Sultan Sri maharaja Diraja.

Perang Paderi melawan Pagaruyung. Raja waktu itu, Sultan Muning Alamsyah bersama cucunya menyelamatkan diri. Sutan Alam Bagagarsyah, kemenakan Sultan, minta bantuan Inggris. Tuan Gadih, istri termuda Sultan, menerima undangan Inggris untuk bertemu di Simawang.

Th 1821 Sutan (bukan Sultan) Alam Bagagarsyah menyerahkan Minangkabau kepada Belanda asal Belanda membantunya melawan Paderi.

Paderi dan rakyat Minangkabau tetap melawan Belanda.

 

 

Pengaruh Aceh di pantai barat.

Thn 1684 Thomas Diaz, orang Portugis, menemui Rajo Adat di Buo. Ketika itu Belanda baru ada di Malaka.

Belanda mulai masukdi Padang

1781-1785 Padang diserahkan kepada Inggris, karena Belanda memihak Amerika dalam pemberontakan melawan Inggris. (Perang Kemerdekaan Amerika).

1795-1819 Padang kembali diserahkan kepada Inggris (Thomas Stanford Raffles) karena Belanda ditaklukkan Napoleon.

 

 

Pengalaman pahit dengan Majapahit menyebabkan sejarah mereka di Minangkabau dihapus dari Tambo, (dan juga dari Sejarah Melayu,) dan dialihkan pada keturunan Iskandar Zulkarnain.

Rajo adat di Buo, Tuan Kadi di Padang Gantiang.

Syariat Islam, terutama yang berkaitan dengan sistem peradilan, dipakai oleh masyarakat dan diintegrasikan dalam tambo.

Gelar Tuanku, Imam, Katib diintrodusir ke dalam sitem pamarintahan nagari (Urang nan Ampek Jinih)

Perjanjian Bukik Marapalam

Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah.

kolom ini sumber: Alam Takambang jadi Guru, AA. Navis, 1984

kolom ini interpretasi sendiri

 

Created 22 Januari 2002, Last modified 25 January, 2002

Kirim email ke