"Kok bulek alah buliah digolongkan (klahar oto). Kok picak alah buliah dilayangkan (naiak UFO). Kok nasi iyo alah tamakan (cangok). Kok aia iyo alah tadaguik. Kok kepeang, iyo alun lai ! --kecek Mak Bandaro."

Salaamun Alaikum WW

Dear Mr Titik.

Saya kira soal Tatib tidak bisa ditentukan oleh individual. Untuk sementara ini saya kira Tatib itu fleksibel dululah, sambil menjaring calong anggota RN yang serius. Di masa depan these serious members akan diundang dalam suatu pertemuan atau semacam Kongres dimana semua anggota yang sudah registered akan membentuk struktur organisasi legal formal Rantau Net. Untuk itu semua perkara kelembagaan seperti administrasi, sekretariat, , AD/ART, keanggotan dll, dsb, dst perlu lebih dulu dibenahi. 

Kalau sekarang Om Titik mungkin masih melihat RantauNet sebagai OTB, organisasi tanpa biaya. Tapi lain waktu nanti, insha Allah, akan menjadi OHB, organisasi hantu blau....eh salah...maksudnya OBH, organisasi bagi hasil. Bukan tak mungkin dari RantauNet kita kembangkan embrio-embrio bisnis terkait seperti advertizing, percetakan, internet, e-commerce penerbitan, event organizer, media planner, dll, dsb, dst, yang bisa memberi profit. Artinya, bukan sekadar mandiri organisatoris, tapi juga swadana.

Setelah itu, Kongres atau pertemuan anggota tadi akan membentuk sejumlah panitia kecil yang a.l. Komisi AD/ART, Komisi Keuangan, Komisi Litbang, dll, dsb, dst dan termasuk satu komisi khusus yang disebut Komisi Tata Tertib (KTT) yang tugasnya membuat rancangan Tata Tertib. Komisi ini bertugas mengumpulkan aspirasi tata tertib dari para anggota.

Rancangan ini nantinya akan dibawa ke "Kongres" untuk dikaji ulang. Setelah semua aspirasi tertampung dan disetujui, maka Rancangan Tata Tertib siap disahkan. Setelah itu baru kita berani "sesumbar" bahwa RantauNet punya Tata Tertib. Kalau yang sekarang, saran saya, sebaiknya Tatib jangan terlalu sesumbar dulu. Dan jangan KTT (Komisi Tembak di Tempat) begitu. Padahal kita tahu urang Minang indentical dengan demokrasi atau musyawarah dan mufakat. Kenapa bukan itu yang kita tonjolkan?

Info: saya dapat email japri dari Gusdur St Marajo bahwa dia tak bisa merespon email dunsanak karena di-"reject." Dan saya tak mau mem-forward email japri itu karena khawatir nanti dianggap melanggar Tatib oleh sebagian dunsanak. Saya kira budaya KTT ini perlu di-review kembali kalau memang RN berani terima tantangan untuk maju ke depan. Dengan Tatib yang detail, semua kita nanti akan dibekali manual yang lebih bertanggung jawab untuk hampir semua perkara teknis mail list ini yang didukung oleh konsensus.

Dalam manual itu, juga dimasukkan sejumlah items keharusan fit & proper test untuk moderator yang bisa mem-pending, reject dan menghapus membership status para anggota seperti yang dipraktekkan selama ini. Fit & proper test untuk para moderator penting karena pengetahuan web management saja tidak cukup. Tapi perlu juga kemampuan analitis, wawasan, emotional quotient, dll, dst,dsb.

Sering kasus banning dan pending lebih didasari insinuasi (mengambil istilah anda sendiri) dari individual atau kelompok tertentu, ketimbang manual baku yang (padahal) kini belum dibuat. Fit & proper test bagi para moderator ini juga penting agar personal agenda dan keputusan2 sepihak tidak menghambat visi dan misi bersama RantauNet di masa depan.

Jadi sakali membuka puro, duo tigo utang tabayia. Sakali  mangayuah dayuang, duo tigo pulau talangkaui. Asal jan dayuang Palinggam sajolah. Kalau itu namonyo ber-Kano ria. Sakali awak bakumpua, banyak alek nan salasai  a.l. silaturrahmi, saling berkenalan, RN sebagai lembaga yang lebih terhormat,  anggota yang jelas, donatur tetap bertambah, dll, dst, dsb.

Nan ka badiskusi agamo, silakan. Nan ka manggaleh jo bisnis, monggo. Nan ka maota dunia dalam berita, please go ahead. Nan ka basalam-salam ria, no problem. Nan rindu kampuang halaman, it's OK. Nan tageh di rantau, buliah. Nan ka managakan kampuang, cubo nah. Nan ka mancari gawe, usahokan nah, dll, dsb, dst.

Pasan ambo, jan dek karano taragak jo kampuang halaman (biasonya urang gaek),  visi di rantau (biasanya anak muda) di congek-an. Jan karano ingin badiskusi agamo, nan ka babisnis disarengehi. Jan karano nak managak-an nagari, topik nasional dibantiang ampeh. Jang karano nak basalam-salam ria, nan ka baradu wacana dikirok-an. Jan karano awak stres dan indak ado gawe, lantas RN jadi pelampiasan. Itu nggak demokratis namanya.

Love

A.C. St Rangkayo Labih

 

  Titik <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

Assalamu'alaikum wr. wb,
 
Rupanya banyak yang dijadikan bersependapat oleh St. Rangkayo Labih, alhamdullilah.
Kalau begitu mungkin "kok bulek lah buliah digolongkan, kok picak lah buliah dilayangkan"
yaitu tentang
.... nan satitiak kito lauikkan,
nan sakapa kito gunuangkan,
alam takambang jadi guru.
 
Tingga kini tantang "tata tertib", mako batitahlah Sutan Rangkayo Labih.
Salam
 
Sutan Bagindo Nagari
 
 
----- Original Message -----
Sent: Thursday, April 18, 2002 3:16 PM
Subject: [RantauNet] RN Watch: Saya sependapat dengan

Salaamun alaikum WW

Saya tak menyangka di hari ketiga saya bergabung kembali di RN, terjadi lagi iklim kudeta terhadap Panggugek dulu sebelum saya rehat. Tapi setelah saya membaca semua komentar dunsanak, maka saya mencoba memaparkan opini saya pribadi tentang nasib RN ke depan, perbaikan atau degradasi.

Setelah menganalisas lewat statistika (sejak mulai bergabung, artike no 7000-an sampai kini), ternyata saya menemukan bahwa hanya 5% dari anggota yang membahas topik adat, 15% soal ekonomi dan politik urang Minang, 2% geografis sumbar, 3% isu-isu perantauan, 5% seputar tokoh Minang dan 70% materi diskusi berkisar tentang Islam. Statistik ini perlu diakomodir, saya kira.

Tapi bagaimanapun, saya sependapat dengan Evi dalam hal ini agar RN sebaiknya lebih mengembangkan visinya up to the top, bukan menyempit ke hal-hal sepele. Dalam hal ini saya juga sependapat dengan Titik (Basri Hasan) bahwa ada kecondongan kita di RN untuk menghabiskan waktu, pikiran dan energi kepada hal-hal kecil yang tak bermanfaat. Mungkin karena hal seperti itu lebih 'hangat' dan mengasyikan. Entahlah.

Tapi saya juga setuju dengan email balasan dari Miko Mikardo bahwa perlu ada perubahan Tata Tertib yang berlaku sekarang. Saya setuju karena saya melihat Tata Tertib yang lama perlu di-update sesuai perkembangan waktu, wacana, interest dan teknologi. Salah satunya, menurut saya adalah supaya milis RN lebih atraktif dan akomodatif bagi kaum intelektual. Seperti pesan Cak Nur, "Wacana terbaik akan selalu menang."

---- cut----



Do You Yahoo!?
Yahoo! Games - play chess, backgammon, pool and more

Kirim email ke