Peninggalan Kerajaan di Dharmasraya, Sejarah yang Dijarah       

Minggu, 17 Februari 2008        

Kendati masih berusia muda, Kabupaten Dharmasraya menyimpan sejuta pesona. Dari 
sana sekitar abad 11 masehi lembar sejarah Kerajaan Melayu bermula. 
Peninggalan-peninggalan arkeolog seperti candi, artefak, masjid, makam 
raja-raja dan rumah gadang menjadi saksi bisu sejarah kerajaan Hindu-Budha dan 
Islam di kabupaten pemekaran itu.

Sayang, kondisinya memprihatinkan, terabaikan dan tak ada yang peduli.  
Beberapa simpul sejarah yang bisa bercerita akan kondisi miris itu di antaranya 
peninggalan arkeolog kerajaan Hindu-Budha dan Islam yang tersebar di Nagari 
Siguntur, Padanglaweh dan Pulaupanjang. Parahnya lagi rentetan ekspedisi 
Pamalayu itu tidak diketahui masyarakat. Masyarakat cenderung apriori dengan 
sejarah di daerah tersebut, termasuk mahasiswa. "Ambo lai tahu ado situs 
bersejarah di Siguntur tapi alun ado ke sinan soalnyo ndak tontu apo nan dicari 
(saya tahu ada situs bersejarah di Siguntur, tapi belum pernah ke sana. Tidak 
tahu apa yang mau dicari) ," ujar Peldi,  mahasiswa asal Dharmasraya.

Masyarakat sekitar pun ternyata banyak yang tak kenal dengan sejarah bahkan 
terkesan tidak peduli. Bayangkan saja, batu-batu situs sejarah itu pernah 
mereka diperjualbelikan untuk membangun rumah-rumah mereka. Baru tahun 1994, 
setelah mendapat izin pelestarian dan penggalian serta pelarangan untuk 
mengambil dan merusak, situs bersejarah dapat mulai terpelihara. "Mano kami 
tahu, kalau tumpukan bata itu bangunan candi.  Jadi kini batu-batu bata, lah 
menyebar ke mano-mano, ambo turuik juo maangkek untuk dijua (Mana kami tahu 
kalau tumpukan batu itu candi. Sekarang batu batanya sudah menyebar ke 
mana-mana, saya juga ikut mengangkat batu-batu itu untuk dijual)," kata Azis, 
Ketua Pemuda Sungai Lansek.

Menurut Aziz, saat arca Bhairawa ditemukan sudah terdapat kerusakan. Kakinya 
yang satu berbeda dengan yang lain terdapat lekukan dan ukurannya lebih kecil. 
Sebab, sebelumnya salah satu kaki arca itu sering dijadikan  batu asah sabit, 
pisau dan parang oleh para pengembala kerbau. Hal ini dibenarkan Kepala Jorong 
Sungai Lansek, Bachtiar. Penemuan arca di samping rumahnya menjadi indikasi 
benda-benda bersejarah tersebut berserakan. Padahal kalau dikelola dengan baik 
memiliki potensi parawisata yang luar biasa. Terbukti, wisatawan selalu datang 
bergantian mengunjunginya, terutama para peneliti sejarah baik dalam maupun 
luar negeri.

Sementara itu, Kepala Jorong Sungai Lansek, Bactiar (50) sangat menyayangkan 
kurangnya perhatian pemerintah terhadap pengelolaan situs purbakala. Jalan 
setapak menuju lokasi masih tanah dan kala hujan turun akan becek sehingga 
susah diakses. Belum lagi di sekitar lokasi sudah banyak lahannya yang beralih 
fungsi menjadi ladang masyarakat. Padahal di tempat itu sudah teridentifikasi 
menyimpan peninggalan-peninggalan bersejarah. Masalah penerangan listrik PLN 
yang belum masuk, membuat lokasi yang pernah menjadi bagian dari ekspedisi 
Kerajaan Singosari yang berlokasi di seberang Batanghari itu agak terpinggirkan 
dan kian suram. 

"Jika diperhatikan Pemkab tentu banyak wisatawan yang bakal berkunjung. Dari 
situ kami bisa mendapatkan tambahan pendapatan. Apalagi dalam sebulannya 
sekitar 150 wisatawan berkunjung. Bahkan tak jarang wisatawan datang rombongan 
dalam jumlah besar," terang Bactiar. Sementara itu, Drs. Nopriyasman, M.Hum 
dari Jurusan Sejarah Unand Padang melihat sikap tak peduli masyarakat terhadap 
situs dan sejarah sudah berlangsung dari dulu. Kondisi ini terjadi karena 
kurangnya informasi dan penghargaan sekaligus bentuk sikap penolakan masyarakat 
terhadap hal-hal yang berbau Hinduisme. "Padahal itu bagian dari sejarah yang 
mesti disosialisasikan kepada masyarakat sebagai bukti Sumbar pun pernah 
menjadi pusat kerajaan. Karena selama ini tidak hanya pemerintahan yang 
sentralistis dan Jawa sentris tetapi budaya Indonesia pun seakan-akan budaya 
Jawa saja," bebernya. 

Semangat ini, tambah Nopriyasman, bukan untuk memunculkan sikap provinsialisme 
tetapi membangun kesadaran bersama bahwa budaya Indonesia merupakan keragaman 
budaya yang tersebar di Nusantara bukan Jawa semata. Hal ini sangat penting 
dalam menguatkan rasa kebangsaan melalui pemahaman yang utuh terhadap sejarah. 
Karena itu, kita meminta pemerintah harus segera memberikan perhatian penuh 
terhadap sejarah dan benda-benda peninggalannya sehingga tidak terjadi 
pengikisan secara terus menerus. Hal ini bisa dilakukan melalui kerjasama 
dengan balai sejarah, perguruan tinggi dan lembaga lainnya melakukan 
penelitian, penulisan dan pembukuan sejarahnya. 

"Malahan catatan sejarah itu harus dimasukkan dalam muatan lokal sehingga 
generasi muda bisa mengetahui dan memahaminya. Malahan untuk benda-benda 
peninggalan kerajaan harus dibuatkan museum kecil agar terawat dengan baik. Dan 
kedepan Pemkab harus berpikir mengalokasikan anggaran untuk semua kegiatan 
itu," tandasnya. Kendati demikian, kata Nopriyasman, Pemerintah harus tetap 
hati-hati dalam melakukan pemugaran dan menghilangkan keasliannya karena daya 
tariknya bakal berkurang. Apalagi selain menjaga keutuhan sejarah dan 
benda-benda purbakala pemugaran ini penting pula untuk mendorong berkembangnya 
wisata sejarah. "Jadi pemerintah sebetulnya tidak perlu ragu dalam 
mengalokasikan anggaran untuk itu. Karena kalau sudah terawat dengan baik tentu 
bakal banyak wisatawan yang berkunjung. Minimal akan menjadi objek penelitian 
dan itu akan menjadi sumber pendapatan daerah," ujarnya. 

Sementara itu Kepala Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kabupaten Dharmasraya, 
Agani mengakui, situs-situs bersejarah itu belum dapat dioptimalkan 
pemeliharannya dan sekaligus menjadikannya sebagai objek wisata. Namun ia 
menegaskan, secara bertahap akan mengelola melalui bidang  parawisata. "Kita 
sadar bahwa situs-situs purbakala ini bisa menjadi salah satu objek wisata yang 
bisa mendatangkan pendapatan daerah, tapi kita butuh proses untuk 
melakukannya," ujarnya. (*) 


 

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
===============================================================
Website: http://www.rantaunet.org
===============================================================
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca dan dipahami! Lihat 
di http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet.
- Tuliskan Nama, Umur dan Lokasi anda pada setiap posting.
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply.
- Email attachment, DILARANG!!! Tawarkan kepada yang berminat dan kirim melalui 
jalur pribadi.
- Anggota yg posting email besar dari >200KB akan dibanned, sampai yg 
bersangkutan minta maaf & menyampaikan komitmen akan mengikuti peratiran yang 
berlaku.
===============================================================
Berhenti, kirim email kosong ke:
[EMAIL PROTECTED]

Webmail Mailing List dan Konfigurasi teima email, lihat di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
Dengan terlebih dahul
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke