Maaf menyela diskusi Mamak-Mamak,

 

Sedikit cuplikan cerita Papa ttg Divisi Diponegoro yang rina kutip dari
tulisan terdahulu yang telah dibukukan.

 

 

15.  BAJU BARU DARI DIVISI DIPONEGORO

 

Awal tahun 1960 Papa yang tengah bertugas  sebagai Tentara Teritorial  untuk
Kecamatan Bonjol Pasaman. Regu Papa ada 10 orang dengan 1 komandan regu.
Hampir kesemuanya adalah orang Kumpulan Pasaman. Komandan regu Papa bernama
Letnan Rasyid. Dimana daerah pengawasan mereka adalah Kumpulan, Alahan Mati,
Ladang Panjang, Binjai, Simpang dan sekitarnya. Masa itu tengah dipersiapkan
Proklamasi RPI singkatan dari Republik Persatuan Indonesia. 

 

Para tokoh PRRI mengadakan hubungan diplomasi dengan beberapa daerah yang
juga bergolak menentang rezim Soekarno yang dinilai Diktator dan Komunis
kala itu. RPI dibentuk untuk meneruskan perjuangan dalam bentuk Negara
Federasi. Ikut bergabung di dalam RPI itu : PRRI, Permesta, DI Aceh Daud
Beureuh), dan DI Sulawesi Selatan (Kahar Muzakkar).   DI Jabar tidak jadi
bergabung karena tidak setuju dengan bentuk Negara Federal. Dengan demikian
mereka berharap perjuangan bertambah kuat. Bahkan desas-desusnya, hal itu
dilakukan untuk mengantisipasi bila Komunis menguasai Pemerintahan Pusat.

 

Ketika tengah berada di sekitar Batang Kumpulan di seberang Rajang di sebuah
kedai kopi di tepi kampung. Lewatlah seregu tentara dari pecahan Batalyon
140 dari Suliki. Komandan regu itu rupanya adalah kawan Papa ketika sekolah
di SMA Batusangkar. Nama beliau Roslim. Karena telah lama tidak bertemu,
Papa mengajak mereka untuk istirahat dulu di kedai kopi itu. Papa waktu itu
kebetulan baru menerima gaji yang selama setahun sebagai Tentara Pelajar
PRRI belum sempat diambilnya karena selalu berpindah-pindah tempat dari satu
hutan ke hutan lainnya. Orang kedai diberinya uang untuk keperluan memasak.
Papa menyuruh membuat sambalado campur telur, sayur dan nasi. Mereka dengan
senang hati langsung memasak untuk rombongan pasukan yang istirahat itu.
Masakan kampung sederhana itu cukup membuat seregu pasukan itu makan dengan
lahapnya sambil riuh bercerita tentang pengalaman pengembaraan yang penuh
suka dan duka. Senjata tidak pernah lepas dari tangan mereka walaupun dalam
kondisi beristirahat dan bercerita.

 

Setelah mereka selesai makan bersama itu, regu tersebut bergabung dengan
kompinya dan mulai bergerak menuju Pasaman Barat. Sambil berpamitan, mereka
minta dido'akan supaya selamat dalam tugas ke Pasaman Barat.  Papa menduga
misi kali ini khusus untuk persiapan Proklamasi RPI di Bonjol yang dia
ketahui kemudian hari di tanggal 8 Februari 1960.

 

Sekompi pasukan ini terus bergerak di Pasaman Barat sampai masuk daerah
Kinali bergabung dengan kesatuan lain. Tepatnya di Durian Kinali dikuasai
oleh tentara APRI dari Divisi Diponegoro yang semuanya berasal dari Jawa
Tengah. Menurut Papa, dari sekian banyak Divisi yang dikirimkan Pusat untuk
menghancurkan Sumatera Tengah waktu itu, Divisi Diponegoro inilah yang
terkenal kekejamannya dan kekurang-ajarannya. Kebanyakan dari mereka adalah
simpatisan PKI.

 

Pasukan dari Batalyon 140 ini yang bergabung dengan kesatuan lainnya
sekitaran beberapa kompi  datang mengendap-ngendap di keheningan malam
menjelang subuh di rimbunan hutan Pasaman itu. Mereka mulai mendekati tempat
kedudukan pasukan Divisi Diponegoro tersebut. Keberadaan mereka diketahui
dan terjadilah kontak senjata di tengah subuh kelam itu. 

 

Pasukan Divisi Diponegoro yang dalam kondisi tidak siap, banyak yang
berlarian tanpa pakaian. Sebagian besar pasukan itu masih tidur pulas di
subuh itu sehingga tidak siap menerima serangan dari pasukan PRRI. Banyak
yang berlarian tak tentu arah sampai ada yang memanjat pohon kelapa. Markas
mereka tinggalkan begitu saja sehingga barang-barang bawaan mereka dengan
mudah dirampas oleh pasukan PRRI dari Batalyon 140 kala itu. 

 

Tanggal 8 Februari 1960, sesuai kesepakatan yang diumumkan secara rahasia,
Proklamasi RPI dimulai dengan Upacara Bendera yang dilanjutkan dengan Parade
Militer. Semua berlangsung dengan hikmat dan penuh semangat. Hadir kala itu,
Presiden RPI Syafruddin Prawiranegara yang sekaligus merangkap Perdana
Meteri. Beliau bertindak sebagai pemimpin upacara didampingi oleh Kolonel
Dahlan Djambek. Barisan pasukan militer yang mengikuti Upacara bendera itu
terlihat gagah dengan baju-baju yang masih  baru dengan lambang Divisi
Diponegoro yang masih menempel dibaju mereka.  

 

Ketika menceritakan hal ini Papa sempat tertawa ringan mengingat kembali
cerita-cerita lucu yang diterimanya dari teman-temannya yang ikut langsung
dengan pertempuran itu. Berbeda jauh dengan aku yang mendengarkan bergidik
ngeri, bagaimanalah rasanya berada di posisi Divisi Diponegoro yang
subuh-subuh beku itu ditengah hawa dingin Sumatera, disergap di tengah tidur
lelap seperti itu. Begitulah perang, tak ada yang berperikemanusiaan bukan.

 

 

From: rantaunet@googlegroups.com [mailto:rantaunet@googlegroups.com] On
Behalf Of Zubir Amin
Sent: Tuesday, September 10, 2013 8:22 AM
To: rantaunet@googlegroups.com
Subject: Re: Bls: [R@ntau-Net] Re: : Djamaris Chaniago -} masalah2 PRRI
+Pembubaran Resimen Pagaruyuang thn2 50an.

 

Iko cuma sisi lain dari alasan Pem Pusat cq pimpinan APRI untuk membubarkan
resimen Pagaruyuang thn 1950an itu. Mudah2an bermanfaat bagi penulisan
curito prri ko 
Cerita alm Jendral M.Pang gabean(PANGAD) kpd JB n teman2 Mhs Sumbar waktu
menemui beliau thn 1968.

Tujuan kami menemui beliau spt sdh diberitakan di RN ini beberapa waktu nn
lalu untuk menyampaikan pesan/keinginan/keresahan masy Sumbar agar pasukan
Diponegoro nn dtempatkan di Kota2 Sumbar cq Bukit Tinggi,Pd. Panjang,Batu
Sangka,Pikumbuah n kota2 lainya di Sumbar,diganti dgn pasukan Siliwangi dari
Jabar.

Faktor2 nn menimbulkam keresahan itu al personil pasukan Diponegoro ini
kalau:

1.Sering mandi di pincuran/tempat pemandian di Mesjid2 or surau2 or tempat2
umum dgn TELANJANG Bulat n kadang2 memamerkan alat vital mereka kalau ada
anak2 padusi or induak2 melintas didekat mereka mandi.
Perbuatan mereka mandi telanjang itu sangat mengusik perasaan masyarakat nn
memegang teguh agama Islam n adaik istiadat Minang(ABS-SBK).
2.Tidak menghormati kesucian Mesjid or Surau lebih2 pd awal2 masuknya
pasukan ini utk menumpas pskn prri. Mereka memasuki mesjid,surau dgn alasan
mencari pasukan pemberontak tanpa membuka alas kaki dlsb yang tindakan itu
bagi rang Minang merupakan suatu penghinaan/cemooh terhadap agama Islam nn
mereka anut.




-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.

Kirim email ke