Assalaamu'alaikum sanak.
Tulisanko ambo kopas dari milis subalah. Semoga mencerahkan bagi nan masih
akan mamiliah bisuak.:

Assalaamu'alaikum wr. wb.

Awal tahun *1999 *atau kurang lebih enam bulan setelah Partai Keadilan (PK)
dideklarasikan, saya menjadi diaspora di Amerika. Di tahun itu pula saya
menjadi Saksi dari PK untuk pemilu pertama setelah reformasi.

Saya duduk dengan beberapa saksi dari (konon) wakil dari partai yang
diwakilinya. Masih banyak yang belum saya kenal, maklum masih newbee.
Baik terhadap KPPLNnya, KPPSLNnya, Panitianya, Sekuritinya, dll.

Pada Pemilu *2004*, mendapatkan mandat untuk menjadi Saksi dari PKS bersama
partner. Jadi, ada dua orang saksi dari PKS karena ada dua bilik TPS dengan
dua team PPLN walau hanya satu KPPLN & KPPSLN.

Alhamdulillah, sudah lebih banyak mengenal komunitas Indonesia, baik yang
muslim maupun non-muslim. Termasuk yang berdinas di dalam gedung KJRI LA.

Maka pada saat pak Konjen mengundang para tokoh masyarakat, perwakilan
partai dan tentunya semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan pemilu,
diminta untuk hadir di Wisma Indonesia dalam acara evaluasi pelaksanaan
Pemilu 2004 yang baru usai.

Dalam kesempatan itu kebetulan saya dapat hadir dan diberi kesempatan untuk
mengemukakan pendapat, maka saya sampaikan bahwa kalau saya mau 'nyari
masalah' maka lembar rekapitulasi hasil perhitungan dan sembarang kalir
yang dilaporkan TIDAK SAH.

Suasana menjadi hening.
Alasannya adalah bahwa beberapa orang yang bertanda tangan di Lembar Negara
tersebut sudah bukan lagi Warga Negara Indonesia. Untuk itu, mohon kepada
bapak Konjen dan Konsul Imigrasi untuk berpartisipasi aktif dalam masalah
ini. Dan kepada teman-teman yang sudah BUKAN lagi WNI supaya untuk tidak
lagi melibatkan dirinya dalam pemilu maupun hal2 yang bersifat khusus bagi
WNI saja.

Pada Pemilu *2009*, mengulang titlenya sebagai Saksi dari PKS.
Di tahun tsb ada sebuah partai baru yang sangat aktif. Dan mereka mampu
memobilisasi dan menggerakkan 'pasukannya' untuk hadir dan nyoblos partai
tsb.

Dari hasil penghitungan suara, memang partai tsb mendapatkan suara yang
signifikan di LA dan beberapa TPS di Amerika. Namun tidak demikian di
DPR-RI secara total.

Pada Pileg *2014*, saya masih menjadi nominator sebagai Saksi dari PKS, dan
ditambah dengan dua orang lagi yang juga mendapatkan mandat sebagai Saksi
dari PKS untuk TPS di KJRI LA.

Salah satu partai baru yang saya kisahkan di Pemilu 2009 ternyata sudah
tidak bertahan lagi sehingga tidak menjadi salah satu partai peserta pemilu
lagi. Forever. Kecuali ganti nama.

Ketidakberadaannya bukan berarti tanda tiadaannya. Saya menyaksikan
langkahnya diarahkan ke salah satu partai yang diharapkan banyak orang
untuk dapat mengusung capresnya yang digadang-gadang.

Trus mana email tentang keprihatinannya?

*Begini*.
Non muslim sangat getol memobilisasi jemaatnya melalui rumah ibadah mereka.
Dan mereka patuh walau ga tahu apa yang harus mereka lakukan ketika telah
sampai di TPS.

Contoh. Baik pada tahun 2009 maupun Pileg di LA kemarin.
Mereka datang berombongan dan datangnya jam 9 pagi, sebelum TPS dibuka (jam
10). Dan bertanya, "Pak bagaimana caranya agar saya bisa ikut nyoblos?"
"Ibu sudah mendaftar?"
"Sudah."
"Sudah dapat kartu suara?"
"Sudah." Sambil membuka tasnya dan mengambil sebuah amplop yang ternyata
adala amplop suara yang telah dikirim oleh PPLN LA by mail.

Amplopnya belum dibuka dan disodorkan ke saya, "Ini pak."
Karena pengalaman saya yang juga ngajari yang di rumah (maklum sudah 5
orang punya hak pilih), maka saya sampaikan seperti apa yang tertulis di
surat dari PPLN yang terdapat dalam amplop tsb.

"Nyoblosnya pake apa. pak?"
"Pakai ballpoin juga bisa, bu." Jawab saya.

Tanpa pikir panjang, serombongan tadi yang berjumlah 10an orang langsung
pada membuka amplopnya dan nyoblos.
Dimana mereka nyoblos? Di depan mata saya. Di meja untuk Drop Box surat
suara.

Lha gitu aja kok prihatin sih?

*Begini*.
Pertama, ternyata non muslim lebih patuh kepada pemimpinnya daripada muslim.

Maksud lo?!
Ketika para 'ulama, ustadz dan orang2 yang beriman lainnya menyeru agar
umat Islam memberikan suaranya dalam pemilu kepada partai yang menyatakan
partai Islam, mereka tidak patuh. Bahkan lebih parahnya lagi, malah
'mencibir' dengan berbagai argumen hasil 'pengamatan'nya. Padahal orang2
non muslim tsb di atas sangat nampak tidak lebih cakap dari orang2 muslim
yang kita kenal, baik dari usianya maupun tingkat pendidikannya.

Kedua, ternyata non muslim juga mengarahkan jemaatnya ke partai 'mereka'
sendiri. Tidak kepada partai Islam.

Tetapi saudara-saudara kita yang muslim, malah ikutan untuk tidak mendukung
ke partai Islam, dengan kecendikiawanannya. Nastaghfirullah.

Ketiga. (sambil menghela nafas panjang) saudara2 kita yang muslim dengan
berdasarkan hasil observasinya memutuskan untuk golput, hanya karena tidak
ada caleg yang dia kenal dan tidak mau membeli 'kucing dalam karung'.
Demikian kuat dan akurat argumentasinya.

Tapi....tak ada satu pun dari rombongan tsb yang kenal dengan dengan para
caleg yang berderet di partai yang akan dia coblos. Tapi mereka sangat
bersemangat dan bertekat kuat dengan mencoblos partainya.

"Coblos di partainya, ya pak?"
"Ibu kalau tahu nama calegnya, coblos di nomor atau nama caleg tsb. Karena
nanti perolehan suaranya akan diberikan ke caleg tsb."
"Ndak tu, pak?"
"Ya kalau begitu, coblos partainya. Sehingga suara yang ibu berikan akan
masuk ke partai tsb."

Sementara sebagian dari kita lebih 'bahagia' rasanya dapat memilih orang
dia kenal pribadinya, hingga terkategori sebagai orang yang baik. Maka
pilihan dan coblosannya diarahkan kepadanya walau partai yang mengusungnya
bukanlah partai Islam. Piye jal?

Keempat. Hampir di semua pengajian komunitas muslim, selalu merasa 'alergi'
dengan anjuran agar anggota jamaah pengajian untuk memberikan suaranya ke
partai Islam.

Lantang sekali pertentangan yang kita terima. Padahal kita tidak menunjuk
salah satu partai. Kebayang kan?!

Padahal rumah2 ibadah mereka (non muslim) melakukan hal yang serupa, bahkan
menyebutkan dengan jelas, partai mana, nomor berapa yang HARUS mereka
coblos!

Kelima. Kalau kita perhatikan, ternyata lebih banyak anjuran, seruan dan
pendapat agar kita golput dalam Pileg, menghembuskan partai Islam sama saja
korupsi, penganut poligami, dll. justru dari saudara2 kita sesama muslim.
Siapa yang meneguk kesuksesan?

Saya jawab kedua dari tiga alasan tsb, baik ke muslim maupun non muslim,
karena kebetulan sedang duduk bergerombol.

"Partai mana yang terbesar dan terbanyak kasus korupsinya?" dan masih
panjang diskusinya.

"Bapak sadar ga sih? Berapa banyak orang yang bapak kenal, dia pamitan ke
anak dan istrinya ketika akan ke amrik, tapi ternyata sampai di sini
(amrik) mereka kawin lagi dan menelantarkan anak istrinya yang detik2
keberangkatannya mendoakan agar sukses hingga mencukupi nafkah keluarga
yang ditinggalkannya?"

"Mengapa dengan orang yang berpoligami? Dia lebih punya tanggung-jawab dari
pada yang menceraikan suaminya atau istrinya tanpa alasan yang jelas hanya
karena ingin kawin lagi dan emoh disebut berpoligami?"

"Bahkan banyak pula yang selingkuh. Tahu kan, bapak?"
Dan bla bla bla... panjanglah diskusinya.

Laa haula walaa quwwata illa billah.

"*Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan
yang benar), atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari
langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya
dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan
mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir.*" QS Al Baqarah, 18-19.

*Bukti lain.*
Kegetolan mereka (non muslim) berpartisipasi untuk menyukseskan seruan
pemuka spiritual mereka mampu menafikan statusnya dan berani menghadapi
semua resikonya.

"Pak saya mau nyoblos, tapi belum terima surat suara. Bagaimana pak?"
"Bapak sudah mendaftar?"
"Belum, pak."
"Bapak membawa passport?"
"Oh..., tidak, pak."
"Nama bapak?"

Petugas walk in voter mengecek ke database keimigrasiannya melalui komputer.
"Sepertinya nama dan nomor passport bapak sudah invalid. Apakah bapak
mengajukan US citizenship?"
"Oh..., iya. pak. Beberapa bulan yang lalu saya sudah disumpah."
"Kalau begitu, bapak sudah tidak dapat ikut pemilu untuk Indonesia lagi."

-------------

Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah.

Ketika kita tidak memilih partai Islam, siapa yang (tanpa kita sadari)
dimenangkan?
Ketika kita golput, siapa yang (tanpa kita sadari) diuntungkan?

Sudahkah kita lakukan observasi, investigasi dan mencari tahu, berapa caleg
muslim dibandingkan dengan caleg yang non muslim di sebuah partai?

Bisa-bisa kita menjadi tercengang dibuatnya.
Padahal bangsa Indonesia telah diakui sebagai The Biggest Muslim Country in
the World, tetapi yang duduk sebagai 'wakil'nya sebagian adalah orang2 yang
berbeda keyakinan.

Bagaimana kita akan mengharapkan bahwa keperluan kita sebagai muslim akan
diperjuangkan?

Yuk, kita sadari jika ada langkah kita di masa lalu ada yang keliru maupun
salah.

"*Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat. Dan bersegeralah
kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas
langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu)
orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun
sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan)
orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga)
orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri
sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa
mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah?
Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka
mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga
yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya;
dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal. Sesungguhnya telah
berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah; Karena itu berjalanlah kamu di
muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan
(rasul-rasul). (Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan
petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. Janganlah kamu
bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah
orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang
beriman.*" (QS Ali Imran, 132-139).

Mohon ma'af jika ada kekhilafan ataupun salah dalam tulisan ini. Itu semua
karena kedhoifan saya. Namun jika benar adanya, maka itu dari Allah 'Azza
wa Jalla.

Jazakumullahu khairan katsiran atas waktunya hingga menyempatkan untuk
membaca keseluruhannya. Semoga Allah tetap menjaga kita dan menurunkan
rahmatNYA. Amin.


Assalaamu'alaikum wr. wb.

AdiSus-LA

-- 
Wassalaamu'alaikum WW

Dutamardin Umar (aka. Ajo Duta),
17/8/1947, suku Mandahiliang, gala Bagindo
Gasan Gadang Pariaman - Tebingtinggi Deli -
Jakarta - Sterling, Virginia USA
------------------------------------------------------------

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.

Kirim email ke