Artikel dibawah ini menjelaskan masalah refugee dan terorisme serta
penyebabnya

https://www.wsws.org/en/articles/2015/09/04/pers-s04.html?view=article_mobile

👆
Excerpts

With the dissolution of the Soviet Union in 1991, the US ruling elite
concluded that it was free to exploit America’s unrivaled military might as
a means of offsetting US capitalism’s long-term economic decline. By means
of military aggression, Washington embarked on a strategy of establishing
its hegemony over key markets and sources of raw materials, beginning first
and foremost with the energy-rich regions of the Middle East and Central
Asia.

This strategy was summed up crudely in the slogan advanced by the Wall
Street Journal in the aftermath of the first war against Iraq in 1991:
“Force works.”

What the world is witnessing in today’s wave of desperate refugees
attempting to reach Europe are the effects of this policy as it has been
pursued over the whole past period.

Decade-long wars in Afghanistan and Iraq, waged under the pretext of a “war
on terrorism” and justified with the infamous lies about Iraqi “weapons of
mass destruction,” succeeded only in devastating entire societies and
killing hundreds of thousands of men, women and children.

They were followed by the US-NATO war for regime change that toppled the
government of Muammar Gaddafi and turned Libya into a so-called failed
state, wracked by continuous fighting between rival militias. Then came the
Syrian civil war—stoked, armed and funded by US imperialism and its allies,
with the aim of toppling Bashar al-Assad and imposing a more pliant Western
puppet in Damascus.

The predatory interventions in Libya and Syria were justified in the name
of “human rights” and “democracy,” receiving on this basis the support of a
whole range of pseudo-left organizations representing privileged layers of
the middle class—the Left Party in Germany, the New Anti-Capitalist Party
in France, the International Socialist Organization in the US and others.
Some of them went so far as to hail the actions of Islamist militias armed
and funded by the CIA as “revolutions.”

The present situation and the unbearable pressure of death and destruction
that is sending hundreds of thousands of people into desperate and deadly
flight represent the confluence of all of these crimes of imperialism. The
rise of ISIS and the ongoing bloody sectarian civil wars in both Iraq and
Syria are the product of the US devastation of Iraq, followed by the
backing given by the CIA and US imperialism’s regional allies to ISIS and
similar Islamist militias inside Syria.

No one has been held accountable for these crimes. Bush, Cheney, Rumsfeld,
Rice, Powell and others in the previous administration who waged a war of
aggression in Iraq based upon lies have enjoyed complete impunity. Those in
the current administration, from Obama on down, have yet to be called to
account for the catastrophes they have unleashed upon Libya and Syria.
Their accomplices are many, from a US Congress that has acted as a rubber
stamp for war policies to an embedded media that has helped foist wars
based upon lies upon the American public, and the pseudo-lefts who have
attributed a progressive role to US imperialism and its “humanitarian
interventions.”

Together they are responsible for what is unfolding on Europe’s borders,
which, more than a tragedy, is part of a protracted and continuing war
crime.

Bill Van Auken

On May 22, 2017 05:41, "Isna Huriati" <i...@pacific.net.id> wrote:

> Mari kita simak pidato Presiden Jokowi didepan KTT Arab - Amerika.  Hati
> hati lah umat  Islam di Indonesia, karena trump gang akan makin menjadi
> dalam adu domba umat terutama sekali untuk membenci presiden dengan
> berbagai macam fitnah. Siapa yang berani bicara blak blak an didepan Trump
> seperti ini?
> Di Depan Trump, Jokowi: Atasi Terorisme dengan Pendekatan Agama
> Ray Jordan - detikNews
>
> <https://news.detik.com/berita/d-3507578/di-depan-trump-jokowi-atasi-terorisme-dengan-pendekatan-agama#>
>
> <https://news.detik.com/berita/d-3507578/di-depan-trump-jokowi-atasi-terorisme-dengan-pendekatan-agama#>
>
> <https://news.detik.com/berita/d-3507578/di-depan-trump-jokowi-atasi-terorisme-dengan-pendekatan-agama#>
> <https://news.detik.com/berita/d-3507578/di-depan-trump-jokowi-atasi-terorisme-dengan-pendekatan-agama#>
> *Riyadh* - Dalam KTT Arab Islam Amerika Serikat yang digelar di Arab
> Saudi, Presiden Joko Widodo (Jokowi) bicara soal upaya mengatasi
> radikalisme dan terorisme. Jokowi menyarankan untuk mengatasi paham
> tersebut dengan pendekatan agama.
>
> Dalam pidatonya, Jokowi mengatakan sejarah mengajarkan bahwa senjata dan
> kekuatan militer saja tidak akan mampu mengatasi terorisme.
>
> "Pemikiran yang keliru hanya dapat diubah dengan cara berpikir yang
> benar," ujar Jokowi ketika berbicara di KTT Arab Islam Amerika di
> Conference Hall King Abdulaziz Convention Center, Riyadh Arab Saudi, Minggu
> (21/5/2017) lewat keterangan tertulis yang disampaikan Kepala Biro Pers
> Media dan Informasi Sekretariat Presiden Bey Machmudin.
>
> Oleh karenanya, lanjut Jokowi, Indonesia meyakini pentingnya
> menyeimbangkan pendekatan hard-power dengan pendekatan soft-power. Selain
> pendekatan hard-power, Indonesia juga mengutamakan pendekatan soft-power
> melalui pendekatan agama dan budaya.
>
> "Untuk program deradikalisasi, misalnya, otoritas Indonesia melibatkan
> masyarakat, keluarga, termasuk keluarga mantan nara pidana terorisme yang
> sudah sadar; dan organisasi masyarakat," kata Jokowi.
>
> Untuk kontra radikalisasi, lanjut Presiden, antara lain Indonesia merekrut
> para netizen muda dengan follower yang banyak untuk menyebarkan pesan-pesan
> damai.
>
> "Kita juga melibatkan dua organisasi Islam terbesar di Indonesia, yaitu
> Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama untuk terus mensyiarkan Islam yang damai
> dan toleran," kata Jokowi.
>
> "Pesan-pesan damailah yang harus diperbanyak bukan pesan-pesan kekerasan.
> Setiap kekerasan akan melahirkan kekerasan baru," tambah mantan Gubernur
> DKI Jakarta itu.
>
> Dalam kesempatan itu, Jokowi juga mengatakan bahwa pertemuan ini memiliki
> makna yang penting untuk mengirimkan pesan kemitraan dunia Islam dengan
> Amerika Serikat. Serta menghilangkan persepsi bahwa Amerika Serikat melihat
> Islam sebagai musuh.
>
> "Yang lebih penting lagi pertemuan ini harus mampu meningkatkan kerja sama
> pemberantasan terorisme dan sekaligus mengirimkan pesan perdamaian kepada
> dunia," ujar Presiden.
>
> Jokowi menjelaskan bahwa ancaman radikalisme dan terorisme terjadi di
> mana-mana. Indonesia adalah salah satu korban aksi terorisme, serangan di
> Bali terjadi tahun 2002 dan 2005 dan serangan di Jakarta terjadi Januari
> 2016.
>
> "Dunia marah dan berduka melihat jatuhnya korban serangan terorisme di
> berbagai belahan dunia di Perancis, Belgia, Inggris, Australia dan
> lain-lain," ucap Jokowi.
>
> Dunia seharusnya juga sangat prihatin terhadap jatuhnya lebih banyak
> korban jiwa akibat konflik dan aksi terorisme di beberapa negara seperti
> Irak, Yaman, Suriah, Libya.
>
> "Umat Islam adalah korban terbanyak dari konflik dan radikalisme
> terorisme," kata Jokowi.
>
> Lebih lanjut, Jokowi mengatakan jutaan orang harus keluar dari negaranya
> untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Jutaan generasi muda kehilangan
> harapan masa depannya.
>
> "Kondisi ini membuat anak-anak muda frustasi dan marah. Rasa marah dan
> frustasi ini dapat berakhir dengan muculnya bibit-bibit baru ektremisme dan
> radikalisme," kata Presiden.
>
> Acara ini, dihadiri oleh para pemimpin dunia, di antaranya Raja Arab Saudi
> Salman bin Abdul Aziz dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
>
> Sebelum KTT dimulai, dilakukam sesi foto bersama. Dalam sesi foto ini,
> tampak Raja Salman bin Abdul Aziz Al-Saud, Presiden Amerika Serikat Donald
> Trump, tampak pula Sultan Brunei Sultan Hassanal Bolkiah, Raja Jordan Raja
> Abdullah II, Presiden Mesir Abdelfattah Said Al-Sisi, Presiden Tunisia Beji
> Caid Essebsi, Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Presiden Afghanistan Ashraf
> Ghani.
>
>
> *(rjo/ams)*
>
> --
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain
> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> ===========================================================
> UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
> * DILARANG:
> 1. Email besar dari 200KB;
> 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
> 3. Email One Liner.
> * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta
> mengirimkan biodata!
> * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
> mengganti subjeknya.
> ===========================================================
> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
> http://groups.google.com/group/RantauNet/
> ---
> Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "RantauNet" di Google
> Grup.
> Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini,
> kirim email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
> Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.
>

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.

Kirim email ke