Terima kasih banyak, Pak.

Salam,
r..a
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: Sutan Sinaro <stsin...@yahoo.com>

Date: Wed, 15 Apr 2009 04:58:08 
To: <RantauNet@googlegroups.com>
Subject: Re: diulan...@ntau-net] Re: Merantau ke Deli: Lelaki Minang
 dalamMemori...  Baa?


Wa'alaikum salaam. w.w.
 
  Kita tukar subjectnya, karena sudah bertukar topiknya.
Lihat "Pembelajaran dari buaian sampai ke liang kubur"
 
Wassalam
 
St. Sinaro


--- On Wed, 4/15/09, avenzor...@yahoo.com <avenzor...@yahoo.com> wrote:

From: avenzor...@yahoo.com <avenzor...@yahoo.com>
Subject: Re: diulan...@ntau-net] Re: Merantau ke Deli: Lelaki Minang 
dalamMemori... Baa?
To: RantauNet@googlegroups.com
Date: Wednesday, April 15, 2009, 12:36 AM


Dear Bpk. Dr. Eng. Khairi Yusuf Sutan Sinaro dan Majelis RN Yang Mulia,


1. Terima kasih banyak atas kemurahan hati Bpk untuk memberi pencerahan pada 
saya. Ditengah kesibukan Bpk,... Bapak masih berkenan untuk memberi kunci-kunci 
pencerahan bagi saya. 

2. Berhubung saya sdg di tengah hutan di areal kelompok hutan G. Salak saat 
ini, maka mohon maaf kalau dlm mereply pencerahan Bpk ini ada kekurangan. 

3. Serangkaian pertanyaan yg saya miliki 25 thn lalu tsb adalah pengalaman 
nyata saya pribadi, bahkan ending dari proses itu adalah saya marah pada tutor 
karena dlm diskusi oleh dia tercetus kalimat "kayak org kafir aja kamu". 

Jadi bukan diskenariokan Pak, barangkali karena keliaran fikiran saya dlm 
mencoba mencari pemahaman dlm suatu topik pelajaran.

3. Dari berbagai kunci-kunci pencerahan yg secara singkat telah Bpk berikan 
(termasuk dari reply Bpk utk Buya HMA),....maka saya sangat sepaham dengan 
kunci-kunci itu, diantaranya adalah :

a). Bahwa dlm diskusi ini banyak anggota majelis yg mengikuti dinamika setiap 
diskusi, ...dimana bagi sebagian anggota majelis apa yg didiskusikan brgkali 
hanya sebagai "ulangan-kaji" (yg bisa membosankan), ...bagi yg lain brgkali ada 
yg memang utk belajar (seperti saya misalnya),...atau ada juga yg menjadikan 
dinamika diskusi sebagai jalan utk "memperhalus kaji". 

Dengan demikian saya SANGAT setuju bhw kita semua perlu membawa dinamika 
diskusi sampai tahap "tertentu" (yg dlm perspektif saya setidaknya sampai pada 
tahap yg tidak membingungkan bagi anggota majelis yg ingin belajar). 

b). Saya juga sangat setuju bhw Al-Quran dan Hadist adalah menjadi pegangan 
kita semua. Dan juga sangat setuju bhw membaca ayat dan hadist jangan 
sepotong-sepotong atau dipilih-pilih,...yang juga tentu perlu dikaji hingga 
riwayat turunnya ayat ...dst..dst hingga sanad dari pada hadist....sehingga 
jangan terjadi seperti yg Bpk contohkan soal ayat ttg sembahyang tadi..... 
ataupun agar jgn terjadi "kecelakaan2" dalam memilih ayat atau hadist dlm 
memberi pencerahan (misalnya dlm situasi duka kita "keseleo" menggunakan ayat 
yg terasa "menghakimi" bagi yg sdg berduka. 

c). Saya juga sangat setuju tentang perlunya untuk SABAR dan perlunya harus 
selalu terus belajar dan belajar agar kita semua bisa, setidaknya utk 
"melayani" segala pola "bantahan" yg digunakan umat lain dlm menyudutlan Islam.

Bahkan saya sangat tertarik dan berkeinginan utk belajar kepada Bapak tentang 
"belajar sesudah mati" spt yg bpk cuatkan soal talqin yg dibacakan rasulullah 
pada jasad para sahabat di perang badar dan perang2 lainnya. Mudah2an Bpk juga 
berkenan utk bermurah hati memberikan pencerahan pada saya ttg hal tsb. 

4. Dari dulu sampai sekarang rasanya saya masih belajar Islam karena TERPAKSA, 
...dan juga PENASARAN, hanya saja barangkali bentuk keterpaksaannya sedikit 
agak berbeda. 

Kalau dahulu TERPAKSA adalah karena dipaksa oleh orang,....maka kalau sekarang 
terpaksa karena dipaksa oleh DIRI sendiri dan memaksa DIRI sendiri utk terus 
belajar, yaitu agar bisa mendapatkan cara yang efisien dan efektif dalam 
menjalankan tugas hidup dan kehidupan (dlm hal ini ttg nilai-nilai agama dan 
adat) terhadap anak-cucu dan kemanakan serta generasi yg lebih muda....shg 
mereka semua tidak perlu merasa terpaksa atau di doktrin spt yg pernah saya 
alami dulu. 

Sedangkan perihal penasaran, maka rasa penasaran saya adalah sering muncul 
karena terlalu banyaknya pertentangan yang ada, ...shg dlm tulisan saya 
terdahulu saya ibaratkan sepertinya semua sedang mengatakan bhw "kecap saya 
adalah nmr 1",.....alias semua mengaku berpegangan pada Al-Quran dan Hadist 
....tapi dinamika yg ada menunjukan kecenderungan terlalu cepat menyalahkan 
orang lain yg berbeda dan akhirnya terlalu sering menjadi berujung pada 
perpecahan umat. 

Saya juga sangat sepakat dgn apa yg tlh Bpk sampaikan bahwa mempelajari Islam 
adalah harus bulat dan utuh. Proses menyungkil atau mengurai hanyalah jalan 
untuk mencapai pemahaman yg utuh (alias BULAT) tentang Islam. Namun demikian 
kenyataan yg ada, ...banyak pihak yg cenderung saling menyudutkan (jika tidak 
ingin dikatakan saling menghakimi). 

Dalam hal itu rasa penasaran saya adalah ;

"gimana ya caranya agar ketika si Fulan sdg di Timur (ibaratnya) tidak harus 
saling menghakimi dgn si Badu yg sdg ada di Barat. 

"Bagaimana caranya agar dlm perbedaan posisi dan sudut pandang tersebut 
(brgkali dlm istilah Bpk adalah "tampek tagak") si Fulan dan si Badu bisa 
saling bertukar bercerita tentang keindahan, kekurangan, serta kelebihan yang 
ada di ufuk Timur dan di ufuk Barat,....shg tanpa harus memaksa satu sama lain 
mereka bisa menjadi lebih tahu tentang dua mata angin yg berbeda tsb". 

5. Maaf Pak, gak terasa sambil nuggu hujan kayaknya tulisan saya sdh terlalu 
panjang dan ngelantur kemana-mana. Mudah2an Bpk masih berkenan memberi 
pencerahan pada saya, termasuk ttg "belajar sesudah mati". 

Mohon maaf kalau ada pilihan kata dan susunan kalimat yg salah....dan juga 
kalau salam yg kurang dan sembah yg tidak ada. 

Salam,
ricky avenzora
L, 45-.
(Sdg nunggu hujan berhenti di pondoh kerja Panayungan G. Salak)

NB : JePe, lai takana juo dek angku Pamayungan ko, wakatu awak survei mancari 
rotan jo si Aqua. Masih bagus,..cuman sayang puncak Salak gak kelihatan. Hanya 
dari tadi sdg heran, kok sepertinya mencium bau air laut? Orang bunian 
kah,...atau ..... 

Powered by Telkomsel BlackBerry®


From: Sutan Sinaro 
Date: Tue, 14 Apr 2009 22:35:41 -0700 (PDT)
To: <RantauNet@googlegroups.com>
Subject: diulan...@ntau-net] Re: Merantau ke Deli: Lelaki Minang dalam 
Memori... Baa?






Wa'alaikum salaam. w.w.
 
Saya jelaskan singkat-singkat aja, yang esensiil aja karena keterbatasan waktu.
Nanti boleh dilanjutkan.
 
>Dear Buya HMA dan Bapak Sutan Sinaro serta Majelin RN Yang Mulia,
>1. Membaca diskusi Buya dan Bpk Sutan Sinaro pada tema ini tiba2 pengalaman 
>masa
>lalu saya kembali kepermukaan. Jika Buya dan Bpk Sutan Sinaro tidak 
>berkeberatan 
>maka saya mohon pencerahan atas beberapa esensi dari diskusi Buya dan Bpk 
>berdua.

 
Mudah-mudahan bisa.
 
>2.  Pengalaman yg pernah saya alami adalah sebagai berikut:
>a). Pada suatu hari 26 tahun yg lalu, sebagai mhsw baru maka kami seperti 
>"diwajibkan" 
>utk mengikuti berbagai kegiatan kemahasiswaan. Salah satunya adalah kegiatan 
>pendalaman agama. 
 
Kata "wajib" di sini hanyalah pendapat kaum agama (not only Islam) untuk dapat 
memasukkan paham, memberi pencerahan atau keterangan lanjut bagi mahasiswa baru
dengan harapan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai mereka. Karena mereka 
pesimis angkatan muda sekarang akan dengan rela mau mendalami agama mereka 
dengan niat sendiri sementara pengaruh luar sangat kuat. Kebijakan ini 
boleh-boleh saja selama tidak melanggar aturan perguruan tinggi.
 
>b). Karena di KTP dan data mshw tertulis agama saya adalah Islam, maka saya 
>pun 
>mengikuti berbagai kegiatan pendalaman agama Islam. Berbagai proses dan cara 
>saat itu 
>diberikan pada kami agar "ibaratnya anak ayam yg baru lepas" kami-kami ini 
>bisa punya 
>modal dan dasar agama yg lebih baik dalam menempuh dan menyelesaikan kuliah 
>jauh 
>dari orang tua dan keluarga. 

Tulisan sanak ini disengaja atau tidak, sudah menunjukkan dugaan yang diatas 
tadi, 
Terpaksa belajar agama karena data di KTP, keinginan sendiri tidak muncul 
(ketika itu). 
(Kalau sekarang saya tidak tahu apakah karena rasa penasaran atau apa ?.)

 
>c). Berbagai aspek pelajaran agama diberikan pada kami (bahkan "sepertinya" 
>bukan 
>hanya "dicekokin" tapi malah "seperti di doktrin kurang sedikit". Mulai dari 
>berbagai 
>hapalan syariah sampai politik keagamaan, baik dengan cara memberi bahan 
>bacaan, 
>proses pencatatan ataupun diskusi terbuka. 

Memang dalam waktu yang singkat semuanya hendak diajarkan dengan tujuan 
mahasiswa punya bekal yang cukup, tapi akibatnya malah merasa seperti itu. 
Apalagi dengan background seperti diatas, bukan kemauan sendiri, hanya 
"kewajiban" saja, maka perasaan "dicekoki" atau "didoktrin" akan mengemuka.

>d). Dalam suatu diskusi yg berkaitan dengan tema agama yg benar, Islam yg 
>benar 
>dst...dst...tentang semua yg benar maka dari mulut saya entah kenapa 
>meluncurlah 
>serangkain pertanyaan.
>Ricky : " Mas, rasanya semua kita sudah tahu bahwa hanya Islam lah agama yang 
>benar. Kita semua juga sudah tahu bahwa kita harus melaksanakan Islam secara 
>kaffah, 
>yaitu dengan berpegang teguh pada Al-Quran dan Hadist. Kita juga sudah tahu 
>bahwa 
>Rasulullah telah mengingatkan bhw pada akhir zaman nanti umat akan terbagi 
>menjadi 73 
>golongan dan hanya 1 golonganlah yg akan diakui sebagai "umat ku" oleh 
>Rasulullah. 

 
Benar haditsnya, tapi jangan lupa dalam hadits itu ada kata kuncinya, yakni 
yang satu
golongan itu adalah orang-orang yang berpegang teguh kepada "Al-Qur-an dan 
sunnahku"
(sunnah Nabi saw.)

>Tutor 1 : "Iya, terus kenapa?".
>Ricky : "kita semua juga sdh tahu dan Mas segarkan kembali tentang cerita 
>mengenai 
>"dialog dlm kubur" dan tentang siksa kubur". 
 
 
Dialog dan siksa kubur adalah benar (undispute).

>Tutor 2 : "Iya, terus?".
>Ricky : "kita juga tahu bahwa semua kita berharap ingin lancar dlm menjawab 
>semua 
>pertanyaan dari malaikat Munkar dan Nakir, serta berharap dan ingin lolos dari 
>siksa 
>kubur. Dan kita juga sudah Mas ingatkan bhw pada saat itu semua anggota tubuh 
>kita 
>akan terkunci alias tidak bisa menjawab seperti kemauan kita, tapi dia akan 
>menjawab 
>seperti aoa adanya perbuatan kita di muka bumi". 

 
Benar ....

>Tutor 3 dan Tutor 1 : "Iya, terus maksudnya apa,....jangan panjang benar 
>pengantarnya,...to the point ke persoalan".

 
Tutornya nggak sabararan... biasanya yang model begini tidak terpilih jadi 
tutor,
ndak tau lah kalau cerita ini diskenariokan.

>Ricky ; "Persoalan yang ingin saya tanyakan pd Mas adalah ketika semua orang 
>mengatakan kecapnya yang nomor 1, maka dari mana kita tahu bhw kecap no 1 mana 
>yg 
>nantinya akan diakui oleh Rasulullah sebagai umat beliau. 

Kelalaian kita, membaca ayat atau hadits sepotong-sepotong, dalam hadits itu 
ada kata kuncinya (orang-orang yang mengikuti Qur-an dan sunnah tadi), jadi 
tidak ada kecap nomor satu. Kalau sepotong-sepotong, "fawailul lil mushalliiin"
Neraka wail bagi orang yang sembahyang.... eh ?... gimana nih ?.
Oleh sebab itu jangan dipotong-potong, karena ada tanda lam alif di ujung ayat.
"fawailul lil mushaliinal ladzii nahum 'an shalaatihim shaahuuun"
Neraka wail bagi orang yang sembahyang yang lalai dengan sembahyang mereka".

>Tutor 1 : "Pelajaran agama itu bertingkat-tingkat. Tidak boleh kita bertanya 
>seperti itu". 
>Singkat cerita kami dpt penerangan ttg adanya tingkat yg berbeda dari jaman 
>para 
>kullafaurasyidin, ...dst...dst...hingga jaman wali-wali,...kiyai-kiyai 
>dst-dst. 
 
 
Yang diceritakan mungkin hanya gambaran pemahaman ummat, karena Qur-an itu bisa 
berbahasa kepada kaum dengan intelektual rendah sampai yang brilliant, dari 
kaum badawi sampai ke penguasa. Oleh sebab itu kata Nabi saw. belajar itu nggak 
pernah berhenti, dari buaian sampai liang lahat (Eh urang lah mati kok baraja 
juo ?, ... memang, ketika dibacakan talqin mereka diberi pelajaran, seperti 
kata Nabi kepada mayat-mayat di Badar, mereka mendengar tapi tidak bisa 
menjawab).

>Tutor 2 : Diam saja.
>Tutor 3. (Sambil marah) :"Itu adalah pertanyaan orang2 Kafir!!". 

 
Ada sementara tutor yang tidak mau dan tidak bisa menahan emosi dan langsung 
antipati, dan mungkin karena keterbatasan waktu tidak mau mengayomi, cuma yang 
begini biasanya tidak terpilih jadi tutor.

>Singkat cerita lalu kami dikuliahi pula dgn berbagai pola-pola dialog orang 
>kafir dlm 
>mempertanyakan agama Islam. 
>Ricky : Mas, saya paham dan sudah membaca semua buku yg Mas contohkan tadi. 
>Sekarang pertanyaan saya adalah kalau suatu hari memang benar-benar ada 
>seorang 
>kafir yg bertanya begitu pada saya, masak saya harus jawab seperti kalimat Mas 
>tadi. 
>Kalau begitu jawabnya, mana mau si Kafir itu masuk Islam ??. 
 
 
Keadaan ini sering saya alami di dalam dan di luar negeri, kuncinya kesabaran 
dan pengetahuan agama yang cukup, serta intelijensia karena mereka 
pandai-pandai dan biasanya diajarkan cara berdebat. Pengalaman saya waktu itu 
cukup membuat 2 orang missionariest asal Canada, termenung-menung di bawah 
stasiun Tokyo memikirkan apa yang saya sampaikan pada mereka. Pengalaman saya 
itu juga menyuruh saya belajar lebih banyak lagi tentang agama ini karena 
Qur-an itu rupanya kalau diuraikan dan diteliti, melebihi semua buku dan jurnal 
internasional yang ada di muka bumi dari dulu semenjak orang pandai meneliti 
sampai sekarang.

>3. Ketika pada suatu hari ALLAH memberi hidayah pada saya utk sampai di Roma 
>dan 
>menginjakan kaki di Roma, ....maka kisah itu tiba-tiba terkenang pula.
>Saat sampai di Roma, yg terfikir oleh saya adalah "allhamdulillah, ternyata 
>benar kata 
>pepatah bhw banyak jalan menuju Roma".

 
Jalan menuju Roma memang banyak, tapi jalan menuju sorga jannatun na'im untuk 
ummat Muhammad hanya satu, yakni berpegang teguh kepada Al-Qur-an dan Sunnah. 
(Ingat sejarah yang saya sebutkan pada buya, Ketika lembaran Taurat ada di 
tangan Ummar bin Khattab ra).

>Sedangkan ketika pertama kali menginjakan kaki di Roma yg terbayang oleh saya 
>adalah 
>Tutor-3 yang marah dan "MANYAMBUA" dalam manjawek tanyo yg indak tapacik dek 
>inyo.. 

 
Hi hi, yang begini ini biasanya nggak terpilih menjadi tutor, cuma 
kadang-kadang mereka merasa curiga bahwa si peserta sengaja memancing-mancing 
dengan pertanyaan yang menurut mereka berasal dari kaum kuffar seperti Atheist, 
Orientalist, atau Yahudi dan Christian. Kemudian bagi kita yang bertanya, bila 
tidak terjawab oleh mereka, sebaiknya mencari guru yang pandai dalam agama 
Islam.

>4. Mohon kiranya Bpk dan Buya berkenan memberi pencerahan. 
 
 
Ini jawab pertanyaan saja, karena berdasarkan cerita, penjelasannya mungkin 
memakan waktu yang panjang, dan kalau mau, coba buka-buka lagi file Rantau-net 
yang lama-lama,
dengan demikian sedikit demi sedikit dapat memahami bagaimana sebenarnya Islam 
ini, dan perilaku apa yang mesti di-acting-kan.
>Salam,
>r.a (lagi dijalan) 
Wa'alaikum salaam. w.w.
>Padang, April 2009.
>Dr. Eng. Khairi Yusuf St. Sinaro
>Lab. Perancangan dan Konstruksi Mesin 
>Universitas Andalas
>Kampus Limau Manih Padang.


NB: Mdh2an JePe masih ingat kasus di atas. 




 








      



--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain harap mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned:
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
- DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi;
2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner
===========================================================
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke