Mas Imam, ini revisi undangan terdahlu karena sebelumnya tidak ada penjelasan mengenai waktu. Terimakasih. -------------------------------- Global Future Institute dan Grahana Casta Indonesia mengundang dengan Segala Hormat
Bapak/Ibu/Saudara Dalam Seri dialog Kebangsaan yang kelima, yang kali ini mengangkat tema: FENOMENA GOLPUT SEBAGAI MASSA NON-PARTAI PADA PEMILU 2009. Yang akan terselenggara pada: Hari/Tanggal : Jumat, 25 Juli 2008 Tempat : Wisma Daria, Iskandarsyah No.7, Kebayoran Baru Jakarta Selatan Waktu : 19.00 WIB-Selesai Pembicara: Entjeng Shobirin Naj, Peneliti Senior LP3ES Demikian surat undangan ini kami sampaikan, dengan harapan semoga bapak/ibu/saudara bisa menghadairi undangan kami. Tertanda Hendrajit, Direktur Ekesekutif Global Future Institute Sonni Gondokusumo, Ketua Umum Grahana Casta Indonesia RSCV: 0815 9505638(hendrajit), 08151066338(bob randelawe), 081210272754(soni), 085885558177(dasep) Global Future Institute dan Grahana Casta Indonesia mengundang dengan Segala Hormat Bapak/Ibu/Saudara Dalam Seri dialog Kebangsaan yang kelima, yang kali ini mengangkat tema: FENOMENA GOLPUT SEBAGAI MASSA NON-PARTAI PADA PEMILU 2009. Yang akan terselenggara pada: Hari/Tanggal : Jumat, 25 Juli 2008 Tempat : Wisma Daria, Iskandarsyah No.7, Kebayoran Baru Jakarta Selatan Waktu : 19.00 WIB-Selesai Pembicara: Entjeng Shobirin Naj, Peneliti Senior LP3ES Demikian surat undangan ini kami sampaikan, dengan harapan semoga bapak/ibu/saudara bisa menghadairi undangan kami. Tertanda Hendrajit, Direktur Ekesekutif Global Future Institute Sonni Gondokusumo, Ketua Umum Grahana Casta Indonesia RSCV: 0815 9505638(hendrajit), 08151066338(bob randelawe), 081210272754(soni), 085885558177(dasep) --- On Sat, 7/19/08, imam budi <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: imam budi <[EMAIL PROTECTED]> Subject: [referensi_maya] [e-article] Masa depan Jurnal Ilmiah To: "referensi_maya" <referensi_maya@yahoogroups.com> Date: Saturday, July 19, 2008, 9:42 PM Dear All: FYI Dari milis ICS. IBP Sekedar berbagi. Menyambut berita, dikti mau melanggan journal ilmiah. Ini terjemahan bebas dari editorial majalah science yang berjudul "On the Future of Scholarly Journals" oleh Alan M. Edelson. Kita tau teknologi informasi di indonesia sudah sangat memungkinkan untuk mendukung penerbitan jurnal ilmiah digital. Terjemahan in hanya sekedar mengingatkan kita, kenapa kita lambat sekali merespon kemajuan IT untuk memajukan sains secara umum? Mari kita merenung, kenapa masih aja penerbitan ilmiah di Indonesia nggak maju2? Gimana juga peran kepustakawanan Indonesia dalam hal ini? Drop komentar disini juga ya: http://larassejati. multiply. com/journal/ item/515 Mohon maaf bila ada kekurangan dalam penerjemahannya. ============ ========= ========= ========= ========= ==== On the Future of Scholarly Journals Alan M. Edelson Science 17 April 1998: Vol. 280. no. 5362, p. 359 DOI: 10.1126/science. 280.5362. 359a Dewasa ini dunia penerbitan ilmiah mengalami guncangan. Para pustakawan meghentikan langganan karena penurunan budget. Harga jurnal ilmiah yang cenderung naik karena para penerbit harus mengimbangi menurunnya jumlah pembeli. Sementara meningkatnya jumlah hasil penelitian ikut menambah besarnya halaman dan tingginya harga terbitan. Beruntung sekali adanya perkembangan di penerbitan digital. Banyak keunggulan yang dapat dimanfaatkan, namun sisi ekonomis dan teknisnya masih harus ditinjau lebih lanjut. Kemudahan diaksesnya, penyebarannya yang cepat, hypertext linking ke layanan indeks atau ke dokumen fulltext dokumen yang dikutip. Tentu saja penerbitan digital tidak serta merta membuat penerbitan jurnal ilmiah menjadi murah atau menghapuskan sama sekali jurnal tercetak dalam semalam. Ketika jurnal cetak berpindah ke sistem digital, biaya terbesar bisa dikurangi, tapi kita masih harus menanggung biaya maintenance ke arsip digital. Biaya tetap ke kegiatan lain, seperti proses peer review tetap akan ada. Meskipun demikian seharusnya akan lebih hemat dan unggul dari segi aksesibilitasnya. Siapa yang akan merancang bangun sistem baru tersebut? tentu saja itu tergantung si pemilik jurnal. sejumlah asosiasi ilmuwan memiliki penerbitan jurnal ilmiah, namun sebagian besar haknya dimiliki oleh penerbit komersial. Ada usulan untuk mengajukannya di bawah naungan pemerintah atau yayasan nirlaba untuk menangani arsip digital jurnal- jurnal itu. Namun dalam situasi politik amerika yang seperti ini, hal itu kelihatannya tidak realistis, belum lagi isu mengenai kontrol dan pembagian penghasilan. Mengendus kesempatan ini, sejumlah pihak ketiga, seperti contohnya perusahaan pengantar dokumen berusaha membujuk penerbit untuk mengambil peran itu, dengan menawarkan layanan pay-per-view. Tapi kenapa harus membayar kepada orang lain bila itu bisa kita lakukan sendiri? Untuk jangka panjang sebagian besar akan memilih menagani sendiri atau melalui konsorsium kecuali para penerbit kecil. Agak bodoh bila penerbit tidak mau menangani digital arsipnya sendiri, kecuali untuk alasan keamanan elektronik. Dipihak lain library mungkin dapat memegang peranan juga sebagai pengelola arsip jurnal digital maupun sebagai penyelenggara layanan. Ini akan mengurangi peran interlibrary loan. Untuk dapat mengambil keuntungan sebesar-besarnya dari penerbitan elektronik, penerbit harus bersedia membuka digital arsipnya lewat layanan pay-per-view melalui internet, terlepas dari masalah dilanjutkan atau tidaknya versi cetak jurnal tersebut. Banyak jurnal (contohnya, Science) tidak memperbolehkan akses secara murah, kecuali pada pelanggan jurnal cetaknya. Untungnya biaya langganan majalah Science cukup terjangkau berkat jumlah sirkulasi yang besar dan penghasilan iklan yang baik. Namun banyak jurnal yang tirasnya kecil dan iklannya sedikit sehingga sangat bergantung pada langganan dari perpustakaan. Menghadapi semakin kecilnya langganan dari pihak perpustakaan, penerbit seperti itu, sudah selayaknya muali meninggalkan format cetak secara bertahap dan beralih ke elektronik, lalu merumuskan harga pay-per-view yang masuk akal. Penerbit akan tergantung kepada sistem elektronik untuk melacak penggunaan, penagihan kepada pengguna, dan mencegah akses mereka yang tidak membayar untuk masuk ke dalam jaringan. Ini membutuhkan sistem arsip yang baru. Sebuah komite yang terdiri dari penerbit, pustakawan, dan ahli IT harus dibentuk untuk menentukan bagaimana sebuah jaringan2 arsip dapat dikonfigurasikan. Kompatibilitas sangat mendasar. Menjaga warisan arsip sains dunia secara digital sangat penting. Arsip tersebut harus mampu menghadapi tekanan pasar.