Mengenal Para Imam Ahlussunnah (Ahli Hadits)
Penulis : Ustadz Muhammad Umar As Sewed 


 
(Bagian 5 - TAMAT)
 
PEMBELAAN MEREKA TERHADAP AQIDAH

Sebagaimana telah disebutkan di atas, mereka adalah pembawa ilmu dari 
Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam Mereka membelanya dan membersihkannya 
dari penyelewengan, kedustaan dan takwil-takwil ahli bid’ah

Maka, ketika muncul ahli bid’ah yang pertama, yaitu Khawarij, maka Ali dan para 
Sahabat radhiallahu anhum bangkit membantah mereka, kemudian memerangi mereka 
dan mengambil dari Rasululah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam riwayat-riwayat yang 
menyuruh unntuk membunuh mereka dan mengkhabarkan bahwa membunuh mereka adalah 
sebaik-baik pendekatan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala (Lihat Mawaqifush 
Shahabah fi Fitnah Bab 3 Juz 2 hal 191 oleh Dr. Muhammad Ahmazun)

Ketika Syiah muncul, Ali Radhiallahu 'Anhu mencambuk orang-orang yang 
mengatakan dirinya lebih baik daripada Abu Bakar dan Umar dengan delapan puluh 
kali cambukan. Dan orang-orang ekstrim di kalangan mereka yang mengangkat Ali 
Radhiallahu 'Anhu sampai kepada tingkatan Uluhiyyah (ketuhanan), dibakar 
deengan api. (Lihat Fatawa Syaikhul Islam)

Demikian pula ketika sampai kepada Abdullah bin Umar Radhiyallahu 'Anhu berita 
tentang suatu kaum yamg menafikan (menolak) takdir dan mengatakan bahwa menurut 
mereka perkara ini terjadi begitu saja (kebetulan), beliau mengatakan kepada 
pembawa berita tersebut : “Jika engkau bertemu mereka, khabarkanlah pada mereka 
bahwa aku berlepas diri (bara’) dari meerka dan mereka berlepas diri dariku ! 
Demi yang jiwaku ada di tangan-Nya, kalau salah seorang mereka memiliki emas 
segunung uhud, kemudian diinfaqkan di jalan Allah, Allah tidak akan menerima 
daripadanya sampai dia beriman dengan taqdir baik dan buruknya.” (H.R. Muslim 
1/36)

Imam Malik pun ketika ditanya tentang orang yang mengatakan bahwa Al Qur’an itu 
makhluk, maka beliau berkata : “Dia menurut pendapat adalah kafir, bunuhlah dia 
!” Juga Ibnul Mubarak, Al Laits bin Sa’ad, Ibnun Uyainah, Hasyim, Ali bin 
Ashim, Hafs bin Ghayats maupun Waqi bin Jarrah sependapat dengannya. Pendapat 
yang seperti ini juga diriwayatkan dari Imam Tsauri, Wahab bin Jarir dan Yazid 
bin Harun. (Mereka semua mengatakan) : Orang-orang itu diminta untuk taubat, 
kalau tidak mau dipenggal kepala mereka. (Syarah Ushul I’tikad 494, Khalqu 
Af’alil Ibad hal 25, Asy’ariyah oleh Al Ajuri hal. 79, dan Syarhus Sunnah/ Al 
Baghawi 1/187)

Rabi’ bin Sulaiman Al Muradi, sahabat Imam Syafi’i, berkata : “Ketika Haf Al 
Fardi mengajak bicara Imam Syafi’i dan ia mengatakan bahwa Al Qur’an itu 
makhluk, maka Imam berkata kepadanya : “Engkau telah kafir kepada Allah Yang 
Maha Agung.”

Imam Malik pernah ditanya tentang bagaimana istiwa’ Allah di atas ‘Arsy-Nya, 
maka dia mengatakan : “Istiwa’ sudah diketahui (maknanya), sedangkan 
bagaimananya tidak diketahui. Dan pertanyaan tentang itu adalah bid’ah dan aku 
tidak melihatmu kecuali Ahli Bid’ah !” Kemudian (orang yang bertanya tentang 
itu) diperintahkan untuk keluar dan Beliau menegaskan bahwa sesungguhnya Allah 
itu di langit. Dan beliau pernah mengeluarkan seseorang dari majelisnya karena 
dia seorang Murji’ah. (Syarah Ushul I’tiqad 664)

Said bin Amir berkata : “Al Jahmiyyah lebih jelek ucapannya daripada Yahudi dan 
Nashrani dan seluruh penganut agama (samawi), telah sepakat bahwa Allah 
Tabaraka wa Ta’ala di atas Arsy-Nya, tapi mereka (Al Jahmiyyah) mengatakan 
tidak ada sesuatu pun di atas Arsy.” (Khalqu Af’alil Ibad Hal. 15)

Ibnul Mubarak berkata : “Kami tidak mengatakan seperti ucapan Jahmiyyah bahwa 
Dia (Allah) itu di bumi. Tetapi (kami katakan) Allah di atas Arsy-Nya 
ber-istiwa’.” Ketika ditanyakan kepadanya : “Bagaimana kita mengenali Rabb kita 
?” Beliau berkata : “Di atas Arsy…Sesungguhnya kami bisa mengisahkan ucapan 
Yahudi dan Nashrani, tapi kami tidak mampu untuk mengisahkan ucapan Jahmiyyah.” 
(Khalqu Af’alil Ibad / Bukhari hal. 15 As Sunnah /Abdullah bin Ahmad bin Hambal 
1/111 dan Radd Alal Jahmiyyah / Ad Darimi hal. 21 dan 184)

Imam Bukhari berkata : “Aku telah melihat ucapan Yahudi, Nashara dan Majusi. 
Tetapi aku tidak melihat yang lebih sesat dalam kekufuran selain mereka 
(Jahmiyyah) dan sesungguhnya aku menganggap bodoh siapa yang tidak mengkafirkan 
mereka kecuali yang tidak mengetahui kekufuran mereka.” (Khalqu Af’alil Ibad 
hal. 19)

Dikeluarkan oleh Baihaqi dengan sanad yang baik dari Al Auza’i bahwa dia 
berkata : “Kami dan seluruh tabi’in mengatakan bahwa sesungguhnya Allah di atas 
Arsy-Nya dan kami beriman dengan sifat-sifat yang diriwayatkan dalam sunnah.” 

Abul Qasim menyebutkan sanadnya sampai ke Muhammad bin Hasan Asy Syaibani bahwa 
dia berkata : “Seluruh fuqaha’ (ulama) di timur dan di barat telah sepakat atas 
keimanan kepada Al Qur’an dan Al Hadits yang dibawa oleh rawi-rawi yang tsiqqah 
(terpecaya) dari Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam tentang sifat-sifat 
Rabb Subhanahu wa Ta'ala tanpa tasybih (penyerupaan) dan tanpa tafsir (takwil). 
Barangsiapa menafsirkan sesuatu daripadanya dan mengucapkan seperti ucapan Jahm 
(bin Sofyan), maka dia telah keluar dari apa yamg ada di atasnya Rasulullah 
Shalallahu 'Alaihi wa Sallam dan para sahabatnya, dan dia telah memisahkan diri 
dari Al Jama’ah karena telah mensifati Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan sifat 
yang tidak ada.” (Syarah Usul I’tiqad ahlus Sunnah 740)

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dalam Manaqib Syafi’i dari Yunus bin Abdul 
A’la : Aku mendengar Imam Syafi’i berkata : “Allah memiliki nama-nama dan 
sifat-sifat yang tidak seorangpun bisa menolaknya. Barangsiapa yang 
menyelisihinya setelah tetap (jelas) baginya hujjah, maka dia telah kafir. 
Adapun jika (menyelisihinya ) sebelum tegaknya hujjah, maka dia dimaklumi 
karena bodoh. Karena ilmu tentangnya tidak bisa dicapai dengan akal dan mimpi. 
Tidak pula dengan pemikiran. Oleh sebab itu, kami menetapkan sifat-sifat ini 
dan menafikkan tasybih sebagaimana Allah menafikkan dari dirinya sendiri.” 
(Lihat Fathul Bari 13/406-407)

Abu Isa Muhammad bin Isa At Tirmidzi berkata setelah meriwayatkan hadits 
tentang Allah menerima sedekah dengan tangan kanannya (muttafaqun alaih), 
katanya : “Tidak hanya satu dari Ahli Ilmu (ulama) yang telah berkata tentang 
hadits ini dan yang mirip dengan ini dari riwayat-riwayat tentang sifat-sifat 
Allah seperti turunnya Allah Subhanahu wa Ta'ala setiap malam ke langit dunia. 
Mereka semua mengatakan : Telah tetap riwayat-riwayat tentangnya , diimani 
dengannya , tidak menduga-duga dan tidak mengatakan “bagaimana”. Demikian pula 
ucapan seluruh Ahli Ilmu dari kalangan Ahlus Sunnah wal Jama’ah.”

Demikianlah contoh ucapan-ucapan mereka dalam menjaga dan membela aqidah ini 
yang bersumber dari Al Qur’an dan Sunnah. Al Khatib Al Baghdadi rahimahullah 
menukil dari Abu Hatim dari Abdullah bin Dawud Al Khuraibi bahwa Ashabul Hadits 
dan pembawa-pembawa ilmu adalah kepercayaan Allah atas Dien-Nya dan 
penjaga-penjaga atas sunnah Nabi-Nya, selama mereka berilmu dan beramal. 

Ditegaskan oleh Imam Ats Tsauri Rahimahullah : “Malaikat adalah penjaga-penjaga 
langit dan Ashabul Hadits adalah penjaga-penjaga dunia.” Ibnu Zura’i juga 
mengatakan : “Setiap Dien memiliki pasukan berkuda. Maka pasukan berkuda dalam 
Dien ini adalah Ashabul Asanid (Ashabul Hadits).” 

Mereka memang benar. Ashabul Hadits adalah pasukan inti dalam Dien ini. Mereka 
membela dan menjaga Dien dari penyelewengan, kesesatan dan kedustaan 
orang-orang munafiqin dan Ahlul Bid’ah. Hampir semua Ashabul Hadits menulis 
kitab-kitab Ahlus Sunnah serta membantah aqidah dan pemahaman-pemahaman bid’ah 
yang dan sesat, baik itu fuqaha’ (ahli fikih) mereka, mufassir (ahli tafsir) 
mereka maupun seluruh ulama-ulama dari kalangan mereka (Ahlul Hadits). Semoga 
Allah memberi pahala bagi mereka dengan amalan-amalan mereka, dan memberi 
pahala atas usaha mereka yang sampai hari ini dirasakan manfaatnya oleh kaum 
Muslimin dengan ilmu-ilmu yang mereka tulis, riwayat-riwayat yang mereka 
kumpulkan dan hadits-hadits yang mereka periksa.

Akhirnya, marilah kita simak perkataan Imam Syafi’i rahimahullah ini : “Jika 
aku melihat seseorang dari Ashabul Hadits, maka seakan-akan aku melihat Nabi 
hidup kembali.” (Syaraf Ashabul Hadits hal. 26)

Wahai Rabb kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang lebih dulu 
beriman daripada kami. Dan janganlah Engkau jadikan di hati kami kebencian atau 
kedengkian kepada mereka. Wahai Rabb kami, sesunggguhnya Engkau Maha Pengampun 
dan Maha Penyayang.

Amien Ya Rabbal ‘Alamin.

T A M A T 
 
Dikutip dari Majalah Salafy edisi IV/Dzulqa'dah/1416/1996 rubrik Mabhats, 
tulisan Ustadz Muhammad Umar As Sewed, judul asli Mengenal Para Imam 
Ahlussunnah Ashabul Hadits) 
 
MENEBAR ILMU & TEGAKKAN SUNNAH


       
____________________________________________________________________________________You
 snooze, you lose. Get messages ASAP with AutoCheck
in the all-new Yahoo! Mail Beta.
http://advision.webevents.yahoo.com/mailbeta/newmail_html.html

Kirim email ke