Membongkar Pikiran Hasan Al Banna dan Pewarisnya
Penulis : Syaikh Ayyid asy Syamari 


(Bagian 3)

Maksud dari muqaddimah ini adalah untuk memberikan pondasi pada masalah yang 
penting yaitu kesungguhan dalam menerangkan manhaj yang shahih dan kesungguhan 
pembelaan terhadap As-Sunnah serta kesungguhan menghalangi setiap pintu-pintu 
agama yang akan dimasuki bid'ah-bid'ah. Ini adalah termasuk amar ma'ruf nahi 
munkar yang besar. Sebagaimana telah kita ketahui bid'ah-bid'ah mengantarkan 
manusia kepada syirik besar seperti mengagungkan kubur, meminta berkah dan 
syafaat kepada mayat-mayat yang ada di kubur yang menyebabkan kaum muslimin 
keluar dari agama ini.

Sebut saja Syi'ah Rafidhah yang telah menciptakan bid'ah yang sangat besar 
sehingga menjadikan sebagian kaum muslimin keluar dari Islam. Demikian pula 
orang-orang sufi yang telah sampai pada tahap keyakinan "wihdatul wujud" 
(menyatunya Allah dengan Makhluk). Fenomena inilah yang mendorong kita untuk 
tetap berjalan di atas petunjuk Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wassalam dalam 
menyikapi Ahli Bid'ah dan pelaku dosa besar. Agar kita tidak seperti Khawarij 
yang sesat dalam menyikapi pelaku dosa besar.

Dan Ahlus Sunnah Wal Jama'ah telah membantah prisip Khawarij ini dengan 
menyatakan bahwa pelaku dosa besar tidaklah kafir. Dan mereka telah menyebutkan 
banyak dalil yang membantah prinsip golongan sesat ini serta menerangkan 
bagaimana sikap yang sebenarnya terhadap pelaku dosa beasr dan kebid'ahan di 
kalangan Ahlus Sunnah wal Jama'ah.

Contoh kasus adalah bagaimana salaf mensikapi bid'ah Qadariyah. Disebutkan 
misalnya "Shahih Muslim" ketika Yahya bin Ma'mar dan Abdur Rahman Al-Humairi 
sedang berdebat, orang-orang berkata: "Seandainya kita menemui salah seorang 
sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wassalam, kita akan mengabarkan kepadanya apa 
yang mereka katakan tentang takdir". Lalu Abdullah bin Umar kami datangkan ke 
masjid dan kami merubungnya. Kami berkata, "Wahai, Abu Abdir Rahman, beberapa 
orang membaca Al-Qur'an dan mempelajari ilmu yang dengannya mereka meyakini 
ketiadaan takdir dan bahwa semua kejadian adalah baru (tidak didahului 
takdir)." Ibnu Umar berkata, "Jika kamu bertemu mereka kabarkan kepada mereka 
bahwa Ibnu Umar berlepas diri dari mereka dan mereka berlepas diri dariku. Demi 
Zat yang Ibnu Umar bersumpah dengannya, seandainya mereka bersedekah dengan 
emas sebesar gunung Uhud, niscaya tidak akan diterima selama mereka tidak 
meyakini takdir."

Kemudian Ibnu Umar berkata, "Ayahku Umar bin Khatab mengatakan kepadaku 
-kemudian ia menyebutkan hadits Jibril yang panjang- didalamnya terdapat 
ucapan,"Hai Muhammad, kabarkan kepadaku tentang Iman!" Rasulullah Shallallahu 
'alaihi Wassalam menjawab, "Kamu beriman kepada Allah, Malaikat-malaikat, 
Kitab-kitab, Rasul-rasul, Hari akhir dan kamu beriman dengan takdir yang baik 
dan buruk..".

Yang saya tekankan disini adalah bahwa kita harus mengetahui sikap yang 
sepatutnya terhadap orang-orang yang menyelisihi syariat. Dan itu sudah 
terdapat kitab-kitab salaf.

Ketika golongan Khawarij sesat dalam bermuamalah maka para salaf membantah 
mereka. Demikian pula ketika muncul bid'ah Murji'ah yang menyatakan bahwa 
dosa-dosa besar tidak mempengaruhi Iman, para Salaf membantah mereka dan 
menempatkan duduk persoalan pada posisi yang sebenarnya.

Pada waktu muncul gerakan Mu'tazilah, para imam Salaf juga membantahnya. 
Seperti Imam Ahmad bin Hambal yang memancangkan bendera Ahlus Sunnah, membantah 
dan berdiri tegak pada posisi yang telah kita ketahui. Demikian juga Imam 
Ad-Darimi, Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan selain mereka, telah membantah 
pikiran-pikiran yang menyimpang seperti Shufiyah (sufi, red), Jahmiyah dan 
lainnya.

Adalah Ahlus Sunnah memiliki sikap yang tegas di hadapan golongan-golongan yang 
menyimpang tersebut. Dan sikap mereka dapat kita baca dalam kitab-kitab mereka 
seperti kitab-kitab karangan Ibnu Taimiyah, Ibnul Qayyim, Syaikhul Islam 
Muhammad bin Abdil Wahhab. Sampai hari ini ulama Ahlus Sunnah senantiasa 
memperingatkan ahli bid'ah dalam rangka menjaga agama, agar agama tetap murni 
dari penyimpangan dan penggantian sebagaimana yang telah dilakukan Bani Israil 
di zaman terdahulu.

Penggantian dan penyimpangan agama terjadi pada setiap zaman dan tempat. Maka 
hendaknya setiap kita berlindung kepada Allah dari fitnah ini, sebagaimana Nabi 
Shallallahu’alaihi wasallam berdoa, Allahumma inni a’udzu bika minal fitan maa 
dhoharo minhaa wama bathon
"Ya Allah aku berlindung kepada -Mu dari fitnah yang nampak dan tidak tampak."

"Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari kesesatan fitnah."

"Ya, Allah yang membolak-balikan hati dan pandangan kokohkanlah hatiku di atas 
agama-Mu."

Dengan demikian pembahasan tentang Ikhwanul Muslimin, Surruriyah, Quthbiyah dan 
sejenisnya dapat kita temukan dalam Kitabullah dan Sunnah Rasulullah serta 
pijakan Salaf yang menerangkan kebenaran kepada kita. Kita hanya menelaah 
Kitabullah, As-Sunnah dan kitab-kitab salaf untuk meneliti penyimpangan 
Ikhwanul Muslimin. Apakah pada mereka atau pada Salaf ? Kemudian kita mengambil 
manhaj yang benar
 
 
----- Bersambung... insya Allah------
 
(Ditulis oleh Syaikh Ayyid asy Syamari, pengajar di Makkah al Mukaramah. 
Penerbit Maktabah As-Sahab 2003. Judul asli Turkah Hasan Al Banna wa Ahammul 
Waritsin. Penerjemah Ustadz Ahmad Hamdani Ibnul Muslim.)


MENEBAR ILMU & TEGAKKAN SUNNAH


       
____________________________________________________________________________________
Boardwalk for $500? In 2007? Ha! Play Monopoly Here and Now (it's updated for 
today's economy) at Yahoo! Games.
http://get.games.yahoo.com/proddesc?gamekey=monopolyherenow  

Kirim email ke