Siapa yang Salah? Apakah Anda mencintai anak-anak Anda betapa pun nakalnya mereka? Pasti semua menjawab, "Ya! Saya amat mencintai mereka. Saya akan melakukan apa saja asal hidup mereka bahagia nanti." Sekilas tidak ada yang salah dari jawaban di atas. Akan tetapi bagaimana dengan kisah di bawah ini?
Suatu hari sepasang suami-istri berkonsultasi dengan psikiater. Mereka mengeluh putus asa menghadapi kenakalan anaknya yang semata wayang. Masalahnya cukup sederhana, anak itu suka sekali main kuda-kudaan kayu milik anak tetangga sebelah. Ia tidak mau berhenti meski sudah berkali-kali di suruh. Padahal ia sendiri sudah dibelikan tiga buah kuda-kudaan kayu di rumah. Inilah yang membuat orang tuanya kesal. Betapa tidak? Setiap kali ingin naik kuda-kudaan, si anak segera pergi ke rumah sebelah dan mengganggu anak tetangga dengan merebut mainan kayu ini. Usaha kedua orang tuanya untuk memaksanya turun malah membuat si anak berteriak menjerit-jerit. Keributan semakin menjadi-jadi lantaran si pemilik mainan tak mau mengalah. Pertama-tama, sang ahli jiwa merundingkan bayarannya. Setelah itu ia mendekati anak itu, mengelus rambutnya dengan halus, menunduk, sambil tersenyum membisikkan sesuatu ke telinganya. Aneh bin ajaib! Segera anak nakal itu turun dari kuda-kudaan dan dengan manis mengikuti orang tuanya pulang. Tentu saja si orang tua gembira melihat semuanya bisa diselesaikan dengan cepat. "Mantera apa yang Anda gunakan untuk membujuk anak saya?" tanya orang tua itu terheran-heran. "Saya hanya berbisik, kalau engkau tidak turun dari kuda-kudaan kayu saat ini juga, engkau saya pukuli sampai tidak bisa lagi duduk selama satu minggu. Ketahuilah, saya dibayar untuk tugas ini maka saya bersungguh-sungguh!" Nah, sebelum Anda menghukum seorang anak, tanyalah diri sendiri apakah bukan Anda sendiri yang menjadi sebab kesalahan. (Anthony de Mello/Djs) Sumber: Majalah Intisari [Non-text portions of this message have been removed]