RE: [bumi-serpong] OOT: FYI: ADA HUJAN DI PESAWAT LION AIR

2006-01-05 Terurut Topik Tjoek Lianto
Saya cenderung lebih setuju dengan pak Adji.
Masalah kondisi pesawat adalah tanggung jawab crew maintenance.
Pilot/co-pilot paling bisa menolak berangkat apabila kondisi pesawat
betul-betul parah sehingga membahayakan keselamatan penerbangan. Kalau
masalahnya adalah kenyamanan terbang, seperti kursi rusak, air menetes,
dsb apakah penerbangan harus dicancel ? Bisa saja cabin-crew menghimbau
petugas check-in utk tidak menjual kursi yang bermasalah tsb. Tapi
kalau pesawat memang penuh, membiarkan kursi-kursi tsb kosong berarti
harus mengorbankan penumpang lain yang datang check-in belakangan
(padahal sudah punya confirmed ticket).
Jadi masalahnya memang tidak sederhana.
Memarah-marahi cabin-crew seperti yang dilakukan oleh Lulu  Aka, mau
tidak mau memang menyiratkan arogansi.
Bukankah lebih baik kalau bersikap lebih toleran ? Cabin-crew juga
manusia biasa, yang ingin diperlakukan wajar dan dihargai. Bayangkan
bila pramugari itu kebetulan saudara kita sendiri.
Utk kemajuan dunia penerbangan kita dan juga sebagai masukan kepada
manajemen Lion Air,
tentu saja surat komplain tetap harus dibuat.
Masih banyak kok alternatif protes yang lebih santun, tanpa harus memacu
adrenalin dan membuat banyak orang stress.

Have a nice weekend.

Tjoek

-Original Message-
From: Teguh Febrianto [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Friday, January 06, 2006 10:54 AM
To: bumi-serpong@yahoogroups.com
Subject: RE: [bumi-serpong] OOT: FYI: ADA HUJAN DI PESAWAT LION AIR


Kalo saya ngeliatnya gini

Selama tindakan konsumen masih dalam taraf wajar silahkan saja komplain
dan awak pesawat harus bisa menghadapi keluhan konsumen secara bijak dan
tidak boleh terbawa emosi karena awak pesawat harus sadar bahwa sebagai
ujung tombak,mereka harus menservis konsumennya semaksimal mungkin.

Memang tetesan air itu bukanlah hal yg wajar tp paling enggak kasi
minuman kek ato makanan kecil kek ato souvenir kek  ke pnp ybs sehingga
kemarahannya/kekecewaannya tidak menjadi berlebihan.

 

 

  _  

From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: 06 Januari 2006 10:36
To: bumi-serpong@yahoogroups.com
Subject: Re: [bumi-serpong] OOT: FYI: ADA HUJAN DI PESAWAT LION AIR

 

Saya sih setuju dengan tindakan Lulu  Aka. Bagaimana pun juga cabin
crews adalah ujung tombak perusahaan. Merekalah yang berurusan dengan
pelanggan. Dan mereka punya kewajiban untuk meminta perusahaan
memperbaiki kondisi kabin sebelum take off kalau ada yang tidak beres
tentunya. Kalau melihat foto-2nya, kejadian tersebut seharusnya sudah
diketahui oleh pihak management Lion Air, terbukti dengan adanya
tindakan sementara menutup dengan lakban. Pertanyaannya, sejak kapan
bocor itu terjadi? Saya berkeyakinan sudah cukup lama terjadi. Walau pun
awak yang melayani penerbangan tersebut bukan awak tetap, toh mereka
punya mata dan bisa melihat bahwa sebagian seat memang tidak layak jual.
Kenapa tetap dijual dan mereka hanya diam saja?

Sudah bukan rahasia lagi bahwa hak-2 konsumen di Indonesia tidak pernah
mendapat perhatian yang cukup. Kejadian di Lion Air hanya segelintir
contoh saja. Banyak kejadian di maskapai-2 penerbangan yang berhubungan
dengan faktor safety tetapi terkesan dibiarkan saja. Apalagi ini yang
hanya faktor comfort? Kita sebagai konsumen harus tegas tanpa perlu
bersikap arogan bila pelayanan yang kita terima tidak sesuai dengan yang
dijanjikan. Maksudnya adalah supaya ada perubahan. Kapan lagi bisa
berubah kalau semua konsumen kita punya 'toleransi' yang tinggi?

Contoh lain 'kebodohan' konsumen Indonesia adalah keharusan menitipkan
tas/jaket di supermarket, hypermart atau dept. store. Mana ada policy
ini hypermart sejenis di luar negeri? Dan herannya, sedikit sekali
konsumen yang protes ke pihak management saat hak milik mereka (tas 
jaket) dititip-paksakan. Tidak sadarkah mereka bahwa management
hypermart. supermarket  dept. store yang memberlakukan policy tsb.
telah melanggar azas praduga tak bersalah? Masak yang jadi maling
segelintir orang saja, yang lainnya mau dianggap maling semua?

Salam,
Hilmy





adji ekawarman [EMAIL PROTECTED]@yahoogroups.com on
01/06/2006 10:11:53 AM

(tolong untuk diteruskan kepada:
Lulu  Aka
di Perum. Permata Depok)

kejadian ini pun pernah terjadi kok di maskapai GA,
waktu pesawatnya masih menggunakan pesawat lama..
demikian juga dengan maskapai2 lainnya.

saya rasa tidak pada tempatnya memarahi awak pesawat,
karena mereka kan tidak menjadi awak tetap di pesawat (aircraft) yg
sama? mereka berganti-ganti pesawat, kan..? jadi ya wajar aja kalo
mereka juga gak tau ada masalah seperti itu, dan menurut saya ya mereka
lagi apes aja kok kebagian jadwal dgn pesawat tersebut..!! dan kondisi
pesawat tanggung jawab bagian maintenance,  bukan mereka.. cmiiw

jadi sebaiknya ya tuliskan aja keluhan ini ke perusahaan tersebut cc.
media massa, jangan awaknya yg dimarahi seperti itu di depan umum..
berapa banyak pelayanan baik yg telah kita terima dibandingkan dengan
pelayanan buruk itu sehingga kita merasa sangat pantas untuk memarahi

RE: [bumi-serpong] OOT: FYI: ADA HUJAN DI PESAWAT LION AIR

2006-01-05 Terurut Topik hilmy_wanamulya
Tanpa protes yang tegas, saya takut tidak akan terjadi perbaikan. Sudah
jamak di Indonesia ini, masalah-2 kecil yang luput dari tindakan perbaikan
oleh perusahaan. Padahal, mungkin sekali ketidaknyamanan itu sangat
mengganggu sebagian orang, dan bagi orang lain tidak karena mereka sudah
'take it for granted' untuk situasi semacam itu. Toh, biaya-2 di Indonesia
masih tergolong murah, buat apa bersusah payah klaim atau protes kalau
ujung-2nya tetap saja tidak ada perbaikan. Lagi pula, seberapa banyak sih
dari kita yang mau meluangkan waktu menulis keluhan kita ke pihak
perusahaan? Saya koq yakin sebagian besar dari kita akan bersikap acuh,
tokh kejadiannya sudah lewat, sambil berharap kejadian yang sama tidak
menimpa diri kita lagi.

Lagi pula, protes demonstratif semacam yang dilakukan Lulu  Aka
membutuhkan keberanian tersendiri, sebab, 'Kan penumpang lain aja gak
protes koq... Nanti malah jadi bahan tontonan  malu-2in diri kita
sendiri.' Ada baiknya berita semacam ini beredar sehingga kita bisa belajar
kelemahan pelayanan maskapai penerbangan lokal, walau akhirnya bisa menjadi
bumerang bagi penulisnya, seperti yang sekarang sedang dialami Lulu  Aka.
BTW, saya tidak kenal dengan  tidak punya alamat e-mail pasangan Lulu 
Aka sehingga tidak dapat menyampaikan pesan Pak Adjie.

Seorang teman malah berkomentar setelah membaca posting ini bahwa air
menetes di kabin dalam penerbangan Merpati sudah sangat biasa. Teman
tersebut sudah bersyukur kalau bisa mendarat dengan selamat. Ia rela
menderita selama penerbangan asal tiba dengan selamat. Rasanya bukan
mentalitas 'nrimo' semacam ini yang mau kita bangun untuk anak cucu kita,
bukan?

Saya setuju bahwa protes harus dilakukan sesantun mungkin tanpa perlu
membuat 'scene'. Tapi berdasarkan pengalaman, protes semacam itu biasanya
hanya ditanggapi dengan senyum dan cenderung permasalahan yang sama akan
terulang lagi. Artinya, mungkin saja management aware namun tidak melakukan
tindakan perbaikan karena yang complaint tokh hanya 1 atau 2 orang saja.

Koordinasi semua lini dalam sebuah maskapai penerbangan saya rasa merupakan
hal yang sangat esensial dalam memberikan pelayanan yang terbaik untuk
penumpang atau calon penumpang. Masalah apakah pesawat harus di-delay atau
di-cancel atau diganti dengan pesawat lain (karena beberapa seat-nya tidak
layak jual) adalah masalah managerial dan solusinya tergantung kepekaan
management terhadap kebutuhan pelanggan. Jangan melulu mau mengejar
keuntungan lalu faktor kenyamanan dikorbankan. Belum lagi faktor safety,
banyak cerita horor yang beredar tentang maskapai yang sengaja teledor
mengabaikan faktor yang satu ini.

Saya kebetulan menerima undangan seminar tentang Membangun Daya Saing
Bisnis Melalui Sentuhan Etika. Cuplikan undangannya ada sbb. Mungkin patut
direnungkan oleh perusahaan-2 - tidak hanya maskapai penerbangan lokal -
nasional, sebab saya sangat merasa bahwa bukanlah suatu tindakan yang etis
membiarkan penumpang terkena tetesan air selama hampir 2 jam lama
penerbangan:

- Quote -

 If you embrace ethical behavior, will it automatically make you rich and
successful? Of course not! Can it pave the way for you to become
successful? Absolutely! Ethos + Competence is a winning quation
(John C. Maxwell)
***
Jhon Maxwell pasti betul, Bisnis modern berbasis keahlian, Tetapi, tanpa
etika keahlian bisa menyesatkan, Bisnispun terpuruk.

Integrasi etika dan kompetensi merupakan sine qua non condition untuk
bisnis yang sehat dan bermasa depan. Mengabaikan standar-standar etika
dalam berbisnis tidak saja menjadi batu sandungan, tetapi juga menggali
laing kubur bagi bisnis, Investasi andapun sia-sia

Karena itu, jangan biarkan bisnis berlalu dari Anda, Lengakapi diri Anda
sekarang juga dengan kompetensi dalam bidang stika bisnis.

Melalui sentuhan etika lembaga kami yang bergerak dalam bidang pengembangan
sumber daya manusia berusaha membantu membuat peluang bisnis Anda kembali
cerah.

- Unquote -

Salam,
Hilmy





Tjoek Lianto [EMAIL PROTECTED]@yahoogroups.com on 01/06/2006
11:16:51 AM

Saya cenderung lebih setuju dengan pak Adji.
Masalah kondisi pesawat adalah tanggung jawab crew maintenance.
Pilot/co-pilot paling bisa menolak berangkat apabila kondisi pesawat
betul-betul parah sehingga membahayakan keselamatan penerbangan. Kalau
masalahnya adalah kenyamanan terbang, seperti kursi rusak, air menetes,
dsb apakah penerbangan harus dicancel ? Bisa saja cabin-crew menghimbau
petugas check-in utk tidak menjual kursi yang bermasalah tsb. Tapi
kalau pesawat memang penuh, membiarkan kursi-kursi tsb kosong berarti
harus mengorbankan penumpang lain yang datang check-in belakangan
(padahal sudah punya confirmed ticket).
Jadi masalahnya memang tidak sederhana.
Memarah-marahi cabin-crew seperti yang dilakukan oleh Lulu  Aka, mau
tidak mau memang menyiratkan arogansi.
Bukankah lebih baik kalau bersikap lebih toleran ? Cabin-crew juga
manusia biasa, yang ingin diperlakukan wajar dan dihargai. Bayangkan
bila pramugari