*Eileen Rachman*
*EXPERD*
*Character Building Training*

*Dimuat di Kompas, 27 September 2014*

Ketika dalam suatu pertemuan yang terdiri dari para insinyur dicanangkan
visi 20 tahun ke depan dengan mimpi yang sangat *ideal*, saya bertanya
berapa persen dari mimpi ini bisa ditanggulangi oleh otomatisasi atau
komputerisasi.  Jawabannya 30 %, dan 70% sisanya tentu hanya bisa
ditanggulangi oleh unsur manusia, yang tidak dapat diotomatisasi, sehingga
tetap harus dikembangkan sendiri. Inilah kebesaran sekaligus keterbatasan
manusia. Dengan otomatisasi * via *mesin-mesin komunikasi, tampaknya kita
sudah diperbudak oleh aplikasi-aplikasi yang canggih. Kita seolah-olah
sudah sangat tergantung dengan peralatan elektronik dan rasanya tidak bisa
hidup tanpa gadget. Pada saat kita dihentakkan oleh tidak terjaminnya
konsistensi tindakan, kekuatan integritas, dan motivasi karyawan, seketika
itu timbullah  pertanyaan,  bagaimana kita akan mengupayakan peningkatan
kinerja dengan mengulik unsur manusia ini, tanpa bantuan teknologi ini?

Bila kita meninjau  kembali kerja hemisfer kiri dan kanan manusia, kita
juga akan sadar bahwa segala sesuatu yang dikerjakan otak kiri  manusia,
yaitu logika, ternyata dapat dibuatkan rumus-rumus yang kemudian bisa
digantikan dengan mesin. Namun penggantiannya tetap terbatas, karena
akhirnya akan terjadi reduksi dan simplifikasi. Hidung atau penciuman,
detak jantung, maupun pola pikir bisa dideteksi dan digantikan,  tetapi
pada akhirnya terbatas juga. Tidak pernah fungsi indra manusia bisa secara
sempurna  tergantikan oleh kerja perangkat lunak komputer, terlebih bila
kita mulai memikirkan fungsi-fungsi emosi manusia. Hal ini rasanya sudah
disadari oleh banyak orang. Ini juga sebabnya kaum kreatif saat sekarang
juga sepertinya naik daun. Para *salesman *menjadi kelompok *elite *perusahaan,
karena hubungan antar manusia tidak bisa tergantikan oleh apa pun dan
dirasakan sangat penting. Meski demikian, di satu pihak terkadang kita juga
melihat  ketidakharmonisan antara kerja kreatif dan kerja mekanis ini.
Dalam perusahaan, kaum kreatif merasa paling penting karena inovasi-inovasi
yang dihasilkan, sementara yang bekerja mengandalkan hard skills seperti
akuntansi dan teknik  juga merasa bahwa mereka lebih benar lagi. Bagian
penjualan merasa mendatangkan pesanan, sementara para estimator melembur
menghitung dan kemudian bisa dipersalahkan kalau harga terlalu mahal.
Nampaknya kita perlu sering-sering disadarkan porsi keseimbangan yang benar
antara kerja kreatif verbal, imajinasi dengan data, dan analisis. Kita juga
menyadari bahwa terlalu fokus pada salah satu sisi akan membawa kita menuju
kemunduran. Perlu ada keseimbangan antara teknologi dan kekuatan manusia
dan jangan sampai organisasi dipenuhi oleh manusia yang sulit mengejar
kemajuan teknologi, bahkan bangga dengan ke-gaptek-annya. Sebaliknya jangan
pula kita menjajah teknologi sehingga seolah-olah teknologi adalah jalan
keluar yang *optimal *dan  unsur kekuatan manusia tidak diramu di dalamnya.
Buntutnya, kita juga akan frustrasi karena teknologi semata tidak menjawab
semua persoalan kita.

Pada perusahaan semodern *Google*, yang kaum kreatif pastinya brilian,
cemerlang, dan inovatif, tetap ada prosedur, bahwa setelah meluncurkan
suatu produk, mereka akan melakukan *champion post-launch testing.* Melalui
hal ini, para kreatif dapat memperbaiki dan  menyempurnakan produk itu
berdasarkan analisis data yang matang dan masukan dari pasar. Di sini
terbukti bahwa integrasi dari dua pendekatan bisa dijadikan satu. Inilah
juga yang dilakukan Nike dengan apps-nya yang segera bisa di dapat di
Iphone. Bahkan perusahaan mobil Volkswagen pun sudah bekerja sama dengan
Google, untuk mencatat perjalanan pelanggan dengan mudah dan memasukkan
aneka *game *ke dalamnya, sehingga  unsur *excitement *dari permainan bisa
dinikmati para pelanggan selama  perjalanan. Kita juga menyaksikan
perusahaan perusahaan yang ingin tetap survive harus menghindari
gejala *analysis
paralysis*, walaupun harus menjaga agar kemampuan inovatifnya tetap
terbaik. Ini lah yang disebut oleh Jim Collins dalam bukunya *Great by
Choice* sebagai  *Empirical Creativity,* yaitu  kreativitas yang dibarengi
analisis *real time* serta pendekatan antara otak kanan dan kiri yang
seimbang.  Kita perlu salesman yang bisa membuat skedul pertemuan pelanggan
dengan efektif, sekaligus bisa mengarahkan pelanggan ke solusi teknis yang
masuk akal. Kita juga memerlukan para kreatif yang memperhitungkan budget,
memahami aneka  aplikasi, dan bisa mencari masukan pasar secara real time.
Singkatnya,  kita perlu berpikir jauh dan lebih.

*Berpikir lebih*
Tidak ada pilihan bagi kita untuk memanjakan daya pikir kita dengan
membiarkan diri kita berpikir standar, well trained, dan sekedar terdidik
saja. Kita sering merasa bahwa pengetahuan ini sudah cukup untuk bekal
hidup dan bekerja kita.  Prof Daoed Joesoef dalam tulisannya di Kompas
beberapa waktu lalu menyatakan hal ini dengan gamblang. Dengan hanya
memanfaatkan apa yang kita pelajari di universitas dan sekedar
menerapkannya, kita hanya terhenti pada kearifan praktis dan teoretis. Kita
perlu melanjutkan kerja otak kita dengan mengisi* tacit knowledge*, yaitu
pengalaman sebagai hasil kita berhubungan dan  berbentur dengan fakta-fakta
baru di lapangan, ke dalam otak. Kita mesti menyerap opini, ide, tuntutan
pelanggan,  kemauan atasan, tantangan perusahaan, maupun perkembangan pasar
dan politik sembari menggunakan daya analisis dan  imajinasi. Ini berarti
mempekerjakan otak kiri dan kanan secara bergantian untuk meng-excel daya
pikir kita. Kalau kita masih berpatokan pada apa yang sudah kita ketahui
saja,  maka kita berpikir terlalu standar,  tidak mempunyai daya adaptasi,
apalagi kemauan belajar. Sikap berpikir kita perlu meniru sepotong busa,
yang sepanjang bisa menyerap akan tidak henti-hentinya menyerap alias
menjadi reseptif. Kalau rasanya tidak ada lagi yang bisa diserap, maka
kitalah yang secara aktif membuka pikiran untuk mengajukan
pertanyaan-pertanyaan. Kita pun tidak perlu menunggu sebuah rapat besar
atau menulis sebuah teori yang canggih untuk merangkum apa yang kita baru
peroleh dan serap. Mindset kitalah yang perlu berkembang secara dinamis.
Pada zaman yang serba terbuka dan bebas ini, bukan lagi saatnya bagi kita
menjual perangkat keras, karena setiap orang bisa menjual benda yang sama.
Sebaiknya, daya pikir, layanan , sikap profesional, solusi, dan ide-ide
inovatif justru yang akan di’beli’ dari kita.

*Gizi buat otak*
Sebuah organisasi atau tim tidak boleh tinggal diam untuk merangsang setiap
anggota secara individu agar mengasah daya pikirnya. Talenta yang direkrut
juga perlu diseimbangkan. Dalam  suatu organisasi perlu ada perbandingan
yang sehat antara manusia yang kreatif dan yang analitis.* Cross training*,
atau rotasi juga membuat orang bisa mempertajam empatinya. Kolaborasi harus
tetap diupayakan dalam rapat atau pertemuan lain. Kita perlu membiasakan
diri agar masing-masing dari  kita membuka diri terhadap semua kemungkinan.
Respons yang ditunjukkan harus *all out* penuh respek terhadap ide dan
hasil analisis orang. Kesadaran diri bahwa kita ini perlu berespons
terhadap masyarakat yang lebih luas dan lingkungan alam semesta akan
membuat kita, dalam kata-kata  Daoed Joesoef, * a harmoniously developed
person *yang mampu berpikir transendental dan bukan sekedar berfikir
*well-trained*.









*EXPERD CONSULTANT Adding value to business results Kemang 89 Building, 3rd
- 4th Floor Jl. Kemang Raya No. 89, Jakarta 12730 Telp. 021-718 0805 Fax.
021-718 3101 *

*http://www.experd.com <http://www.experd.com/>*

*http://experdfresh.com <http://www.experd.com/>*















-- 
*".... I am the KING to my own UNIVERSE that Rule my MIND, BODY and SOUL
!!! ...." *

*- Aga Madjid -*

-- 
-- 
you have this email because you join to "aga-madjid" GoogleGroups.
to post emails, just send to :
aga-madjid@googlegroups.com
to join this group, send blank email to :
aga-madjid+subscr...@googlegroups.com
to quit from this group, just send email to :
aga-madjid+unsubscr...@googlegroups.com
please visit to www.facebook.com/aga.madjid,
add my Yahoo Messenger at aga.mad...@yahoo.com or
add my twitter @aga_madjid
thanks for joinning this group.

--- 
You received this message because you are subscribed to the Google Groups 
"aga-madjid" group.
To unsubscribe from this group and stop receiving emails from it, send an email 
to aga-madjid+unsubscr...@googlegroups.com.
For more options, visit https://groups.google.com/d/optout.

Kirim email ke