Re: [Keuangan] Fwd: Pasar, Kapitalisme, dan Dunia yang Makin Sejahtera

2008-10-08 Terurut Topik Wahyoe Soedarmono
Tulisan Ari Perdana tidak ada hubungannya dengan apa yang terjadi belakangan 
ini di AS. Apa yang dituliskan dibawah adalah liberalisasi ekonomi.
 
Sedang yang terjadi di AS, adalah akibat liberalisasi pasar finansial. Meski 
sama2 liberalisasi (pilar mekanisme pasar), karakteristiknya berbeda. 
Liberalisasi ekonomi masih melibatkan campur tangan sektor riil, manusia, 
sumber daya, infrastruktur, dan  perdagangan nyata. 
 
Sedang pola liberalisasi finansial mempunyai karakteristik yang sifat dasarnya, 
adalah spekulasi (tidak terjadi di proses pertumbuhan ekonomi). Pasar finansial 
yng tumbuh dan dipenuhi gejolak, akan kian mendorong agent utk makin 
spekulatif. Jadi instabilitas finansial sebenarnya bersifat endogen, berasal 
dari agents, dan ketika diliberalisasi, maka asymmetric information (mimetic 
behaviour, moral hazard) makin menjadi. Mimetic behaviour akar dari great 
depression 1929 dan saat ini akarnya adalah moral hazard antara investor dan 
penjual subprime mortgage
 
Jadi, mau tidak mau, harus ada ruang intervensi di pasar finansial. Program 
bailout ini pun tak lain adalah intervensi pemerintah AS. Tapi, kenapa 
intervensi selalu dilakukan setelah kejadian (ex-post) bukannya sebelum kejadia 
(ex-ante)? Ternyata di pasar yang liberal pun, sekarang butuh intervensi 
pemerintah, bukan? Jadi mekanisme pasar tanpa intervensi sebenarnya tidak 
pernah ada, karena disana dipenuhi perebutan kekuasaan dan informasi.



  

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Ingin Bertanya mengenai Bailout

2008-10-08 Terurut Topik tan dewi
siang...
sori selama ini saya hanya member pasif..

salam kenal semua..
bung poltak saya tertarik soal perbedaan BLBI dan BPPN..mohon penjelasan..

rdgs.
tan

On 10/7/08, Poltak Hotradero [EMAIL PROTECTED] wrote:
 At 20:39 06/10/2008, you wrote:

  Bung Poltak
  
  Apa bedanya dg BLBI dan BPPN? Tidak ada kan?



 BLBI dan BPPN memang berbeda.
  Kalau menurut anda tidak ada bedanya - bisa saya dijelaskan?


  Bedanya di AS kelembagaan hukumnya berjalan baik jadi kemungkinan
  kebocoran utk parkir di Singapore dan Switzerland kecil sekali.
  Artinya obat pahit ini tidak akan perlu ditelan lama-lama seperti yg
  kita alami.


 Saya rasa masalahnya lebih jauh dari sekadar masalah perbedaan
  kelembagaan hukum.

  Kasus di Amerika adalah gabungan antara ketamakan konsumen dalam
  membeli rumah hingga di luar kemampuan mereka ditambah dengan
  kesembronoan lembaga keuangan dan digabung dengan rendahnya pemahaman
  atas modeling pasar eksotik surat berharga.

  Namun begitu akar masalah saya kira lebih terfokus pada ketamakan
  pembeli rumah.




  

  =
  Join Facebook AKI dimana Anda bisa ber social interactive sambil bermain 
 games atau just have fun together. Compulsory bagi new members start 1 Jan 
 2008. http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045
  =
  Perhatian: Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. 
 Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas.
  =
  Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua
  http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com
  -
  Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor 
 posting sebelumnyaYahoo! Groups Links






[Keuangan] Fwd: (BN) Fed, ECB, Central Banks Lower Rates in Coordinated Reduction

2008-10-08 Terurut Topik Poltak Hotradero


Fed, ECB, Central Banks Lower Rates in Coordinated Reduction
2008-10-08 11:04:30.470 GMT


By Scott Lanman
  Oct. 8 (Bloomberg) -- The Federal Reserve, European Central
Bank and four other central banks lowered interest rates in an
unprecedented, emergency coordinated bid to ease the economic
effects of the financial crisis.
  The Fed cut its benchmark rate by a half point to 1.5
percent, the central bank in a statement. The ECB and central
banks of the U.K., Canada, Sweden and Switzerland are also
reducing rates, the Fed said in a statement.
  ``The recent intensification of the financial crisis has
augmented the downside risks to growth and thus has diminished
further the upside risks to price stability,'' according to a
joint statement by the central banks. ``Some easing of global
monetary conditions is therefore warranted.''

For Related News:
Stories on the Fed:NI FED GO
Top finance stories:TOP FIN GO

--Editor: Daniel Moss

To contact the reporter on this story:
Scott Lanman in Washington at +1-202-624-1934 or
[EMAIL PROTECTED]

To contact the editor responsible for this story:
Chris Anstey at +1-202-624-1972 or [EMAIL PROTECTED]





Re: [Keuangan] Ingin Bertanya mengenai Bailout

2008-10-08 Terurut Topik bairlangga
Pertama, saya kurang sepakat soal ketamakan konsumen. Lebih disebabkan
ketamakan produsen (bank, lembaga financing) utk mengejar return dan
keuntungan, lebih bersifat supply induced demand dibanding sebaliknya
(demand induced supply). Konsumen selalu kalau ditawarkan apalagi
dengan iming2 kemudahan,  akan mengambil tawaran yg dijajalkan. Moral
Hazard lebih tinggi di bank, bukan di konsumen.

Kedua, alasan saya juga kurang sepakat karena masalahnya bukan di
kredit primer (kredit langsung antara konsumen dengan bank). Melainkan
di pasar kredit sekunder, tersier, kuartier, dst. Bundling of bundling
of bundling. Kenapa? Karena kalau kredit primer, kalau ada masalah
hanya setiap satuan kredit saja, bukan keseluruhan. Beda dengan di
bundling, begitu satu porsi kecil dari bundle macet, maka satu bundle
akan hilang nilainya bersamaan. Apalagi kalau kemudian bundle ini
dibundle lebih lanjut lagi. Ujung2nya satu bundle besar sekaligus
runtuh nilainya.

Lagi2, ini moral hazard di tangan bank dan lembaga keuangan, moral
hazard di sisi pemilik modal yg terus mempush manajemen bank utk
return setinggi2nya (apalagi sudah bayar gaji jutaan US$).

Bottom line, kapitalisme dan pemilik modal selalu menggali kuburannya
sendiri. Invincible Hands perlu diikat erat2 supaya tidak sembarangan
makan atau minum yg bukan haknya, dan tidak ada isinya. Pasarnya
sendiri tidak pernah 100% efisien, tidak ada nilai fundamental yg
dilihat, semuanya emosional dan ketamakan belaka.

Semua pertumbuhan selama ini adalah semu, karena pertumbuhan hanya di
value nilai uang, bukan di barang riil. Pertumbuhan yg didasari oleh
expected return beyond interest rate dimana barang riil tidak tumbuh
pun pasar dipaksa untuk menumbuhkan value-nya (dengan segala akal2an,
seperti contoh: ABS, MBS, dll). Semua fiat belaka, gelembung sabun ga
ada isinya.

Kalau saya, biarkan saja para investor/pemilik modal itu ramai2
menghukum dirinya sendiri. Karena supertamak dan selalu takut rugi
akhirnya rame2 jual dan rame2 juga rugi. Lagi2, self-fulfilling
prophecy, takut resesi, takut return ga imbang dengan inflasi,
akhirnya resesi beneran.

IMHO, krisis ini harusnya hanya mempengaruhi para pemilik modal saja.
Kita yg kecil2, berikut para pelaku bisnis riil, terus saja jalan.
Selama kita terus memproduksi dan mengkonsumsi sewajarnya, ga
dilebih-lebihkan ga dibuat-buat, efeknya bisa tidak terlalu besar bagi
kita.

Kenapa harus takut dengan pertumbuhan 0%? Anggap saja kalau 0%, maka
tahun depan kesejahteraan kita sama dengan tahun ini. So what? Jangan
terlalu kuatir lah. Sesuai pepatah lama, untuk bisa maju kita juga
harus selalu siap untuk mundur satu dua langkah. Yg perlu kuatir hanya
orang2 tamak saja, yg ga pernah mau rugi. Biarkan saja mereka saling
menghukum dirinya masing2 di pasar. Dan biarkan para pejabat bank yg
juga tamak dihukum seberat2nya. Kita mah cuek aja, ngapain panik bo'.


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 At 11:14 07/10/2008, you wrote:
 
 
 Tanya :
 
 Seingat saya subprime mortgage itu ada pada dua lapiran masyarakat.
 - ekonomi menengah ke bawah
 - kalangan jetset yg hobi beli rumah mewah pk cara utang gede gedean
 
 Nah, yg dibilang tamak sama bung poltak adalah lapisan masyarakat
yang mana ?
 
 
 Mas Ari,
 Kira-kira setahun dua tahun yang lalu ada teman orang Indonesia yang 
 kirim kabar.
 Dia bilang dia bisa punya tiga rumah di Amerika.
 
 Kalau melihat dari usia dan jenjang karir-nya -- seharusnya punya 
 satu rumah saja sudah menjadi pencapaian luar biasa.  Tapi dia bilang 
 dia punya tiga.
 
 Dan ketika saya baca detail mengenai bagaimana subprime crises muncul 
 dan berkembang, saya jadi ingat teman yang satu itu.
 
 Dan sekarang saya bisa mengerti kenapa dia nggak pernah bisa
dikontak lagi...
 
 NB:
 Secara umum peminjam KPR di Amerika terdiri dari beberapa level 
 kelayakan kredit.  Dua level terbawah adalah Sub-Prime (level 
 terendah) dan Alt-A.  Di atas itu adalah kelas Prime.
 Yang menjadi masalah adalah kelas sub-prime ini.  Merekalah yang 
 membuat harga rumah naik secara tidak wajar -- dan akhirnya juga 
 amblas secara tidak wajar.  Mengapa?  Karena sedari awal mereka 
 memang nggak mampu punya rumah.
 
 Itu makanya saya bilang perusahaan keuangannya sembrono.  Orang yang 
 nggak mampu punya rumah ya kok dipinjemin duit buat beli rumah... 
 Kalau kata Taleb(?)- mereka-mereka ini (yang kerja di perusahaan 
 keuangan) mirip seperti orang yang mungut-mungutin duit receh di 
 depan mesin giling...
 
 (Fenomena ini mirip dengan di Indonesia terkait kredit sepeda motor)





Re: [Keuangan] Tanya soal strategi menghadapi Krisis Finansial AS

2008-10-08 Terurut Topik Poltak Hotradero
At 16:43 08/10/2008, you wrote:

Komentar sedikit nih, dalam situasi normal resiko yang tinggi 
meminta imbalan tinggi agar investor asing bisa invest.

Dalam kondisi rating BB (dibawah investment grade?), jawabannya 
justru bukan dengan meningkatkan suku bunga yang dikeluarkan. Justru 
fokus harus kepada BB nya itu. BB nya itu yang bikin orang luar gak 
mau invest, bukan karena bunganya yang terlalu keci.


Rating Indonesia itu BB-  (BB Minus).  Dan anda benar bahwa harus ada 
usaha agar rating tersebut bisa meningkat menjadi lebih baik atau 
lebih bagus lagi kalau bisa masuk kelas investment grade.

Tetapi untuk bisa mencapai peningkatan rating itu - tentu perlu 
waktu.  Defisit anggaran harus konsisten dikendalikan, Neraca Dagang 
dan Neraca Lancar diperbaiki, Arus penanaman modal langsung (FDI) 
ditingkatkan, Iklim dan kemudahan berbisnis diperlancar, BUMN 
disehatkan dan/atau sekalian dilepas, penegakan hukum dilakukan. 
Urusan pemerintah fokus pada penegakan hukum, pengawasan dan 
pemungutan pajak, serta urusan luar negeri dan pertahanan.

Namun seperti kita tahu - bahwa semua langkah tersebut punya banyak 
kendala.  Pengendalian Defisit Anggaran berkonsekuensi pengurangan 
pos subsidi dan pengalihan ke arah belanja modal.

Neraca dagang bisa lebih baik kalau infrastruktur seperti pelabuhan, 
listrik, zone industri, pergudangan, jalan raya dan jembatan 
tersedia.  Produk ekspor pun sebaiknya naik kelas -- jadi nggak 
cuma jualan bahan mentah melulu - yang cuma akan diombang-ambingkan 
harga komoditi dunia.  Dalam pembangunan infrastruktur, memang nggak 
mungkin semuanya dibiayai dari kocek pemerintah.  Idealnya ada PPP 
(Public-Private Partnership) -- tapi ini juga berkonsekuensi perlu 
ada deregulasi dan debirokratisasi -- terutama terkait perijinan.

Tapi semua langkah di atas - ada harga politiknya -- dan tidak semua 
orang mau membayar harga tersebut.  Belum apa-apa nanti diteriakin 
antek IMF...

Padahal kalau nggak sering bolos waktu belajar ekonomi makro waktu 
kuliah dulu - orang yang belajar ekonomi pasti bisa ketemu 
prinsip-prinsip sederhana di atas.

Mungkin kita bisa bercermin pada Brazil - yang dulunya terkenal 
dengan negara dengan Utang Luar Negeri terbesar di dunia dan inflasi 
ribuan persen.  Tahun ini, utang luar negeri Brazil sangat terkendali 
dan Surat Utangnya sudah masuk ke Investment Grade.  Tidak heran 
kalau Perusahaan Brazil seperti PetroBras dan Vale - menjadi 
perusahaan kelas dunia.


Berkait dengan gerakan cinta rupiah, rupiah sebagai uang fiat sangat 
tergantung pada kualitas masyarakat dan juga pemerintah. Namun yang 
paling gampang dilihat (menjadi acuan masyarakat luar) adalah 
kemampuan masyarakat kita untuk mencapai neraca ekspor yang surplus, 
lebih besar dari impornya.

Pada banyak keadaan -- impor yang lebih leluasa justru bisa 
meningkatkan ekspor.
Tidak selalu impor itu jelek dan tidak selalu ekspor itu bagus.

Kalau ekspornya cuma bahan mentah - ya payah lah.
Dan kalau impornya cuma bahan konsumsi - juga tidak baik.

Idealnya impor itu bahan mentah - sementara ekspor adalah bahan 
dengan nilai tambah lebih tinggi.  Dalam kasus Indonesia - hal yang 
terjadi malah kebalik...




RE: [Keuangan] Ingin Bertanya mengenai Bailout

2008-10-08 Terurut Topik rudi simanoengkalit
Bang Poltak, maaf kalau pertanyaan saya terlalu 'basic'.

 

Apakah 'ketamakan pembeli rumah' di Amerika bisa disamakan (walaupun dengan
tingkat keparahan yang berbeda) dengan ketamakan pembeli rumah di Indonesia?
Sebagian besar pembelanja property di Indonesia bukanlah 'end user'
melainkan mereka yang mengharapkan akan memainkan belanjaan mereka kelak di
pasar sekunder. Dan apabila bisa disamakan, apakah krisis yang sama (akibat
ketamakan pembeli rumah di Indonesia) juga akan bisa terjadi di Indonesia?

 

 

Salam,

 

 

 

Rudi

 

From: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Poltak
Hotradero
Sent: Tuesday, October 07, 2008 9:45 AM
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Subject: Re: [Keuangan] Ingin Bertanya mengenai Bailout

 

At 20:39 06/10/2008, you wrote:

Bung Poltak

Apa bedanya dg BLBI dan BPPN? Tidak ada kan?

BLBI dan BPPN memang berbeda.
Kalau menurut anda tidak ada bedanya - bisa saya dijelaskan?

Bedanya di AS kelembagaan hukumnya berjalan baik jadi kemungkinan
kebocoran utk parkir di Singapore dan Switzerland kecil sekali.
Artinya obat pahit ini tidak akan perlu ditelan lama-lama seperti yg
kita alami.

Saya rasa masalahnya lebih jauh dari sekadar masalah perbedaan 
kelembagaan hukum.

Kasus di Amerika adalah gabungan antara ketamakan konsumen dalam 
membeli rumah hingga di luar kemampuan mereka ditambah dengan 
kesembronoan lembaga keuangan dan digabung dengan rendahnya pemahaman 
atas modeling pasar eksotik surat berharga.

Namun begitu akar masalah saya kira lebih terfokus pada ketamakan 
pembeli rumah.

 



[Non-text portions of this message have been removed]



RE: [Keuangan] Ingin Bertanya mengenai Bailout

2008-10-08 Terurut Topik Poltak Hotradero
At 18:53 08/10/2008, you wrote:

Bang Poltak, maaf kalau pertanyaan saya terlalu 'basic'.

Apakah 'ketamakan pembeli rumah' di Amerika bisa disamakan (walaupun dengan
tingkat keparahan yang berbeda) dengan ketamakan pembeli rumah di Indonesia?
Sebagian besar pembelanja property di Indonesia bukanlah 'end user'
melainkan mereka yang mengharapkan akan memainkan belanjaan mereka kelak di
pasar sekunder. Dan apabila bisa disamakan, apakah krisis yang sama (akibat
ketamakan pembeli rumah di Indonesia) juga akan bisa terjadi di Indonesia?

Mungkin saja, walau mungkin dalam derajat yang berbeda.

Kalau kita lihat apa yang terjadi pada penjualan Proyek Rusunami 
(yang seharusnya ditujukan bagi masyarakat berpenghasilan rendah) - 
ternyata banyak dibeli oleh target konsumen yang berbeda (kalangan 
mampu) dengan alasan yang berbeda (bukan untuk ditinggali - tetapi 
untuk disewakan).




[Keuangan] (ask) mengapa Bi naikan rate?

2008-10-08 Terurut Topik arn_setijadi
mohon penjelasan dari teman2 di milis, 
mengapa BI menaikkan interest rate sedangkan bank2 central negara lain
cut rate dengan alasan to inject liquidity ? 
apakah indonesia ekses liqudity atau semata2 hanya untuk mengerem
inflation?
terima kasih 

Ardian



Re: [Keuangan] (ask) mengapa Bi naikan rate?

2008-10-08 Terurut Topik Poltak Hotradero
At 01:04 09/10/2008, you wrote:
mohon penjelasan dari teman2 di milis,
mengapa BI menaikkan interest rate sedangkan bank2 central negara lain
cut rate dengan alasan to inject liquidity ?
apakah indonesia ekses liqudity atau semata2 hanya untuk mengerem
inflation?
terima kasih

Ardian

Saudara Ardian,

Pertanyaan anda sudah dibahas kemarin di thread dengan Subject : 
Tanya soal strategi menghadapi Krisis Finansial




[Keuangan] Neo-liberlism ?

2008-10-08 Terurut Topik irfanmaulana79
Dear All,

Apakah krisis keuangan kali ini bisa dikatakan sebagai salah satu
bentuk kelemahan dari Neo-liberalisme? 

bukankah dengan adanya program bailout dari sejumlah pemerintahan
negara2 maju dan seperti yang sering terlihat selama ini menunjukkan
bahwa pada akhirnya pasar akan selalu butuh intervensi dari pemerintah?

Thanks



Re: [Keuangan] (ask) mengapa Bi naikan rate?

2008-10-08 Terurut Topik arn_setijadi
Terima kasih Bung Poltak atas penjelasannya, so the most reasons are
to prevent capital outflow, which also people said the reason our
index plunged 10 % yesterday and the second reason to fight against
inflation rate which is higher than BI rate.

Regards

Ardian

 terima kasih
 
 Ardian
 
 Saudara Ardian,
 
 Pertanyaan anda sudah dibahas kemarin di thread dengan Subject : 
 Tanya soal strategi menghadapi Krisis Finansial





Re: [Keuangan] Ingin Bertanya mengenai Bailout

2008-10-08 Terurut Topik Poltak Hotradero
At 09:12 09/10/2008, you wrote:

Terimakasih Bang Poltak atas pencerahannya. Saya juga mau ikutan tanya:
1. Bagaimana keterlibatan Federal Reserve dalam program bailout ini?

Federal Reserve nggak terlibat langsung - karena Program yang USD 700 
Milyar itu di bawah kendali Departemen Keuangan Amerika.


2. Apakah program bailout ini di luar program bailout sebelumnya 
(setahu saya pemerintah AS telah membailout Fannie Mae  and Freddie 
Mac, dll). Jika berbeda, apa bedanya dan kenapa prosesnya 
berbeda  (satu melalui Parlemen sedangkan yang lain tidak melalui Parlemen).

Di luar.
Proses berbeda karena jumlah yang diminta lebih besar daripada pagu sebelumnya.


3. Jika ternyata asset recovery rendah (hasil penjualan rumah), 
siapa yang menanggung kerugian tersebut?

Taxpayer

4. Sejauh mana tanggung jawab perusahaan penerbit surat hutang 
subprime mortgage dan investor?

Ya mereka sudah dihukum lewat kerugian dalam jumlah sangat besar.
Beberapa malah bangkrut.


5. Bagaimana mekanisme pencegahan moral hazard program ini?

Maksudnya?


Terimakasih Bang Poltak.



Re: [Keuangan] Neo-liberlism ?

2008-10-08 Terurut Topik Bali da Dave
bentuk kelemahan neo-liberalisme adalah liberalisme tidak bermoral. Neo 
liberalisme berupaya kembali ke jaman sebelum keynes, yakni jamannya adam smit. 
Setelah jaman keynes, di sekitar tahun 70, banyak yang mulai lagi skeptis 
dengan peran pemerintah. Rupanya banyak korupsi atau penyalahgunaan wewenang 
dari aparat negara (tahun-tahunnya JF Kennedy kan tahun flower generation, 
banyak yang tidak suka dengan perang vietnam, hapuskan pemerintah...  yang 
semacam itu).

Maka kembalilah ke jaman liberalisme, dengan pengetahuan tambahan yang dulunya 
tidak dimiliki adam smit, disebutlah sebagai neo-liberalisme. Tapi toh masalah 
utamanya liberalsime ini masih belum bisa terus terpecahkan. Siapa yang berani 
jamin bahwa dengan undang-undang antitrust (monopoli) juga pasarnya Amerika 
masih efisien? Saingannya microsoft di amerika apa? Di eropa juga microsoft 
pernah kena denda gara-gara bundling internet eksplorernya... 

Liberalisme berhasil jika pihak A melakukan sesuatu yang merugikan pihak B, 
maka pihak B atau C bisa merugikan pihak A juga (ekuilibrium katanya). Pdahal 
kan tidak selalu begitu.

Adam Smit juga termasuk seorang filsuf, jadi kalau ada pihak yang kesannya 
kriminal, yang menekan tindakan kriminal tersebut adalah pelaku pasar yang 
lainnya. Kenyataannya kan justru karena tindakan kriminal jadi kaya, maka 
pelaku pasar yang lain malah berbondong bondong meniru, bukannya menekan 
perilaku tersebut. Rupanya jaman sudah beda. Kehormatan dan integritas manusia 
di jaman Adam Smith lebih tinggi daripada kita sekarang ini (benarkah?()

--- On Thu, 10/9/08, irfanmaulana79 [EMAIL PROTECTED] wrote:
From: irfanmaulana79 [EMAIL PROTECTED]
Subject: [Keuangan] Neo-liberlism ?
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Date: Thursday, October 9, 2008, 11:42 AM











Dear All,



Apakah krisis keuangan kali ini bisa dikatakan sebagai salah satu

bentuk kelemahan dari Neo-liberalisme? 



bukankah dengan adanya program bailout dari sejumlah pemerintahan

negara2 maju dan seperti yang sering terlihat selama ini menunjukkan

bahwa pada akhirnya pasar akan selalu butuh intervensi dari pemerintah?



Thanks

 

















  

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Ingin Bertanya mengenai Bailout

2008-10-08 Terurut Topik r ginting
Sekali lagi terimakasih Bang Poltak,
Khusus untuk pertanyaan terakhir, mungkin saya sedikit terpengaruh dengan 
pelaksanaan program BLBI di Indonesia yang telah memunculkan moral hazard 
dengan menyalahgunakan dana BLBI. 
Apakah hal seperti ini tidak mungkin terjadi dalam program bailout ini? 
Bagaimana langkah yang diambil oleh pemerintah AS untuk mencegah hal ini 
(sekaligus cara utk memastikan bahwa program bailout ini tepat sasaran)?


 


- Original Message 
From: Poltak Hotradero [EMAIL PROTECTED]
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Sent: Thursday, October 9, 2008 11:32:28 AM
Subject: Re: [Keuangan] Ingin Bertanya mengenai Bailout


At 09:12 09/10/2008, you wrote:

Terimakasih Bang Poltak atas pencerahannya. Saya juga mau ikutan tanya:
1. Bagaimana keterlibatan Federal Reserve dalam program bailout ini?

Federal Reserve nggak terlibat langsung - karena Program yang USD 700 
Milyar itu di bawah kendali Departemen Keuangan Amerika.

2. Apakah program bailout ini di luar program bailout sebelumnya 
(setahu saya pemerintah AS telah membailout Fannie Mae and Freddie 
Mac, dll). Jika berbeda, apa bedanya dan kenapa prosesnya 
berbeda (satu melalui Parlemen sedangkan yang lain tidak melalui Parlemen).

Di luar.
Proses berbeda karena jumlah yang diminta lebih besar daripada pagu sebelumnya.

3. Jika ternyata asset recovery rendah (hasil penjualan rumah), 
siapa yang menanggung kerugian tersebut?

Taxpayer

4. Sejauh mana tanggung jawab perusahaan penerbit surat hutang 
subprime mortgage dan investor?

Ya mereka sudah dihukum lewat kerugian dalam jumlah sangat besar.
Beberapa malah bangkrut.

5. Bagaimana mekanisme pencegahan moral hazard program ini?

Maksudnya?

Terimakasih Bang Poltak.

 


  

[Non-text portions of this message have been removed]