Re: [Keuangan] Fwd: Pasar, Kapitalisme, dan Dunia yang Makin Sejahtera
Tulisan Ari Perdana tidak ada hubungannya dengan apa yang terjadi belakangan ini di AS. Apa yang dituliskan dibawah adalah liberalisasi ekonomi. Sedang yang terjadi di AS, adalah akibat liberalisasi pasar finansial. Meski sama2 liberalisasi (pilar mekanisme pasar), karakteristiknya berbeda. Liberalisasi ekonomi masih melibatkan campur tangan sektor riil, manusia, sumber daya, infrastruktur, dan perdagangan nyata. Sedang pola liberalisasi finansial mempunyai karakteristik yang sifat dasarnya, adalah spekulasi (tidak terjadi di proses pertumbuhan ekonomi). Pasar finansial yng tumbuh dan dipenuhi gejolak, akan kian mendorong agent utk makin spekulatif. Jadi instabilitas finansial sebenarnya bersifat endogen, berasal dari agents, dan ketika diliberalisasi, maka asymmetric information (mimetic behaviour, moral hazard) makin menjadi. Mimetic behaviour akar dari great depression 1929 dan saat ini akarnya adalah moral hazard antara investor dan penjual subprime mortgage Jadi, mau tidak mau, harus ada ruang intervensi di pasar finansial. Program bailout ini pun tak lain adalah intervensi pemerintah AS. Tapi, kenapa intervensi selalu dilakukan setelah kejadian (ex-post) bukannya sebelum kejadia (ex-ante)? Ternyata di pasar yang liberal pun, sekarang butuh intervensi pemerintah, bukan? Jadi mekanisme pasar tanpa intervensi sebenarnya tidak pernah ada, karena disana dipenuhi perebutan kekuasaan dan informasi. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Ingin Bertanya mengenai Bailout
siang... sori selama ini saya hanya member pasif.. salam kenal semua.. bung poltak saya tertarik soal perbedaan BLBI dan BPPN..mohon penjelasan.. rdgs. tan On 10/7/08, Poltak Hotradero [EMAIL PROTECTED] wrote: At 20:39 06/10/2008, you wrote: Bung Poltak Apa bedanya dg BLBI dan BPPN? Tidak ada kan? BLBI dan BPPN memang berbeda. Kalau menurut anda tidak ada bedanya - bisa saya dijelaskan? Bedanya di AS kelembagaan hukumnya berjalan baik jadi kemungkinan kebocoran utk parkir di Singapore dan Switzerland kecil sekali. Artinya obat pahit ini tidak akan perlu ditelan lama-lama seperti yg kita alami. Saya rasa masalahnya lebih jauh dari sekadar masalah perbedaan kelembagaan hukum. Kasus di Amerika adalah gabungan antara ketamakan konsumen dalam membeli rumah hingga di luar kemampuan mereka ditambah dengan kesembronoan lembaga keuangan dan digabung dengan rendahnya pemahaman atas modeling pasar eksotik surat berharga. Namun begitu akar masalah saya kira lebih terfokus pada ketamakan pembeli rumah. = Join Facebook AKI dimana Anda bisa ber social interactive sambil bermain games atau just have fun together. Compulsory bagi new members start 1 Jan 2008. http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045 = Perhatian: Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas. = Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com - Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting sebelumnyaYahoo! Groups Links
[Keuangan] Fwd: (BN) Fed, ECB, Central Banks Lower Rates in Coordinated Reduction
Fed, ECB, Central Banks Lower Rates in Coordinated Reduction 2008-10-08 11:04:30.470 GMT By Scott Lanman Oct. 8 (Bloomberg) -- The Federal Reserve, European Central Bank and four other central banks lowered interest rates in an unprecedented, emergency coordinated bid to ease the economic effects of the financial crisis. The Fed cut its benchmark rate by a half point to 1.5 percent, the central bank in a statement. The ECB and central banks of the U.K., Canada, Sweden and Switzerland are also reducing rates, the Fed said in a statement. ``The recent intensification of the financial crisis has augmented the downside risks to growth and thus has diminished further the upside risks to price stability,'' according to a joint statement by the central banks. ``Some easing of global monetary conditions is therefore warranted.'' For Related News: Stories on the Fed:NI FED GO Top finance stories:TOP FIN GO --Editor: Daniel Moss To contact the reporter on this story: Scott Lanman in Washington at +1-202-624-1934 or [EMAIL PROTECTED] To contact the editor responsible for this story: Chris Anstey at +1-202-624-1972 or [EMAIL PROTECTED]
Re: [Keuangan] Ingin Bertanya mengenai Bailout
Pertama, saya kurang sepakat soal ketamakan konsumen. Lebih disebabkan ketamakan produsen (bank, lembaga financing) utk mengejar return dan keuntungan, lebih bersifat supply induced demand dibanding sebaliknya (demand induced supply). Konsumen selalu kalau ditawarkan apalagi dengan iming2 kemudahan, akan mengambil tawaran yg dijajalkan. Moral Hazard lebih tinggi di bank, bukan di konsumen. Kedua, alasan saya juga kurang sepakat karena masalahnya bukan di kredit primer (kredit langsung antara konsumen dengan bank). Melainkan di pasar kredit sekunder, tersier, kuartier, dst. Bundling of bundling of bundling. Kenapa? Karena kalau kredit primer, kalau ada masalah hanya setiap satuan kredit saja, bukan keseluruhan. Beda dengan di bundling, begitu satu porsi kecil dari bundle macet, maka satu bundle akan hilang nilainya bersamaan. Apalagi kalau kemudian bundle ini dibundle lebih lanjut lagi. Ujung2nya satu bundle besar sekaligus runtuh nilainya. Lagi2, ini moral hazard di tangan bank dan lembaga keuangan, moral hazard di sisi pemilik modal yg terus mempush manajemen bank utk return setinggi2nya (apalagi sudah bayar gaji jutaan US$). Bottom line, kapitalisme dan pemilik modal selalu menggali kuburannya sendiri. Invincible Hands perlu diikat erat2 supaya tidak sembarangan makan atau minum yg bukan haknya, dan tidak ada isinya. Pasarnya sendiri tidak pernah 100% efisien, tidak ada nilai fundamental yg dilihat, semuanya emosional dan ketamakan belaka. Semua pertumbuhan selama ini adalah semu, karena pertumbuhan hanya di value nilai uang, bukan di barang riil. Pertumbuhan yg didasari oleh expected return beyond interest rate dimana barang riil tidak tumbuh pun pasar dipaksa untuk menumbuhkan value-nya (dengan segala akal2an, seperti contoh: ABS, MBS, dll). Semua fiat belaka, gelembung sabun ga ada isinya. Kalau saya, biarkan saja para investor/pemilik modal itu ramai2 menghukum dirinya sendiri. Karena supertamak dan selalu takut rugi akhirnya rame2 jual dan rame2 juga rugi. Lagi2, self-fulfilling prophecy, takut resesi, takut return ga imbang dengan inflasi, akhirnya resesi beneran. IMHO, krisis ini harusnya hanya mempengaruhi para pemilik modal saja. Kita yg kecil2, berikut para pelaku bisnis riil, terus saja jalan. Selama kita terus memproduksi dan mengkonsumsi sewajarnya, ga dilebih-lebihkan ga dibuat-buat, efeknya bisa tidak terlalu besar bagi kita. Kenapa harus takut dengan pertumbuhan 0%? Anggap saja kalau 0%, maka tahun depan kesejahteraan kita sama dengan tahun ini. So what? Jangan terlalu kuatir lah. Sesuai pepatah lama, untuk bisa maju kita juga harus selalu siap untuk mundur satu dua langkah. Yg perlu kuatir hanya orang2 tamak saja, yg ga pernah mau rugi. Biarkan saja mereka saling menghukum dirinya masing2 di pasar. Dan biarkan para pejabat bank yg juga tamak dihukum seberat2nya. Kita mah cuek aja, ngapain panik bo'. --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero [EMAIL PROTECTED] wrote: At 11:14 07/10/2008, you wrote: Tanya : Seingat saya subprime mortgage itu ada pada dua lapiran masyarakat. - ekonomi menengah ke bawah - kalangan jetset yg hobi beli rumah mewah pk cara utang gede gedean Nah, yg dibilang tamak sama bung poltak adalah lapisan masyarakat yang mana ? Mas Ari, Kira-kira setahun dua tahun yang lalu ada teman orang Indonesia yang kirim kabar. Dia bilang dia bisa punya tiga rumah di Amerika. Kalau melihat dari usia dan jenjang karir-nya -- seharusnya punya satu rumah saja sudah menjadi pencapaian luar biasa. Tapi dia bilang dia punya tiga. Dan ketika saya baca detail mengenai bagaimana subprime crises muncul dan berkembang, saya jadi ingat teman yang satu itu. Dan sekarang saya bisa mengerti kenapa dia nggak pernah bisa dikontak lagi... NB: Secara umum peminjam KPR di Amerika terdiri dari beberapa level kelayakan kredit. Dua level terbawah adalah Sub-Prime (level terendah) dan Alt-A. Di atas itu adalah kelas Prime. Yang menjadi masalah adalah kelas sub-prime ini. Merekalah yang membuat harga rumah naik secara tidak wajar -- dan akhirnya juga amblas secara tidak wajar. Mengapa? Karena sedari awal mereka memang nggak mampu punya rumah. Itu makanya saya bilang perusahaan keuangannya sembrono. Orang yang nggak mampu punya rumah ya kok dipinjemin duit buat beli rumah... Kalau kata Taleb(?)- mereka-mereka ini (yang kerja di perusahaan keuangan) mirip seperti orang yang mungut-mungutin duit receh di depan mesin giling... (Fenomena ini mirip dengan di Indonesia terkait kredit sepeda motor)
Re: [Keuangan] Tanya soal strategi menghadapi Krisis Finansial AS
At 16:43 08/10/2008, you wrote: Komentar sedikit nih, dalam situasi normal resiko yang tinggi meminta imbalan tinggi agar investor asing bisa invest. Dalam kondisi rating BB (dibawah investment grade?), jawabannya justru bukan dengan meningkatkan suku bunga yang dikeluarkan. Justru fokus harus kepada BB nya itu. BB nya itu yang bikin orang luar gak mau invest, bukan karena bunganya yang terlalu keci. Rating Indonesia itu BB- (BB Minus). Dan anda benar bahwa harus ada usaha agar rating tersebut bisa meningkat menjadi lebih baik atau lebih bagus lagi kalau bisa masuk kelas investment grade. Tetapi untuk bisa mencapai peningkatan rating itu - tentu perlu waktu. Defisit anggaran harus konsisten dikendalikan, Neraca Dagang dan Neraca Lancar diperbaiki, Arus penanaman modal langsung (FDI) ditingkatkan, Iklim dan kemudahan berbisnis diperlancar, BUMN disehatkan dan/atau sekalian dilepas, penegakan hukum dilakukan. Urusan pemerintah fokus pada penegakan hukum, pengawasan dan pemungutan pajak, serta urusan luar negeri dan pertahanan. Namun seperti kita tahu - bahwa semua langkah tersebut punya banyak kendala. Pengendalian Defisit Anggaran berkonsekuensi pengurangan pos subsidi dan pengalihan ke arah belanja modal. Neraca dagang bisa lebih baik kalau infrastruktur seperti pelabuhan, listrik, zone industri, pergudangan, jalan raya dan jembatan tersedia. Produk ekspor pun sebaiknya naik kelas -- jadi nggak cuma jualan bahan mentah melulu - yang cuma akan diombang-ambingkan harga komoditi dunia. Dalam pembangunan infrastruktur, memang nggak mungkin semuanya dibiayai dari kocek pemerintah. Idealnya ada PPP (Public-Private Partnership) -- tapi ini juga berkonsekuensi perlu ada deregulasi dan debirokratisasi -- terutama terkait perijinan. Tapi semua langkah di atas - ada harga politiknya -- dan tidak semua orang mau membayar harga tersebut. Belum apa-apa nanti diteriakin antek IMF... Padahal kalau nggak sering bolos waktu belajar ekonomi makro waktu kuliah dulu - orang yang belajar ekonomi pasti bisa ketemu prinsip-prinsip sederhana di atas. Mungkin kita bisa bercermin pada Brazil - yang dulunya terkenal dengan negara dengan Utang Luar Negeri terbesar di dunia dan inflasi ribuan persen. Tahun ini, utang luar negeri Brazil sangat terkendali dan Surat Utangnya sudah masuk ke Investment Grade. Tidak heran kalau Perusahaan Brazil seperti PetroBras dan Vale - menjadi perusahaan kelas dunia. Berkait dengan gerakan cinta rupiah, rupiah sebagai uang fiat sangat tergantung pada kualitas masyarakat dan juga pemerintah. Namun yang paling gampang dilihat (menjadi acuan masyarakat luar) adalah kemampuan masyarakat kita untuk mencapai neraca ekspor yang surplus, lebih besar dari impornya. Pada banyak keadaan -- impor yang lebih leluasa justru bisa meningkatkan ekspor. Tidak selalu impor itu jelek dan tidak selalu ekspor itu bagus. Kalau ekspornya cuma bahan mentah - ya payah lah. Dan kalau impornya cuma bahan konsumsi - juga tidak baik. Idealnya impor itu bahan mentah - sementara ekspor adalah bahan dengan nilai tambah lebih tinggi. Dalam kasus Indonesia - hal yang terjadi malah kebalik...
RE: [Keuangan] Ingin Bertanya mengenai Bailout
Bang Poltak, maaf kalau pertanyaan saya terlalu 'basic'. Apakah 'ketamakan pembeli rumah' di Amerika bisa disamakan (walaupun dengan tingkat keparahan yang berbeda) dengan ketamakan pembeli rumah di Indonesia? Sebagian besar pembelanja property di Indonesia bukanlah 'end user' melainkan mereka yang mengharapkan akan memainkan belanjaan mereka kelak di pasar sekunder. Dan apabila bisa disamakan, apakah krisis yang sama (akibat ketamakan pembeli rumah di Indonesia) juga akan bisa terjadi di Indonesia? Salam, Rudi From: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Poltak Hotradero Sent: Tuesday, October 07, 2008 9:45 AM To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Subject: Re: [Keuangan] Ingin Bertanya mengenai Bailout At 20:39 06/10/2008, you wrote: Bung Poltak Apa bedanya dg BLBI dan BPPN? Tidak ada kan? BLBI dan BPPN memang berbeda. Kalau menurut anda tidak ada bedanya - bisa saya dijelaskan? Bedanya di AS kelembagaan hukumnya berjalan baik jadi kemungkinan kebocoran utk parkir di Singapore dan Switzerland kecil sekali. Artinya obat pahit ini tidak akan perlu ditelan lama-lama seperti yg kita alami. Saya rasa masalahnya lebih jauh dari sekadar masalah perbedaan kelembagaan hukum. Kasus di Amerika adalah gabungan antara ketamakan konsumen dalam membeli rumah hingga di luar kemampuan mereka ditambah dengan kesembronoan lembaga keuangan dan digabung dengan rendahnya pemahaman atas modeling pasar eksotik surat berharga. Namun begitu akar masalah saya kira lebih terfokus pada ketamakan pembeli rumah. [Non-text portions of this message have been removed]
RE: [Keuangan] Ingin Bertanya mengenai Bailout
At 18:53 08/10/2008, you wrote: Bang Poltak, maaf kalau pertanyaan saya terlalu 'basic'. Apakah 'ketamakan pembeli rumah' di Amerika bisa disamakan (walaupun dengan tingkat keparahan yang berbeda) dengan ketamakan pembeli rumah di Indonesia? Sebagian besar pembelanja property di Indonesia bukanlah 'end user' melainkan mereka yang mengharapkan akan memainkan belanjaan mereka kelak di pasar sekunder. Dan apabila bisa disamakan, apakah krisis yang sama (akibat ketamakan pembeli rumah di Indonesia) juga akan bisa terjadi di Indonesia? Mungkin saja, walau mungkin dalam derajat yang berbeda. Kalau kita lihat apa yang terjadi pada penjualan Proyek Rusunami (yang seharusnya ditujukan bagi masyarakat berpenghasilan rendah) - ternyata banyak dibeli oleh target konsumen yang berbeda (kalangan mampu) dengan alasan yang berbeda (bukan untuk ditinggali - tetapi untuk disewakan).
[Keuangan] (ask) mengapa Bi naikan rate?
mohon penjelasan dari teman2 di milis, mengapa BI menaikkan interest rate sedangkan bank2 central negara lain cut rate dengan alasan to inject liquidity ? apakah indonesia ekses liqudity atau semata2 hanya untuk mengerem inflation? terima kasih Ardian
Re: [Keuangan] (ask) mengapa Bi naikan rate?
At 01:04 09/10/2008, you wrote: mohon penjelasan dari teman2 di milis, mengapa BI menaikkan interest rate sedangkan bank2 central negara lain cut rate dengan alasan to inject liquidity ? apakah indonesia ekses liqudity atau semata2 hanya untuk mengerem inflation? terima kasih Ardian Saudara Ardian, Pertanyaan anda sudah dibahas kemarin di thread dengan Subject : Tanya soal strategi menghadapi Krisis Finansial
[Keuangan] Neo-liberlism ?
Dear All, Apakah krisis keuangan kali ini bisa dikatakan sebagai salah satu bentuk kelemahan dari Neo-liberalisme? bukankah dengan adanya program bailout dari sejumlah pemerintahan negara2 maju dan seperti yang sering terlihat selama ini menunjukkan bahwa pada akhirnya pasar akan selalu butuh intervensi dari pemerintah? Thanks
Re: [Keuangan] (ask) mengapa Bi naikan rate?
Terima kasih Bung Poltak atas penjelasannya, so the most reasons are to prevent capital outflow, which also people said the reason our index plunged 10 % yesterday and the second reason to fight against inflation rate which is higher than BI rate. Regards Ardian terima kasih Ardian Saudara Ardian, Pertanyaan anda sudah dibahas kemarin di thread dengan Subject : Tanya soal strategi menghadapi Krisis Finansial
Re: [Keuangan] Ingin Bertanya mengenai Bailout
At 09:12 09/10/2008, you wrote: Terimakasih Bang Poltak atas pencerahannya. Saya juga mau ikutan tanya: 1. Bagaimana keterlibatan Federal Reserve dalam program bailout ini? Federal Reserve nggak terlibat langsung - karena Program yang USD 700 Milyar itu di bawah kendali Departemen Keuangan Amerika. 2. Apakah program bailout ini di luar program bailout sebelumnya (setahu saya pemerintah AS telah membailout Fannie Mae and Freddie Mac, dll). Jika berbeda, apa bedanya dan kenapa prosesnya berbeda (satu melalui Parlemen sedangkan yang lain tidak melalui Parlemen). Di luar. Proses berbeda karena jumlah yang diminta lebih besar daripada pagu sebelumnya. 3. Jika ternyata asset recovery rendah (hasil penjualan rumah), siapa yang menanggung kerugian tersebut? Taxpayer 4. Sejauh mana tanggung jawab perusahaan penerbit surat hutang subprime mortgage dan investor? Ya mereka sudah dihukum lewat kerugian dalam jumlah sangat besar. Beberapa malah bangkrut. 5. Bagaimana mekanisme pencegahan moral hazard program ini? Maksudnya? Terimakasih Bang Poltak.
Re: [Keuangan] Neo-liberlism ?
bentuk kelemahan neo-liberalisme adalah liberalisme tidak bermoral. Neo liberalisme berupaya kembali ke jaman sebelum keynes, yakni jamannya adam smit. Setelah jaman keynes, di sekitar tahun 70, banyak yang mulai lagi skeptis dengan peran pemerintah. Rupanya banyak korupsi atau penyalahgunaan wewenang dari aparat negara (tahun-tahunnya JF Kennedy kan tahun flower generation, banyak yang tidak suka dengan perang vietnam, hapuskan pemerintah... yang semacam itu). Maka kembalilah ke jaman liberalisme, dengan pengetahuan tambahan yang dulunya tidak dimiliki adam smit, disebutlah sebagai neo-liberalisme. Tapi toh masalah utamanya liberalsime ini masih belum bisa terus terpecahkan. Siapa yang berani jamin bahwa dengan undang-undang antitrust (monopoli) juga pasarnya Amerika masih efisien? Saingannya microsoft di amerika apa? Di eropa juga microsoft pernah kena denda gara-gara bundling internet eksplorernya... Liberalisme berhasil jika pihak A melakukan sesuatu yang merugikan pihak B, maka pihak B atau C bisa merugikan pihak A juga (ekuilibrium katanya). Pdahal kan tidak selalu begitu. Adam Smit juga termasuk seorang filsuf, jadi kalau ada pihak yang kesannya kriminal, yang menekan tindakan kriminal tersebut adalah pelaku pasar yang lainnya. Kenyataannya kan justru karena tindakan kriminal jadi kaya, maka pelaku pasar yang lain malah berbondong bondong meniru, bukannya menekan perilaku tersebut. Rupanya jaman sudah beda. Kehormatan dan integritas manusia di jaman Adam Smith lebih tinggi daripada kita sekarang ini (benarkah?() --- On Thu, 10/9/08, irfanmaulana79 [EMAIL PROTECTED] wrote: From: irfanmaulana79 [EMAIL PROTECTED] Subject: [Keuangan] Neo-liberlism ? To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Date: Thursday, October 9, 2008, 11:42 AM Dear All, Apakah krisis keuangan kali ini bisa dikatakan sebagai salah satu bentuk kelemahan dari Neo-liberalisme? bukankah dengan adanya program bailout dari sejumlah pemerintahan negara2 maju dan seperti yang sering terlihat selama ini menunjukkan bahwa pada akhirnya pasar akan selalu butuh intervensi dari pemerintah? Thanks [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Ingin Bertanya mengenai Bailout
Sekali lagi terimakasih Bang Poltak, Khusus untuk pertanyaan terakhir, mungkin saya sedikit terpengaruh dengan pelaksanaan program BLBI di Indonesia yang telah memunculkan moral hazard dengan menyalahgunakan dana BLBI. Apakah hal seperti ini tidak mungkin terjadi dalam program bailout ini? Bagaimana langkah yang diambil oleh pemerintah AS untuk mencegah hal ini (sekaligus cara utk memastikan bahwa program bailout ini tepat sasaran)? - Original Message From: Poltak Hotradero [EMAIL PROTECTED] To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Sent: Thursday, October 9, 2008 11:32:28 AM Subject: Re: [Keuangan] Ingin Bertanya mengenai Bailout At 09:12 09/10/2008, you wrote: Terimakasih Bang Poltak atas pencerahannya. Saya juga mau ikutan tanya: 1. Bagaimana keterlibatan Federal Reserve dalam program bailout ini? Federal Reserve nggak terlibat langsung - karena Program yang USD 700 Milyar itu di bawah kendali Departemen Keuangan Amerika. 2. Apakah program bailout ini di luar program bailout sebelumnya (setahu saya pemerintah AS telah membailout Fannie Mae and Freddie Mac, dll). Jika berbeda, apa bedanya dan kenapa prosesnya berbeda (satu melalui Parlemen sedangkan yang lain tidak melalui Parlemen). Di luar. Proses berbeda karena jumlah yang diminta lebih besar daripada pagu sebelumnya. 3. Jika ternyata asset recovery rendah (hasil penjualan rumah), siapa yang menanggung kerugian tersebut? Taxpayer 4. Sejauh mana tanggung jawab perusahaan penerbit surat hutang subprime mortgage dan investor? Ya mereka sudah dihukum lewat kerugian dalam jumlah sangat besar. Beberapa malah bangkrut. 5. Bagaimana mekanisme pencegahan moral hazard program ini? Maksudnya? Terimakasih Bang Poltak. [Non-text portions of this message have been removed]