Re: [Keuangan] Ekonomi Pancasila Bagian 1

2009-10-12 Terurut Topik Poltak Hotradero
At 12:54 PM 10/12/2009, you wrote:

Menjadi pertanyaan, mengapa Mafia Berkeley gagal membawa Indonesia 
menjadi negara yang sejahtera dan besar di Asia walaupun berkuasa 
selama nyaris 40 tahun? Karena strategi dan kebijakan ekonomi 
Indonesia yang dirancang oleh Mafia Bekeley akan selalu menempatkan 
Indonesia sebagai subordinasi (sekedar kepanjangan tangan) dari 
kepentingan global. Padahal tidak ada negara menengah yang berhasil 
meningkatkan kesejahteraannya dengan mengikuti model Washington 
Konsensus. Kemerosotan selama dua dekade di Amerika Latin 
(1980-2000) adalah contoh monumental dari kegagalan tersebut. Justru 
negara-negara yang melakukan penyimpangan dari model Washington 
Konsensus seperti Jepang, Taiwan, Korea Selatan, Malaysia, China, 
dll. berhasil meningkatkan kesejahteran dan memperbesar kekuatan ekonominya.

(Dr. Rizal Ramli, Kegagalan Indonesia menjadi negara besar Asia)


Washington Consensus seluruhnya ada 10 poin.
Tentu harus dilihat secara spesifik, poin-poin mana yang sudah 
diikuti dan poin-poin mana yang tidak diikuti.  Itu adalah bentuk obyektivitas.

Pernyataan Rizal Ramli seperti ditulis di atas, sangat tidak 
menjelaskan tentang mana poin yang diikuti dan mana poin yang tidak 
diikuti oleh negara-negara Amerika Latin ataupun negara Asia Timur.

Tidak semua poin Washington Consensus diikuti oleh negara Amerika 
Latin - tapi mereka gagal tumbuh.
Tidak semua poin Washington Consensus dilanggar oleh negara Asia 
Timur - tapi mereka tumbuh.

Tetapi sangat jelas bahwa negara Asia Timur bisa bertumbuh cepat 
adalah semata-mata karena akses mereka terhadap pasar global - baik 
itu pasar barang maupun pasar modal.  Pertumbuhan tidak pernah datang 
dari isolasi ekonomi.  Tidak pula datang dari swasembada.

Pertumbuhan ekonomi datang dari spesialisasi, kompetisi, dan ko-dependensi.
Itu sebabnya Asia Timur kendati bersaing ketat satu sama lain - tetap 
menjaga perdamaian.  Karena semua pihak saling membutuhkan.



Itu adalah kenyataan.


NB:
Sisa-nya nggak saya komentarin karena cuma berisi statement 
non-economy, padahal yang dibahas adalah sesuatu yang diberi nama 
EKONOMI pancasila.






Re: [Keuangan] Ekonomi Pancasila Bagian 1

2009-10-12 Terurut Topik Wong Cilik
kutipan dari wawancara dengan Jeffrey Sachs, tentang keruntuhan ekonomi
Rusia di tahun 1996 yang diikuti dengan Asian Financial Crisis.

The washington consensus had a lot of merit in one sense. It did provide
some sensible, broad ideas about how countries that were outside of the
international system could become part of the international system. But it
became a substitute for real thinking. It became a kind of mantra, a
substitute for assistance, because the idea was 'You don't need us. You
don't need any help. You don't even need a time-out on your debt payments.
You just have to follow the magic rules, one through ten, and you'll be just
fine.' So in this sense, everything became over simplified. The actions of
the IMF and World Bank became very stylized. The US Treasury had its model,
and unfortunately, at that level of simplicity, it just doesn't work.

Sachs menjelaskan bahwa rumus-rumus yang diterapkan konsensus washington
tersebut lerlalu menyederhanakan masalah. Rumus tersebut menjadi mantra dan
menggantikan akal sehat. Tidak ada tenggang waktu pembayaran hutang, tak ada
bantuan, semuanya diserahkan kepada pasar bebas dan keberuntungan
masing-masing negara. Walaupun secara garis besar Sachs menyetujui tujuan
dan bentuk yang ingin dicapai dari rumus-rumus ekonomi tersebut, pada level
pelaksanaan, rumus tersebut terlalu sederhana dan tidak akan dapat berjalan
dengan baik.

Kita tau bahwa Rusia/Soviet dan Amerika termasuk negara yang bentrok
(walaupun bentroknya DINGIN). Akibatnya baik pemerintah maupun pihak swasta
tidak ingin terlibat dalam jangka PANJANG. Amerika tentu dikecam rakyatnya
bila mereka meminjamkan uang pada bekas musuhnya. Terlebih lagi kalau yang
dianggap musuh itu dikuasai orang-orang korup. Akibatnya Rusia menjadi
sangat tergantung pada HOT MONEY, dana JANGKA PENDEK yang tiap waktu bisa
di tarik.

Dana jangka Pendek ini TIDAK PEDULI dengan keuntungan/Pembangunan Bangsa
yang bersifat JANGKA PANJANG. Akibatnya yang marak adalah dana jangka pendek
dan bahkan suku bunganya tinggi gila-gilaan. Ada sedikit saja
ketidak-percayaan/goncangan (misalnya LTCM yang mau bangkrut, atau bom
meledak di ibukota), maka semua dana jangka pendek ini akan LARI.

Larinya dana jangka pendek ini ternyata tidak berhenti di Rusia Saja. Mereka
mulai menarik dana dari seluruh negara-negara berkembang lainnya, termasuk
Thailand dan kemudian juga Indonesia. Akibatnya kita tau sendiri krisis
tahun 1997 yang dikenal dengan Asian Financial Crisis.

Sebab awalnya apa? Dana panas yang bebas masuk keluar (Financial Freedom
seperti diamanatkan Washington Consensus) ternyata di jadikan mantra dan
benar-benar tidak di MANAGE. Keluar masuk seenaknya.

Sekarang kita perlu bertanya, apakah manajemen aliran dana asing sudah lebih
baik? Sebab ada yang bilang, inflow besar-besaran mungkin terjadi sebab
banyak dana yang LARI dari Amerika karena mereka takut terjadi kemerosotan
nilai Dollar akibat banyaknya jumlah pinjaman pemerintah Amerika (yang
katanya sering di dramatisir sebagai mencetak uang). Setiap saat Rupiah kita
menguat, kita perlu bertanya-tanya, jangan-jangan ini adalah awal dari
krisis 5-10 tahun yang akan datang LAGI. Mudah-mudahan kita sudah belajar
dari krisis 1997 dan tidak sampai cedera parah.

http://uangmoneter.blogspot.com/2009/09/glasnot-perestroika.html


2009/10/12 dyahanggitasari dyahanggitas...@yahoo.com

 Menjadi pertanyaan, mengapa Mafia Berkeley gagal membawa Indonesia menjadi
 negara yang sejahtera dan besar di Asia walaupun berkuasa selama nyaris 40
 tahun? Karena strategi dan kebijakan ekonomi Indonesia yang dirancang oleh
 Mafia Bekeley akan selalu menempatkan Indonesia sebagai subordinasi (sekedar
 kepanjangan tangan) dari kepentingan global. Padahal tidak ada negara
 menengah yang berhasil meningkatkan kesejahteraannya dengan mengikuti model
 Washington Konsensus. Kemerosotan selama dua dekade di Amerika Latin
  (1980-2000) adalah contoh monumental dari kegagalan tersebut. Justru
 negara-negara yang melakukan penyimpangan dari model Washington Konsensus
 seperti Jepang, Taiwan, Korea Selatan, Malaysia, China, dll. berhasil
 meningkatkan kesejahteran dan memperbesar kekuatan ekonominya.




[Non-text portions of this message have been removed]



[Keuangan] Ekonomi Pancasila Bagian 1

2009-10-11 Terurut Topik dyahanggitasari
Menjadi pertanyaan, mengapa Mafia Berkeley gagal membawa Indonesia menjadi 
negara yang sejahtera dan besar di Asia walaupun berkuasa selama nyaris 40 
tahun? Karena strategi dan kebijakan ekonomi Indonesia yang dirancang oleh 
Mafia Bekeley akan selalu menempatkan Indonesia sebagai subordinasi (sekedar 
kepanjangan tangan) dari kepentingan global. Padahal tidak ada negara menengah 
yang berhasil meningkatkan kesejahteraannya dengan mengikuti model Washington 
Konsensus. Kemerosotan selama dua dekade di Amerika Latin  (1980-2000) adalah 
contoh monumental dari kegagalan tersebut. Justru negara-negara yang melakukan 
penyimpangan dari model Washington Konsensus seperti Jepang, Taiwan, Korea 
Selatan, Malaysia, China, dll. berhasil meningkatkan kesejahteran dan 
memperbesar kekuatan ekonominya.

(Dr. Rizal Ramli, Kegagalan Indonesia menjadi negara besar Asia)


Semoga literatur Ekonomi Pancasila dari Haryono di Jurnal Ekonomi Rakyat 
Artikel - Th. II - No.  4   - Juli   2003 memberi pencerahan awal terhadap 
Ekonomi Pancasila yang berasal dari nilai nilai luhur bangsa Indonesia


Dalam hal Pancasila sebagai suatu pandangan hidup maka sila-silanya merupakan 
sudut-sudut pandang atau aspek-aspek kehidupan berbangsa dan bernegara 
Indonesia.

1). Ketuhanan Yang Maha Esa;  merupakan aspek spiritual,

2). Kemanusiaan yang adil dan beradab; merupakan aspek kultural,

3). Persatuan Indonesia;  merupakan aspek politikal,

4). Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan 
perwakilan; merupakan aspek sosial,

5). Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia; merupakan aspek ekonomikal. 

Kelima sila tersebut tidak dapat berdiri sendiri-sendiri melainkan tersusun 
secara hirarkis dan berjenjang yaitu sila pertama meliputi sila kedua, sila 
kedua meliputi sila ketiga, sila ketiga meliputi sila keempat dan sila keempat 
meliputi sila kelima. Atau sebaliknya dapat dikatakan sila kelima merupakan 
derivasi sila keempat, sila keempat merupakan derivasi sila ketiga, sila ketiga 
merupakan derivasi sila kedua dan sila kedua merupakan derivasi sila pertama  
(Prof. Dr. Notonegoro).

Dengan demikian maka ekonomi Pancasila telah mengandung seluruh nilai-nilai 
moral Pancasila dan mengacu pada seluruh aspek kehidupan sila-sila dari 
Pancasila.

Sesuai gambar grafis superposisi pembagian kekuasaan antara negara dan rakyat 
tersebut diatas, maka ekonomi Pancasila mewujud dan terdiri atas 3 (tiga) pilar 
sub sistem,  yaitu :

(1).  pilar ekonomi negara yang berfungsi untuk mendukung penyelenggaraan tugas 
negara dengan pemerintahan yang bersih dan berwibawa, (negara kuat), dengan 
tugas pokok antara lain untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh 
tumpah darah Indonesia

(2). pilar ekonomi rakyat yang berbentuk koperasi (sharing antara negara dan 
rakyat) dan berfungsi untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur, (home front 
kuat), dengan tugas pokok mewujudkan kehidupan layak bagi seluruh anggotanya.

(3).  pilar ekonomi swasta  yang berfungsi untuk ikut melaksanakan ketertiban 
dunia   (battle front kuat), dengan tugas pokok mewujudkan kemajuan usaha 
swasta yang memiliki daya kompetisi tinggi di dunia internasional.

Pengertian kompetisi dalam moral Pancasila bukan dan tidak sama dengan free 
fight competition a la barat yang di dalamnya mengandung cara-cara yang boleh 
merugikan fihak lain (tujuan menghalalkan cara).

Hubungan dagang dalam sistem ekonomi Pancasila harus tetap dalam kerangka untuk 
menjalin tali silaturahmi yang selalu bernuansa saling kasih sayang dan saling 
menguntungkan, menghindarkan kemuspraan (kesia-siaan).

Pola pengelolaan dari masing-masing pilar ekonomi tersebut berbeda dan 
membutuhkan kemampuan para pelaksana secara profesional agar hasilnya menjadi 
optimal sesuai dengan kebutuhan, tetapi tetap mendasarkan kerjanya pada prinsip 
efisiensi, efektifitas dan produktivitas kerja pada masing-masing pilar.  
Masing-masing pilar mempunyai pangsa pasar sendiri-sendiri meskipun tidak 
tertutup kemungkinan untuk saling kerjasama dan saling bantu tanpa merugikan 
salah satu fihak. 









Bls: Bls: Bls: [Keuangan] Ekonomi Pancasila

2009-10-02 Terurut Topik prastowo prastowo
Saya sudah jelaskan pada Anda, saya bukan ekonom. Ini seolah memaksa saya 
membuktikan ini-itu. Anda terlampau tinggi menilai saya Bung. Sekali lagi saya 
tidak ahli untuk urusan ini. Dari awal saya mengatakan bahwa Ekonomi Pancasila 
jelas ada, krn ada yang mengkonsepsikannya, ada ekonom yg memikirkan dan 
menulis ttg ini.
Saya jg sudah tunjukkan namanya, mungkin saja berikut karya2nya bisa dicari. 
Itu bukan concern saya.

Lebih dekat ke politik? Adakah di zaman ini satu ilmu yang sungguh murni? 
termasuk ilmu ekonomi? Di bangku kuliah mungkin saja, tapi saat memasuki 
praktik, mau tidak mau kita bicara 'ekonomi-politik', karena ini terkait 
pilihan alternatif kebijakan untuk publik. 
Menurut Anda sendiri,
1. Apa definisi ekonomi ?
2. Di mana letak etika/moralitas dlm konsepsi Anda?
3. Apa itu politik?
4. Apakah itu keadilan?

Biar fair, krn dari awal diskusi tidak imbang, Anda hanya bertanya dan mengelak 
untuk memberi argumen.

salam





Dari: Poltak Hotradero hotrad...@gmail.com
Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Terkirim: Kam, 1 Oktober, 2009 22:00:50
Judul: Re: Bls: Bls: [Keuangan] Ekonomi Pancasila

  
At 08:14 AM 10/2/2009, you wrote:

Saya sendiri tidak melihat kaitan atau berusaha mengaitkan Ekonomi 
Pancasila dg agama tertentu. Bagi saya, Ekonomi Pancasila atau 
Ekonomi Konstitusi harus lebih diarahkan ke ekonomi-politik, yang 
menjamin bahwa struktur ekonomi diciptakan, dijalankan, dan 
diarahkan pada tujuan negara, dengan memegang prinsip lima sila itu. 
Ilmuwan yang baik memang tidak boleh mencapuradukkan keyakinan dan 
keilmuan, meski keyakinannya akan mempengaruhi pengambilan 
kebijakan. Jadi hemat saya, Ekonomi Pancasila bisa diajak bicara tentang:
- apakah pasar adalah satu2nya sarana alokasi yg adil dan baik?
- di mana peran dan posisi negara?
- apakah asumsi bahwa manusia ekonomi sbg agen rasional dan 
self-interested memadai?
- sejauh mana pengaruh institusi dlm ilmu ekonomi?

Pertanyaan anda terlalu condong pada aspek politiknya.
Padahal ada kata EKONOMI (dalam istilah Ekonomi Pancasila)

Bagaimana kalau pertanyaannya adalah:

- Apakah prinsip supply-demand berlaku dalam Ekonomi Pancasila? Sejauh apa?
- Apakah fungsi interest rate dalam modal (kapital) berlaku dalam 
Ekonomi Pancasila? Sejauh apa?
- Apakah komponen ekonomi berupa modal, tenaga kerja, dan teknologi 
berperan dalam Ekonomi Pancasila? Sejauh apa?
- Apakah relasi pasar barang  jasa, pasar tenaga kerja, dan pasar 
modal berlaku dalam Ekonomi Pancasila? Sejauh apa?

Itu saja dulu deh.





  Sikap Peduli Lingkungan? Temukan jawabannya di Yahoo! Answers. 
http://id.answers.yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: Bls: Bls: Bls: [Keuangan] Ekonomi Pancasila

2009-10-02 Terurut Topik Poltak Hotradero
At 02:01 PM 10/2/2009, you wrote:
 Kembali saja ke testimoni Krugman, bahwa matematika itu penting bagi
 ilmu ekonomi, tetapi ia bukanlah tuan, melainkan abdi bagi
 penyusunan model ekonomi dan pengambilan keputusan yang tepat.

Nah sekarang model matematika-nya Ekonomi Pancasila secara spesifik 
itu apa ya?
Mau jadi tuan kek, mau jadi abdi kek... terserah deh.
Yang penting ada dan bisa dibedakan.
Pras:
Itu yg bisa menjelaskan ekonom2, dan saya yakin bisa. Tapi sdh saya 
jelaskan, ini pertama-tama bukan soal model matematika, tetapi soal 
visi, komitmen, dan Ekonomi Pancasila seperti sdh sy jelaskan ia 
lebih dekat ke ekonomi-politik, bagaimana menciptakan tatanan yang adil.


Lha jadi anda juga nggak tau?

Oalaah mas, mbok dari tadi bilangnya...



Re: Bls: Bls: Bls: [Keuangan] Ekonomi Pancasila

2009-10-02 Terurut Topik Poltak Hotradero
At 02:07 PM 10/2/2009, you wrote:

Menurut Anda sendiri,
1. Apa definisi ekonomi ?

Segala sesuatu yang berkaitan dengan kelangkaan dan bagaimana cara 
manusia berhadapan dengan kelangkaan.


2. Di mana letak etika/moralitas dlm konsepsi Anda?

Di mana-mana.

3. Apa itu politik?

Cara untuk mencapai sesuatu.

4. Apakah itu keadilan?

Sesuatu yang selalu kita cari dan ingin dapatkan.



Biar fair, krn dari awal diskusi tidak imbang, Anda hanya bertanya 
dan mengelak untuk memberi argumen.


Dari awal juga anda nggak jawab apa-apa.
(Anda seperti bilang: Mahluk yang saya maksud itu bukan gajah dan 
juga bukan kuda nil)



Bls: Bls: Bls: Bls: [Keuangan] Ekonomi Pancasila

2009-10-02 Terurut Topik prastowo prastowo
Lho, saya sudah bilang dari awal kan? siapa yg berpretensi mengajukan teori2 
itu?
Tolong dirunut secara cermat email2 saya terdahulu. Sekarang begini saja, 
rujukan kontrit ilmu ekonomi Anda ini siapa? atau tokoh favoritnya siapa?

salam





Dari: Poltak Hotradero hotrad...@gmail.com
Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Terkirim: Jum, 2 Oktober, 2009 01:01:13
Judul: Re: Bls: Bls: Bls: [Keuangan] Ekonomi Pancasila

  
At 02:01 PM 10/2/2009, you wrote:
 Kembali saja ke testimoni Krugman, bahwa matematika itu penting bagi
 ilmu ekonomi, tetapi ia bukanlah tuan, melainkan abdi bagi
 penyusunan model ekonomi dan pengambilan keputusan yang tepat.

Nah sekarang model matematika-nya Ekonomi Pancasila secara spesifik 
itu apa ya?
Mau jadi tuan kek, mau jadi abdi kek... terserah deh.
Yang penting ada dan bisa dibedakan.
Pras:
Itu yg bisa menjelaskan ekonom2, dan saya yakin bisa. Tapi sdh saya 
jelaskan, ini pertama-tama bukan soal model matematika, tetapi soal 
visi, komitmen, dan Ekonomi Pancasila seperti sdh sy jelaskan ia 
lebih dekat ke ekonomi-politik, bagaimana menciptakan tatanan yang adil.

Lha jadi anda juga nggak tau?

Oalaah mas, mbok dari tadi bilangnya...





  Yahoo! Mail Kini Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya sekarang! 
http://id.mail.yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]



[Keuangan] Ekonomi Pancasila

2009-10-01 Terurut Topik Bali da Dave
apa yg dipaparkan Sri Edhi-Swasono, Mubyarto, atau Sritua Arief saya kira 
cukup mewakili pandangan ini

Barangkali bisa diperjelas apa yang dimaksud dengan pandangan dari 
beliau-beliau itu ? Konsep koperasi atau apalah...  barangkali bisa di list 
satu demi satu? Saya juga kurang jelas  barangkali nanti bisa berkembang, 
ada persamaan-persamaan matematisnya sehingga bisa lebih indah seperti ekonom 
neoliberal atau ekonom Keynes dan lainnya, dan bukan di awang-awang saja?

Thanks








 





  

[Non-text portion
 

















  
__
Get more done like never before with Yahoo!7 Mail.
Learn more: http://au.overview.mail.yahoo.com/

[Non-text portions of this message have been removed]



Bls: [Keuangan] Ekonomi Pancasila

2009-10-01 Terurut Topik prastowo prastowo
Saya hanya mencoba menjawab bahwa itu ada secara teoritik. Secara detail 
silahkan dicari sendiri mas, saya kira mereka juga menulis cukup banyak. Sritua 
Arief dulu lama menulis untuk Kompas kan, Mubyarto juga sudah menulis buku, 
bahkan ada satu buku yg ditulis dg Boediono, cawapres terpilih. 
Anda malah nanya persamaan matematis, sejak kapan ilmu ekonomi standarnya 
persamaan matematis? Apalagi hanya indah tidak indah, wah sayang sekali mas.

salam,

pras





Dari: Bali da Dave dfa...@yahoo.com
Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Terkirim: Kamis, 1 Oktober, 2009 01:49:46
Judul: [Keuangan] Ekonomi Pancasila

  
apa yg dipaparkan Sri Edhi-Swasono, Mubyarto, atau Sritua Arief saya kira 
cukup mewakili pandangan ini

Barangkali bisa diperjelas apa yang dimaksud dengan pandangan dari 
beliau-beliau itu ? Konsep koperasi atau apalah...  barangkali bisa di list 
satu demi satu? Saya juga kurang jelas  barangkali nanti bisa berkembang, 
ada persamaan-persamaan matematisnya sehingga bisa lebih indah seperti ekonom 
neoliberal atau ekonom Keynes dan lainnya, dan bukan di awang-awang saja?

Thanks

 

[Non-text portion









 _ _ _ _ _ _
Get more done like never before with Yahoo!7 Mail.
Learn more: http://au.overview. mail.yahoo. com/

[Non-text portions of this message have been removed]





  __
Coba Yahoo! Messenger 10 Beta yang baru. Kini dengan update real-time, 
panggilan video, dan banyak lagi! Kunjungi http://id.messenger.yahoo.com/

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: Bls: [Keuangan] Ekonomi Pancasila

2009-10-01 Terurut Topik Poltak Hotradero
At 04:12 PM 10/1/2009, you wrote:
   Saya hanya mencoba menjawab bahwa itu ada secara teoritik. Secara 
 detail silahkan dicari sendiri mas, saya kira mereka juga menulis 
 cukup banyak. Sritua Arief dulu lama menulis untuk Kompas kan, 
 Mubyarto juga sudah menulis buku, bahkan ada satu buku yg ditulis 
 dg Boediono, cawapres terpilih.
Anda malah nanya persamaan matematis, sejak kapan ilmu ekonomi 
standarnya persamaan matematis? Apalagi hanya indah tidak indah, wah 
sayang sekali mas.


Matematika itu penting untuk bisa memperkirakan apa yang mungkin dan 
apa yang tidak mungkin terjadi.
Misalnya:  tidak mungkin ada akar kuadrat bilangan negatif, atau 
minus dikali minus itu hasilnya PASTI plus, dan suatu bilangan bulat 
kalau dipangkatkan dua pasti membesar.  Belum lagi matematika ketika 
dikawinkan dengan sejarah akan menghasilkan statistik, sebuah alat 
yang akan sangat berguna dalam menganalisa tingkat laku manusia, baik 
perseorangan maupun kelompok...

Kalau tidak ada penjelasan dalam notasi matematik - maka kita jadi 
sulit untuk tahu apakah sesuatu itu mungkin terjadi atau mustahil terjadi.

Jangan nanti kita capek-capek melakukan ini-itu -- eh ternyata memang 
mustahil bisa terjadi
Sayang kan...

Anda mungkin bisa bikin gudeg tanpa resep  -- tetapi jelas bahwa 
membuat gudeg melalui resep yang jelas, akan memudahkan seseorang 
untuk membuat gudeg.  Bukan tiba-tiba nantinya malah jadi es sekoteng...

Sama dengan itu:  konsep ekonomi yang baik itu jelas resepnya.  Bisa 
diikuti oleh orang berbeda dengan pemahaman yang sama - sehingga 
hasilnya pun akan sama...

Nah coba dong sajikan resep Ekonomi Pancasila (baca gudeg) - yang 
nantinya benar-benar jadi gudeg...




Re: Bls: [Keuangan] Ekonomi Pancasila

2009-10-01 Terurut Topik Bali da Dave
Maksudnya biar diskusinya terarah. Satu demi satu point ekonomi pancasilanya 
ditelaah. Jadi lebih teratur (maklum katanya sekarang sudah tidak dimoderasi, 
saya mencoba menjadi moderator...  he..he...)

Kalau misalnya disebutkan koperasi salah satu bentuk pancasilanya, bisa dibahas 
koperasi saja secara ilmu ekonomi. 

Dan bicara Pancasila (ideologi) digabung dengan ekonomi (ilmu), kadang-kadang 
ideologinya menutupi fakta (contoh UniSovyet yang ngotot komunisme lebih unggul 
- hanya karena memang itu ideologinya.)

Jadi kalau misalnya kita membahas ekonomi Pancasila, kita berusaha menjauhkan 
diri (agar tidak subyektif dan lebih obyektif). Dan dalam kaitan ini, kita tahu 
bahwa ekonomi pancasila itu ada unsur agamanya. Dan kita tau juga kalau masalah 
agama ini bicara nyawa juga banyak yang dengan sukarela ngotot dan berkorban 
apa saja. Jadi ekonomi dari segi Agama kalau menurut saya lebih baik jangan 
dibahas di sini...  terlalu sensitif (katanya milis ini bukan untuk membahas 
masalah sara). Bisa bikin orang gelap mata.

Dan masalah kemanusiaan juga sebenarnya sangat terpengaruh dari budaya. Menurut 
adat jepang, orang yang menjual perusahaannya (menjual rahasia perusahaan) 
hampir sama dengan orang yang menjual rahasia negara atau bahkan menjual 
ibu/ayah sendiri. Ini karena budaya mereka yang menganggap ketua klan 
(perusahaan) sebagai kepala keluarga. Jadi masalah manager yang buyout 
perusahaan umum dan kemudian secara telengas pecat karyawan agar aset 
perusahaan bisa dijual (piece meal) benar-benar dianggap manusia biadab.

Jadi memang masalah ekonomi tidak bisa lepas dari kehidupan, dan untuk mudahnya 
kita bisa bahas dari prinsip-prinsip ekonomi yang kita ketahui. Apakah ekonomi 
pancasila misalnya menganggap kurva agregat supply dan kurva agregat demand itu 
sama dengan buku ekonomi umum? Dan lain-lainnya.

Kalau soal persamaan matematik, saya pernah coba membahas/menerjemahkan 
artikelnya Krugman, yang saya juga setuju. Tidak semua konsep ekonomi bisa 
digambarkan dengan plus minus matematis, persamaan linear atau juga persamaan 
parabolik. Tapi prinsip-prinsip utamanya dapat dipermudah untuk dimengerti 
dengan melihat grafik, misalnya kurva supply demand (walaupun tidak selalu bisa 
dijadikan persamaan matematis).

--- On Thu, 1/10/09, prastowo prastowo sesaw...@yahoo.com wrote:

From: prastowo prastowo sesaw...@yahoo.com
Subject: Bls: [Keuangan] Ekonomi Pancasila
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Received: Thursday, 1 October, 2009, 6:12 PM






 





  Saya hanya mencoba menjawab bahwa itu ada secara teoritik. 
Secara detail silahkan dicari sendiri mas, saya kira mereka juga menulis cukup 
banyak. Sritua Arief dulu lama menulis untuk Kompas kan, Mubyarto juga sudah 
menulis buku, bahkan ada satu buku yg ditulis dg Boediono, cawapres terpilih. 

Anda malah nanya persamaan matematis, sejak kapan ilmu ekonomi standarnya 
persamaan matematis? Apalagi hanya indah tidak indah, wah sayang sekali mas.



salam,
 

















  
__
Get more done like never before with Yahoo!7 Mail.
Learn more: http://au.overview.mail.yahoo.com/

[Non-text portions of this message have been removed]



Bls: Bls: [Keuangan] Ekonomi Pancasila

2009-10-01 Terurut Topik prastowo prastowo
Kembali saja ke testimoni Krugman, bahwa matematika itu penting bagi ilmu 
ekonomi, tetapi ia bukanlah tuan, melainkan abdi bagi penyusunan model ekonomi 
dan pengambilan keputusan yang tepat.

Saya tentu saja tidak anti ekonomi. Kalau kita sedikit menilik sejarah ilmu 
ekonomi, mula2 Adam Smith bahkan tak membuat persamaan matematis, mungkin baru 
sejak ekonom neoklasik yang banyak dipengaruhi perkembangan sains dan filsafat 
positivistik mengembangkan pemakaian matematika( misal filsafat Frege dll.).

Kebenaran matematis tentu saja umum diterima, karena sebagai aksioma tak 
mungkinlah seorang ilmuwan ekonomi, entah aliran Pancasila atau Neolib, 
menbantah aksioma matematika.

Bagi saya pribadi, tantangan bagi ilmu ekonomi adalah:
1. Tidak terjebak dalam ekstrem, bahwa ilmu ekonomi dlm sejarahnya adalah human 
science atau social science, bukan natural science. Maka matematika hanyalah 
salah satu, bukan satu-satunya piranti.

2. Ilmu ekonomi hendak memahami gejala manusia sebagai makhluk tertentu ( homo 
economicus yang self-interested), maka dalam mengembangkan model dan teorinya 
ia 'ceteris paribus' terhadap aneka keragaman asumsi manusia, entah homo 
culturalis, homo historicus, etc. Parsimoni tentu saja perlu, karena ilmu 
ekonomi adalah ilmu spesialis. Maksud saya, mengatakan bahwa bahwa homo 
economicus itu salah satu sifat manusia itu benar, tapi menyimpulkan bahwa 
manusia adalah homo economicus saja, pastilah keliru. Ini berlaku juga bagi 
ilmu2 spesialis yg lain.

Yang harus saya klarifikasi, saya bukan ekonom, dan tak mungkin mampu menyusun 
model itu. Saya hanya mengatakan bahwa pemikiran ttg Ekonomi Pancasila itu ada, 
dan konstitusi kita jg mengatakan itu. Saya lebih menggarisbawahi bahwa Ekonomi 
Pancasila mula2 adalah sebuah upaya untuk keluar dari tegangan kapitalisme vs 
sosialisme, sebagaimana sosial demokrasi dan ekonomi pasar sosial lahir di 
Jerman dan Eropa kontinental lainnya.

Jika kita lihat dalam aliran mainstream, apakah ada kesepakatan pada satu model 
dan itu langgeng? Ketika self-regulating market economy yg dihegemoni Inggris 
di abad ke-19 runtuh, ditandai depresi besar 1930-an, model neoklasik digugat, 
lalu lahir Keynesianism, hingga era 1970-an, era 'Golden Age' di mana lebih 
condong ke 'welfare-state capitalism' atau 'regulated-capitalism' selesai 
akibat krisis, lahirlah monetarisme yg banyak mengasalkan pada gagasan 
neoklasik kembali, dan dirintis Friedman. Menjadi apa yg sering disebut aliran 
'neoliberal', hingga krisis ekonomi 1998, lalu subprime mortgage crisis 2008 
lalu.

Dari sejarah mainstream itu saja bisakah Anda jelaskan juga apakah model 
matematisnya sama ataukah berbeda? Kalau sama, kenapa mereka hidup dan mati? 
Kalau berbeda, mengapa pula harus selalu lahir yang baru, dan mana yang 
orthodoks?

salam,


pras




Dari: Poltak Hotradero hotrad...@gmail.com
Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Terkirim: Kamis, 1 Oktober, 2009 03:05:53
Judul: Re: Bls: [Keuangan] Ekonomi Pancasila

  
At 04:12 PM 10/1/2009, you wrote:
 Saya hanya mencoba menjawab bahwa itu ada secara teoritik. Secara 
 detail silahkan dicari sendiri mas, saya kira mereka juga menulis 
 cukup banyak. Sritua Arief dulu lama menulis untuk Kompas kan, 
 Mubyarto juga sudah menulis buku, bahkan ada satu buku yg ditulis 
 dg Boediono, cawapres terpilih.
Anda malah nanya persamaan matematis, sejak kapan ilmu ekonomi 
standarnya persamaan matematis? Apalagi hanya indah tidak indah, wah 
sayang sekali mas.

Matematika itu penting untuk bisa memperkirakan apa yang mungkin dan 
apa yang tidak mungkin terjadi.
Misalnya: tidak mungkin ada akar kuadrat bilangan negatif, atau 
minus dikali minus itu hasilnya PASTI plus, dan suatu bilangan bulat 
kalau dipangkatkan dua pasti membesar. Belum lagi matematika ketika 
dikawinkan dengan sejarah akan menghasilkan statistik, sebuah alat 
yang akan sangat berguna dalam menganalisa tingkat laku manusia, baik 
perseorangan maupun kelompok...

Kalau tidak ada penjelasan dalam notasi matematik - maka kita jadi 
sulit untuk tahu apakah sesuatu itu mungkin terjadi atau mustahil terjadi.

Jangan nanti kita capek-capek melakukan ini-itu -- eh ternyata memang 
mustahil bisa terjadi
Sayang kan...

Anda mungkin bisa bikin gudeg tanpa resep -- tetapi jelas bahwa 
membuat gudeg melalui resep yang jelas, akan memudahkan seseorang 
untuk membuat gudeg. Bukan tiba-tiba nantinya malah jadi es sekoteng...

Sama dengan itu: konsep ekonomi yang baik itu jelas resepnya. Bisa 
diikuti oleh orang berbeda dengan pemahaman yang sama - sehingga 
hasilnya pun akan sama...

Nah coba dong sajikan resep Ekonomi Pancasila (baca gudeg) - yang 
nantinya benar-benar jadi gudeg...





  Yahoo! Mail Kini Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya sekarang! 
http://id.mail.yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]



Bls: Bls: [Keuangan] Ekonomi Pancasila

2009-10-01 Terurut Topik prastowo prastowo
Saya kira begini Mas.
1. Saya harus klarifikasi bahwa saya bukan ekonom, maka bukan kapasitas saya 
bicara ini, nanti malah salah. Saya hanya menunjukkan sebuah fakta yang memang 
ada. Detailnya bisa saja kita serius adakah forum, toh orang seperti Sri 
Edhi-Swasono, Revrisond Baswir, Kwik Kian Gie, Iman Sugema, Dawam Rahardjo, 
atau yang lain masih ada, dan umumnya mereka cukup berbeda dibanding ekonom 
mainstream, meski pula tak bisa langsung dimasukkan dlm petak 'ekonom 
Pancasila'.

2. Koperasi atau kini yg lebih populer adalah Credit Union, adaptasi dari model 
di Jerman dan Bangladesh, saya kira bukan sebuah aliran ekonomi dalam arti 
teoritik melainkan perwujudan dari keyakinan tertentu akan sebuah proses 
ekonomi. Soal hukum ekonominya saya kira sama, yang lebih membedakan adalah 
bagaimana laba harus dibagi, tingkat bunga ditentukan, atau tujuan2 bersama yg 
lebih jelas krn berbasis paguyuban, bukan 'unintended consequence'.

3. Saya lebih mendalami filsafat ekonomi, khususnya pembacaan teks Adam Smith, 
baik The Wealth of Nations dan The Theory of Moral Sentiment, bisa dilihat di 
www.indoprogress.blogspot.com, selebihnya saya baru mulai belajar, entah 
F.Hayek maupun M. Friedman, itu pun masih secuil. Ketika Smith menulis, ia 
lebih menjelaskan teorinya dari pendekatan ilmu alam ( fisika Newton ), bukan 
model matematika yg misalnya waktu itu didominasi model Cartesian. Maka maafkan 
ketika saya lebih banyak bicara di tataran normatis, refleksi etis, 
dibandingkan praktik empiriknya, meski keduanya tentu sangat erat terkait. 

Saya sendiri tidak melihat kaitan atau berusaha mengaitkan Ekonomi Pancasila dg 
agama tertentu. Bagi saya, Ekonomi Pancasila atau Ekonomi Konstitusi harus 
lebih diarahkan ke ekonomi-politik, yang menjamin bahwa struktur ekonomi 
diciptakan, dijalankan, dan diarahkan pada tujuan negara, dengan memegang 
prinsip lima sila itu. Ilmuwan yang baik memang tidak boleh mencapuradukkan 
keyakinan dan keilmuan, meski keyakinannya akan mempengaruhi pengambilan 
kebijakan. Jadi hemat saya, Ekonomi Pancasila bisa diajak bicara tentang:
- apakah pasar adalah satu2nya sarana alokasi yg adil dan baik?
- di mana peran dan posisi negara?
- apakah asumsi bahwa manusia ekonomi sbg agen rasional dan self-interested 
memadai?
- sejauh mana pengaruh institusi dlm ilmu ekonomi?

Percabangan di sini saja banyak, misalnya saya pernah baca studi Psikologi 
Ekonomi yg dikembangkan Gintis, Bowles, atau belakangan Akerlof, sosiologi 
ekonomi ( Swedberg, North, dll). Mungkin lebih tepat jika ranah bicaranya di 
sini. Karena bisa jadi di bangku kuliah kita belajar teori yang sama tapi 
memiliki keyakinan atas pertanyaan2 saya di atas secara berbeda-beda, dengan 
demikian kita masuk ekonomi-politik, ranah bagi Ekonomi Pancasila.

Ada dua gejala, saintisme, yakni ilmu2 empirik hendak menjelaskan hal di luar 
'yang empirik', dan fideisme, yaitu semua akan ditarik ke soal-soal agama atau 
iman saja. Keduanya tidak sehat dan tidak benar saya kira.

demikian
salam,

pras





Dari: Bali da Dave dfa...@yahoo.com
Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Terkirim: Kamis, 1 Oktober, 2009 03:25:23
Judul: Re: Bls: [Keuangan] Ekonomi Pancasila

 




  Lebih aman saat online. Upgrade ke Internet Explorer 8 baru dan lebih 
cepat yang dioptimalkan untuk Yahoo! agar Anda merasa lebih aman. Gratis. 
Dapatkan IE8 di sini! 
http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer/

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: Bls: Bls: [Keuangan] Ekonomi Pancasila

2009-10-01 Terurut Topik Poltak Hotradero
At 08:14 AM 10/2/2009, you wrote:


Saya sendiri tidak melihat kaitan atau berusaha mengaitkan Ekonomi 
Pancasila dg agama tertentu. Bagi saya, Ekonomi Pancasila atau 
Ekonomi Konstitusi harus lebih diarahkan ke ekonomi-politik, yang 
menjamin bahwa struktur ekonomi diciptakan, dijalankan, dan 
diarahkan pada tujuan negara, dengan memegang prinsip lima sila itu. 
Ilmuwan yang baik memang tidak boleh mencapuradukkan keyakinan dan 
keilmuan, meski keyakinannya akan mempengaruhi pengambilan 
kebijakan. Jadi hemat saya, Ekonomi Pancasila bisa diajak bicara tentang:
- apakah pasar adalah satu2nya sarana alokasi yg adil dan baik?
- di mana peran dan posisi negara?
- apakah asumsi bahwa manusia ekonomi sbg agen rasional dan 
self-interested memadai?
- sejauh mana pengaruh institusi dlm ilmu ekonomi?

Pertanyaan anda terlalu condong pada aspek politiknya.
Padahal ada kata EKONOMI (dalam istilah Ekonomi Pancasila)

Bagaimana kalau pertanyaannya adalah:

- Apakah prinsip supply-demand berlaku dalam Ekonomi Pancasila?  Sejauh apa?
- Apakah fungsi interest rate dalam modal (kapital) berlaku dalam 
Ekonomi Pancasila?  Sejauh apa?
- Apakah komponen ekonomi berupa modal, tenaga kerja, dan teknologi 
berperan dalam Ekonomi Pancasila?  Sejauh apa?
- Apakah relasi pasar barang  jasa, pasar tenaga kerja, dan pasar 
modal berlaku dalam Ekonomi Pancasila?  Sejauh apa?

Itu saja dulu deh.




Re: Bls: Bls: [Keuangan] Ekonomi Pancasila

2009-10-01 Terurut Topik Poltak Hotradero
At 07:44 AM 10/2/2009, you wrote:


Kembali saja ke testimoni Krugman, bahwa matematika itu penting bagi 
ilmu ekonomi, tetapi ia bukanlah tuan, melainkan abdi bagi 
penyusunan model ekonomi dan pengambilan keputusan yang tepat.


Nah sekarang model matematika-nya Ekonomi Pancasila secara spesifik itu apa ya?
Mau jadi tuan kek, mau jadi abdi kek... terserah deh.
Yang penting ada dan bisa dibedakan.


Yang harus saya klarifikasi, saya bukan ekonom, dan tak mungkin 
mampu menyusun model itu. Saya hanya mengatakan bahwa pemikiran ttg 
Ekonomi Pancasila itu ada, dan konstitusi kita jg mengatakan itu. 
Saya lebih menggarisbawahi bahwa Ekonomi Pancasila mula2 adalah 
sebuah upaya untuk keluar dari tegangan kapitalisme vs sosialisme, 
sebagaimana sosial demokrasi dan ekonomi pasar sosial lahir di 
Jerman dan Eropa kontinental lainnya.

Begini, kita coba di tataran logika.

Kuda Nil itu bukan Gajah.
Gajah juga bukan Kuda Nil

Nah kemudian ada disebutkan ada suatu mahluk, yang definisinya 
adalah: bukan Kuda Nil dan juga bukan Gajah.

Apakah definisi itu cukup?   Jelas sangat tidak cukup.
Kita perlu tahu apakah hewan itu melenguh, mengembik, mengaum, atau mengeong.
Kita perlu tahu hewan itu makannya apa.
Kita perlu tahu hewan itu punya punuk atau tidak.
Kita perlu tahu hewan itu sudah punah atau masih ada...

Pertanyaan saya dari awal tidak berubah:
Hewan itu apa persisnya?

(kalau memang sudah punah (velociraptor) atau dari awal memang nggak 
pernah ada (pegasus)... ya ngapain kita ributin sesuatu yang sekadar 
bukan kuda nil dan juga bukan gajah)



Re: Bls: Bls: [Keuangan] Ekonomi Pancasila

2009-10-01 Terurut Topik link2hamfa
I like this statement! Perfect!  
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

-Original Message-
From: Poltak Hotradero hotrad...@gmail.com
Date: Fri, 02 Oct 2009 11:54:21 
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Subject: Re: Bls: Bls: [Keuangan] Ekonomi Pancasila

At 07:44 AM 10/2/2009, you wrote:


Kembali saja ke testimoni Krugman, bahwa matematika itu penting bagi 
ilmu ekonomi, tetapi ia bukanlah tuan, melainkan abdi bagi 
penyusunan model ekonomi dan pengambilan keputusan yang tepat.


Nah sekarang model matematika-nya Ekonomi Pancasila secara spesifik itu apa ya?
Mau jadi tuan kek, mau jadi abdi kek... terserah deh.
Yang penting ada dan bisa dibedakan.


Yang harus saya klarifikasi, saya bukan ekonom, dan tak mungkin 
mampu menyusun model itu. Saya hanya mengatakan bahwa pemikiran ttg 
Ekonomi Pancasila itu ada, dan konstitusi kita jg mengatakan itu. 
Saya lebih menggarisbawahi bahwa Ekonomi Pancasila mula2 adalah 
sebuah upaya untuk keluar dari tegangan kapitalisme vs sosialisme, 
sebagaimana sosial demokrasi dan ekonomi pasar sosial lahir di 
Jerman dan Eropa kontinental lainnya.

Begini, kita coba di tataran logika.

Kuda Nil itu bukan Gajah.
Gajah juga bukan Kuda Nil

Nah kemudian ada disebutkan ada suatu mahluk, yang definisinya 
adalah: bukan Kuda Nil dan juga bukan Gajah.

Apakah definisi itu cukup?   Jelas sangat tidak cukup.
Kita perlu tahu apakah hewan itu melenguh, mengembik, mengaum, atau mengeong.
Kita perlu tahu hewan itu makannya apa.
Kita perlu tahu hewan itu punya punuk atau tidak.
Kita perlu tahu hewan itu sudah punah atau masih ada...

Pertanyaan saya dari awal tidak berubah:
Hewan itu apa persisnya?

(kalau memang sudah punah (velociraptor) atau dari awal memang nggak 
pernah ada (pegasus)... ya ngapain kita ributin sesuatu yang sekadar 
bukan kuda nil dan juga bukan gajah)




[Non-text portions of this message have been removed]





=
Blog resmi AKI, dengan alamat www.ahlikeuangan-indonesia.com 
-
Facebook AKI, untuk mengenal member lain lebih personal, silahkan join 
http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045
-
Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua
http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com
=
Perhatian :
- Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor 
posting sebelumnya
- Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota 
yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas
- Saran, kritik dan tulisan untuk blog silahkan 
ahlikeuangan-indonesia-ow...@yahoogroups.comyahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:ahlikeuangan-indonesia-dig...@yahoogroups.com 
mailto:ahlikeuangan-indonesia-fullfeatu...@yahoogroups.com

* To unsubscribe from this group, send an email to:
ahlikeuangan-indonesia-unsubscr...@yahoogroups.com

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



Re: Bls: Bls: [Keuangan] Ekonomi Pancasila

2009-10-01 Terurut Topik dfaj21
Kesimpulan sementara:
-ekonomi dibahas dari segi studi ilmu,
-Pancasila dibahas dari cita-cita politik negara

Kadang-kadang ilmu belum cukup untuk bisa mencapai cita-cita politik negara, 
Sama seperti ilmu ekonomi yang diakui Krugman masih belum bisa memprediksi atau 
mencegah resesi.

 Saya sendiri tidak melihat kaitan atau berusaha mengaitkan Ekonomi Pancasila 
 dg agama tertentu. Bagi saya, Ekonomi Pancasila atau Ekonomi Konstitusi harus 
 lebih diarahkan ke ekonomi-politik, yang menjamin bahwa struktur ekonomi 
 diciptakan, dijalankan, dan diarahkan pada tujuan negara, dengan memegang 
 prinsip lima sila itu. Ilmuwan yang baik memang tidak boleh mencapuradukkan 
 keyakinan dan keilmuan, meski keyakinannya akan mempengaruhi pengambilan 
 kebijakan. Jadi hemat saya, Ekonomi Pancasila bisa diajak bicara tentang:
 - apakah pasar adalah satu2nya sarana alokasi yg adil dan baik?
 - di mana peran dan posisi negara?
 - apakah asumsi bahwa manusia ekonomi sbg agen rasional dan self-interested 
 memadai?
 - sejauh mana pengaruh institusi dlm ilmu ekonomi?