Re: [Keuangan] Ekonomi Pancasila Bagian 1
At 12:54 PM 10/12/2009, you wrote: Menjadi pertanyaan, mengapa Mafia Berkeley gagal membawa Indonesia menjadi negara yang sejahtera dan besar di Asia walaupun berkuasa selama nyaris 40 tahun? Karena strategi dan kebijakan ekonomi Indonesia yang dirancang oleh Mafia Bekeley akan selalu menempatkan Indonesia sebagai subordinasi (sekedar kepanjangan tangan) dari kepentingan global. Padahal tidak ada negara menengah yang berhasil meningkatkan kesejahteraannya dengan mengikuti model Washington Konsensus. Kemerosotan selama dua dekade di Amerika Latin (1980-2000) adalah contoh monumental dari kegagalan tersebut. Justru negara-negara yang melakukan penyimpangan dari model Washington Konsensus seperti Jepang, Taiwan, Korea Selatan, Malaysia, China, dll. berhasil meningkatkan kesejahteran dan memperbesar kekuatan ekonominya. (Dr. Rizal Ramli, Kegagalan Indonesia menjadi negara besar Asia) Washington Consensus seluruhnya ada 10 poin. Tentu harus dilihat secara spesifik, poin-poin mana yang sudah diikuti dan poin-poin mana yang tidak diikuti. Itu adalah bentuk obyektivitas. Pernyataan Rizal Ramli seperti ditulis di atas, sangat tidak menjelaskan tentang mana poin yang diikuti dan mana poin yang tidak diikuti oleh negara-negara Amerika Latin ataupun negara Asia Timur. Tidak semua poin Washington Consensus diikuti oleh negara Amerika Latin - tapi mereka gagal tumbuh. Tidak semua poin Washington Consensus dilanggar oleh negara Asia Timur - tapi mereka tumbuh. Tetapi sangat jelas bahwa negara Asia Timur bisa bertumbuh cepat adalah semata-mata karena akses mereka terhadap pasar global - baik itu pasar barang maupun pasar modal. Pertumbuhan tidak pernah datang dari isolasi ekonomi. Tidak pula datang dari swasembada. Pertumbuhan ekonomi datang dari spesialisasi, kompetisi, dan ko-dependensi. Itu sebabnya Asia Timur kendati bersaing ketat satu sama lain - tetap menjaga perdamaian. Karena semua pihak saling membutuhkan. Itu adalah kenyataan. NB: Sisa-nya nggak saya komentarin karena cuma berisi statement non-economy, padahal yang dibahas adalah sesuatu yang diberi nama EKONOMI pancasila.
Re: [Keuangan] Ekonomi Pancasila Bagian 1
kutipan dari wawancara dengan Jeffrey Sachs, tentang keruntuhan ekonomi Rusia di tahun 1996 yang diikuti dengan Asian Financial Crisis. The washington consensus had a lot of merit in one sense. It did provide some sensible, broad ideas about how countries that were outside of the international system could become part of the international system. But it became a substitute for real thinking. It became a kind of mantra, a substitute for assistance, because the idea was 'You don't need us. You don't need any help. You don't even need a time-out on your debt payments. You just have to follow the magic rules, one through ten, and you'll be just fine.' So in this sense, everything became over simplified. The actions of the IMF and World Bank became very stylized. The US Treasury had its model, and unfortunately, at that level of simplicity, it just doesn't work. Sachs menjelaskan bahwa rumus-rumus yang diterapkan konsensus washington tersebut lerlalu menyederhanakan masalah. Rumus tersebut menjadi mantra dan menggantikan akal sehat. Tidak ada tenggang waktu pembayaran hutang, tak ada bantuan, semuanya diserahkan kepada pasar bebas dan keberuntungan masing-masing negara. Walaupun secara garis besar Sachs menyetujui tujuan dan bentuk yang ingin dicapai dari rumus-rumus ekonomi tersebut, pada level pelaksanaan, rumus tersebut terlalu sederhana dan tidak akan dapat berjalan dengan baik. Kita tau bahwa Rusia/Soviet dan Amerika termasuk negara yang bentrok (walaupun bentroknya DINGIN). Akibatnya baik pemerintah maupun pihak swasta tidak ingin terlibat dalam jangka PANJANG. Amerika tentu dikecam rakyatnya bila mereka meminjamkan uang pada bekas musuhnya. Terlebih lagi kalau yang dianggap musuh itu dikuasai orang-orang korup. Akibatnya Rusia menjadi sangat tergantung pada HOT MONEY, dana JANGKA PENDEK yang tiap waktu bisa di tarik. Dana jangka Pendek ini TIDAK PEDULI dengan keuntungan/Pembangunan Bangsa yang bersifat JANGKA PANJANG. Akibatnya yang marak adalah dana jangka pendek dan bahkan suku bunganya tinggi gila-gilaan. Ada sedikit saja ketidak-percayaan/goncangan (misalnya LTCM yang mau bangkrut, atau bom meledak di ibukota), maka semua dana jangka pendek ini akan LARI. Larinya dana jangka pendek ini ternyata tidak berhenti di Rusia Saja. Mereka mulai menarik dana dari seluruh negara-negara berkembang lainnya, termasuk Thailand dan kemudian juga Indonesia. Akibatnya kita tau sendiri krisis tahun 1997 yang dikenal dengan Asian Financial Crisis. Sebab awalnya apa? Dana panas yang bebas masuk keluar (Financial Freedom seperti diamanatkan Washington Consensus) ternyata di jadikan mantra dan benar-benar tidak di MANAGE. Keluar masuk seenaknya. Sekarang kita perlu bertanya, apakah manajemen aliran dana asing sudah lebih baik? Sebab ada yang bilang, inflow besar-besaran mungkin terjadi sebab banyak dana yang LARI dari Amerika karena mereka takut terjadi kemerosotan nilai Dollar akibat banyaknya jumlah pinjaman pemerintah Amerika (yang katanya sering di dramatisir sebagai mencetak uang). Setiap saat Rupiah kita menguat, kita perlu bertanya-tanya, jangan-jangan ini adalah awal dari krisis 5-10 tahun yang akan datang LAGI. Mudah-mudahan kita sudah belajar dari krisis 1997 dan tidak sampai cedera parah. http://uangmoneter.blogspot.com/2009/09/glasnot-perestroika.html 2009/10/12 dyahanggitasari dyahanggitas...@yahoo.com Menjadi pertanyaan, mengapa Mafia Berkeley gagal membawa Indonesia menjadi negara yang sejahtera dan besar di Asia walaupun berkuasa selama nyaris 40 tahun? Karena strategi dan kebijakan ekonomi Indonesia yang dirancang oleh Mafia Bekeley akan selalu menempatkan Indonesia sebagai subordinasi (sekedar kepanjangan tangan) dari kepentingan global. Padahal tidak ada negara menengah yang berhasil meningkatkan kesejahteraannya dengan mengikuti model Washington Konsensus. Kemerosotan selama dua dekade di Amerika Latin (1980-2000) adalah contoh monumental dari kegagalan tersebut. Justru negara-negara yang melakukan penyimpangan dari model Washington Konsensus seperti Jepang, Taiwan, Korea Selatan, Malaysia, China, dll. berhasil meningkatkan kesejahteran dan memperbesar kekuatan ekonominya. [Non-text portions of this message have been removed]
[Keuangan] Ekonomi Pancasila Bagian 1
Menjadi pertanyaan, mengapa Mafia Berkeley gagal membawa Indonesia menjadi negara yang sejahtera dan besar di Asia walaupun berkuasa selama nyaris 40 tahun? Karena strategi dan kebijakan ekonomi Indonesia yang dirancang oleh Mafia Bekeley akan selalu menempatkan Indonesia sebagai subordinasi (sekedar kepanjangan tangan) dari kepentingan global. Padahal tidak ada negara menengah yang berhasil meningkatkan kesejahteraannya dengan mengikuti model Washington Konsensus. Kemerosotan selama dua dekade di Amerika Latin (1980-2000) adalah contoh monumental dari kegagalan tersebut. Justru negara-negara yang melakukan penyimpangan dari model Washington Konsensus seperti Jepang, Taiwan, Korea Selatan, Malaysia, China, dll. berhasil meningkatkan kesejahteran dan memperbesar kekuatan ekonominya. (Dr. Rizal Ramli, Kegagalan Indonesia menjadi negara besar Asia) Semoga literatur Ekonomi Pancasila dari Haryono di Jurnal Ekonomi Rakyat Artikel - Th. II - No. 4 - Juli 2003 memberi pencerahan awal terhadap Ekonomi Pancasila yang berasal dari nilai nilai luhur bangsa Indonesia Dalam hal Pancasila sebagai suatu pandangan hidup maka sila-silanya merupakan sudut-sudut pandang atau aspek-aspek kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. 1). Ketuhanan Yang Maha Esa; merupakan aspek spiritual, 2). Kemanusiaan yang adil dan beradab; merupakan aspek kultural, 3). Persatuan Indonesia; merupakan aspek politikal, 4). Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan; merupakan aspek sosial, 5). Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia; merupakan aspek ekonomikal. Kelima sila tersebut tidak dapat berdiri sendiri-sendiri melainkan tersusun secara hirarkis dan berjenjang yaitu sila pertama meliputi sila kedua, sila kedua meliputi sila ketiga, sila ketiga meliputi sila keempat dan sila keempat meliputi sila kelima. Atau sebaliknya dapat dikatakan sila kelima merupakan derivasi sila keempat, sila keempat merupakan derivasi sila ketiga, sila ketiga merupakan derivasi sila kedua dan sila kedua merupakan derivasi sila pertama (Prof. Dr. Notonegoro). Dengan demikian maka ekonomi Pancasila telah mengandung seluruh nilai-nilai moral Pancasila dan mengacu pada seluruh aspek kehidupan sila-sila dari Pancasila. Sesuai gambar grafis superposisi pembagian kekuasaan antara negara dan rakyat tersebut diatas, maka ekonomi Pancasila mewujud dan terdiri atas 3 (tiga) pilar sub sistem, yaitu : (1). pilar ekonomi negara yang berfungsi untuk mendukung penyelenggaraan tugas negara dengan pemerintahan yang bersih dan berwibawa, (negara kuat), dengan tugas pokok antara lain untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia (2). pilar ekonomi rakyat yang berbentuk koperasi (sharing antara negara dan rakyat) dan berfungsi untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur, (home front kuat), dengan tugas pokok mewujudkan kehidupan layak bagi seluruh anggotanya. (3). pilar ekonomi swasta yang berfungsi untuk ikut melaksanakan ketertiban dunia (battle front kuat), dengan tugas pokok mewujudkan kemajuan usaha swasta yang memiliki daya kompetisi tinggi di dunia internasional. Pengertian kompetisi dalam moral Pancasila bukan dan tidak sama dengan free fight competition a la barat yang di dalamnya mengandung cara-cara yang boleh merugikan fihak lain (tujuan menghalalkan cara). Hubungan dagang dalam sistem ekonomi Pancasila harus tetap dalam kerangka untuk menjalin tali silaturahmi yang selalu bernuansa saling kasih sayang dan saling menguntungkan, menghindarkan kemuspraan (kesia-siaan). Pola pengelolaan dari masing-masing pilar ekonomi tersebut berbeda dan membutuhkan kemampuan para pelaksana secara profesional agar hasilnya menjadi optimal sesuai dengan kebutuhan, tetapi tetap mendasarkan kerjanya pada prinsip efisiensi, efektifitas dan produktivitas kerja pada masing-masing pilar. Masing-masing pilar mempunyai pangsa pasar sendiri-sendiri meskipun tidak tertutup kemungkinan untuk saling kerjasama dan saling bantu tanpa merugikan salah satu fihak.
Bls: Bls: Bls: [Keuangan] Ekonomi Pancasila
Saya sudah jelaskan pada Anda, saya bukan ekonom. Ini seolah memaksa saya membuktikan ini-itu. Anda terlampau tinggi menilai saya Bung. Sekali lagi saya tidak ahli untuk urusan ini. Dari awal saya mengatakan bahwa Ekonomi Pancasila jelas ada, krn ada yang mengkonsepsikannya, ada ekonom yg memikirkan dan menulis ttg ini. Saya jg sudah tunjukkan namanya, mungkin saja berikut karya2nya bisa dicari. Itu bukan concern saya. Lebih dekat ke politik? Adakah di zaman ini satu ilmu yang sungguh murni? termasuk ilmu ekonomi? Di bangku kuliah mungkin saja, tapi saat memasuki praktik, mau tidak mau kita bicara 'ekonomi-politik', karena ini terkait pilihan alternatif kebijakan untuk publik. Menurut Anda sendiri, 1. Apa definisi ekonomi ? 2. Di mana letak etika/moralitas dlm konsepsi Anda? 3. Apa itu politik? 4. Apakah itu keadilan? Biar fair, krn dari awal diskusi tidak imbang, Anda hanya bertanya dan mengelak untuk memberi argumen. salam Dari: Poltak Hotradero hotrad...@gmail.com Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Terkirim: Kam, 1 Oktober, 2009 22:00:50 Judul: Re: Bls: Bls: [Keuangan] Ekonomi Pancasila At 08:14 AM 10/2/2009, you wrote: Saya sendiri tidak melihat kaitan atau berusaha mengaitkan Ekonomi Pancasila dg agama tertentu. Bagi saya, Ekonomi Pancasila atau Ekonomi Konstitusi harus lebih diarahkan ke ekonomi-politik, yang menjamin bahwa struktur ekonomi diciptakan, dijalankan, dan diarahkan pada tujuan negara, dengan memegang prinsip lima sila itu. Ilmuwan yang baik memang tidak boleh mencapuradukkan keyakinan dan keilmuan, meski keyakinannya akan mempengaruhi pengambilan kebijakan. Jadi hemat saya, Ekonomi Pancasila bisa diajak bicara tentang: - apakah pasar adalah satu2nya sarana alokasi yg adil dan baik? - di mana peran dan posisi negara? - apakah asumsi bahwa manusia ekonomi sbg agen rasional dan self-interested memadai? - sejauh mana pengaruh institusi dlm ilmu ekonomi? Pertanyaan anda terlalu condong pada aspek politiknya. Padahal ada kata EKONOMI (dalam istilah Ekonomi Pancasila) Bagaimana kalau pertanyaannya adalah: - Apakah prinsip supply-demand berlaku dalam Ekonomi Pancasila? Sejauh apa? - Apakah fungsi interest rate dalam modal (kapital) berlaku dalam Ekonomi Pancasila? Sejauh apa? - Apakah komponen ekonomi berupa modal, tenaga kerja, dan teknologi berperan dalam Ekonomi Pancasila? Sejauh apa? - Apakah relasi pasar barang jasa, pasar tenaga kerja, dan pasar modal berlaku dalam Ekonomi Pancasila? Sejauh apa? Itu saja dulu deh. Sikap Peduli Lingkungan? Temukan jawabannya di Yahoo! Answers. http://id.answers.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
Re: Bls: Bls: Bls: [Keuangan] Ekonomi Pancasila
At 02:01 PM 10/2/2009, you wrote: Kembali saja ke testimoni Krugman, bahwa matematika itu penting bagi ilmu ekonomi, tetapi ia bukanlah tuan, melainkan abdi bagi penyusunan model ekonomi dan pengambilan keputusan yang tepat. Nah sekarang model matematika-nya Ekonomi Pancasila secara spesifik itu apa ya? Mau jadi tuan kek, mau jadi abdi kek... terserah deh. Yang penting ada dan bisa dibedakan. Pras: Itu yg bisa menjelaskan ekonom2, dan saya yakin bisa. Tapi sdh saya jelaskan, ini pertama-tama bukan soal model matematika, tetapi soal visi, komitmen, dan Ekonomi Pancasila seperti sdh sy jelaskan ia lebih dekat ke ekonomi-politik, bagaimana menciptakan tatanan yang adil. Lha jadi anda juga nggak tau? Oalaah mas, mbok dari tadi bilangnya...
Re: Bls: Bls: Bls: [Keuangan] Ekonomi Pancasila
At 02:07 PM 10/2/2009, you wrote: Menurut Anda sendiri, 1. Apa definisi ekonomi ? Segala sesuatu yang berkaitan dengan kelangkaan dan bagaimana cara manusia berhadapan dengan kelangkaan. 2. Di mana letak etika/moralitas dlm konsepsi Anda? Di mana-mana. 3. Apa itu politik? Cara untuk mencapai sesuatu. 4. Apakah itu keadilan? Sesuatu yang selalu kita cari dan ingin dapatkan. Biar fair, krn dari awal diskusi tidak imbang, Anda hanya bertanya dan mengelak untuk memberi argumen. Dari awal juga anda nggak jawab apa-apa. (Anda seperti bilang: Mahluk yang saya maksud itu bukan gajah dan juga bukan kuda nil)
Bls: Bls: Bls: Bls: [Keuangan] Ekonomi Pancasila
Lho, saya sudah bilang dari awal kan? siapa yg berpretensi mengajukan teori2 itu? Tolong dirunut secara cermat email2 saya terdahulu. Sekarang begini saja, rujukan kontrit ilmu ekonomi Anda ini siapa? atau tokoh favoritnya siapa? salam Dari: Poltak Hotradero hotrad...@gmail.com Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Terkirim: Jum, 2 Oktober, 2009 01:01:13 Judul: Re: Bls: Bls: Bls: [Keuangan] Ekonomi Pancasila At 02:01 PM 10/2/2009, you wrote: Kembali saja ke testimoni Krugman, bahwa matematika itu penting bagi ilmu ekonomi, tetapi ia bukanlah tuan, melainkan abdi bagi penyusunan model ekonomi dan pengambilan keputusan yang tepat. Nah sekarang model matematika-nya Ekonomi Pancasila secara spesifik itu apa ya? Mau jadi tuan kek, mau jadi abdi kek... terserah deh. Yang penting ada dan bisa dibedakan. Pras: Itu yg bisa menjelaskan ekonom2, dan saya yakin bisa. Tapi sdh saya jelaskan, ini pertama-tama bukan soal model matematika, tetapi soal visi, komitmen, dan Ekonomi Pancasila seperti sdh sy jelaskan ia lebih dekat ke ekonomi-politik, bagaimana menciptakan tatanan yang adil. Lha jadi anda juga nggak tau? Oalaah mas, mbok dari tadi bilangnya... Yahoo! Mail Kini Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya sekarang! http://id.mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[Keuangan] Ekonomi Pancasila
apa yg dipaparkan Sri Edhi-Swasono, Mubyarto, atau Sritua Arief saya kira cukup mewakili pandangan ini Barangkali bisa diperjelas apa yang dimaksud dengan pandangan dari beliau-beliau itu ? Konsep koperasi atau apalah... barangkali bisa di list satu demi satu? Saya juga kurang jelas barangkali nanti bisa berkembang, ada persamaan-persamaan matematisnya sehingga bisa lebih indah seperti ekonom neoliberal atau ekonom Keynes dan lainnya, dan bukan di awang-awang saja? Thanks [Non-text portion __ Get more done like never before with Yahoo!7 Mail. Learn more: http://au.overview.mail.yahoo.com/ [Non-text portions of this message have been removed]
Bls: [Keuangan] Ekonomi Pancasila
Saya hanya mencoba menjawab bahwa itu ada secara teoritik. Secara detail silahkan dicari sendiri mas, saya kira mereka juga menulis cukup banyak. Sritua Arief dulu lama menulis untuk Kompas kan, Mubyarto juga sudah menulis buku, bahkan ada satu buku yg ditulis dg Boediono, cawapres terpilih. Anda malah nanya persamaan matematis, sejak kapan ilmu ekonomi standarnya persamaan matematis? Apalagi hanya indah tidak indah, wah sayang sekali mas. salam, pras Dari: Bali da Dave dfa...@yahoo.com Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Terkirim: Kamis, 1 Oktober, 2009 01:49:46 Judul: [Keuangan] Ekonomi Pancasila apa yg dipaparkan Sri Edhi-Swasono, Mubyarto, atau Sritua Arief saya kira cukup mewakili pandangan ini Barangkali bisa diperjelas apa yang dimaksud dengan pandangan dari beliau-beliau itu ? Konsep koperasi atau apalah... barangkali bisa di list satu demi satu? Saya juga kurang jelas barangkali nanti bisa berkembang, ada persamaan-persamaan matematisnya sehingga bisa lebih indah seperti ekonom neoliberal atau ekonom Keynes dan lainnya, dan bukan di awang-awang saja? Thanks [Non-text portion _ _ _ _ _ _ Get more done like never before with Yahoo!7 Mail. Learn more: http://au.overview. mail.yahoo. com/ [Non-text portions of this message have been removed] __ Coba Yahoo! Messenger 10 Beta yang baru. Kini dengan update real-time, panggilan video, dan banyak lagi! Kunjungi http://id.messenger.yahoo.com/ [Non-text portions of this message have been removed]
Re: Bls: [Keuangan] Ekonomi Pancasila
At 04:12 PM 10/1/2009, you wrote: Saya hanya mencoba menjawab bahwa itu ada secara teoritik. Secara detail silahkan dicari sendiri mas, saya kira mereka juga menulis cukup banyak. Sritua Arief dulu lama menulis untuk Kompas kan, Mubyarto juga sudah menulis buku, bahkan ada satu buku yg ditulis dg Boediono, cawapres terpilih. Anda malah nanya persamaan matematis, sejak kapan ilmu ekonomi standarnya persamaan matematis? Apalagi hanya indah tidak indah, wah sayang sekali mas. Matematika itu penting untuk bisa memperkirakan apa yang mungkin dan apa yang tidak mungkin terjadi. Misalnya: tidak mungkin ada akar kuadrat bilangan negatif, atau minus dikali minus itu hasilnya PASTI plus, dan suatu bilangan bulat kalau dipangkatkan dua pasti membesar. Belum lagi matematika ketika dikawinkan dengan sejarah akan menghasilkan statistik, sebuah alat yang akan sangat berguna dalam menganalisa tingkat laku manusia, baik perseorangan maupun kelompok... Kalau tidak ada penjelasan dalam notasi matematik - maka kita jadi sulit untuk tahu apakah sesuatu itu mungkin terjadi atau mustahil terjadi. Jangan nanti kita capek-capek melakukan ini-itu -- eh ternyata memang mustahil bisa terjadi Sayang kan... Anda mungkin bisa bikin gudeg tanpa resep -- tetapi jelas bahwa membuat gudeg melalui resep yang jelas, akan memudahkan seseorang untuk membuat gudeg. Bukan tiba-tiba nantinya malah jadi es sekoteng... Sama dengan itu: konsep ekonomi yang baik itu jelas resepnya. Bisa diikuti oleh orang berbeda dengan pemahaman yang sama - sehingga hasilnya pun akan sama... Nah coba dong sajikan resep Ekonomi Pancasila (baca gudeg) - yang nantinya benar-benar jadi gudeg...
Re: Bls: [Keuangan] Ekonomi Pancasila
Maksudnya biar diskusinya terarah. Satu demi satu point ekonomi pancasilanya ditelaah. Jadi lebih teratur (maklum katanya sekarang sudah tidak dimoderasi, saya mencoba menjadi moderator... he..he...) Kalau misalnya disebutkan koperasi salah satu bentuk pancasilanya, bisa dibahas koperasi saja secara ilmu ekonomi. Dan bicara Pancasila (ideologi) digabung dengan ekonomi (ilmu), kadang-kadang ideologinya menutupi fakta (contoh UniSovyet yang ngotot komunisme lebih unggul - hanya karena memang itu ideologinya.) Jadi kalau misalnya kita membahas ekonomi Pancasila, kita berusaha menjauhkan diri (agar tidak subyektif dan lebih obyektif). Dan dalam kaitan ini, kita tahu bahwa ekonomi pancasila itu ada unsur agamanya. Dan kita tau juga kalau masalah agama ini bicara nyawa juga banyak yang dengan sukarela ngotot dan berkorban apa saja. Jadi ekonomi dari segi Agama kalau menurut saya lebih baik jangan dibahas di sini... terlalu sensitif (katanya milis ini bukan untuk membahas masalah sara). Bisa bikin orang gelap mata. Dan masalah kemanusiaan juga sebenarnya sangat terpengaruh dari budaya. Menurut adat jepang, orang yang menjual perusahaannya (menjual rahasia perusahaan) hampir sama dengan orang yang menjual rahasia negara atau bahkan menjual ibu/ayah sendiri. Ini karena budaya mereka yang menganggap ketua klan (perusahaan) sebagai kepala keluarga. Jadi masalah manager yang buyout perusahaan umum dan kemudian secara telengas pecat karyawan agar aset perusahaan bisa dijual (piece meal) benar-benar dianggap manusia biadab. Jadi memang masalah ekonomi tidak bisa lepas dari kehidupan, dan untuk mudahnya kita bisa bahas dari prinsip-prinsip ekonomi yang kita ketahui. Apakah ekonomi pancasila misalnya menganggap kurva agregat supply dan kurva agregat demand itu sama dengan buku ekonomi umum? Dan lain-lainnya. Kalau soal persamaan matematik, saya pernah coba membahas/menerjemahkan artikelnya Krugman, yang saya juga setuju. Tidak semua konsep ekonomi bisa digambarkan dengan plus minus matematis, persamaan linear atau juga persamaan parabolik. Tapi prinsip-prinsip utamanya dapat dipermudah untuk dimengerti dengan melihat grafik, misalnya kurva supply demand (walaupun tidak selalu bisa dijadikan persamaan matematis). --- On Thu, 1/10/09, prastowo prastowo sesaw...@yahoo.com wrote: From: prastowo prastowo sesaw...@yahoo.com Subject: Bls: [Keuangan] Ekonomi Pancasila To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Received: Thursday, 1 October, 2009, 6:12 PM Saya hanya mencoba menjawab bahwa itu ada secara teoritik. Secara detail silahkan dicari sendiri mas, saya kira mereka juga menulis cukup banyak. Sritua Arief dulu lama menulis untuk Kompas kan, Mubyarto juga sudah menulis buku, bahkan ada satu buku yg ditulis dg Boediono, cawapres terpilih. Anda malah nanya persamaan matematis, sejak kapan ilmu ekonomi standarnya persamaan matematis? Apalagi hanya indah tidak indah, wah sayang sekali mas. salam, __ Get more done like never before with Yahoo!7 Mail. Learn more: http://au.overview.mail.yahoo.com/ [Non-text portions of this message have been removed]
Bls: Bls: [Keuangan] Ekonomi Pancasila
Kembali saja ke testimoni Krugman, bahwa matematika itu penting bagi ilmu ekonomi, tetapi ia bukanlah tuan, melainkan abdi bagi penyusunan model ekonomi dan pengambilan keputusan yang tepat. Saya tentu saja tidak anti ekonomi. Kalau kita sedikit menilik sejarah ilmu ekonomi, mula2 Adam Smith bahkan tak membuat persamaan matematis, mungkin baru sejak ekonom neoklasik yang banyak dipengaruhi perkembangan sains dan filsafat positivistik mengembangkan pemakaian matematika( misal filsafat Frege dll.). Kebenaran matematis tentu saja umum diterima, karena sebagai aksioma tak mungkinlah seorang ilmuwan ekonomi, entah aliran Pancasila atau Neolib, menbantah aksioma matematika. Bagi saya pribadi, tantangan bagi ilmu ekonomi adalah: 1. Tidak terjebak dalam ekstrem, bahwa ilmu ekonomi dlm sejarahnya adalah human science atau social science, bukan natural science. Maka matematika hanyalah salah satu, bukan satu-satunya piranti. 2. Ilmu ekonomi hendak memahami gejala manusia sebagai makhluk tertentu ( homo economicus yang self-interested), maka dalam mengembangkan model dan teorinya ia 'ceteris paribus' terhadap aneka keragaman asumsi manusia, entah homo culturalis, homo historicus, etc. Parsimoni tentu saja perlu, karena ilmu ekonomi adalah ilmu spesialis. Maksud saya, mengatakan bahwa bahwa homo economicus itu salah satu sifat manusia itu benar, tapi menyimpulkan bahwa manusia adalah homo economicus saja, pastilah keliru. Ini berlaku juga bagi ilmu2 spesialis yg lain. Yang harus saya klarifikasi, saya bukan ekonom, dan tak mungkin mampu menyusun model itu. Saya hanya mengatakan bahwa pemikiran ttg Ekonomi Pancasila itu ada, dan konstitusi kita jg mengatakan itu. Saya lebih menggarisbawahi bahwa Ekonomi Pancasila mula2 adalah sebuah upaya untuk keluar dari tegangan kapitalisme vs sosialisme, sebagaimana sosial demokrasi dan ekonomi pasar sosial lahir di Jerman dan Eropa kontinental lainnya. Jika kita lihat dalam aliran mainstream, apakah ada kesepakatan pada satu model dan itu langgeng? Ketika self-regulating market economy yg dihegemoni Inggris di abad ke-19 runtuh, ditandai depresi besar 1930-an, model neoklasik digugat, lalu lahir Keynesianism, hingga era 1970-an, era 'Golden Age' di mana lebih condong ke 'welfare-state capitalism' atau 'regulated-capitalism' selesai akibat krisis, lahirlah monetarisme yg banyak mengasalkan pada gagasan neoklasik kembali, dan dirintis Friedman. Menjadi apa yg sering disebut aliran 'neoliberal', hingga krisis ekonomi 1998, lalu subprime mortgage crisis 2008 lalu. Dari sejarah mainstream itu saja bisakah Anda jelaskan juga apakah model matematisnya sama ataukah berbeda? Kalau sama, kenapa mereka hidup dan mati? Kalau berbeda, mengapa pula harus selalu lahir yang baru, dan mana yang orthodoks? salam, pras Dari: Poltak Hotradero hotrad...@gmail.com Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Terkirim: Kamis, 1 Oktober, 2009 03:05:53 Judul: Re: Bls: [Keuangan] Ekonomi Pancasila At 04:12 PM 10/1/2009, you wrote: Saya hanya mencoba menjawab bahwa itu ada secara teoritik. Secara detail silahkan dicari sendiri mas, saya kira mereka juga menulis cukup banyak. Sritua Arief dulu lama menulis untuk Kompas kan, Mubyarto juga sudah menulis buku, bahkan ada satu buku yg ditulis dg Boediono, cawapres terpilih. Anda malah nanya persamaan matematis, sejak kapan ilmu ekonomi standarnya persamaan matematis? Apalagi hanya indah tidak indah, wah sayang sekali mas. Matematika itu penting untuk bisa memperkirakan apa yang mungkin dan apa yang tidak mungkin terjadi. Misalnya: tidak mungkin ada akar kuadrat bilangan negatif, atau minus dikali minus itu hasilnya PASTI plus, dan suatu bilangan bulat kalau dipangkatkan dua pasti membesar. Belum lagi matematika ketika dikawinkan dengan sejarah akan menghasilkan statistik, sebuah alat yang akan sangat berguna dalam menganalisa tingkat laku manusia, baik perseorangan maupun kelompok... Kalau tidak ada penjelasan dalam notasi matematik - maka kita jadi sulit untuk tahu apakah sesuatu itu mungkin terjadi atau mustahil terjadi. Jangan nanti kita capek-capek melakukan ini-itu -- eh ternyata memang mustahil bisa terjadi Sayang kan... Anda mungkin bisa bikin gudeg tanpa resep -- tetapi jelas bahwa membuat gudeg melalui resep yang jelas, akan memudahkan seseorang untuk membuat gudeg. Bukan tiba-tiba nantinya malah jadi es sekoteng... Sama dengan itu: konsep ekonomi yang baik itu jelas resepnya. Bisa diikuti oleh orang berbeda dengan pemahaman yang sama - sehingga hasilnya pun akan sama... Nah coba dong sajikan resep Ekonomi Pancasila (baca gudeg) - yang nantinya benar-benar jadi gudeg... Yahoo! Mail Kini Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya sekarang! http://id.mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
Bls: Bls: [Keuangan] Ekonomi Pancasila
Saya kira begini Mas. 1. Saya harus klarifikasi bahwa saya bukan ekonom, maka bukan kapasitas saya bicara ini, nanti malah salah. Saya hanya menunjukkan sebuah fakta yang memang ada. Detailnya bisa saja kita serius adakah forum, toh orang seperti Sri Edhi-Swasono, Revrisond Baswir, Kwik Kian Gie, Iman Sugema, Dawam Rahardjo, atau yang lain masih ada, dan umumnya mereka cukup berbeda dibanding ekonom mainstream, meski pula tak bisa langsung dimasukkan dlm petak 'ekonom Pancasila'. 2. Koperasi atau kini yg lebih populer adalah Credit Union, adaptasi dari model di Jerman dan Bangladesh, saya kira bukan sebuah aliran ekonomi dalam arti teoritik melainkan perwujudan dari keyakinan tertentu akan sebuah proses ekonomi. Soal hukum ekonominya saya kira sama, yang lebih membedakan adalah bagaimana laba harus dibagi, tingkat bunga ditentukan, atau tujuan2 bersama yg lebih jelas krn berbasis paguyuban, bukan 'unintended consequence'. 3. Saya lebih mendalami filsafat ekonomi, khususnya pembacaan teks Adam Smith, baik The Wealth of Nations dan The Theory of Moral Sentiment, bisa dilihat di www.indoprogress.blogspot.com, selebihnya saya baru mulai belajar, entah F.Hayek maupun M. Friedman, itu pun masih secuil. Ketika Smith menulis, ia lebih menjelaskan teorinya dari pendekatan ilmu alam ( fisika Newton ), bukan model matematika yg misalnya waktu itu didominasi model Cartesian. Maka maafkan ketika saya lebih banyak bicara di tataran normatis, refleksi etis, dibandingkan praktik empiriknya, meski keduanya tentu sangat erat terkait. Saya sendiri tidak melihat kaitan atau berusaha mengaitkan Ekonomi Pancasila dg agama tertentu. Bagi saya, Ekonomi Pancasila atau Ekonomi Konstitusi harus lebih diarahkan ke ekonomi-politik, yang menjamin bahwa struktur ekonomi diciptakan, dijalankan, dan diarahkan pada tujuan negara, dengan memegang prinsip lima sila itu. Ilmuwan yang baik memang tidak boleh mencapuradukkan keyakinan dan keilmuan, meski keyakinannya akan mempengaruhi pengambilan kebijakan. Jadi hemat saya, Ekonomi Pancasila bisa diajak bicara tentang: - apakah pasar adalah satu2nya sarana alokasi yg adil dan baik? - di mana peran dan posisi negara? - apakah asumsi bahwa manusia ekonomi sbg agen rasional dan self-interested memadai? - sejauh mana pengaruh institusi dlm ilmu ekonomi? Percabangan di sini saja banyak, misalnya saya pernah baca studi Psikologi Ekonomi yg dikembangkan Gintis, Bowles, atau belakangan Akerlof, sosiologi ekonomi ( Swedberg, North, dll). Mungkin lebih tepat jika ranah bicaranya di sini. Karena bisa jadi di bangku kuliah kita belajar teori yang sama tapi memiliki keyakinan atas pertanyaan2 saya di atas secara berbeda-beda, dengan demikian kita masuk ekonomi-politik, ranah bagi Ekonomi Pancasila. Ada dua gejala, saintisme, yakni ilmu2 empirik hendak menjelaskan hal di luar 'yang empirik', dan fideisme, yaitu semua akan ditarik ke soal-soal agama atau iman saja. Keduanya tidak sehat dan tidak benar saya kira. demikian salam, pras Dari: Bali da Dave dfa...@yahoo.com Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Terkirim: Kamis, 1 Oktober, 2009 03:25:23 Judul: Re: Bls: [Keuangan] Ekonomi Pancasila Lebih aman saat online. Upgrade ke Internet Explorer 8 baru dan lebih cepat yang dioptimalkan untuk Yahoo! agar Anda merasa lebih aman. Gratis. Dapatkan IE8 di sini! http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer/ [Non-text portions of this message have been removed]
Re: Bls: Bls: [Keuangan] Ekonomi Pancasila
At 08:14 AM 10/2/2009, you wrote: Saya sendiri tidak melihat kaitan atau berusaha mengaitkan Ekonomi Pancasila dg agama tertentu. Bagi saya, Ekonomi Pancasila atau Ekonomi Konstitusi harus lebih diarahkan ke ekonomi-politik, yang menjamin bahwa struktur ekonomi diciptakan, dijalankan, dan diarahkan pada tujuan negara, dengan memegang prinsip lima sila itu. Ilmuwan yang baik memang tidak boleh mencapuradukkan keyakinan dan keilmuan, meski keyakinannya akan mempengaruhi pengambilan kebijakan. Jadi hemat saya, Ekonomi Pancasila bisa diajak bicara tentang: - apakah pasar adalah satu2nya sarana alokasi yg adil dan baik? - di mana peran dan posisi negara? - apakah asumsi bahwa manusia ekonomi sbg agen rasional dan self-interested memadai? - sejauh mana pengaruh institusi dlm ilmu ekonomi? Pertanyaan anda terlalu condong pada aspek politiknya. Padahal ada kata EKONOMI (dalam istilah Ekonomi Pancasila) Bagaimana kalau pertanyaannya adalah: - Apakah prinsip supply-demand berlaku dalam Ekonomi Pancasila? Sejauh apa? - Apakah fungsi interest rate dalam modal (kapital) berlaku dalam Ekonomi Pancasila? Sejauh apa? - Apakah komponen ekonomi berupa modal, tenaga kerja, dan teknologi berperan dalam Ekonomi Pancasila? Sejauh apa? - Apakah relasi pasar barang jasa, pasar tenaga kerja, dan pasar modal berlaku dalam Ekonomi Pancasila? Sejauh apa? Itu saja dulu deh.
Re: Bls: Bls: [Keuangan] Ekonomi Pancasila
At 07:44 AM 10/2/2009, you wrote: Kembali saja ke testimoni Krugman, bahwa matematika itu penting bagi ilmu ekonomi, tetapi ia bukanlah tuan, melainkan abdi bagi penyusunan model ekonomi dan pengambilan keputusan yang tepat. Nah sekarang model matematika-nya Ekonomi Pancasila secara spesifik itu apa ya? Mau jadi tuan kek, mau jadi abdi kek... terserah deh. Yang penting ada dan bisa dibedakan. Yang harus saya klarifikasi, saya bukan ekonom, dan tak mungkin mampu menyusun model itu. Saya hanya mengatakan bahwa pemikiran ttg Ekonomi Pancasila itu ada, dan konstitusi kita jg mengatakan itu. Saya lebih menggarisbawahi bahwa Ekonomi Pancasila mula2 adalah sebuah upaya untuk keluar dari tegangan kapitalisme vs sosialisme, sebagaimana sosial demokrasi dan ekonomi pasar sosial lahir di Jerman dan Eropa kontinental lainnya. Begini, kita coba di tataran logika. Kuda Nil itu bukan Gajah. Gajah juga bukan Kuda Nil Nah kemudian ada disebutkan ada suatu mahluk, yang definisinya adalah: bukan Kuda Nil dan juga bukan Gajah. Apakah definisi itu cukup? Jelas sangat tidak cukup. Kita perlu tahu apakah hewan itu melenguh, mengembik, mengaum, atau mengeong. Kita perlu tahu hewan itu makannya apa. Kita perlu tahu hewan itu punya punuk atau tidak. Kita perlu tahu hewan itu sudah punah atau masih ada... Pertanyaan saya dari awal tidak berubah: Hewan itu apa persisnya? (kalau memang sudah punah (velociraptor) atau dari awal memang nggak pernah ada (pegasus)... ya ngapain kita ributin sesuatu yang sekadar bukan kuda nil dan juga bukan gajah)
Re: Bls: Bls: [Keuangan] Ekonomi Pancasila
I like this statement! Perfect! Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! -Original Message- From: Poltak Hotradero hotrad...@gmail.com Date: Fri, 02 Oct 2009 11:54:21 To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Subject: Re: Bls: Bls: [Keuangan] Ekonomi Pancasila At 07:44 AM 10/2/2009, you wrote: Kembali saja ke testimoni Krugman, bahwa matematika itu penting bagi ilmu ekonomi, tetapi ia bukanlah tuan, melainkan abdi bagi penyusunan model ekonomi dan pengambilan keputusan yang tepat. Nah sekarang model matematika-nya Ekonomi Pancasila secara spesifik itu apa ya? Mau jadi tuan kek, mau jadi abdi kek... terserah deh. Yang penting ada dan bisa dibedakan. Yang harus saya klarifikasi, saya bukan ekonom, dan tak mungkin mampu menyusun model itu. Saya hanya mengatakan bahwa pemikiran ttg Ekonomi Pancasila itu ada, dan konstitusi kita jg mengatakan itu. Saya lebih menggarisbawahi bahwa Ekonomi Pancasila mula2 adalah sebuah upaya untuk keluar dari tegangan kapitalisme vs sosialisme, sebagaimana sosial demokrasi dan ekonomi pasar sosial lahir di Jerman dan Eropa kontinental lainnya. Begini, kita coba di tataran logika. Kuda Nil itu bukan Gajah. Gajah juga bukan Kuda Nil Nah kemudian ada disebutkan ada suatu mahluk, yang definisinya adalah: bukan Kuda Nil dan juga bukan Gajah. Apakah definisi itu cukup? Jelas sangat tidak cukup. Kita perlu tahu apakah hewan itu melenguh, mengembik, mengaum, atau mengeong. Kita perlu tahu hewan itu makannya apa. Kita perlu tahu hewan itu punya punuk atau tidak. Kita perlu tahu hewan itu sudah punah atau masih ada... Pertanyaan saya dari awal tidak berubah: Hewan itu apa persisnya? (kalau memang sudah punah (velociraptor) atau dari awal memang nggak pernah ada (pegasus)... ya ngapain kita ributin sesuatu yang sekadar bukan kuda nil dan juga bukan gajah) [Non-text portions of this message have been removed] = Blog resmi AKI, dengan alamat www.ahlikeuangan-indonesia.com - Facebook AKI, untuk mengenal member lain lebih personal, silahkan join http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045 - Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com = Perhatian : - Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting sebelumnya - Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas - Saran, kritik dan tulisan untuk blog silahkan ahlikeuangan-indonesia-ow...@yahoogroups.comyahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:ahlikeuangan-indonesia-dig...@yahoogroups.com mailto:ahlikeuangan-indonesia-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: ahlikeuangan-indonesia-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: Bls: Bls: [Keuangan] Ekonomi Pancasila
Kesimpulan sementara: -ekonomi dibahas dari segi studi ilmu, -Pancasila dibahas dari cita-cita politik negara Kadang-kadang ilmu belum cukup untuk bisa mencapai cita-cita politik negara, Sama seperti ilmu ekonomi yang diakui Krugman masih belum bisa memprediksi atau mencegah resesi. Saya sendiri tidak melihat kaitan atau berusaha mengaitkan Ekonomi Pancasila dg agama tertentu. Bagi saya, Ekonomi Pancasila atau Ekonomi Konstitusi harus lebih diarahkan ke ekonomi-politik, yang menjamin bahwa struktur ekonomi diciptakan, dijalankan, dan diarahkan pada tujuan negara, dengan memegang prinsip lima sila itu. Ilmuwan yang baik memang tidak boleh mencapuradukkan keyakinan dan keilmuan, meski keyakinannya akan mempengaruhi pengambilan kebijakan. Jadi hemat saya, Ekonomi Pancasila bisa diajak bicara tentang: - apakah pasar adalah satu2nya sarana alokasi yg adil dan baik? - di mana peran dan posisi negara? - apakah asumsi bahwa manusia ekonomi sbg agen rasional dan self-interested memadai? - sejauh mana pengaruh institusi dlm ilmu ekonomi?