Krugman, hubungan antara politik
(pengembangan middle class) dengan ekonomi.



Di tahun 1997, Paul Krugman, kolumnis
populer yang sering mengisi artikel NYTimes (juga pernah menjadi
pemenang Nobel Ekonomi) menerbitkan buku yang mencoba mencari
hubungan antara keinginan politik dengan keberhasilan ekonomi.



Ia mencoba membantah hipotesa dari ekonom neoklasikal  bahwa siklus peningkatan 
kesenjangan sosial dan peningkatan
kesetaraan ekonomi (yang disebutnya sebagai fase “compression”)
berlangsung secara natural. 




Kaum neoklasikal menyatakan bahwa
peningkatan kesenjangan sosial terjadi secara natural karena kaum
pengusaha memperoleh peluang bisnis besar, dan secara natural pula
nantinya ada proses penyebaran kemakmuran (trickle down) yang
mengakibatkan berkurangnya kesenjangan sosial ini.



Krugman membantah dan mengatakan bahwa
baik peningkatan kesenjangan sosial maupun peningkatan pemerataan
kemakmuran sangat tergantung dari kemauan politik pemerintah untuk
mengambil salah satu dari arah peningkatan kemakmuran ini.



Saya sendiri menambahkan buat rekan
yang ingin menelaah hipotesa Krugman di buku ini bahwa Amerika dapat
melaksanakan keinginan politiknya (untuk memeratakan atau malah
menimbulkan kesenjangan sosial) karena mereka memiliki sistem
ekonomi yang relatif independen (di tahun 1945 – 1980). Kemampuan
pasar domestik mereka untuk memproduksi maupun mengkonsumsi kegiatan
ekonomi bisa saling mencukupi. Bila dibandingkan dengan Indonesia,
situasinya mungkin agak berbeda.



Secara umum Krugman menyatakan bahwa
Partai Republik umumnya mewakili kepentingan kaum berpunya dan
menerima banyak donasi dari perusahaan-perusahaan besar (agar mereka
mendukung program yang diinginkan perusahaan besar tersebut).
Sementara Partai Demokrat bersifat lebih populis, berupaya untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat secara merata, meningkatkan jumlah
orang-orang yang termasuk kaum “middle class” dan mendukung
hak-hak sipil rakyat.



Ia menunjukkan bahwa pada masa “robber
barron”, yakni orang-orang super kaya yang memonopoli ekonomi
(misalnya JP Morgan, Mellon, Carnegie, Frick, dll), perkembangan
konglomerasi mereka didukung oleh pemerintah yang saat itu dikuasai
partai Republik. Politik uang pun saat itu digunakan untuk menekan
orang-orang kecil agar tidak ikut dalam pemungutan suara, bahkan
menekan buruh-buruh agar mereka tidak meminta kenaikan upah. Ada
disebutkan dalam sejarah bahwa buruh bekerja lebih dari 12 jam sehari
dengan upah minimal.



Krisis ekonomi The Great Depression dan
Perang Dunia (ke dua dan pertama) membawa perubahan dimana pemerintah
mulai beralih untuk mendukung kaum buruh. Perang Dunia memerlukan
suplai bahan baku yang selalu stabil agar para prajurit bisa menang.
Untuk itulah kemudian pemerintah berupaya agar mogok kerja hanya seminim
mungkin, dan produksi tidak terhambat. Artinya sering permintaan
kenaikan gaji dan peningkatan kualitas kerja (menjadi cuma 8 jam
kerja) akhirnya di dukung oleh pemerintah.



Di jaman ini jugalah pemerintah yang
dikuasai kaum Demokrat (Franklin D Roosevelt) berupaya untuk mulai
memperhatikan kesamaan hak antara prajurit kulit hitam dengan
prajurit kulit putih. Proses menghilangkan konsep rasisme ini
berlangsung sangat lama. Baru di tahun 1966 sajalah segregasi kulit
hitam dan putih di tiadakan (padahal sudah mulai diusahakan di tahun 45 dengan 
penyamaan di bidang militer). 

Masyarakat kulit hitam yang tadinya
tidak boleh ikut memilih presiden akhirnya memiliki payung hukum yang
dikeluarkan oleh kaum Demokrat. Masyarakat kulit hitam yang tadinya
tidak boleh pergi ke universitas harvard, akhirnya mulai
diperbolehkan.



Sejarah jelas mencatat bahwa masa
booming ekonomi sangat jelas terlihat pada periode pasca perang dunia
ke dua ini, yakni di masa pemerintahan kaum Demokrat. Dan perubahan dari 
kondisi yang sangat senjang menjadi lebih merata terjadi dengan drastis, bukan 
melalui proses bertahap yang natural.  Logikanya
adalah bahwa kebijakan-kebijakan yang disusun pemerintah adalah
mengupayakan peningkatan jumlah dan kualitas kaum middle class (yang
menjadi mayoritas). Artinya baik kekayaan maupun jumlah penduduk yang
berkecukupan memiliki bentuk kurva statistik normal (gemuk di
tengah).



Demikianlah maka semakin makmur rakyat
middle class, semakin banyak mereka mengkonsumsi. Ini berarti terjadi
peningkatan demand (permintaan) yang diikuti pula dengan peningkatan
investasi untuk meningkatkan produksi. Akibatnya semakin banyak pula
lapangan kerja yang diciptakan. (disini jelas terlihat bahwa ekonomi
saat tersebut bisa dibilang “self sufficient”). 




Lalu mengapa kemudian di era tahun 1980
pemerintahan justru berbalik dari partai Demokrat kembali kepada
partai Republik (Ronald Reagan) dengan konsep pengurangan pajak dan
pasar bebas neo-klasik nya yang kemudian membuat terjadinya lagi
kesenjangan sosial?



Krugman menjelaskan bahwa mulai tahun
1965, meningkatnya aktivitas demonstrasi warga kulit hitam membawa
nuansa kacau dan ketiadaan hukum. Tingkat kekerasan dan kriminalitas
meningkat. Kita ingat pula bahwa dalam film American Gangster, Perang
Vietnam membawa banyak narkoba yang dapat dijual murah di
jalan-jalan. Dan justru kaum kulit hitam inilah (yang berusaha untuk
keluar dari kemiskinan) yang melakukan tindakan kriminalitas tersebut.
Seks bebas, penggunaan narkoba, periode kemalasan dan tidak bekerja
(seperti digambarkan dalam film-film tentang the flower
generation/era Beatles) mengakibatkan ledakan jumlah anak haram yang
dilahirkan, anak-anak yang tidak terdidik dan kurang disiplin, dan meningkatnya 
jumlah pengangguran. Para penganggur ini bergantung pada
kucuran dana welfare pemerintah.



Di sinilah partai Republik dan Ronald
Reagan memulai kampanyenya. Dalam pidatonya untuk mencapai posisi
gubernur, Ronald Reagan yang adalah aktor kaya mewakili grup nya
untuk membatasi jumlah uang yang dibayarkan kepada penganggur ini.
Banyak dari orang-orang pengangguran yang bergantung dari welfare
pemerintah adalah kaum terbelakang kulit hitam yang dulunya selalu
ditekan dan tidak diperbolehkan untuk meminta bantuan welfare
pemerintah. Jadi demikianlah maka kaum republik berupaya untuk
menyalahkan kondisi kacau kriminal dan meningkatnya jumlah dana untuk
membayar pengangguran itu pada kaum Demokrat.



Harus diakui bahwa sejak tahun 1980,
ekonomi Amerika memang membaik dan di saat itu pula Reagan mencapai
kesuksesan dalam hubungan luar negeri dan masalah Perang dingin
dengan Uni Sovyet. Namun Krugman menyatakan bahwa kesuksesan ini
berasal dari kaum middle class yang kuat sebagai pangsa pasar dan
juga produsen kebutuhan negara.



Fokus untuk memberikan perhatian
pada perusahaan besar (yang memberikan donasi dana kampanye bagi kaum
republik) semakin lama semakin mengikis kekuatan kaum middle class
ini. Gaji per jam minimum masyarakat Amerika meningkat cuma sedikit,
dan bila disesuaikan dengan inflasi ternyata malah sudah lebih rendah
dari standar gaji era tahun 1950. Sebaliknya orang-orang super kaya
menyerap banyak jumlah kemakmuran Amerika dan jumlah gaji mereka
(dengan stock option dan bonus-bonus lainnya) malah mulai membuat
mereka mengambil resiko yang terlalu tinggi. Sampai akhirnya
terjadilah krisis di tahun 2008 ini.



Sangat menarik, Krugman menulis dan
menerbitkan buku ini di tahun 2007 (hard cover), dan belum lama ini
baru keluar soft covernya. 




      
__________________________________________________________________________________
See what's on at the movies in your area. Find out now: 
http://au.movies.yahoo.com/session-times/

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke