Bisa jadi skenario Bung Dave benar.. Tapi mungkin masih perlu dipertimbangkan
faktor-faktor lain misalnya pertumbuhan penduduk akan makin pesat dan faktor
psikologis-ekonomi.
Faktor psikologis-ekonomi yg saya maksud adalah suatu hipotesis yg menyatakan
kalau rakyat 'gampang' cari duit, maka cenderung akan 'makin malas', dengan
catatan kondisi yg lain tidak berubah (ceteris paribus).
Maka itu di negara-negara maju pajaknya lebih tinggi. Agar meskipun orang
gampang cari duit namun tetap harus bekerja. Ada contoh ekstrim yang saya
dengar di suatu negara, kalau orang yang kaya banget sekalipun kalau tidak
bekerja sampai lima tahun bisa jatuh miskin gara-gara hartanya habis dipotong
pajak. Tapi skibatnya sekolah bisa gratis, kesehatan dan public service bagus,
dan orang yang tiba-tiba nganggur ndak mesti langsung kelaparan.
Pertumbuhan penduduk yang makin pesat mungkin bisa diatasi dengan tingkat
pendidikan rakyat yg lebih tinggi. Di suatu negara Eropa maju, saya dengar
kuliah bisa gratis (disubsidi pemerintah, bahkan student luar negeri juga kalau
kuliah disitu gratis, cukup mikirin biaya hidup saja). Tapi di sisi lain
pemerintahnya pusing gara-gara perempuan dan laki-laki yg notabene
berpendidikan tinggi tersebut malas punya anak, atau ada istilah perempuannya
malas melahirkan, atau dua-duanya cuma pengen enaknya aja. :) Akhirnya yang
pertumbuhan penduduknya lebih tinggi adalah penduduk imigran.
Yah, saya tahu persis Indonesia masih jauh dari kenyataan seperti itu. Dengan
tingkat pendidikan yang kurang memadai, orang makin sejahtera cenderung
mengalokasikan kekayaannya untuk menambah istri dan anak.
Mungkin kesimpulannya, dimana ada manusia, disitu pasti ada masalah :)
Salam,
--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Bali da Dave dfa...@... wrote:
Ekonomi booming, standar hidup masyarakat lebih baik lagi
Makanan lebih mudah dibuat (penduduk bisa pakai traktor lebih murah). Biaya
pembuatan barang-barang turun, berarti penduduk lebih mudah membeli... yah
jadi kesimpulannya lebih makmur, semua orang...
Soalnya segala pengolahan barang sekarang ini kan tergantung sama energi. mau
bikin besi dari tambangnya perlu energi, mau diolah jadi batangan perlu
energi, mau diolah jadi mobil perlu energi, dll
Semakin murah, semakin makmur. Ini salah satu alasan subsidi pemerintah ri
sejak berdirinya negara. Sayang kandungan minyak malah tambah sedikit, gak
cukup buat mendukung subsidi 220juta orang indonesia...
--- On Wed, 5/8/09, zunaidi harry