Re: [Keuangan] Washington Post: Making the economy more just

2010-07-27 Terurut Topik lubeck
Perusahaan baru dapat profit kalau ia TERLEBIH DAHULU MELAYANI/MENSERVICE 
customernya dengan baik dibandingkan kompetitornya.Entah itu melalui produknya 
yg lebih murah,berkualitas atau sesuai dng keinginan customer. Semakin 
perusahaan itu dapat men-create produk yg disukai dan dinikmati secara massal 
oleh konsumen, semakin ia diganjar kekayaan/profit.

Jadi saya tdk sependapat jika perusahaan yg mengejar profit  dianggap 
mengabaikan kesejahteraan publik/komunitas.

Kalau tdk percaya, jadilah entrepreneur.. :-)

Peace,
Lubeck
-Original Message-
From: Bali da Dave dfa...@yahoo.com
Sender: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Date: Sun, 25 Jul 2010 03:35:16 
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Reply-To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Subject: Re: [Keuangan] Washington Post: Making the economy more just

Artikelnya bagus...

Saya terjemahkan beberapa paragraf saja, khususnya tentang legislasi B dan 
selebihnya sih pengantar historis dari saya:

Negara Amerika sedang melakukan beberapa inovasi yang masih bersifat 
eksperimental agar perekonomian seluruh negara bisa bersifat lebih adil dan 
demokratis, yakni mencapai kesejahteraan yang berkesinambungan (sustainable 
prosperity) yang dinikmati oleh rakyat banyak bersama (shared
 prosperity).

Eksperimen ekonomi pertama: meloloskan undang-undang dimana dasar hukum 
perusahaan adalah bukan semata-mata mencari profit SAJA, tapi dengan 
memperhatikan tujuan publik/komunitas. 

Seperti pernah dibahas sebelumnya, perusahaan yang ingin memperbesar profitnya 
saja sering melakukan tingkah laku eksternalitas biaya. Artinya sebisa 
mungkin sumber daya sekitar (yang umumnya dianggap
 bebas sebab adalah milik publik/komunitas) digunakan sebesar-besarnya (sebab 
bebas dan tanpa harga/biaya). Ini bisa berakibat merugikan tujuan publik 
(common public purpose), misalnya polusi berlebihan, mencemarkan sumber air, 
atau bahkan menyedot habis sumber air.

Contoh common public purpose nya adalah kebersihan dan kelestarian lingkungan 
hidup, upaya mencegah peningkatan kriminal di masyarakat, bakti sosial, dll. Di 
Indonesia banyak perusahaan dengan sendirinya masih bersifat 'membaur dengan 
masyarakat', tapi di Amerika yang kultur 'sue and countersue'/saling menjegal 
ke pengadilan sudah kelewat batas, perusahaan yang mengorganisir bakti sosial 
atau pendirian posko banjir atau mendirikan sekolah dan rumah sakit gratis 
malah bisa masuk bui gara-gara ada pemegang saham yang gak rela. Akibatnya 
perusahaan sudah berubah menjadi mahluk berdarah dingin, yang sering kali juga 
berakibat pada proses pemilihan manajer/dirikturnya. Banyak orang
 komplein manajer amerika katanya ganas gak peduli lingkungan/masyarakat dan 
cenderung
 bersifat psikopat (neken bawahan). 

JAdilah kemudian diusahakan membuat legislasi B, supaya perusahaan ini sadar 
mereka masih merupakan bagian dari masyarakat.

Pertanyaan diskusinya: Apakah perlu dibuatkan proporsi (dari keuntungan) yang 
boleh dikeluarkan untuk menunjang tujuan masyarakat ini? Apakah pengeluaran ini 
bagian dari BIAYA pokok/operasi, ataukah merupakan persentase dari KEUNTUNGAN? 
(cara pikir akuntan -pos biaya vs pos penarikan keuntungan). Artinya kalau 
tidak untung tidak usah memikirkan kesejahteraan rakyat sekitarnya?

Menurut saya sih kegiatan sosial ini seharusnya adalah bagian dari biaya yang 
akan mengurangi keuntungan, dan nantinya akan mengurangi pajak juga. Jadi biaya 
'sosial' ini sejajar dengan biaya bahan mentah, biaya tenaga kerja, dan biaya 
pemasaran. Jadi alih-alih merugikan masyarakat dengan tingkah laku 
eksternalitasnya, perusahaan dapat membantu masyarakat dan memperkokoh 
komunitas. Lalu kemudian
 masalahnya berlanjut pula, tindakan sosial apa yang termasuk memperkokoh 
komunitas? Apakah yang hanya menyalurkan derma ke satu religius saja, ataukah 
yang menyokong 'ke-olahragaan tertentu saja, atau ke orang-orang tertentu saja? 
Jadi ini bisa menjadi sumber masalah baru sebab bisa menjadi lubang untuk 
menggalakkan korupsi. Kalau insentif buat koperasi saja bisa dijadikan ajang 
korupsi, apalagi kegiatan-kegiatan semacam bakti sosial yang menyebar ke 
mana-mana. Mana tau di daerah ini memang benar ada klub sepak bola the jangkrik

Tapi tentu saja ada orang yang mendebat bahwa semua kewajiban itu sudah 
dibebankan dengan membayar beban pajak. Dan pajak ini cuma dibebankan dari 
keuntungan.
 

Bagaimana menentukan besaran biaya 'sosial' ini yang masuk akal? Apakah 100 
ribu setahun masuk akal, ataukah 5% keuntungan masuk akal? Biaya ini tidak ada 
pasarnya dan tentu sulit untuk dicari harga wajarnya menurut hukum ekuilibrium 
supply dan demand. Seperti ada cuplikan dari penulis Oscar Wilde, nowadays men 
knows the price of everything and the value of nothing - sekarang ini segala 
macam barang ada harganya, tapi tidak ada yang tau nilai sebenarnya. Dimana 
menurut warren buffet, price is what you pay...  and value is what you get.

Bisa jadi perusahaan cuma mengeluarkan sedikit uang untuk

Re: [Keuangan] Washington Post: Making the economy more just

2010-07-25 Terurut Topik Bali da Dave
Artikelnya bagus...

Saya terjemahkan beberapa paragraf saja, khususnya tentang legislasi B dan 
selebihnya sih pengantar historis dari saya:

Negara Amerika sedang melakukan beberapa inovasi yang masih bersifat 
eksperimental agar perekonomian seluruh negara bisa bersifat lebih adil dan 
demokratis, yakni mencapai kesejahteraan yang berkesinambungan (sustainable 
prosperity) yang dinikmati oleh rakyat banyak bersama (shared
 prosperity).

Eksperimen ekonomi pertama: meloloskan undang-undang dimana dasar hukum 
perusahaan adalah bukan semata-mata mencari profit SAJA, tapi dengan 
memperhatikan tujuan publik/komunitas. 

Seperti pernah dibahas sebelumnya, perusahaan yang ingin memperbesar profitnya 
saja sering melakukan tingkah laku eksternalitas biaya. Artinya sebisa 
mungkin sumber daya sekitar (yang umumnya dianggap
 bebas sebab adalah milik publik/komunitas) digunakan sebesar-besarnya (sebab 
bebas dan tanpa harga/biaya). Ini bisa berakibat merugikan tujuan publik 
(common public purpose), misalnya polusi berlebihan, mencemarkan sumber air, 
atau bahkan menyedot habis sumber air.

Contoh common public purpose nya adalah kebersihan dan kelestarian lingkungan 
hidup, upaya mencegah peningkatan kriminal di masyarakat, bakti sosial, dll. Di 
Indonesia banyak perusahaan dengan sendirinya masih bersifat 'membaur dengan 
masyarakat', tapi di Amerika yang kultur 'sue and countersue'/saling menjegal 
ke pengadilan sudah kelewat batas, perusahaan yang mengorganisir bakti sosial 
atau pendirian posko banjir atau mendirikan sekolah dan rumah sakit gratis 
malah bisa masuk bui gara-gara ada pemegang saham yang gak rela. Akibatnya 
perusahaan sudah berubah menjadi mahluk berdarah dingin, yang sering kali juga 
berakibat pada proses pemilihan manajer/dirikturnya. Banyak orang
 komplein manajer amerika katanya ganas gak peduli lingkungan/masyarakat dan 
cenderung
 bersifat psikopat (neken bawahan). 

JAdilah kemudian diusahakan membuat legislasi B, supaya perusahaan ini sadar 
mereka masih merupakan bagian dari masyarakat.

Pertanyaan diskusinya: Apakah perlu dibuatkan proporsi (dari keuntungan) yang 
boleh dikeluarkan untuk menunjang tujuan masyarakat ini? Apakah pengeluaran ini 
bagian dari BIAYA pokok/operasi, ataukah merupakan persentase dari KEUNTUNGAN? 
(cara pikir akuntan -pos biaya vs pos penarikan keuntungan). Artinya kalau 
tidak untung tidak usah memikirkan kesejahteraan rakyat sekitarnya?

Menurut saya sih kegiatan sosial ini seharusnya adalah bagian dari biaya yang 
akan mengurangi keuntungan, dan nantinya akan mengurangi pajak juga. Jadi biaya 
'sosial' ini sejajar dengan biaya bahan mentah, biaya tenaga kerja, dan biaya 
pemasaran. Jadi alih-alih merugikan masyarakat dengan tingkah laku 
eksternalitasnya, perusahaan dapat membantu masyarakat dan memperkokoh 
komunitas. Lalu kemudian
 masalahnya berlanjut pula, tindakan sosial apa yang termasuk memperkokoh 
komunitas? Apakah yang hanya menyalurkan derma ke satu religius saja, ataukah 
yang menyokong 'ke-olahragaan tertentu saja, atau ke orang-orang tertentu saja? 
Jadi ini bisa menjadi sumber masalah baru sebab bisa menjadi lubang untuk 
menggalakkan korupsi. Kalau insentif buat koperasi saja bisa dijadikan ajang 
korupsi, apalagi kegiatan-kegiatan semacam bakti sosial yang menyebar ke 
mana-mana. Mana tau di daerah ini memang benar ada klub sepak bola the jangkrik

Tapi tentu saja ada orang yang mendebat bahwa semua kewajiban itu sudah 
dibebankan dengan membayar beban pajak. Dan pajak ini cuma dibebankan dari 
keuntungan.
 

Bagaimana menentukan besaran biaya 'sosial' ini yang masuk akal? Apakah 100 
ribu setahun masuk akal, ataukah 5% keuntungan masuk akal? Biaya ini tidak ada 
pasarnya dan tentu sulit untuk dicari harga wajarnya menurut hukum ekuilibrium 
supply dan demand. Seperti ada cuplikan dari penulis Oscar Wilde, nowadays men 
knows the price of everything and the value of nothing - sekarang ini segala 
macam barang ada harganya, tapi tidak ada yang tau nilai sebenarnya. Dimana 
menurut warren buffet, price is what you pay...  and value is what you get.

Bisa jadi perusahaan cuma mengeluarkan sedikit uang untuk penyemprotan nyamuk 
malaria di daerahnya, tapi benefit yang diperoleh masyarakat dan juga bagi 
perusahaan (VALUE) seringkali lebih besar dari biaya (PRICE) yang dibayar. 
Namun kasus sebaliknya tentu bisa saja terjadi...



--- On Thu, 22/7/10, sidqy suyitno sidqy_suyi...@yahoo.com wrote:

From: sidqy suyitno sidqy_suyi...@yahoo.com
Subject: [Keuangan] Washington Post: Making the economy more just
To: sidqy_suyi...@yahoo.com
Received: Thursday, 22 July, 2010, 11:40 AM







 



  



  
  
  Wednesday,  July 21, 

2010http://www.washingtonpost.com/wp-dyn/content/article/2010/07/20/AR2010072002754.html

 

Making the economy more just 

By Katrina vanden Heuvel[1]

Congress has passed the Wall Street Reform and Consumer Protection Act, but the 

task of transforming our economy into one of shared and sustainable

[Keuangan] Washington Post: Making the economy more just

2010-07-22 Terurut Topik sidqy suyitno
Wednesday,  July 21, 
2010http://www.washingtonpost.com/wp-dyn/content/article/2010/07/20/AR2010072002754.html
 
Making the economy more just 
By Katrina vanden Heuvel[1]
Congress has passed the Wall Street Reform and Consumer Protection Act, but the 
task of transforming our economy into one of shared and sustainable prosperity 
has only just begun. Structural reform will come not through the sweep of a 
single piece of legislation but with new, innovative economic models that 
better 
reflect the democratic values of this country. 

The good news is that some of these transformative ideas are already taking 
root. Here are five ways to build a more just economy that Americans are 
experimenting with across the country. 

The answer is 'B'
Corporations are compelled to pursue a single objective: maximize profit. In 
fact, a company can be sued for following goals that veer from that statutory 
obligation. 

That's why Maryland State Sen. Jamie Raskin sponsored the Benefit Corporation 
legislation that was signed into law this spring. It gives businesses the 
option 
to register as a B corporation, an entity legally obligated to maximize both 
shareholder value and advance a common public purpose such as cleaner air, open 
space or affordable housing. The B corporation's stated public goal is 
vigorously monitored by independent, third-party groups. It's a new business 
model with social consciousness in its DNA. 

B corporation legislation has also been passed in Vermont, and it is being 
considered in New York, Pennsylvania, New   Jersey, Oregon, Washingtonand 
Colorado. 

Banks for the people
Hundreds of billions of public dollars have flowed to bail out Wall Street 
banks, which, in turn, have rewarded us by resuming the practice of giving 
obscene salaries and bonuses while failing to get credit flowing again. One 
bank 
that didn't need to be bailed out, though, was the state-owned Bank of North 
Dakota. The bank, which was created in 1919, avoided the subprime and 
derivatives debacle and has $4 billion under management to meet its customers' 
credit needs. 

The state-bank model looks increasingly appealing to states and residents who 
are tired of giving their money to giant multinationals that fail to reinvest 
in 
their communities. Proposals for state-owned banks are being considered by 
Massachusetts, Virginia, Washington, Illinois, Michigan, Hawaii, Vermontand New 
Mexico, and they were championed by gubernatorial candidates in Oregonand 
Michigan. 

Move your big money
Arianna Huffington's Move Your Money campaign handed consumers a creative tool 
with which to hit the big banks. It encourages them to divest their money from 
those banks and open accounts at smaller community banks and credit unions. 
Last 
week in New York City, the most powerful local union presidents and city 
Comptroller John Liu took another step when they let Wall Street banks know 
their response to the mortgage crisis is unacceptable. 

The threat made implicitly in a letter -- and explicitly by some of the union 
leaders -- is that these institutional investors will move their pensions to 
more responsive financial institutions if the banks don't improve 
mortgage-modification efforts immediately. The banks have until Sept. 1 to take 
specific steps, such as developing a plan to increase the number of 
modifications involving principal write-downs. 

These unions represent over 500,000 working families, and New York Cityhas a 
few 
bucks at its disposal, too. Civic and labor leaders can use this model to let 
banks know that if they don't behave as good corporate citizens, they will move 
their big money to institutions that do. 

Taxing the casino
The high-speed wheelers and dealers of stocks, derivatives and currencies in 
the 
Wall Street casino were major players in bringing our economy to its knees. 
That 
kind of short-term trading serves no useful purpose, and a financial 
speculation 
tax is one way to rein it in. 

A tax of 0.25 percent or less on each trade would be negligible for regular 
investors but significant to those looking for the quick score. It would also 
generate significant revenue at a time when resources are slim; an Institute 
for 
Policy Studies report points out that such a tax could bring in an estimated 
$180 billion annually -- more than any other revenue-raiser on the table. 

There is also global support for the reform. Britainimposes a 0.5 percent stock 
stamp tax on each trade on the Londonstock exchange. Also in favor of the tax 
are French President Nicolas Sarkozy -- who will chair the Group of 20 in 2011 
-- and German Chancellor Angela Merkel. 

Worker is boss
The Post reports that non-financial companies are hoarding $1.8 trillion in 
cash while they continue to hold back on hiring. Not so the Evergreen 
Cooperatives of Cleveland -- community-based, worker-owned operations supported 
by a mix of private and public funds. The Evergreen Cooperative Laundry and 
Ohio