KEGELIHAN JAYA KOMARUDIN CHOIC, 

PENULIS BUKU “TAMASYA KE MASJID”



Putaran sepak
bola piala dunia sudah mendekati semifinal. Saya sempat hadir menyaksikan
pertandingan Brazil VS Holland sambil menanti waktu azan maghrib, waktu Emirat.
Di komplek Ruwais, tepian Rub Al khali, di taman-taman yang hijau didirikan
tenda-tenda besar yang biasa digunakan untuk kongkow-kongkow para pekerja di
sekitar kompleks. Tenda-tenda ini lazimnya didirikan saat menjelang Ramadhan
dan bertahan hingga Ramadhan usai. Namun saat ini bertepatan dengan piala
dunia, tenda-tenda didirikan lebih awal.



Menikmati sajian pertandingan saya merasakan aroma gundah masing-masing pecinta
sepakbola. Ada yang mendukung Brazil dan berahrap menjadi piala dunia kembali.
Sebagian ada yang berkelompok mendukung Holland walaupun baru kenal van Persie
di menit-menit terakhir saja . Tidak ada yang bisa menjelaskan secara matematik
kah atau kimia kah..bagaimana rasa subjektivitas ini ditentukan sehingga
kemudian kegelisahan menjelma tanpa sebab. Saya sendiri merasakan kegelisahan
namun berbeda wajannya. 



Hingga pertandingan usai, Holland memenangkan permainan. Penonton bubar namun
kegelisahan melekat kepada sebagian pendukung Brazil. Lazimnya seseorang
gelisah karena ada kepentingan yang terkait atau minimal ia terikat dengan
sesuatu itu. Seperti kegelisahan yang saya rasakan. Sejak permainan dimulai
kemudian kami tinggalkan untuk solat maghrib berjamaah saya dihantui
kegelisahan. Bukan..! Bukan..! bukan pada hasil pertandingan Brazil atau
Holland yang mantan penjajah negeri yang Si Pitung pun (gak) bisa bangkit dari
kubur jika tahu Holland juara dunia. Bukan karena gol bunuh diri pemain
belakang Brazil yang saya sesali...kegelisahan karena jasad saya terpasung
ribuan kilometer untuk sebuah perhelatan Sabtu 
3 Juli, Pukul 13.00 – 15.00 WIB di Pesta Buku Jakata, Istora Senayan
Jakarta.



Saya mencoba realistis dalam hidup. Suka dan duka saya nikmati sebagian bagian
dari nikmat Allah. Esok bagi saya adalah sebuah momen yang berharga untuk saya
dan juga berharap untuk masyarakat Indonesia, Jakarta-banten dan debotabek
khususnya. Karena sejak tanggal 2 Juli harin ini hingga tanggal 11 nanti
perhelatan Pesta Buku Jakarta ramai dikunjungi. Diantara rangkaian acara
terselip sebuah peluncuran buku..sebuah memoar..sebuah karya manusia biasa yang
berusaha merevolusi pandangan dirinya terhadap nilai-nilai Ilahiyah yang
diyakininya.



TAMASYA KE MASJID [Gong Publishing], buku saya yang pertama. Buku yang lahir
setelah menyelesaikan perjalanan berpuluh-puluh tahun..menyebrangi 
samudera..merasakan
getirnya terpisah sanak-saudara..anak dan isteri..terlekang karena panas dan
kepulan pepasir yang mengepul menaburkan aura fatamorgana..terjerang rasa rindu
yang memang begitu pilu sampai tulang sumsum terasa membeku. Kaki-kaki ini
tetap harus diayunkan sekalipun teriakan GOLLL...! membahana diwaktu-waktu
solat. namun sebuah perjalanan Tamasya memilah mana yang akan membahagiakan
kita kelak dan mana yang tidak..



Sahabat, rasanya ingin terbang ke Jakarta malam ini dan duduk di depan para
hadirin yang merindukan pertemuan untuk melihat wajah Rabb-nya. Mereka bukan
massa yang saya kerahkan atau saya bayar seperti demo-demo pornografi dan
korupsi. Mereka juga mungkin bukan famili yang sengaja saya datangi..tapi saya
mempunyai seititik asa bahwa mereka yang hadir adalah mereka yang hatinya
tiba-tiba merasa berbunga dan digugah rasa untuk tahu lebih jauh saat mendengar
kata-kata TAMASYA KE MASJID digaungkan.



Kita sama-sama sudah lelah dengan kehidupan yang kian trasa gersang..tak ada
tempat untuk untuk menyelisik kembali rangkaian perjalanan yang entah sudah
sampai dimana. Semakin jauhkah atau tetap pada jalan-Nya. Saya ingin berbagi
kepada mereka..yang merindukan masjid sebagai tempat 'berteduh' dari semua
kepalsuan dan permainan kehidupan ini. Sementara waktu semakin cepat
berlari..maut sudah sayupsayup terdengar memanggil. maka hendak kemana kita
menuju..?



Di tepian gurun yang konon 'terkeras' di dunia. Saya hanya memandang pekatnya
malam, menangkap angin dan menuliskan sebuah pesan kepada setiap hamba yang ada
di Jakarta, Banten, Bogor dan sekitarnya..kepada mereka yang menerima titipan
surat cinta dari Sang Rabb kiranya bisa turut serta dalam peluncuran buku
TAMASYA KE MASJID, di Ruang Anggrek, Pesta Buku Jakarta, Istora Senayan
Jakarta, pukul 13.00 – 15.00 WIB dengan pembicara Ustadz Abdul Azis Abdur Rauf
Al Hafidz, Lc, seorang yang insya Allah dimuliakan Tuhan karena menjaga
kalam-Nya dan Langlang Randhawa, relawan Rumah Dunia lulusan IAIN Serang. Semoga
Allah yang Maha pencinta..menggerakkan hati para hamba-hamba yang ingin
menjadikan masjid sebagai tempat 'berteduh' dari 'gersangnya' kehidupan.. (*)



Rub Al Khali, Tepian Teluk Persia

Jaya Komarudin Cholik,

Penulis memoar Tamasya Ke Masjid




      

Kirim email ke