http://www.dtjakarta.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=61&Itemid=33

Oleh : Aa Gym

Bismillahirahmanirrahim

Kepribadian manusia sangat tergantung kepada suasana hati yang dipengaruhi 
pikiran. Seumpama teko, ia hanya mengeluarkan isinya. Bila isinya teh, maka 
yang keluar pun teh. Kalau isinya air bening, maka teko itu pun hanya 
mengeluarkan air bening.

Demikian halnya dengan kepribadian seseorang. Bila hatinya sedang diliputi 
kegembiraan, maka terpancarlah rasa sukacita itu dari raut wajah, tutur kata 
gerak-gerik, dan perilaku fisik lainnya. Sebaliknya, hati yang sedih sebagai 
buah dari pikiran yang kusut. Tercermin pulalah dalam penampilan, tatapan 
mata, desahan nafas, raut wajah, atau kelesuan tubuhnya.

Memang, tubuh hanyalah alat ekspresi dari kondisi hati. Sehingga, Rosulullah 
saw. pernah bersabda, "Di dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Kalau 
daging itu baik, maka baik pula tubuhnya, tetapi kalau daging itu buruk, 
maka buruklah seluruh sikapnya. Ia adalah hati."

Oleh karena itu, sekiranya dalam mengarungi hidup ini kita merasa kurang 
berprestasi, kurang berkualitas, atau jemu dan tidak bergairah dalam 
menghadapi hari demi hari, sehingga kehadiran kita kurang memiliki arti, 
baik bagi diri sendiri, keluarga, maupun lingkungan, maka ketahuilah bahwa 
semua itu sama sekali bukan disebabkan oleh adanya kesulitan-kesulitan yang 
menghimpit, melainkan lantaran kurang terampilnya kita dalam mengelola 
suasana hati, sehingga menjadi tidak sanggup memompa dan membakar semangat. 
Padahal, bukankah semua bahan bakunya telah disiapkan oleh Allah yang Maha 
Rahman secara adil dan sempurna, di dalam diri kita sendiri?

"Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk," 
demikian firman-Nya. Jadi, tidak ada kekurangan menurut ilmu Allah. Diri 
kita sudah disiapkan dengan sempurna untuk menjadi diri sendiri, yang 
memiliki potensi sama untuk meraih kualitas pribadi terbaik yang berhak 
mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Jadi, tidak ada kekurangan menurut ilmu Allah. Diri kita sudah disiapkan 
dengan sempurna untuk menjadi diri sendiri, yang memiliki potensi sama untuk 
meraih kualitas pribadi terbaik yang berhak mendapatkan kebahagiaan dunia 
dan akhirat.

Sungguhpun kita dapati beberapa kekurangan menempel pada tubuh ini, 
sesungguhnya kekurangan lahir itu amatlah semu. Dan itupun semata-mata 
didasarkan atas penilaian kita saja yang sudah pasti senantiasa diselimuti 
hawa nafsu. Sesungguhnya kekurangan-kekurangan yang Dia berikan pada jasad 
(lahir) ini merupakan alat yang amat potensial untuk mengembangkan kualitas 
hati.

Bahwa justru dengan kekurangan yang ada, hati menjadi terlindung dari riya, 
sum'ah, dan takabur, sehingga menjadi terlatih untuk selalu ridha dan sabar. 
Bukankah bersikap sabar itu lebih sulit dan berat ketika mendapatkan nikmat 
ketimbang saat didera musibah? Disamping itu, hati pun niscaya akan terlatih 
menjadi ahli syukur karena ternyata musibah kekurangan yang ada itu pasti 
teramat kecil dibandingkan dengan nikmat kesempurnaan lainnya yang melimpah 
ruah.

Walhasil, bila kekurangan itu membuat kita menjadi minder (rendah diri), 
pemalu, kecewa, atau bahkan putus asa, maka jelaslah semua ini karena 
diciptakan oleh perasaan sendiri sebagai akibat salah mengatur suasana hati. 
Sehingga, tidak hanya akan merugikan diri sendiri, tetapi bukan tidak 
mungkin orang lain pun ikut terkena getahnya.

Maka, mengantisipasi kondisi semacam ini, kuncinya hanya satu: kesadaran 
penuh bahwa hidup didunia ini hanya mampir sebentar saja karena memang bukan 
disinilah tempat kita yang sebenarnya. Asal usul kita adalah dari surga dan 
tempat itu yang memang layak bagi kita. Jika berminat dan bersungguh-sungguh 
berjuang untuk mendapatkannya, maka Allah pun sebenarnya sangat ingin 
membantu kita untuk kembali ke surga.

Bukalah kitabullah Al-Qur'an dan lihatlah janji-janji yang difirmankanNya. 
Betapa banyak amalan yang amat kecil dan sederhana bisa membuat dosa kita 
diampuni dan diberi pahala berlipat ganda.

Sahabat, kita memang harus bertindak cermat agar "sang umur", sebagai modal 
hidup kita, benar-benar efektif dan termanfaatkan dengan baik. Sebab, bisa 
jadi kita tak lama lagi hidup di dunia ini. Akankah sisa umur ini kita 
habiskan dengan kesengsaraan dan kecemasan padahal semua itu sama sekali 
tidak mengubah apapun, kecuali hanya menambah tersiksanya hidup kita? 
Tidak!, sudah terlalu lama kita menyengsarakan diri. Harus kita manfaatkan 
sisa umur ini dengan sebaik-baiknya agar mendapat kebahagiaan kekal di dunia 
dan di akhirat nanti.

Kebanyakan kita suka tenggelam dalam kesengsaraan, persis seperti kapal 
selam yang bocor, semakin banyak bocornya, semakin cepat pula tenggelamnya. 
Sepertinya kita ini adalah orang-orang yang tidak dapat mengatur pikiran 
dengan baik. Kerap terhantui oleh masa lalu, berangan-angan dan cemas akan 
hari esok, semua itu membanjiri dan menenggelamkan pikiran, sehingga tak 
sempat lagi berfikir banyak untuk hari ini. Padahal, hari kita justru hari 
ini.

Sekiranya masa lalu kita buruk dan kurang sukses, justru akan menjadi baik 
dengan baiknya hari ini. Begitupun jika kita merindukan hari esok yang baik, 
maka kita peroleh dengan berlaku semaksimal mugkin pada hari ini.

Sekali lagi, hari milik kita adalah hari ini. Maka, kita buat sukses dengan 
gemilang. Apa yang terjadi di masa lalu adalah bahan pendorong untuk hari 
ini. Bergelimang dosa pada hari yang lalu menjadi pemicu untuk bertaubat 
pada hari ini. Janganlah pikiran kita dipenuhi dengan ingatan akan banyaknya 
dosa, namun penuhilah dengan pikiran tentang bagaimana caranya agar 
memperoleh ampunan dari Allah pada hari ini.

Karenanya, gelorakan semangat untuk bertaubat sesempurna mungkin. Kelemahan 
dan kegagalan masa lalu tidak usah menjadi buah fikiran berlama-lama. 
Kuasailah pikiran dengan baik dan kerahkan seoptimal mungkin agar memperoleh 
kesuksessan dan kebahagiaan pada hari ini.

Bila air dari gelas tumpah, apalah perlunya pikiran dan hati tenggelam dalam 
kesedihan dan kekecewaan berlarut-larut. Biarlah semuanya terjadi sesuai 
dengan ketetapan Allah. Kuatkan pikiran kita untuk mencari air yang baru. 
Dengan demikian, Insya Allah tumpahnya air akan menjadi keuntungan karena 
kita mendapatkan pahala sabar serta pahala ikhtiar.

Dan yang terlebih penting lagi, kita akan dilimpahi aneka nikmat baru yang 
lebih besar karena kita telah menjadi ahli syukur nikmat. Bukankah Allah 
Azza wa Jalla telah berjanji, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami 
akan menambah nikmat kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka 
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim (140):7)

Jadi, jangan pikiran kita terjerat oleh rasa malu. Kemarin jelek, maka hari 
ini harus bagus, sehingga hari esok pun menjadi cerlang cemerlang!. Aturlah 
pikiran kita dengan baik dan cegahlah dari hal-hal yang dapat merusak 
suasana hari ini. Kondisikan agar kita selalu mampu berpikir positif.

Mengapa kita harus gelisah memikirkan nikmat yang belum tampak? Padahal, 
semua yang kita inginkan mutlak kuncinya adalah qudrah dan iradah Allah. Dan 
Dia sangat memperhatikan perilaku kita setiap saat. Sekiranya Allah, tidak 
menghendaki, maka tidak akan pernah terjadi apapun jua. Namun sekiranya Dia 
menhendaki sesuatu, maka tiada sesuatu pun yang dapat menolaknya.

Allah berfirman, "Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka 
tidak ada yang dapat menghilangkannya, kecuali Dia. Dan jika Allah 
menhendaki kebaikan bagimu, maka tak ada yang dapat menolak karunia-Nya Dia 
memberikan kebaikan itu kepada siapa yang Dia kehendaki di antara 
hamba-hamba-Nya dan Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. 
Yunus (10) : 107)

Tegasnya, siapapun yang memiliki cita-cita luhur, yakinlah bahwa hari ini 
adalah kunci untuk hari esok. Sekiranya Allah menyaksikan hari ini penuh 
dengan perjuangan dan pengabdian yang gigih, sarat semangat dan gairah 
hidup, shalat tepat waktu dan khusyuk, bibir dilimpahi dengan bacaan Qur'an 
dan dzikir, kerap berbuat kebaikan pada sesama, maka niscaya Dia akan 
membukakan jalan bagi kesuksessan hidup kita.

Semoga Allah menggolongkan kita menjadi hamba-hambanya yang penuh semangat 
dan gairah hidup untuk menyempurnakan ikhtiar di jalan yang diridhai-Nya, 
sehingga singkat di dunia benar-benar penuh kesan dan arti.


=========================================
Rangkuman Pengajian MMQ
Humas DT Jakarta 






===================================================================
        Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
=================================================================== 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke