Re: [Dokter Umum] Fwd: Dokter itu ngomong : ITU BUKAN URUSAN SAYA!!!!!

2007-12-27 Terurut Topik Ivan Purba
Menurut saya in dilema yang berkepanjangan dari situasi 'perumahsakitan' di 
Indonesia 
  Dokter dan Suster hanyalah bagian dari system yang harus dibenahi baik dari 
segi moral maupun prosedural.
   
  

Leonora Febriany [EMAIL PROTECTED] wrote:
  dari milis tetangga... bukan untuk menjatuhkan profesi dokter dan 
lebih
mengutamakan prosedur dari management sebuah rumah sakit..

- Forwarded Message 
From:

-Inline Message Follows-

Note:

-Inline Message Follows-

Sekedar share dari tetangga sebelah..maap kalo kepanjangan..

*malam itu, Sabtu 8 Desember 2007 *. Ketika terjadi kecelakaan di depan
rumah yang mengakibatkan seorang gadis 18 tahun bernama Wulan sempat 'gak
sadar beberapa saat setelah kejadian.

Begitu terbiasa dengan suara-suara motor di depan rumah yang jatuh terguling
entah karena jalanan licin dan kurang hati-hati pengendara-nya, atau karena
bertabrakan dengan motor lain, membuat gue sedikit hapal dengan perkiraan
hasil akhir kejadian tersebut, dari suara yang ditimbulkan. Kali ini sungguh
dramatis, dan gue 'gak yakin sendiri apakah kotak P3K yang gue sambar dalam
kalut menghambur menuju ke jalanan depan rumah akan berguna.

Heran dengan cukup banyak noda darah di lengan baju, akhirnya gue dan rekan
mulai memeriksa sekujur tubuh Wulan yang 'gak ada luka sama sekali kecuali
lecet bekas kena aspal yang mengeluarkan darah di kaki. Segera gue semprot
spray anti infeksi itu luka, dan cukup lega mendengar Wulan merintih *
sakiit*, waktu luka-nya disemprot. Tapi tetap aja kami heran dari
mana noda-noda darah di lengan itu...

Setelah sibuk meneliti dan memastikan 'gak ada masalah dengan patah tulang,
akhirnya kami memberanikan diri untuk membalikkan badan Wulan, dan dari situ
baru kami menyadari... luka di kepala Wulan cukup besar. Dan genangan darah
beku di rambut panjang-nya mendukung perkiraan kami. Gunting rambut dan
handuk basah segera melakukan tugasnya, rambut panjang-nya sangat lebat.
Namun kejadian selanjutnya sungguh membuat kami takut... Wulan mulai
muntah-muntah dengan hebat-nya...

Berbekal seadanya tanpa persiapan memadai kami langsung menuju rumah sakit
yang terletak sekitar 400 meter dari rumah. Dan Wulan masih muntah-muntah di
dalam mobil. Sampai di UGD RS Permata Bunda yang letaknya di perempatan
jalan, perawat jaga yang ditemui menyatakan tidak sanggup menangani, membuat
kami harus bergegas menuju RS berikutnya di daerah menuju Depok Timur. RS
Hermina yang cukup besar ini sempat menerima Wulan di dalam UGD, dan dokter
jaga di dalamnya menyarankan untuk segera dilakukan CT Scan, melihat luka
yang besar di kepala dan tonjolan hitam di mata Wulan. Kami oke saja
mengangguk menyetujui. Dan ternyata... di RS inipun alat CT Scan tidak ada.
**sigh*... *Terpaksa Wulan kami pindah lagi dari *bed *ke dalam mobil untuk
mencari rumah sakit yang cukup besar dan mempunyai alat CT Scan.

Sampai di *RS Sentra Medika, Cimanggis*.
Wulan cukup cepat dipindah dari mobil menuju *bed*. Walaupun perawat jaga
yang ada juga kurang dibantu oleh rekan-rekan mereka di rumah sakit, malah
akhirnya kami sendiri yang turun tangan. Dokter jaga saat itu langsung
memeriksa Wulan dan perawat mulai menginterogasi kami bagaimana
kejadian-nya. Sampai disini gue masih merasa tidak ada masalah, sampai
ketika dokter jaga yang memeriksa kepala Wulan berkata, *ini luka-nya cukup
mengkhawatirkan juga, perlu CT Scan... *

*Iya dokter, mohon segera diambil tindakan aja* , kami langsung
mengiyakan. Selanjutnya, dokter bertanya ulang, *Mau langsung di CT Scan,
atau di rawat dulu?*

Lho... mulai aneh pertanyaan-nya sih, tapi... ya sudahlah berhubung lagi
panik dan khawatir keadaan Wulan, kami langsung menjawab ulang, *langsung
CT Scan aja dok*. Untuk tambahan informasi, dalam perjalanan menuju rumah
sakit yang juga mendebarkan itu, gue menghubungi keluarga dan kerabat Wulan
untuk memastikan bahwa tindakan gue tidak menyalahi dan melanggar hak-hak
orang lain. Ketika gue tanya, *mas, dokter di rumah sakit menyarankan
dilakukan CT Scan, apakah diperbolehkan Wulan di CT Scan, dan bagaimana
mengenai biayanya, maaf?* dan mereka bilang silahkan ambil tindakan terbaik
 'gak masalah dengan CT Scan... akhirnya menurut gue ya cukup wajar, ketika
gue menyampaikan kehendak keluarga ke pihak rumah sakit. Yang penting gue
tidak merasa melanggar hak orang lain, itu aja.

Menit-menit berikutnya, gue mulai mondar-mandir antara UGD - Radiologi,
mengisi formulir, dan 'agak mengganggu perawat di ruang Radiologi yang entah
sedang apa di balik tirai, sebelum akhirnya gue menerima tagihan biaya CT
Scan... Rp. 600.000,-

Gue agak berperang dalam batin ketika menerima tagihan itu, antara menyesal
'nggak *well prepared* pergi ke rumah sakit **ya begimana lagi namanya juga
buru-buru yah... masih bisa bawa mobil menuju rumah sakit dan sampai dengan
selamat aja 'udah untung alhamdulillah* *, dan membayangkan kalau 'nggak
cepet dilakukan CT Scan 'emang seberapa parah sih, keadaan Wulan?

Akhirnya gue berinisiatip 

[Dokter Umum] Fwd: Dokter itu ngomong : ITU BUKAN URUSAN SAYA!!!!!

2007-12-26 Terurut Topik Leonora Febriany
dari milis tetangga... bukan untuk menjatuhkan profesi dokter dan lebih
mengutamakan prosedur dari management sebuah rumah sakit..


 - Forwarded Message 
From:


-Inline Message Follows-

 Note:

-Inline Message Follows-

Sekedar share dari tetangga sebelah..maap kalo kepanjangan..


*malam itu, Sabtu 8 Desember 2007 *. Ketika terjadi kecelakaan di depan
rumah yang mengakibatkan seorang gadis 18 tahun bernama Wulan sempat 'gak
sadar beberapa saat setelah kejadian.

Begitu terbiasa dengan suara-suara motor di depan rumah yang jatuh terguling
entah karena jalanan licin dan kurang hati-hati pengendara-nya, atau karena
bertabrakan dengan motor lain, membuat gue sedikit hapal dengan perkiraan
hasil akhir kejadian tersebut, dari suara yang ditimbulkan. Kali ini sungguh
dramatis, dan gue 'gak yakin sendiri apakah kotak P3K yang gue sambar dalam
kalut menghambur menuju ke jalanan depan rumah akan berguna.

Heran dengan cukup banyak noda darah di lengan baju, akhirnya gue dan rekan
mulai memeriksa sekujur tubuh Wulan yang 'gak ada luka sama sekali kecuali
lecet bekas kena aspal yang mengeluarkan darah di kaki. Segera gue semprot
spray anti infeksi itu luka, dan cukup lega mendengar Wulan merintih *
sakiit*, waktu luka-nya disemprot. Tapi tetap aja kami heran dari
mana noda-noda darah di lengan itu...

Setelah sibuk meneliti dan memastikan 'gak ada masalah dengan patah tulang,
akhirnya kami memberanikan diri untuk membalikkan badan Wulan, dan dari situ
baru kami menyadari... luka di kepala Wulan cukup besar. Dan genangan darah
beku di rambut panjang-nya mendukung perkiraan kami. Gunting rambut dan
handuk basah segera melakukan tugasnya, rambut panjang-nya sangat lebat.
Namun kejadian selanjutnya sungguh membuat kami takut... Wulan mulai
muntah-muntah dengan hebat-nya...

Berbekal seadanya tanpa persiapan memadai kami langsung menuju rumah sakit
yang terletak sekitar 400 meter dari rumah. Dan Wulan masih muntah-muntah di
dalam mobil. Sampai di UGD RS Permata Bunda yang letaknya di perempatan
jalan, perawat jaga yang ditemui menyatakan tidak sanggup menangani, membuat
kami harus bergegas menuju RS berikutnya di daerah menuju Depok Timur. RS
Hermina yang cukup besar ini sempat menerima Wulan di dalam UGD, dan dokter
jaga di dalamnya menyarankan untuk segera dilakukan CT Scan, melihat luka
yang besar di kepala dan tonjolan hitam di mata Wulan. Kami oke saja
mengangguk menyetujui. Dan ternyata... di RS inipun alat CT Scan tidak ada.
**sigh*... *Terpaksa Wulan kami pindah lagi dari *bed *ke dalam mobil untuk
mencari rumah sakit yang cukup besar dan mempunyai alat CT Scan.

Sampai di *RS Sentra Medika, Cimanggis*.
Wulan cukup cepat dipindah dari mobil menuju *bed*. Walaupun perawat jaga
yang ada juga kurang dibantu oleh rekan-rekan mereka di rumah sakit, malah
akhirnya kami sendiri yang turun tangan. Dokter jaga saat itu langsung
memeriksa Wulan dan perawat mulai menginterogasi kami bagaimana
kejadian-nya. Sampai disini gue masih merasa tidak ada masalah, sampai
ketika dokter jaga yang memeriksa kepala Wulan berkata, *ini luka-nya cukup
mengkhawatirkan juga, perlu CT Scan... *

*Iya dokter, mohon segera diambil tindakan aja* , kami langsung
mengiyakan. Selanjutnya, dokter bertanya ulang, *Mau langsung di CT Scan,
atau di rawat dulu?*

Lho... mulai aneh pertanyaan-nya sih, tapi... ya sudahlah berhubung lagi
panik dan khawatir keadaan Wulan, kami langsung menjawab ulang, *langsung
CT Scan aja dok*. Untuk tambahan informasi, dalam perjalanan menuju rumah
sakit yang juga mendebarkan itu, gue menghubungi keluarga dan kerabat Wulan
untuk memastikan bahwa tindakan gue tidak menyalahi dan melanggar hak-hak
orang lain. Ketika gue tanya, *mas, dokter di rumah sakit menyarankan
dilakukan CT Scan, apakah diperbolehkan Wulan di CT Scan, dan bagaimana
mengenai biayanya, maaf?* dan mereka bilang silahkan ambil tindakan terbaik
 'gak masalah dengan CT Scan... akhirnya menurut gue ya cukup wajar, ketika
gue menyampaikan kehendak keluarga ke pihak rumah sakit. Yang penting gue
tidak merasa melanggar hak orang lain, itu aja.

Menit-menit berikutnya, gue mulai mondar-mandir antara UGD - Radiologi,
mengisi formulir, dan 'agak mengganggu perawat di ruang Radiologi yang entah
sedang apa di balik tirai, sebelum akhirnya gue menerima tagihan biaya CT
Scan... Rp. 600.000,-

Gue agak berperang dalam batin ketika menerima tagihan itu, antara menyesal
'nggak *well prepared* pergi ke rumah sakit **ya begimana lagi namanya juga
buru-buru yah... masih bisa bawa mobil menuju rumah sakit dan sampai dengan
selamat aja 'udah untung alhamdulillah* *, dan membayangkan kalau 'nggak
cepet dilakukan CT Scan 'emang seberapa parah sih, keadaan Wulan?

Akhirnya gue berinisiatip langsung tanya ke dokter jaga di UGD,
*dokter, pasien apa harus segera di CT Scan sekarang atau 'nunggu keluarga
dahulu? *
Dokter menjawab, *sebaik-nya segera *...
Gue bilang lagi, *kalau gitu bisa 'ngga dokter, kalau pembayaran dilakukan
sebagian dahulu atau