[ekonomi-nasional] Solusi Jitu untuk BLOK CEPU

2006-02-27 Terurut Topik Alpha Bagus Sunggono
Saya tidak akan membahas pemikiran standar ...
bosen ... monoton.

Jadi Pada intinya kita membutuhkan EXXON untuk
Blok Cepu...,


Solusi:
kita Akuisisi saja EXXON, atau membangun semacam EXXON,
SDM EXXON kita bajak ke Indonesia!!!

dengan menjual BUMN
atau Pulau sebagian..atau utang dari mana gitu.
Nah , dengan demikian , kita akan punya Teknologi
pengolahan minyak, selain itu kita 100% akan kita kendalikan
untuk kemakmuran rakyat Indonesia di masa depan.

--
Salam Revolusi IT Indonesia 

Alpha Bagus Sunggono
http://bagusalfa.blogspot.com
[EMAIL PROTECTED]


Ingin bergabung ke milis ekonomi-nasional?
Kirim email ke [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[ekonomi-nasional] Dunia Ini Bukan Untuk Dijual

2006-02-27 Terurut Topik pontoh_2002
 Dunia Ini Bukan Untuk Dijual!

--Mengenal Mitos Perdagangan Bebas dalam World Trade Organization (WTO)

Mohammed Ikhwan

Our world is not for sale, my friend. Just to keep you satisfied. You
say you'll bring us health and wealth. Well we know that you just lied
(Lagu para aktivis di 5th Ministerial Meeting WTO Cancun, 2003.
dinyanyikan dengan nada Can't Buy Me Love – The Beatles)

Mitos Perdagangan Bebas

Perdagangan bebas dalam koridor neoliberalisme tidak terbebaskan dari
mitos-mitos yang menjadi building block implementasinya dalam sistem
ekonomi politik dunia. WTO telah mencoba dalam 10 tahun ini untuk
mengolah mitos-mitos perdagangan bebas ini menjadi nyata. Namun
seperti yang dipaparkan Hidayat Greenfield (2005) bahwa semenjak
pendiriannya dari tahun 1995, realita malah ditinggalkan di depan
pintu sementara fiksi dan fantasi selanjutnya mengambil alih.

Berbeda dengan mitos yang dibangun oleh WTO di awal pendiriannya untuk
mengangkat dunia dari keterpurukan –terutama masalah kemiskinan—dengan
perdagangan bebas, jumlah rakyat miskin di seluruh dunia malah
meningkat; dari sekitar 800 juta jiwa pada 1995 (berdirinya WTO), kini
menjadi 850 juta jiwa (jurnal FAO). Harga komoditi pertanian rata-rata
yang dibeli langsung dari produsen terus merosot, sementara harga jual
produk olahannya yang keluar dari pabrik dan perusahaan transnasional
terus meningkat. WTO memang lebih menguntungkan bagi pedagang dan
korporat transnasional, yang mengantarkan produk dari ladang produksi
ke piring kita.

Merekalah yang disebut the middleman, yang didominasi oleh
perusahaan-perusahaan transnasional raksasa seperti Monsanto, Cargill,
Suez, Intel, Haliburton, Wal-Mart, dan banyak lagi. Sementara produsen
seperti petani, pekerja, buruh, nelayan selalu menjadi pihak yang
terpinggirkan dari perdagangan bebas.

Semua untuk dijual

Pada umumnya, negosiasi perdagangan bebas di WTO dibagi menjadi
beberapa sektor yang menjadi panggung utama: (a) pertanian (b) jasa
(c) akses pasar industri (non-pertanian). WTO menganggap ketiga sektor
tersebut sebagai komoditDas belaka untuk dijual. Padahal di dalam
pertanian, jasa dan industri ada faktor manusia, sosial, dan budaya
yang tidak terpisahkan—dan hingga sekarang terus dieksploitasi.

Dalam kasus pertanian misalnya, pengabsahan struktur TRIPs (Trade
Related on Intellectual Property Rights) telah membuat legal
eksploitasi berjuta-juta petani di Argentina, Brazil, Uruguay dengan
bibit transgenik yang komersil. Kasus Percy Schmeiser (Kanada) dan
Jose Bove (Perancis) versus Monsanto hanya sekian dari banyak
ketidakadilan sistem pertanian dalam WTO. Eksploitasi tenaga kerja
semiahli teknologi informasi India akan ditunggu-tunggu oleh Intel,
sementara tenaga kerja wanita asal Indonesia akan dibutuhkan untuk
menjadi buruh dan perusahaan tenaga kerja transnasional. Perikanan,
hutan dan ternak akan terus disediakan pasarnya. Investasi akan terus
merangsek masuk, bahkan di sektor-sektor yang merupakan hak-hak asasi
manusia seperti air, pendidikan dan kesehatan.

Parahnya lagi, negosiasi di dalam WTO tidak pernah membicarakan
substansi masalah sebenarnya—dan melupakan elemen-elemen yang
dipengaruhi oleh negosiasi tersebut. Petani kecil, buruh kontrak, dan
buruh tani dalam organisasi-organisasi internasional tidak pernah
dilibatkan dalam pengambilan keputusan, padahal negosiasi paling panas
adalah pada sektor pertanian. Buruh dalam serikat-serikat dan trade
unions tidak punya suara dan tertindas dalam aturan GATS, sementara
nelayan dan pihak lain terancam karena aspirasi mereka tidak berarti
apa-apa. Yang berunding di dalam WTO adalah menteri-menteri, birokrat
dan pengusaha.

Salah satu yang dipandang mencemooh proses demokrasi di dalam WTO
adalah trade off, dimana para perunding seringkali menukar tawaran
(subsidi, akses pasar, perjanjian usaha) dengan tawaran-tawaran lain
yang sama sekali berbeda substansinya. Dalam 6th Ministerial Meeting
WTO Hong Kong sebagai pengambil keputusan tertinggi kemarin, negara
G-33 yang dimotori Indonesia menukar proposal Special Product (SP)
dengan penghapusan subsidi AS dan Uni Eropa. Padahal perlindungan
produk dalam negeri—yang diterjemahkan G-33 dalam proposal SP—memang
harus dilakukan setiap negara, dan penghapusan subsidi yang
menghancurkan pasar negara lain (dumping) yang sering dilakukan AS dan
Uni Eropa memang harus dihapuskan. Jadi untuk apa dipertukarkan? Sama
sekali tidak masuk di akal!

`Perdagangan Bebas' yang Tidak Bebas

Seperti yang dikatakan John Perkins (2004) bahwa sebenarnya
perdagangan bebas yang dibangga-banggakan AS dan Eropa Barat ternyata
tidak sepenuhnya dijalankan menurut prinsipnya. Yang ada malah pasar
yang cenderung bergerak ke arah monopoli, dimana ada persekongkolan
baik itu antarkorporat atau antara korporat dengan pemerintah. Menurut
catatannya, dalam model ekonomi pasar bebas tidak ada yang namanya
persaingan dan pasar yang adil. Korporat akan terus terdorong untuk
menjadi nomor satu, monopolistik, dan winner takes all.

Inilah 

[ekonomi-nasional] Blok Cepu: MANA YANG LEBIH MURAH ITULAH YANG DIPILIH!!

2006-02-27 Terurut Topik farid ma'ruf
Kalau Pertamina bisa menawarkan biaya yang lebih murah dari Exxon
menurut *HUKUM
EKONOMI* pilihlah Pertamina.
( Biaya eksplorasi yang ditawarkan Pertamina lebih murah dari Exxon dapat
dilihat di Link ini : www.media-indonesia.com/berita.asp?id=91658 )
Kalau Exxon bisa lebih murah dari Pertamina pilihlah Exxon.
GAMPANG KAN?
Kalau ternyata Pemerintah nanti pilih Exxon yang ternyata lebih mahal, itu
namanya Pemerintah kita Goblok dan Tidak Konsisten.
Katanya lagi gak punya duit, gak bisa bayar subsidi BBM, gak bisa bayar
Subsidi Listrik, Gak bisa beri pendidikan dan pelayanan kesehatan gratis.
Lha kenapa kok malah milih   operator minyak yang boros, yang mahal dan
punya orang luar negeri lagi?.
Ingat-Ingat yang dibagi itu Keuntungan, bukan Penjualan. Keuntungan itu
Rumusnya adalah Hasil(Penjualan) dikurangi Biaya. Hal seperti ini anak SD
juga tau. Kalau biayanya lebih gede dan hasilnya tetap ( kurang lebih
170.000 barrel per hari) maka keuntungannya lebih kecil. Kalau keuntungannya
lebih kecil yang didapat pemerintah juga lebih kecil.
Dan kalau ternyata pemerintah memilih Exxon sebagai operator Blok Cepu dan
Biaya yang ditawarkan lebih besar dari Pertamina untuk hasil yang sama,
namanya Pemerintah kita Goblok sekali lebih goblok dari Anak SD. Masak
pemerintah yang menteri-mentrinya banyak yang bergelar ekonom, doktor,
profesor, Insinyur hal seperti ini kagak ngerti sih? Malu dong ama anak SD.
Dimana logika ekonominya? Dimana logika matematikanya? Masak pengurangan
ajak kagak tau?

Katanya lagi gak punya duit, beban APBN berat sehinngga gak bisa menopang
pembangunan, dsb, dll. Tapi malah milih untuk memeproleh uang yang lebih
sedikit daripada uang lebih yang seharusnya bisa didapatkan kalau memilih
pertamina sebagai operatornya. WELEH-WELEH, Pemerintah apaan ini!
Kalau Pemeritah kita seperti ini (kalau ternyata memilih Exxon yang lebih
mahal), Pemerintah sama aja telah berkhianat kepada banngsa sendiri dengan
menjadi kambing congek perusahaan raksasa asing, tak berkutik dan tak bisa
berbuat apa-apa. Masak kesempatan untuk memperoleh uang lebih buat APBN
disia-siakan?
Untuk itu wahai para akademisi, intelektual atau siapapun yang masih punya
kejernihan berfikir. Saatnya sekerang kita melakukan gerakan, yaitu gerakan
pemikiran mengenai apa yang sebenarnya terjadi dengan kondisi bangsa kita
terutama ekonominya yang jelas-jelas telah dijajah oleh konglongmerasi asing
dan negara-nengara adikuasa ekonomi dan pengkhianat-penghkianat bangsa.
Ingat dengan jelas kasus-kasus Impor Beras, Kasus Freeport, Ilegal logging,
Minyak di Riau yang lebih banyak diekspor sementara kita beli minyak dari
Singapura yang jauh lebih mahal, Kasus Exxon di Aceh yang lebih mengutamakan
ekspor dan membiarkan perusahaan lokal aceh bangkrut yang diikuti dengan
pengangguran dan lain-lainnya.

Sekarang ini janganlah kita terlalu mengandalkan media massa. Media Massa
telah menjadi corong-corong kapitalisme dan liberalisme global. Yang dapat
kiita andalkan adalah internet ataupun selebaran-selabaran lainnya yang
berisi menganai kondisi bangsa kita sebenarnya.

Sekali lagi teman-teman semua, kalau pemerintah kita ternyata tidak lagi
melindungi dan mengutaman kepentingan Bangsa dan Negaranya, maka
pemerintahan tersebut patut kita tinjau ulang kelanjutannya dimasa depan.


[Non-text portions of this message have been removed]






Ingin bergabung ke milis ekonomi-nasional?
Kirim email ke [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[ekonomi-nasional] Re: [mediacare] Media Indonesia hari ini salahkan rakyat Papua

2006-02-27 Terurut Topik irwank
Nama perusahaan kateringnya apaan, bos? Yang di bawah, bukan?
Pernah ada pemberitaan soal beginian di media umum gak sih?
Atau kalau menyangkut 4 aspek (kata Deny Indrayana?), lagi
semua harus tiarap? :-p

http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1997/06/26/0041.html

..
Nasib suram yang menimpa mereka sebenarnya dampak dari kembalinya Freeport
ke bisnis inti, yaitu pertambangan. Memang, sejak tahun lalu, semua kegiatan

yang tak berhubungan dengan pertambangan dikontrakkan ke pihak lain. Salah
satu yang dilepas adalah soal pemenuhan kebutuhan sayuran yang jatuh pada
PT Pangansari, milik bos konglomerat Bob Hasan. Terhitung, sejak 1 April
lalu, perusahaan yang bergerak di bidang katering itu mulai menangani
pasokan bahan makanan bagi Freeport.
..

Wassalam,

Irwan.K

On 2/26/06, p1tun6 [EMAIL PROTECTED] wrote:

 hahahahakepentingan besar untuk surya palohwong paloh punya bisnis
 sama freeportperusahaan cathering-nya paloh menang tender di seluruh
 tambang freeport...hehehe...bisa kebayang kan pengeluaran rupiah pendapatan
 dollarkeuntungannya bisa disuntik ke metro tv yang pengeluaran dollar
 pendapatan rupiahsudah lah lagu lama kalau group media itu gampang ke
 tebakberitanya nga ada yang bersih dari kepentinganhahaha

 *chaos rules [EMAIL PROTECTED]* wrote:

 Editorial Media Indonesia hari ini mengupas tindakan rakyat papua yg
 memblokade freport dlm tema BERITA BURUK DARI PAPUA.

 Dalam pengantar dipaparkan bahwa perbuatan mereka (rakyat papua) bisa
 mencoreng citra Indonesia di dunia internasional dan dianggap tidak
 kondusif
 thd program pemerintah mengundang investor asing untuk menanamkan modal
 mereka di indonesia. Bahkan secara berlebihan menganggap rakyat disana
 tidak
 bisa melihat kepentingan yg lebih besar dari adanya freport. Sayangnya
 tujuan yg hendak diangkat media ini sekali lagi bertepuk sebelah tangan
 dimana para penelpon menanggapi justru freport ini tidak membawa efek
 positif yg cukup dirasakan rakyat sekitar tapi hanya dinikmati oleh
 segelintir orang dan kelompok saja. Pertanyaannya kepentingan yg lebih
 besar
 itu bagi siapa?

 Aneh sekali media ini justru menyalahkan dan menyoroti rakyat papua yg
 tinggal disekitar yg menuntut haknya dan melindungi orang asing yg jelas2
 menguras kekayaan alam papua.


 From: Setio Koesoemo [EMAIL PROTECTED]
 Date: Feb 23, 2006 8:33 AM
 Subject: MI hari ini salahkan raryat papua




[Non-text portions of this message have been removed]



Ingin bergabung ke milis ekonomi-nasional?
Kirim email ke [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[ekonomi-nasional] Boomerang penyakit 'sapi gila' dan 'flu burung'

2006-02-27 Terurut Topik Mira Wijaya Kusuma
Catatan laluta: 
   
  Perkembangan eksplosif yang menggelobal atas perpindahan industri peternakan 
ke negara berkembang ternyata disebabkan oleh peningkatan serta pengetatan 
Undang-undang kebijakan Agro Industri Peternakan pemerintah di Eropa dan 
Amerika. Para pengusaha industri peternakan yang dinilai tidak memenuhi 
persaratan peraturan pemerintahannya  dianggap secara mudah memindahkan 
industri peternakannya ke Negara yang sedang berkembang. 
   
  Padahal Negara Berkembang di nilai tidak memiliki kebijakan serta peraturan 
ketat seperti di negara Eropa dan Amerika. Sehingga proses peningkatan 
globalisasi industri peternakan sekaligus berdampak pada proses penyebaran 
global penyakit sapi gila dan Flu burung .  Dalam hal ini sistim domino 
efek penyakit 'sapi gila' dan 'flu burung'  menjadi Boomerang yang nyatanya 
telah menjalar sampai di daratan Eropa. 
   
  Menurut informasi targets.org pengembangan produksi Peternakan yang 
menggelobal lantaran metode industri peternakan mengandalkan produksi massa 
konsumsi karena dianggap mampu menawarkan sistim produksi yang lebih efisien 
dan murah-meriah serta bisa menjadi meledak dalam melipat gandakan produksi 
daging Sapi, Babi, ayam dan Kalkun. Juga dianggap pula mampu mengeruk jumlah 
nilai keuntungan lebih tinggi...  Selanjutnya mengenai sebab dan akibat lainnya 
dari ekses Agro Industri Peternakan Global silahkan baca Informasi Doc. 
berjudul  Avian flu: blame factory farming, says report .
   
  La Luta Continua! 
   
  ***
  Sumber: http://www.peopleandplanet.net/doc.php?id=2539
   
  Avian flu: blame factory farming, says report

   
  Posted: 29 Sep 2005
   
  Since the latest outbreak of avian flu began in Southeast Asia in 2003, 
public health officials and the media have referred to the threat as a 
“natural disaster. However, avian flu, mad cow disease, and other emerging 
diseases that can jump from animals to humans are symptoms of the spread of 
factory farming, according to a new report from the Washington-based Worldwatch 
Institute.

   
  Factory farms are breaking the cycle between small farmers, their animals, 
and the environment, causing damage to human health and local communities, says 
Worldwatch Researcher, Danielle Nierenberg in the report entitled Happier 
Meals: Rethinking the Global Meat Industry. She says this dangerous fallout 
requires a new approach to the way animals are raised.
  
The report notes that the greatest rise in industrial animal operations is 
occurring near the urban centres of Asia, Africa, and Latin America, where high 
population densities and weak public health, occupational, and environmental 
standards are exacerbating the impacts of these farms. Concentrated animal 
feeding operations (CAFOs) account for more than 40 per cent of world meat 
production, up from 30 per cent in 1990. Once limited to North America and 
Europe, they are now the fastest growing form of meat production in the world.
  
If [Upton Sinclair's] The Jungle were written today, it would not be set in 
the American Midwest, says Nierenberg. As environmental and labour 
regulations in the European Union and the United States become stronger and 
more prohibitive, large agribusinesses are moving their animal production 
operations overseas, primarily to countries with less stringent enforcement. 
  
Industrial systems today generate 74 per cent of the world's poultry products, 
50 per cent of all pork, 43 per cent of beef, and 68 per cent of eggs. While 
industrial countries dominate production, it is in developing nations where 
livestock producers are rapidly expanding and intensifying their production 
systems. 
  
Host of problems
  
Factory farms were designed to bring animals to market as quickly and cheaply 
as possible. Yet they invite a host of environmental, animal welfare, and 
public health problems, says Nierenberg. 
  
Among the leading concerns cited in the report are:
   
  Crowded, inhumane, and unhygienic conditions on factory farms can sicken farm 
animals and create the perfect environment for the spread of diseases, 
including avian flu, bovine spongiform encephalopathy (BSE, or mad cow 
disease), and foot-and-mouth disease.
  
Factory-farmed meat and fish contain an arsenal of unnatural ingredients, among 
them persistent organic pollutants (POPs), polychlorinated biphenyls (PCBs), 
arsenic, hormones, and other chemicals. Overuse of antibiotics and other 
antimicrobials in livestock and poultry operations, meanwhile, is undermining 
the toolbox of effective medicines for human use.
  
Factory farming is resource intensive: producing just one calorie of beef takes 
33 per cent more fossil-fuel energy than producing a calorie of potatoes. Eight 
ounces of beef can require up to 25,000 litres of water, while enough flour for 
a loaf of bread in developing countries requires only 550 litres.
  
Despite the fact that fisheries worldwide are being fished out, about a third 
of the total marine fish catch is 

[ekonomi-nasional] TPJ-Palyja Tak Mampu Sediakan Air Siap Minum

2006-02-27 Terurut Topik Blekok K-yg
Jadi memang benar bahwa PAM= Perusahaan Air Mandi


---

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0602/28/metro/2475480.htm


TPJ-Palyja Tak Mampu Sediakan Air Siap Minum 


Jakarta, kompas - Hingga tahun 2007, dua operator pelayanan air bersih di
wilayah DKI Jakarta, PT Thames Pam Jaya dan PT PAM Lyonnaise Jaya, belum
mampu menyediakan air siap minum bagi pelanggan mereka. Padahal, dalam
perjanjian kontrak kerja sama dengan Perusahaan Air Minum Jaya, dua operator
itu pada tahun 2007 sudah harus menyediakan air siap minum, bukan sekadar
air bersih.

Dalam seminar bertema Pengolahan Air di Tingkat Pengguna di Jakarta, Senin
(27/2), Lis Novari Trisiane dari PAM Jaya mengemukakan, tidak terpenuhinya
perjanjian kontrak kerja itu karena ada beberapa asumsi meleset saat krisis
moneter. Ia mencontohkan, asumsi inflasi yang diprediksi enam persen
ternyata mencapai hingga 80 persen.

Akibatnya, kondisi keuangan dua operator dari luar negeri itu masih berat
untuk menyediakan layanan air yang siap minum. Setelah (berjalan) 10 tahun
pertama, (air yang mereka sediakan) sudah harus bisa diminum. Tapi, beratnya
keuangan mengakibatkan (penyediaan air siap minum) jadi tertunda, kata Lis
Novari.

Menurut Direktur Permukiman dan Perumahan Bappenas Basah Hernowo, layanan
air bersih sudah saatnya ditingkatkan menjadi layanan air minum. Hal itu
merupakan amanat Undang-Undang Nomor 7/2004 tentang Sumber Daya Air dan
Peraturan Pemerintah (PP) No 16/2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan
Air Minum.

Teknologi alternatif

Meski demikian, ada beberapa teknologi sederhana dan murah yang bisa
dilakukan warga untuk mendapatkan air minum tanpa direbus, yakni melalui
solar water disinfection (sodis), klorinasi atau meneteskan air RahMat
(murah, mudah, sehat), dan pemurnian air dengan keramik.

Supriyono dari Yayasan Dian Desa mengatakan, metode sodis telah diujicobakan
di beberapa tempat di Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat. Meski
metode sodis sederhana karena cukup membutuhkan sinar matahari, cara ini
menuntut kualitas air bersih.

Ia menambahkan, sumber air bisa berasal dari telaga, sumur, mata air, air
ledeng, dan air sungai. Metode sodis sulit dilakukan jika sumber air
tercemar limbah pabrik. (SAM)



Send instant messages to your online friends http://asia.messenger.yahoo.com 


Ingin bergabung ke milis ekonomi-nasional?
Kirim email ke [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[ekonomi-nasional] Minta Freeport Ditutup + Kantor Freeport Jakarta Tutup

2006-02-27 Terurut Topik Ambon
CENDRAWASIH POST

Selasa, 28 Februari 2006




























































































Minta Freeport Ditutup 

Longmarch Abe-Jayapura, Arus Laulintas Macet 



JAYAPURA-Meski persoalan Freeport dengan massa pendulang emas tradisional di 
Mile 72 Tembagapura telah berakhir damai, namun demo protes terhadap Freeport 
masih terus belanjut. Seperti yang terjadi di Kota Jayapura (Kantor DPRP) dan 
Jakarta (Kantor Freeport). 

''Tutup..Freeport...Tutup Freeport'' itulah pekikan suara para demonstran yang 
tergabung dalam Solidaritas Rakyat Papua (SRP) untuk kasus Timika yang 
dikoordinir oleh Markus Halluk dan Selsius Bobby, ketika mereka unjuk rasa ke 
Kantor DPRP (Dewan Perwakilan Rakyat Papua), Senin (27/2) kemarin. 

Sebelum tiba di halaman Kantor DPRP, massa dengan kekuatan kurang lebih 500-an 
orang itu, sebelumnya berkumpul di lingkungan kampus Universitas Cenderawasih 
(Uncen) Abepura yang kemudian melakukan aksi longmarch dengan berjalan kaki, 
sehingga baru tiba di jantung Kota Jayapura tepat pukul 15.00 WIT. 

Aksi demo kali ini, berbeda dengan aksi demo sebelumnya mengingat sebelum 
memasuki dan menduduki gedung para wakil rakyat itu, massa terlebih dahulu 
melakukan longmarch dengan berjalan kaki kurang lebih 20 Km (Abepura-Jayapura). 

Arus lalulintas Abepura-Jayapura pun macet total. Ratusan massa yang terdiri 
dari elemen mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Kota Jayapura dengan 
berjalan kaki, terus melakukan orasi. Bahkan dalam perjalanan mereka memenuhi 
badan jalan. 

Massa tak hanya menggelar orasi secara bergantian sambil jalan, namun mereka 
juga sempat menutup jalan raya jalur Abepura-Waena (Jalan Menuju Bandara Udara 
Sentani). Akibatnya jalur tersebut lumpuh total, tak ada satupun kendaraan yang 
bisa lewat yang kurang lebih berlangsung selama 1,5 jam. Massa sendiri menutup 
jalan sejak pukul 10.30 WIT sampai pukul 12.00 WUT lalu menuju Kantor DPRP 
dengan long march. 

Sebelum menuju Kantor DPRP, mereka menggelar orasi secara bergantian di tengah 
ruas jalan raya, baik jalur kanan maupun jalur kiri ditutup. Mereka 
membentangkan sejumlah spanduk dan membawa pamflet. Ada beberapa dari massa ini 
menggunakan pakain khas Papua. 

Orasi yang dilakukan secara bergantian ini mengutuk pengusiran yang dilakukan 
oleh sekurity PT Freeport dan aparat kepolisian bebera waktu yang lalu di 
Mile-72. Mereka tetap bersikukuh meminta supaya perusahaan raksasa itu ditutup 
karena dinilai telah merugikan masyarakat Papua, khususnya masyarakat setempat. 
Baik dari segi pembagian keuntungan maupun soal limbah. 

Kami minta supaya PT Freeport Indonesia segera ditutup karena tidak memberikan 
kontribusi terhadap masyarakat Papua. DPRP harus menggelar sidang istimewa 
supaya aspirasi kami segera ditindaklanjuti, kata Markus Haluk yang sambut 
tepuk tangan oleh ratusan massa sambil berjalan. 

Yang menarik lagi, setelah sampai di jantung kota Jayapura, massa terlebih 
dahulu mengelilingi kota melewati Jalan Achmad Yani, Jalan Percetakan, dan 
Jalan Samratulangi, baru masuk di halaman DPRP Provinsi Papua. Mestinya 
sebagaimana demo-demo sebelumnya, mereka bisa langsung masuk halaman Kantor 
DPRP dengan potong jalan di kawasan Taman Imbi. 

Dari pantauan Cenderawasih Pos, dengan membentangkan sejumlah spanduk dan 
pamflet, massa terus berjalan sambil berlari lari kecil dan meneriakkan yel - 
yel ''Tutup Freeport''. 

Berbagai aspirasi yang dituangkan dalam spanduk itu antara lain Freeport jangan 
usir kami dari tanah leluhur kami, Freeport Go to heel, Freeport kalau sudah 
makan daging jangan makan tulang lagi, Freeport jangan kau usir para pendulang 
liar karena tanah dan tambang yang kau ambil itu milik leluhur kami serta 
berbagai aspirasi lainnya yang intinya meminta Freeport ditutup selamanya. 

Setelah berhasil menduduki DPRP yang dijaga oleh puluhan pasukan anti hura hara 
dari satuan Brimobda Papua, massa dengan tenang mengikuti setiap orasi yang 
dilakukan oleh perwakilan senat dan berbagai organisasi kemasyarakatan lainnya. 

Koordinator unjuk rasa, Markus Haluk, dalam orasinya memninta agar rakyat Papua 
menyatukan barisan dan langkah untuk melakukan aksi meminta agar PT Freeport 
ditutup. Rakyat Papua harus bersatu menyuarakan PT.Freeport ditutup, karena 
kehadiaranya tidak membawa kesejahteraan bagi rakyat Papua, tapi sebaliknya 
kehadiran PT.Freeport telah menimbulakan banyak korban jiwa,tegasnya. 

Perwakilan yang lain, Selsius Bobby berorasi agar Pemerintah Indonesia dan 
Amerikan untuk menseriusi persoalan di Timika. Pemerintah Indonesia dan 
Amerika harus menseriusi persoalan Timika, mengingat sejarah membuktikan bahwa 
Papua berintentegrasi masuk NKRI karena PT.Freeport,katanya penuh semangat. 

Setelah melakukan aksi orasi secara bergantian, massa di bawah pimpin Markus 
Haluk melakukan ritual panah babi yang menandakan tekad rakyat Papua untuk 
menutup PT.Freeport telah bulat. 

Usai ritual panah babi yang dilakukan oleh Markus Haluk, 

[ekonomi-nasional] Demo Freeport Bentrok

2006-02-27 Terurut Topik Ambon
http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2006/2/28/n1.htm


Demo Freeport Bentrok
Jakarta (Bali Post) -
Sekitar 150 mahasiswa dan warga Papua mendemo kantor  pusat PT Freeport 
Indonesia di Plaza 89 Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (27/2) kemarin.  Mereka 
tergabung dalam Front Perjuangan Rakyat Papua Barat (Front Pepera PB).  Mereka 
menuntut penutupan PT Freeport Indonesia dan membebaskan 13 mahasiswa yang 
ditangkap aparat kepolisian beberapa hari lalu. 

Demo sempat diwarnai bentrok fisik dua kali. Mahasiswa Papua yang semula 
memadati jalan di depan Plaza 89 meminta masuk ke halaman. Tetapi, ratusan 
polisi menghadangnya. Bentrok kecil, dorong-dorongan terjadi.  Lalu lintas 
sempat macet total. Jalan utama di depan Kedubes Australia itu tetap tidak bisa 
dilalui secara bebas  oleh ratusan kendaraan yang akan menuju arah Menteng. 
Polisi yang menjaga mahasiswa sekitar lima lapis ini akhirnya berubah pikiran. 
Mahasiswa diberi kebebasan masuk ke halaman plaza.  

Polisi tidak ingin kecolongan. Sebuah mobil water canon dan rantis langsung 
disiagakan persis di depan pintu. Bentrok kembali terjadi, saat mahasiswa 
mendesak ingin masuk ke dalam gedung. Kalah, mahasiswa tidak bisa menembus  
pagar betis polisi dan security gedung yang mengenakan baju antihuru-hara. 

Mahasiswa kemudian melanjutkan aksinya dengan orasi-orasi. Dalam selebaran yang 
dibagikan kepada wartawan, Perpera PB menuntut lima hal. Pertama, mendesak 
penutupan secara total seluruh operasi PT Freepor-Rio Tinto dan lakukan audit 
dan penyidikan secara menyeluruh terhadap seluruh kejahatan HAM, korupsi, dan 
penghancuran lingkungan hidup serta sumber-sumber kehidupan rakyat Papua. 
Kedua, menarik seluruh pasukan nonorganik TNI-Polri yang berada di Papua. 

Ketiga, mengecam keras statemen pemerintah NKRI melalui Wapres Jusuf Kalla 
terkait pernyataannya tentang perlunya penambahan pasukan TNI untuk menjaga 
kawasan pertambangan PT Freeport. Keempat, bebaskan seluruh tahanan kasus Mil 
62-63 Timika dan kasus BEM Papua di Plaza 89. Kelima, mengecam keras hegemoni 
AS-Uni Eropa atas penguasaan dan penghancuran SDA dan ekonomi politik di tanah 
Papua. Perpera PB juga menyerukan agar seluruh rakyat Papua melakukan mogok 
sipil nasional dan menggalang persatuan untuk menuntut penyelesaian seluruh 
persoalan rakyat Papua. 

Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto menegaskan, secara keseluruhan keamanan di 
Papua dapat dikendalikan oleh pihak kepolisian. Sampai sekarang belum ada 
permintaan dan pelimpahan kewenangan pengamanan dari Polri kepada TNI. Karena 
itu, Panglima menyatakan sampai sekarang  TNI tidak akan menambah pasukan guna 
mengamankan objek vital PT Freeport Indonesia di Timika, Papua. ''Semuanya 
sudah aman. TNI tidak akan menambah pasukan,'' tegas Panglima Djoko Suyanto 
dalam jumpa pers di Mabes Cilangkap Jakarta, Senin (27/2) kemarin.  

Seperti diketahui, demo mahasiswa ini terkait kerusuhan antara pihak aparat 
keamanan dengan warga di Timika di wilayah pertambangan PT Freeport, di Mil 
62-63. Setidaknya tiga warga Papua tertembak. Mahasiswa  kemudian mengamuk di 
kantor pusat Freeport di Jakarta. Mereka kini ditahan. Aksi kali ini sebagai 
aksi solidaritas untuk menuntut pembebasan rekan-rekan mereka dan sekaligus 
mendesak penutupan PT Freeport. (kmb7


[Non-text portions of this message have been removed]



Ingin bergabung ke milis ekonomi-nasional?
Kirim email ke [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[ekonomi-nasional] Benarkah Pariwisata Merusak Lingkungan?

2006-02-27 Terurut Topik Ambon
refleksi: Rusak lingkungan tergantung dari keprihatinan penduduk dan pemerintah 
setempat. Kesan saya dalam membandingkan kota Denpasar dengan kota-kota turis 
diberbagai negeri,  tanpa ragu-ragu bisa dibilang Denpasar masih tertinggal 
masih jauh. 


http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2006/2/28/o2.htm

Dampak yang paling dirasakan oleh masyarakat lokal yang tinggal di suatu 
kawasan wisata adalah pencemaran lingkungan. Transportasi serta sistem 
manajemen lalu lintas yang jelek adalah sumber utama polusi udara dan 
kebisingan.
-

Benarkah Pariwisata Merusak Lingkungan?
Oleh Ketut Gede Dharma Putra

BEBERAPA penelitian yang komprehensif memperlihatkan betapa pariwisata telah 
memberikan kontribusi nyata pada peningkatan kualitas hidup masyarakat Bali.

Namun pada sisi yang lain, pembangunan kepariwisataan ternyata menyisakan 
dampak negatif. 

--

Masyarakat Bali baru sadar setelah menikmati keindahan gemerlap dunia 
pariwisata yang memabukkan, ada beberapa hal yang harus segera diantisipasi 
agar kenikmatan yang pernah dirasakan  dulu, tetap dapat dirasakan juga oleh 
generasi berikutnya.

Dampak negatif pariwisata terhadap lingkungan hidup telah diuraikan oleh  World 
Tourism Organization (WTO) pada tahun 1996, yang harus secara cermat dipikirkan 
oleh masyarakat  di daerah tujuan wisata seperti Bali.  

Keramaian wisatawan memberikan dampak kepada perubahan perilaku binatang yang 
ditunjukkan dengan tingkah agresif yang seringkali membahayakan. Pembangunan 
fasilitas kepariwisataan (akomodasi, dan sarana penunjang lainnya), selain 
menyebabkan kerusakan bentang alam, potensi peningkatan longsor dan banjir, 
ternyata memunculkan daerah-daerah kumuh di sekitarnya. Hal ini sebagai akibat 
datangnya pencari kerja yang tidak memiliki keterampilan yang terjebak dengan 
mimpinya tentang keindahan dunia gemerlap pariwisata. Namun, setelah sadar 
dengan kesukaran lapangan kerja tidak berani pulang karena malu. Akhirnya 
mereka menyambung hidup dengan tinggal di daerah kumuh dan terperangkap dengan 
pekerjaan yang amoral. 

Pembukaan daerah rekreasi, wisata alam, wisata bahari dan berbagai wisata minat 
khusus lainnya seperti rafting, scuba diving, hiking, bersepeda, dan panjat 
tebing ternyata memberikan gangguan besar terhadap kehidupan flora dan fauna 
liar. Bahkan, atraksi memberi makan binatang di daerah tertentu, akhirnya 
memberikan dampak kepada peningkatan kebuasan binatang liar tersebut yang 
sangat berbahaya bagi manusia. Penjualan barang-barang suvenir yang dibuat 
sesuai dengan keunikan suatu kawasan melalui keunikan benda budaya, flora dan 
fauna, akhirnya memberikan dampak kepada kerusakan alam yang dilakukan oleh 
oknum yang ingin menjual benda suvenir dari bahan asli dari alam.

Pencemaran Lingkungan

Dampak yang paling dirasakan oleh masyarakat lokal yang tinggal di suatu 
kawasan wisata adalah pencemaran lingkungan. Transportasi serta sistem 
manajemen lalu lintas yang jelek adalah sumber utama polusi udara dan 
kebisingan. WTO (1996) memperkirakan lebih dari 4 juta ton bahan bakar 
digunakan setiap tahun yang menghasilkan 850 juta gas yang merusak lapisan ozon 
dan menghasilkan 3,5 juta ton bahan kimia di udara yang menyebabkan terjadinya 
hujan asam berbahaya bagi kehidupan. Pencemaran air semakin meningkat sebagai 
akibat penggunaan pestisida, pupuk dan bahan kimia lainnya dalam upaya 
meningkatkan keindahan fasilitas kepariwisataan (hotel, lapangan golf, dan 
kolam).

Peningkatan limbah tinja di suatu kawasan setelah bergabung dengan limbah 
lainnya seperti limbah plastik, limbah bahan berbahaya dan beracun (B-3) 
menyebabkan kerusakan lingkungan di sekitarnya.

Langkanya beberapa spesies binatang juga diakibatkan oleh permintaan akan 
makanan yang mahal untuk wisatawan di samping gangguan akibat kunjungan manusia 
di suatu kawasan konservasi. Aktivitas wisatawan di laut seperti berperahu, 
snorkling, diving, dan surfing dapat menyebabkan kerusakan lingkungan pesisir 
dan laut. Flora dan fauna asing yang dapat berakibat buruk bagi keberlanjutan 
ekosistem setempat seringkali didatangkan oleh para wisatawan secara sadar 
maupun tidak.

Strategi Pengelolaan Dampak 

Memang benar, pengembangan kepariwisataan dapat menimbulkan dampak negatif 
terhadap lingkungan. Walaupun kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh 
aktivitas pariwisata hanya sebagian kecil dibandingkan kerusakan lingkungan 
akibat aktivitas masyarakat lainnya. Sebagian besar kerusakan sebenarnya 
berasal dari kegiatan domestik yang dilakukan oleh masyarakat. Limbah cair 
rumah tangga, sampah, emisi gas buang, serta sumber pencemar lainnya yang masuk 
ke lingkungan jauh lebih banyak berasal dari kegiatan masyarakat sendiri. 
Terutama di daerah yang tidak memiliki sarana pengolahan limbah yang baik, 
seperti di Bali. Sampai saat ini, kerusakan lingkungan sebagai akibat limbah 
cair, sampah, polusi udara, limbah B-3, dan sanitasi lingkungan yang jelek 
belum memiliki sistem 

[bisnis-retail] ����� ������ ���� �������� ���� ���

2006-02-27 Terurut Topik ahmed mido
www.7beeny.com/
  
ÃÍÈåÇ äÚã ÃÊÒæÌåÇ áÇÁ ... áãÇÐÇ¿ .. 
  http://www.7beeny.com/vb/showthread.php?t=410
   
  ÇÌÏÏ ÇÛäíå áãäÊÎÈäÇ ÇáÛÇáí ÇáÌÈíÈ ÕæÇÑ ÌÏíÏå æÍÕÑí Úáí ãäÊÏí ÍÈíäí 
  
http://www.7beeny.com/vb/showthread.php?t=388
  
ÊÇãÑ ÍÓäí (ÇäÊ ÈÞì) ÇÛäíå ÌÏíÏå ÍÕÑíÇ Úáì ÍÈíäí 
  
http://www.7beeny.com/vb/showthread.php?t=331
  
ÈÇäÝÑÇÏ ÊÇã ÇÛäíå ÚÑÝÊ ãÚäí ÇáÍÈ áÓÇãæ Òíä ÇÛäíå ÌÏíÏå ãæææÊ ÍÕÑíÇ Úáì 
ÍÈíäí 
  
http://www.7beeny.com/vb/showthread.php?t=343
  
ÃÛäíÉ ÌÏíÏÉ ãä ÇáÈæã ÊÇãÑ ÍÓäì ÇáÌÏíÏ 
  http://www.7beeny.com/vb/showthread.php?t=98
  
 


-
 Yahoo! Mail
 Use Photomail to share photos without annoying attachments.

[Non-text portions of this message have been removed]



 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Try Online Currency Trading with GFT. Free 50K Demo. Trade 
24 Hours. Commission-Free. 
http://us.click.yahoo.com/RvFikB/9M2KAA/U1CZAA/zMEolB/TM
~- 

posting: [EMAIL PROTECTED]

subscribe  : [EMAIL PROTECTED]

unsubscribe: [EMAIL PROTECTED]

Web: http://www.geocities.com/kiosserabi

 Tingkatkan kewirausahaan, sukses  sejahtera  
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/bisnis-retail/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[ekonomi-nasional] Hindari Persaingan tak Sehat, Tingkatkan Kreativitas Perajin

2006-02-27 Terurut Topik Ambon
http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2006/2/28/b1.htm

Dari Warung Global Interaktif Bali Post
Hindari Persaingan tak Sehat, Tingkatkan Kreativitas Perajin



TERPURUKNYA kondisi pariwisata Bali sangat berdampak pada berbagai sektor 
penunjangnya. Salah satunya adalah sektor kerajinan yang kini turut serta 
pemasarannya anjlok. Bahkan, nilai ekspornya turun sebesar 50% dari tahun 
sebelumnya. Tentu hal ini berdampak jelas pada perputaran ekonomi Bali. Walau 
ada yang mengatakan bahwa tidak saja di Bali atau Indonesia, tetapi memang 
ekonomi dunia juga sedang sepi. Di samping itu peran pemerintah dalam 
keseragaman harga kerajinan juga perlu ditinjau untuk menghindari adanya 
persaingan tidak sehat antarperajin. Faktor keamanan dan kenyamanan wisatawan 
yang datang juga perlu dijaga. Untuk itu masalah-masalah besar harus 
dituntaskan terlebih dulu, seperti kasus Amrozy yang sampai saat ini kepastian 
hukumnya belum ada. Tanpa ada kepastian hukum maka pulihnya kondisi pariwisata 
Bali akan sulit. Di pihak perajin saatnya sekarang berkreativitas yang lebih 
baru lagi. Untuk memulihkan ekonomi desain perlu dimodifikasi. Jadi kreativitas 
perajin harus ditingkatkan. Demikian terungkap dalam acara Warung Global yang 
disiarkan secara langsung oleh Radio Global FM 96,5, Senin (27/2) kemarin. 
Acara ini juga dipancarluaskan oleh Radio Genta Bali dan Singaraja FM. Berikut 
rangkuman selengkapnya.

---

Pande di Pandak Gede mengatakan bahwa Bali adalah pariwisata dan pariwisata 
adalah Bali, Bali identik dengan pariwisata. Keadaan ini sudah diseting sejak 
dulu, di mana hal di luar pariwisata terlupakan maka terjadilah seperti 
sekarang. Pada saat kunjungan wisatawan turun harus dicari sumber atau biang 
penyebabnya. Karena semua ini kembali pada pencitraan Bali atau pencitraan 
pariwisata. Inilah yang harus kita jaga.

Yadnya di Karangasem memberi kepastian karena banyak wisatawan asing yang dulu 
hanya berkunjung tertarik dengan barang-barang khas Bali, kemudian datang ke 
Bali berikutnya dia bersekolah seni, baik seni ukir, tari dan lain sebagainya. 
Selanjutnya tahu bagaimana cara membuatnya. Otomatis anjloknya produk Bali 
karena ada barang-barang yang sama dengan di Bali misalnya tamu Malaysia 
mengatakan bahwa ada produk yang sama di dekat negara tersebut. Maka dari itu  
dinas terkait agar segera menyelesaikan kasus yang menggerogoti negara seperti 
kasus Amrozy, Poso. Sehingga wisatawan tidak takut untuk datang ke Bali. Harus 
diketahui pula bahwa tamu lebih mengenal Bali. Mereka mengatakan bahwa Bali 
adalah mukanya Indonesia.

Mursi di Jl. Supratman Denpasar menyoroti masalah keamanan yang harus 
diperhatikan di samping juga faktor adanya persaingan bisnis yang jelek, 
sehingga orang asing membanding-bandingkan antara satu artshop dengan artshop 
yang lain. Lebih baik pihak terkait menyeragamkan harga.

Kak Batu di Ubung Kaja menjelaskan bahwa ia banyak memiliki tamu asing yang 
berbisnis di Bali. Mereka mengatakan bahwa stok yang dibeli di Indonesia tahun 
sebelumnya belum laku di negaranya. Hal ini terjadi sejak perang Irak, di mana 
daya beli produk furniture lesu, bukan karena terpuruknya pariwisata Bali, 
tetapi kenyataan global mereka tidak membelanjakan uangnya untuk membeli 
produk. Tamu yang mengatakan ini berasal dari Prancis dan memiliki usaha di 
seluruh dunia. Hal yang harus diatasi adalah penyelesaian kasus bom Bali secara 
maksimal. 

Komang Ari di Ubud menambahkan, kalau di layar TV disebutkan bahwa untuk 
pengembalian pariwisata Bali baik promo maupun lainnya dianggarkan dana oleh 
pemerintah mencapai Rp 63 milyar, dinilai tidak perlu. Karena keamanan dan 
kenyamanannya yang perlu dijaga. Misalnya kasus Amrozy sampai saat ini 
kepastian hukumnya belum ada. Keamanan tamu tidak ada yang menjamin, tanpa ada 
kepastian hukum maka pulihnya kondisi pariwisata Bali akan sulit.

Teken di Suwat Gianyar menyikapi terkait anjloknya ekspor kerajinan Bali. 
Menurutnya, kalau kita cermati pariwisata mengalami kehancuran karena, 1) 
Hancur jelas berpengaruh terhadap bisnis kerajinan. Pariwisata anjlok karena 
keamanan yang belum tertangani, oleh karena itu satu-satunya jalan memulihkan 
pariwisata umumnya dan Bali khususnya keamanan ini harus dijadikan fokus. 2) 
Mutu dan kualitas produk kerajinan harus ditingkatkan. 3) Adanya persaingan 
tidak sehat antarperajin misalnya dengan kerajinan yang sama saling bom masalah 
harga, sehingga nantinya merugikan perajin itu sendiri. Kalau begini terus 
menerus maka akan membunuh perajin itu sendiri, sehingga seharusnya perajin  
memiliki wadah.

Nyoman Ledang Asmara di Denpasar menilai bukan semata disebabkan oleh situasi 
dunia global, tetapi ulah artshop atau tengkulak-tengkulak perajin yang 
serakah, misalnya pemberian fee. Akhirnya turis tahu dan merasa dikibuli 
sehingga lama-lama turis menyesal. Penyebab anjlok lainnya karena jumlah 
produksi kerajinan berlipat ganda, sementara pemasarannya anjlok karena bom 

[ekonomi-nasional] Krisis Ekonomi Berkepanjangan

2006-02-27 Terurut Topik Ambon
http://www.pikiran-rakyat.co.id/cetak/2006/022006/28/0901.htm


Krisis Ekonomi Berkepanjangan
Oleh H. SOEHARSONO SAGIR   


  SEBAGAI dosen mata kuliah Perekonomian Indonesia di tahun ajaran 1984/1985, 
saya melakukan inventarisasi kelemahan ekonomi makro Indonesia yang sampai saat 
ini tidak terpecahkan, bahkan ada beberapa kondisi yang justru makin melemah 
dan rusak sejak krisis ekonomi 11 Juli 1997.

Kelemahan ekonomi makro Indonesia terdiri atas beberapa gejala - indikator 
kelemahan sebagai berikut:

1. Pertumbuhan ekonomi tinggi yang tidak berkorelasi positif dengan kesempatan 
kerja. Setiap pertumbuhan ekonomi 1% hanya menyerap kesempatan kerja paling 
banter 300.000, hingga setiap tahun terjadi carry over yang makin besar.

2. Kesempatan kerja produktif makin merosot. Artinya kesempatan kerja tidak 
memberikan imbal jasa/pendapatan yang mencukupi untuk hidup layak.

3. Terjadi pemborosan ekonomi di tingkat mikro usaha, maupun di tingkat makro 
nasional/pemerintah (high cost economy).

4. Inflasi dan depresiasi rupiah tidak dapat tertanggulangi, terjadi 
kemerosotan nilai tukar uang rupiah terhadap barang, jasa dan valuta asing.

5. Neraca berjalan defisit berkelanjutan, cadangan devisa cenderung menurun.

6. Penggalakan ekspor nonmigas tidak berhasil meningkatkan surplus neraca 
perdagangan.

7. Ekonomi dikuasai konglomerat, kartel, kelompok monopolistik pengusaha 
besar.

8. DSR (debt service ratio) terus meningkat, karena terjadi peningkatan utang 
baru yang makin besar tiap tahun. Di sisi lain kemampuan membayar utang jatuh 
tempo (debt-service) makin mengecil karena ekspor yang cenderung makin menurun. 
Artinya kenaikan total ekspor lebih kecil daripada kewajiban utang jatuh tempo.

9. Alokasi kredit antarsektor/kegiatan ekonomi tidak adil. Sektor pertanian 
sebagai penyerap tenaga kerja terbesar (di atas 40%), memperoleh 8% outstanding 
credit dibanding dengan sektor industri dengan daya serap di bawah 12 %, 
menerima 32% alokasi kredit.

10. Capital shortage yang berlanjut, tabungan dalam negeri; baik bersumber dari 
tabungan pemerintah (fiskal), maupun masyarakat (tabungan konsumen dan tabungan 
dunia bisnis/laba yang ditahan) tidak mencukupi untuk sumber dana investasi; 
sehingga selain utang luar negeri, penarikan modal langsung/PMA cenderung tetap 
berlanjut, dalam jumlah yang makin besar.

11. Sektor perbankan sebagai lembaga intermediasi, masih tetap belum mampu 
menekan atau mengendalikan gejala overheated economy, bersumber dari kucuran 
kredit yang berdampak demand pull inflation.

12. Unggulan daya saing produk yang rendah, baik terhadap barang impor maupun 
dalam memasuki pasar global.

Tentunya 12 gejala yang saya temukan di tahun ajaran 1984/1985 di Fakultas 
Ekonomi Unpad masih dapat ditambah dengan gejala kelemahan yang lain.

Dua belas gejala - indikator kelemahan tersebut, tidak lain karena selama empat 
dasawarsa (1967-2005) kita tidak berhasil untuk membangun ekonomi makro 
Indonesia, melalui pendekatan fundamental ekonomi makro kuat.

Yang dimaksud dengan fundamental ekonomi makro kuat, prasyaratnya adalah: 
Pertumbuhan ekonomi tinggi/GDP/GNP yang meningkat signifikan, minimal 3 kali 
dari pertumbuhan penduduk (6%/tahun); yang didukung oleh: perluasan kesempatan 
kerja, tidak terjadi carry over penganggur yang tidak terserap oleh pasar 
kerja/kenaikan GDP/GNP.

Yang terjadi sekarang bukan saja carry over tenaga kerja yang tidak terserap, 
tetapi justru bertambah karena PHK atau makin meningkatnya angka pengangguran.

Korelasi positif antara pertumbuhan dan perluasan kesempatan kerja, dapat pula 
tercermin dari dukungan kemampuan pemerintah (fiskal) yang tidak terus menerus 
defisit, hingga makin tergantung pada utang luar negeri (memperbesar utang) 
ditambah menutup defisit dengan menjual kekayaan negara (aset negara); 
kemampuan sektor moneter (bank) sebagai lembaga intermediasi, memupuk modal 
(simpanan masyarakat) untuk disalurkan sebagai kredit meningkatkan taraf hidup 
rakyat banyak (perluasan kesempatan kerja artinya peningkatan pendapatan).

Terjadi moral hazard atau penyimpangan dalam penyaluran kredit, terjadi 
penumpukan kredit macet/non performance loan (NPL).

Di samping itu kondisi makro ekonomi/moneter akhir 2005 masih menunjukkan suku 
bunga tinggi, inflasi tinggi (cost push) dan daya beli masyarakat rendah. Hal 
ini merupakan refleksi dari rendahnya kredit investasi (19,32% outstanding 
credit ) dibanding dengan kredit modal kerja (50,9%) dan kredit konsumsi 
(29,71%). Dari dana pihak ketiga sebesar Rp 1.127,94 triliun, tersalurkan 
(kredit) Rp 695,69 triliun, dana tidak ditarik (dicairkan) Rp 152 triliun, LDR 
(nisbah pinjaman terhadap simpanan) 55,02%. Berarti bank mengalami kelebihan 
likuiditas 44,98% (Kompas, 17 Februari 2006).

Selain sektor fiskal dan moneter yang sehat, fundamental ekonomi makro kuat, 
perlu didukung sektor perdagangan luar negeri yang sehat atau neraca pembayaran 
yang favorable. Artinya cadangan devisa yang tersedia dan tercatat 

[ekonomi-nasional] Freeport dan Gerakan Sosial Politik

2006-02-27 Terurut Topik Ambon
http://www.pikiran-rakyat.co.id/cetak/2006/022006/28/0902.htm



Freeport dan Gerakan Sosial Politik
Oleh CECEP DARMAWAN  


KEMBALI, tanah Papua menunjukkan suhu politik yang menghangat. Kantor pusat PT 
Freeport Indonesia (PT FI) dilempari batu hingga kaca kantor PT FI berantakan. 
Sementara di Grasberg, massa pun memblokir jalan di daerah Tembagapura, 
sehingga menyebabkan operasi PT FI sontak berhenti sementara. Persoalan 
Freeport selalu saja mencuat di tengah-tengah tarikan berbagai kepentingan 
domestik dan internasional. Bak, membangunkan raksana yang sedang tidur, 
persoalan di tanah Papua ini akan menjadi perhatian dunia internasional. 
Mengapa isu Freeport selalu terkait dengan problema tanah Papua secara politik 
internasional? Dalam memahami isu politik dan gerakan sosial di Papua ini, 
kiranya dapat ditelaah dalam beberapa perspektif. 

Masalah Papua kembali menghangat, ketika pada tahun yang lalu tepatnya 14 Maret 
2005 anggota Kongres Amerika Serikat membuat surat yang ditujukan kepada 
Menteri Luar Negeri AS dan Sekjen PBB. Isi surat tersebut mempersoalkan 
legalitas proses bergabungnya Papua ke dalam NKRI melalui Pepera pada 1969. 
Masalah ini bertambah rumit ketika Kongres AS membahas usulan RUU yang 
mempertanyakan kebijakan domestik pemerintah Indonesia terhadap Papua. Usulan 
RUU dalam Kongres AS tersebut sebenarnya hanya desakan dari dua orang anggota 
Kongres yaitu Donald M Payne (asal Newark, New Jersey) dan Eni FH Faleomafalega 
(Samoa Amerika). Dalam RUU tersebut ditegaskan, Menteri Luar Negeri AS diminta 
laporan mengenai kajian terhadap pelaksanaan Act of Free Choice (Pepera) pada 
1969 dan penilaian implementasi otonomi khusus di Papua dalam waktu 180 hari 
setelah UU tersebut disahkan. 

Usaha penilaian kembali Pepera sebelumnya muncul dari Dewan Adat Papua yang 
meminta negara-negara Pasifik, Eropa, dan AS meninjau kembali Resolusi 2504 
(XXIV). Tuntutan tersebut mendapat dukungan dari Bishop Desmond Tutu dan 175 
anggota parlemen serta 80 LSM internasional pada tanggal 24 Februari 2004.

Menurut versi pemerintah kita, keberadaan Papua sebagai bagian dari 
pemerintahan NKRI adalah sudah sah secara hukum sejak dikeluarkannya Resolusi 
MU-PBB No. 2504 (XXIV) tanggal 19 Nopember 1969. Dengan demikian kembalinya 
Papua (waktu itu, Irian Barat) ke NKRI sudah bersifat final dan sah secara 
hukum nasional maupun internasional. Namun, sayangnya masih terdapat sebagian 
rakyat Papua yang menginginkan pelurusan sejarah Pepera sebagai entry point 
untuk menuntut dilaksanakannya referendum. Mereka berasumsi bahwa perwakilan 
rakyat Irian Barat yang mengikuti Pepera tidak sah karena dianggap tidak 
merupakan cerminan representasi dari wakil-wakil rakyat Irian Barat secara 
keseluruhan pada waktu itu. 

Kelompok-kelompok tersebut kemudian mengadakan perlawanan (senjata dan 
politik-diplomatik) terhadap pemerintah Indonesia dan menghimpun diri dalam 
gerakan separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM). Inilah yang menjadi batu 
sandungan secara domestik bagi pemerintah Indonesia. 

Selain masalah di atas, Papua dengan otonomi khususnya mengalami berbagai 
problema. Akar masalahnya adalah hilangnya kepercayaan (trust) masyarakat lokal 
terhadap pemerintah pusat dan elit lokal Papua. Di samping itu, dampak dari 
kebijakan pemerintah masa lalu yang kurang sensitif terhadap nilai budaya 
masyarakat lokal mengakibatkan masyarakat Papua merasa dinomorduakan di NKRI 
ini. Sehingga timbul kesan bahwa model otonomi apapun, termasuk Otonomi Khusus 
(UU No.21 Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus di Papua) tidak berkorelasi secara 
nyata (signifikan) dengan peningkatan kesejahteraan. Padahal dengan penerapan 
otonomi khusus diharapkan terjadi percepatan dan pemerataan pembangunan di 
seluruh Papua guna menyelesaikan persoalan mendasar yaitu menghilangkan 4 K 
(Kemiskinan, Ketidakadilan, Kebodohan, dan Kesehatan).

Kaitan dengan masalah otonomi khusus, saat ini telah terjadi konflik 
pemerintahan, menyangkut pemekaran Papua dengan berdirinya Provinsi Irian Jaya 
Barat. Keberadaan provinsi Irian Jaya Barat serta beberapa Kabupaten/Kota hasil 
pemekaran berdasarkan UU No. 45 Tahun 1999 masih menyisakan masalah (yuridis 
dan politik) yang pelik. Hal ini berkaitan dengan UU No. 45 Tahun 1999 Tentang 
Pembentukan Provinsi Irian Jaya Tengah, Provinsi Irian Jaya Barat, dan sejumlah 
kabupaten/kota lainnya yang dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi. Tetapi khusus 
mengenai Irian Jaya Barat, Mahkamah Konstitusi telah mengesahkan keberadaannya 
dan beberapa kabupaten/kota pemekaran serta hasil pemekaran serta lembaga 
eksekutif dan legislatif telah terbentuk melalui Pemilu 2004. Dalam realitas 
sosial politik di Papua, keberadaan Provinsi Irian Jaya Barat masih menyisakan 
pro dan kontra dan berakibat munculnya gagasan pengembalian otonomi khusus ke 
pusat. 

Sebenarnya sumber utama masalah di atas adalah kebijakan pemerintah yang tidak 
konsisten dan terkesan tumpang tindih dalam penanganan masalah di Provinsi 
Papua 

[ekonomi-nasional] Strategi Memperbaiki Ekonomi

2006-02-27 Terurut Topik Ambon
SUARA KARYA



Strategi Memperbaiki Ekonomi
Oleh Yuliani Yunindri 



Selasa, 28 Februari 2006
Rasa gelisah melanda Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) setelah melihat 
fakta menyedihkan kondisi ekonomi. Gambaran buram ekonomi itu dapat disimak 
dari laporan Badan Pusat Statistik (BPS), yang menyebutkan angka pertumbuhan 
ekonomi tahun 2005 hanya 5,6%, bahkan kinerja triwulan keempat minus 2,18%. 

Presiden pun lantas mengundang pengusaha dan melakukan diskusi untuk mencari 
solusi bagi pemecahan berbagai masalah dan tantangan demi perbaikan 
perekonomian nasional ke depan. Memang, inilah momentum emas bagi pengusaha dan 
investor asing untuk kembali mengungkapkan identifikasi dan inventarisasi 
tentang berbagai sumber ketidakpastian bisnis yang terjadi di Tanah Air. 

Dalam enam bulan terakhir, pebisnis telah mengeluhkan berbagai persoalan yang 
menghambat bisnis mereka. Berbagai macam problem yang dikeluhkan pengusaha dan 
investor secara mendasar bertautan dengan regulasi investasi yang ruwet. 
Kemudian, terkait dengan pajak yang penuh korupsi, disparitas mencolok upah 
tenaga kerja antar-daerah, infrastruktur industri tidak memadai, dan fungsi 
intermediasi perbankan dianggap kurang kondusif. 

Secara reflektif, berdasarkan pendekatan evaluatif, maka pemerintah dengan 
segera bertekad akan memperbaiki iklim investasi supaya kondusif. Strateginya 
adalah mengubah, merevisi, atau membuat regulasi yang relevan demi perbaikan 
kondisi dunia usaha. Prioritas pengatasan masalah pun perlu diarahkan kepada 
pembuatan undang-undang penanaman modal, revisi aturan pajak, dan undang-undang 
ketenagakerjaan, selain membenahi infrastruktur. Dari segi finansial, sentuhan 
sangat diperlukan pada faktor intermediasi perbankan. 

Perlu disadari, problem investasi yang terbukti telah menyurutkan pertumbuhan 
ekonomi selama 2005, bahkan melumpuhkan kondisi perekonomian nasional pada 
triwulan keempat dengan indikator capaian angka minus, tidak dapat didekati 
dari kacamata business as usual. Juga bukan sekadar terkait dengan political 
will maupun political comitment pemerintah. Namun, perlu segera dirancang 
political action melalui konsep rancang tindak (political plan) pengembangan 
iklim investasi yang sehat. Salah satu sinar terang itu berupa langkah 
strategis pemerintah memulihkan kepercayaan dunia usaha. Antara lain, dengan 
membentuk tata-kelola pemerintahan yang baik, dengan sudut pandang ekonomi 
melalui pendekatan pembersihan in-efisiensi investasi, terutama korupsi di 
level birokrasi. 

Pemerintah pun telah membentuk sebuah tim baru yang dinamai Tim Reformasi 
Tata-kelola Pemerintahan yang Baik. Tim ini membantu Presiden untuk menyusun 
rencana aksi mengatasi korupsi secara menyeluruh, khususnya yang berkaitan 
langsung dengan pelayanan publik. Perspektif ekonomi mengedepan dalam tim ini, 
ketika Menko Perekonomian ditetapkan sebagai ketua, dibantu Menteri Negara 
Pendayagunaan Aparatur Negara, Sekretaris Kabinet, dan Menteri Keuangan. 

Prinsip sejenis revolution from above, ikan busuk terdeteksi dari kepalanya, 
atau mencegat persoalan di terminal terakhir dipilih sebagai prioritas 
langkah memberantas borok bisnis dan investasi. Selain Mahkamah Agung, proyek 
tata-kelola juga merambah ke lembaga peradilan yang lebih rendah, kejaksaan, 
kepolisian, perpajakan, bea cukai, imigrasi, pertanahan, dan lembaga-lembaga 
lain yang terkait dengan investasi, seperti Badan Koordinasi Penanaman Modal 
(BKPM). 

Fokus Birokrasi


Jajaran birokasi sebagai titik pijak pembenahan in-efisiensi bisnis merupakan 
cara jitu. Karena selama ini ada anggapan, gudang masalah bisnis dan investasi 
bersumber dari dalam tubuh aparatur pemerintah atau negara, yang dikenal sarat 
praktik KKN. Kasus pajak fiktif, pungli bea cukai atau imigrasi, atau uang 
pelicin perizinan merupakan contoh aktual untuk menggambarkan fakta riil dari 
anggapan tersebut. 

Melalui kejelasan aturan, mekanisme, prosedur, dan teknis tata-kelola 
pemerintahan saat berhadapan dengan pelaku bisnis atau investor, maka 
in-efisiensi, penyimpangan, kebocoran, dan korupsi bisnis-investasi dapat 
ditepis. Secara pesimistis, minimal kadar korupsi di berbagai instansi yang 
bersentuhan langsung dengan aktivitas bisnis dapat ditekan. Dengan demikian, 
revenue dari biaya bisnis tak mengalir ke kantong pribadi, tetapi ke kas 
negara. Dengan demikian, pendapatan negara dari non-minyak dapat meningkat, dan 
ini dapat digunakan untuk memperbaiki infrastruktur bisnis maupun me-reward 
seluruh level aparat birokrasi. 

Kejelasan mekanisme juga dapat diterapkan untuk mengakhiri pro-kontra soal 
pengutang Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Apakah mereka yang telah 
memenuhi kewajiban membayar utang otomatis akan bebas dari tuntutan hukum 
pidana (release and discharge), ataukah pelunasan utang oleh debitor itu hanya 
sebagai bahan pertimbangan hakim dalam memutus perkaranya? Mekanisme macam ini 
harus diperjelas! 

Kontroversi masalah BLBI tidaklah pantas dibiarkan 

[ekonomi-nasional] [Kilas Berita] Harga Gabah di Daerah Anjlok

2006-02-27 Terurut Topik Hizbullah Arief
 http://www.suarapembaruan.com/News/2006/02/27/Ekonomi/eko01.htm

Harga Gabah di Daerah Anjlok

 Varietas Padi Kurang Kuat sehingga Mudah Diserang Hama

 JAKARTA - Harga gabah kering panen (GKP) di sejumlah daerah anjlok menjadi
sekitar Rp 1.350 sampai Rp 1.700 per kg atau di bawah harga pembelian
pemerintah (HPP) Rp 1.730 per kg. Perum Bulog diminta segera membeli gabah
dari petani agar harganya tidak semakin anjlok.

Kami sedang berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan Bulog untuk segera
merespons agar harga gabah tidak semakin jauh di bawah HPP, ucap Direktur
Pemasaran Domestik Departemen Pertanian, Moehaimin Sovan, kepada *Pembaruan*,
di Jakarta, Senin (27/2).

Sovan mengingatkan, jika gabah tidak cepat diserap oleh Perum Bulog, selain
merugikan petani juga akan mempengaruhi harga jual beras. Di beberapa daerah
sentra padi, harga beras sudah ada yang turun sampai Rp 3.200 per kg atau
jauh di bawah HPP Rp 3.550 per kg.

Dia mengakui, para tengkulak sudah mulai bergerak untuk membeli gabah dan
beras dari petani, namun hal ini tidak menjadi masalah asalkan harga
pembeliannya pada tingkat yang wajar.

Sovan menjelaskan, harga gabah bergantung pada kualitas kadar air dan
kotorannya. Dia memberi contoh di Jombang, GKP dengan kadar air 30 persen
harganya Rp 1.500 sampai Rp 1.550 per kg. Sedangkan harga beras di
penggilingan, Rp 3.200 sampai Rp 3.400 per kg.

Di Ngawi, harga GKP Rp 1.350 sampai Rp 1.400 per kg dengan kadar air 30
persen, kotoran tinggi, dan rendemen 42-45 persen. Sedangkan harga beras di
penggilingan, Rp 3.200 sampai Rp 3.400 per kg. Kondisi harga itu sebelum ada
kontrak dengan lembaga usaha ekonomi pedesaan (LUEP) binaan Bulog.

 *Serap*

Ketua Umum Wahana Masyarakat Tani Indonesia (Wamti) Agusdin Pulungan,
mendesak pemerintah bergerak cepat karena panen padi akan terjadi secara
besar-besaran Maret ini. Perum Bulog diminta segera menyerap gabah petani
sebelum harga semakin anjlok dan dipermainkan oleh para tengkulak.

Pengurus Wamti daerah melaporkan, harga GKP di Indramayu Rp 1.450 per kg,
Grobogan Rp 1.300 per kg, Demak Rp 1.450 per kg, Subang Rp 1.500 per kg,
Magetan, Ngawi, dan Madiun Rp 1.400 per kg. Di Karawang Rp 1.500 sampai Rp
1.700 per kg, di Situbondo Rp 1.375 per kg.

Pengurus Wamti Subang, Agusjaka, mengungkapkan, penyebab anjloknya harga
gabah di daerahnya antara lain karena kualitas gabah di bawah standar. Ini
disebabkan varietas padi kurang kuat sehingga mudah diserang hama cendawan
di musim hujan. Dia menyarankan, ada pergantian varietas di musim hujan yang
tahan penyakit cendawan, seperti cigeulis dan mekongga.

Sementara pengurus Wamti di Jawa Tengah, Bonang, memaparkan, GKP di
Purworejo dan Kebumen Rp 1.400 per kg. Sedangkan di Banyumas sudah 30 persen
panen dan harga GKP langsung jatuh menjadi Rp 1.500 per kg. Menurutnya,
Bulog dan satuan tugas (satgas)-nya belum ada yang turun.

Berdasarkan laporan dari daerah, adanya impor beras mulai berimbas langsung
ke petani. Seperti sudah diperkirakan, di saat panen raya, harga gabah dan
beras jatuh di bawah HPP. Tapi sampai saat ini Bulog diam saja, tutur
Agusdin. (S-26)


--
Karena hidup sudah pasti mati, maka...


[Non-text portions of this message have been removed]



Ingin bergabung ke milis ekonomi-nasional?
Kirim email ke [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[ekonomi-nasional] [Kilas Berita] China Serobot Jaringan Tekstil

2006-02-27 Terurut Topik Hizbullah Arief
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0602/28/utama/2475449.htm

 China Serobot Jaringan Tekstil
Industri Hulu dan Produsen Garmen Sudah Tergusur

 Jakarta, Kompas - Produk asal China mengancam jaringan perdagangan tekstil
nasional yang telah dibangun sejak puluhan tahun lalu. Intervensi produk
China menyebabkan industri tekstil dan produsen garmen nasional mati satu
per satu setelah kehilangan pasar di dalam negeri.

Demikian kesimpulan Kompas setelah menelusuri perdagangan tekstil di Pasar
Tanah Abang, Jakarta, Senin (27/2). Khusus di Gedung Blok A Pasar Tanah
Abang, sebagian besar barang yang dijual secara grosir berasal dari China.

Keberadaan produk garmen asal China telah menggusur produk tekstil dan
garmen nasional yang sebenarnya sudah memiliki jaringan kuat hingga ke
pelosok Tanah Air. Peran tekstil dan garmen nasional memudar karena pasar di
dalam negeri direbut oleh produk China.

Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) DKI Jakarta Hasan
Basri menyayangkan jika jaringan tekstil nasional rusak akibat produk impor
China. Mata rantai produk garmen nasional dibangun dengan sistem konsinyasi
mulai dari hulu dan terikat berdasarkan asas kepercayaan sejak puluhan
tahun.

Jaringan tekstil nasional sangat istimewa karena pedagang bisa melakukan
bisnis tanpa modal, cukup dengan kepercayaan. Semua perdagangan tekstil di
hilir dibiayai oleh industri tekstil dengan memberikan konsinyasi selama
empat bulan, ujar Hasan.

Ia menambahkan, dahulu pengusaha tekstil memberikan bahan kepada produsen
garmen dengan waktu pembayaran empat bulan. Kemudian, pengusaha garmen
menyerahkan barang ke Pasar Tanah Abang dengan jangka waktu pembayaran dua
bulan. Barang mengalir ke pasar di daerah dengan pembayaran dalam jangka
waktu satu bulan.

Jadi, jaringan industri tekstil di Indonesia sangat kuat tanpa memerlukan
dana segar. Akan tetapi, begitu tekstil China masuk, mulai berlaku hukum
rimba sehingga hanya pedagang bermodal kuat yang bisa bertahan.

*Pembayaran tunai*

Jaringan bisnis impor dari China dilakukan dengan pola pembayaran tunai.
Saat ini pedagang yang tetap bertahan di jalur garmen lokal lebih karena
ketiadaan modal. Nilai bisnisnya pun dari tahun ke tahun terus menurun.

Sebagai gambaran, pada tahun 2002 Hasan Basri masih mampu meraup omzet Rp 30
juta-Rp 50 juta per hari. Sekarang ini omzetnya tinggal Rp 3 juta per hari.

Mayulis, pedagang garmen lokal lainnya yang berlokasi di Blok G, Pasar Tanah
Abang, memperkuat fakta itu. Dulu sebelum produk China masuk ke Tanah Abang,
omzetnya bisa mencapai Rp 6 juta-Rp 8 juta per hari. Kini Mayulis hanya
meraup omzet Rp 700.000 per hari.

Contoh lainnya yang tumbang dilindas produk China adalah PT Sarasa Nugraha.
Perusahaan ini dahulu adalah produsen garmen lokal. Kini dua pabriknya
ditutup dan langsung banting setir ke bisnis agrokimia.

Kami melihat bahwa prospek industri pakaian jadi di Indonesia semakin lesu.
Maka, kami mencoba ke bisnis lain yang memang lebih menjanjikan, industri
agrokimia yang produknya berupa etanol, asam asetat, serta etil asetat,
kata Presiden Direktur PT Sarasa Nugraha Budhi Moeljono.

Menurut dia, pada Februari 2004 perseroan menghentikan produksi pakaian jadi
di pabrik Balaraja, Tangerang, dan sekitar 1.200 karyawannya diberhentikan.
Selanjutnya, pada Februari 2005 PT Sarasa menghentikan produksi pabrik di
Cibodas, Jawa Barat, dengan menghentikan sekitar 1.700 karyawan. Sejak 4
Oktober 2005 perusahaannya mengubah bisnis intinya setelah merger dengan PT
Indo Acidatama Chemical Industry.

Pengusaha konfeksi pakaian anak, Chairuddin, mengatakan, selain murah,
produk China juga unggul dalam desain. Setelan baju tidur (anak perempuan),
misalnya, kalau produk China dijual seharga Rp 350.000 per kodi (20 pasang
atau Rp 17.500 per pasang). Produk lokal yang sejenis harganya lebih dari Rp
400.000 per kodi atau Rp 20.000 per pasang. Setelan pakaian anak-anak yang
terdiri dari celana, rompi, dan kaus diperdagangkan hanya Rp 40.000 per
pasang. Sementara itu, (hanya) celana anak-anak produk dalam negeri dijual
dengan harga Rp 30.000 per potong.

Dari dulu desain mereka unggul, tetapi dulu hanya produk Hongkong yang
masuk dan harganya relatif lebih mahal dari produk dalam negeri. Sekarang
produk China yang non-Hongkong pun masuk, itu yang dijual sangat murah,
ujar pengusaha konfeksi di sentra garmen Buncit Raya Jakarta.

Murahnya harga produk garmen dari China, lanjut Chairuddin, karena harga
bahan bakunya relatif lebih murah daripada tekstil dan perlengkapan konfeksi
produk Indonesia. Kalau upah tukang jahit, kita sudah sangat murah. Baju
tidur, setelan celana dan baju, ongkos jahitnya cuma Rp 400 per potong.
Bahan baku yang mahal, apalagi setelah kenaikan harga BBM (bahan bakar
minyak), katanya.

Ia menjelaskan, harga kain semikatun sebelum kenaikan harga BBM Rp 8.250 per
yard (90 sentimeter), dengan lebar standar, kini Rp 9.500 per yard. Kalau
yang lebar 44 inci, per yard dulu Rp 6.600 kini Rp 7.250. Itu pun ada yang
pabriknya sudah tutup 

[ekonomi-nasional] [Kilas Berita] Cicilan Utang ke IMF Harus Lebih Ringan

2006-02-27 Terurut Topik Hizbullah Arief
http://www.jawapos.co.id/index.php?act=detailid=6412

Selasa, 28 Feb 2006,
*Cicilan Utang ke IMF Harus Lebih Ringan *
JAKARTA - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Paskah
Suzetta mengatakan, pemerintah dan Bank Indonesia harus memperhatikan
cadangan devisa dalam membayar utang kepada Dana Moneter Internasional
(IMF). Menurut dia, idealnya RI hanya mencicil kurang dari USD 1 miliar per
tahun kepada IMF agar cadangan devisa terjaga.

Saya minta cadangan devisa tidak di bawah USD 30 miliar. Artinya, bagaimana
pembayaran bisa diundur dengan cicilan yang lebih ringan. Itu harus
didialogkan, ujarnya usai rapat kerja dengan Komisi XI DPR kemarin. Paskah
menambahkan, kemungkinan rescheduling (penjadwalan ulang pembayaran utang)
dengan IMF masih terbuka.

Mungkin kita akan minta keringanan-keringanan yang harus kita bayar meski
dana tersebut tidak kita pergunakan atau hanya sebagai standby loan,
paparnya.

Ungkapan Paskah ini berbeda dengan pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani
Indrawati beberapa waktu lalu. Sri Mulyani justru berkeinginan pemerintah
bersama BI segera merumuskan percepatan pembayaran utang kepada IMF.

Sri Mulyani beralasan cost of borrowing (beban utang) yang meningkat. Dia
menyebut, sejak kuartal ketiga 2005, adjusted rate of charge IMF meningkat
dari 4,31 persen menjadi 4,58 persen.

Paskah juga menegaskan, saat ini hubungan Indonesia dengan IMF adalah post
program dialog, bukan lagi post program monitoring (PPM). Itu diungkapkan
sendiri oleh Schwartz (Country Director IMF untuk Indonesia Stephen
Schwartz, Red) saat bertemu ketika saya awal jadi menteri Desember tahun
lalu, jelasnya.

Menurut Paskah, sekarang ini sudah tidak ada lagi persyaratan ketat yang
harus dipatuhi Indonesia. Kita bisa dialogkan. Ia tidak berhak
mengintervensi secara langsung, terangnya.

Kendati Paskah mengatakan saat ini pada post program dialog, dalam situs
resmi IMF disebutkan hubungan IMF dengan Indonesia masih dalam kerangka PPM.
Hanya, PPM memang berbeda dengan pada waktu Indonesia masih terikat letter
of intent (LoI). Dengan PPM, Indonesia tidak berkewajiban melaksanakan
rekomendasi kebijakan seperti pada waktu terikat LoI. (sof)

--
Karena hidup sudah pasti mati, maka...


[Non-text portions of this message have been removed]



Ingin bergabung ke milis ekonomi-nasional?
Kirim email ke [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[ekonomi-nasional] Ikutan Yuk

2006-02-27 Terurut Topik pramana cecep
Halo Teman

Saya mengajak utk bergabung dengan milis: 
[EMAIL PROTECTED] 

Dapatkan File Gratis Membangun Popularitas begitu
anda bergabung dengan milis ini.

Dalam milis ini kita dapat bertukar fikiran dan
berdiskusi seputar dunia marketing, sales, PR dan
Advertisment, kita dapat berdiskusi dengan para pakar
dari kalangan praktisi, konsultan dan akademisi maupun
pemerhati Marketing, Sale, PR dan Advertisment. 

Harapannya adalah pemahaman yang komprehensif ttg
dunia Marketing. dan satu hal yang penting adalah 
terbangunnya jaringan diantara kita semua yang akan
membawa manfaat dikemudian hari.

Bila tertarik dengan dunia Marketing, Sales, PR dan
Advertisment :
[EMAIL PROTECTED]  

Silahkan kirim e-mail ke :
[EMAIL PROTECTED]

Salam  sampai ketemu dimilis


Cecep y. pramana


__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 


Ingin bergabung ke milis ekonomi-nasional?
Kirim email ke [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/