[ekonomi-nasional] OOT - Contoh PLURALISME yang baik: Masyarakat Kampung PEKOJAN

2005-08-11 Terurut Topik sidqy suyitno

Keakraban Arab-Tionghoa

Kampung Pekojan di Jakarta Barat Menjadi Contoh 

Oleh: IWAN SANTOSA

 

Bila ingin menyaksikan komunitas Tionghoa yang bersopan-santun gaya Islam, 
datanglah ke Kampung Pekojan di sisi kawasan Glodok, Jakarta Barat. Masyarakat 
Tionghoa asli kampung Pekojan memiliki tradisi bersalaman ala Muslim sebagai 
dampak budaya yang dibawa warga Arab dan India selama berabad-abad.

Siang itu di warung mi ayam milik Ah Lim di sebelah Masjid Annawier Pekojan, 
orang yang datang Tionghoa, Arab atau Melayu silih berganti dan selalu memberi 
salam sebelum duduk. Ah Sen dan beberapa orang Tionghoa yang datang belakangan, 
selalu berjabatan kemudian menyentuhkan ujung jemari ke dada mereka bak seorang 
Muslim.

Cuma di kampung sini Anda ketemu orang Tionghoa yang meski bukan Muslim, tetapi 
selalu bersalaman setiap kali bertemu. Semua rukun di sini sejak zaman dulu. 
Kalau Anda melihat di sekitar sini ada rumah Tionghoa dengan pagar tinggi dan 
tertutup rapat pasti bukan Tionghoa Pekojan. Kalau Tionghoa asli sini sudah 
biasa, susah senang bersama-sama. Saya waktu kecil biasa tidur di rumah Ah Lim 
dan kami main bola sama-sama, kata Faisal Al Amrie warga asli Pekojan keturunan 
ke-19 Arab Hadramaut (Yaman Selatan).

Dia pun mengaku mengenal percakapan sederhana dalam bahasa Arab Suwayau-suwayau 
katanya sambil tertawa yang artinya, sedikit-sedikit paham berbahasa Arab. 
Sebaliknya, Faisal juga mengaku sedikit mengerti Mandarin untuk percakapan 
sederhana. Sehari-hari pun mereka terbiasa menggunakan kata ana (untuk menyebut 
dirinya) atau ente (untuk lawan bicaranya).

Demikian pula pada saat Lebaran, Faisal menjelaskan, para tetangga Tionghoa 
biasa bersilaturahmi ke rumahnya. Sedangkan waktu Sinjia (Tahun Baru Tionghoa 
dalam dialek Hokkian Red), Faisal menyampaikan Kiong Hie (Gong Xi) sebagai 
ucapan selamat kepada teman-teman Tionghoa.
Perkawinan
Masyarakat Kampung Pekojan tidak tahu apa itu pluralisme atau radikalisme. Yang 
jelas selama ini tidak pernah ada keributan atau berprasangka di antara mereka 
sebagai sesama manusia biasa ciptaan Sang Khalik. Di tengah perkampungan dan 
bangunan tua yang tercatat berasal dari abad ke-17 masih tertinggal tradisi 
saling menghargai yang tak lenyap di telan zaman.

Tradisi lain yang terpelihara baik adalah soal perkawinan dan kematian. Faisal 
mengatakan, kalau ada warga yang meninggal, semua berkumpul. Yang bertakziah 
tidak pandang bulu. Arab, Tionghoa, Melayu semua kumpul, kata Faisal.

Hukumnya wajib untuk membantu tetangga yang kesusahan di Kampung Pekojan. Lebih 
unik lagi, kalau urusan perkawinan, semua saling urun modal perkawinan.

Faisal menjelaskan, kalau ada calon mempelai pria yang kesulitan uang untuk 
modal perkawinan, biasanya yang bersangkutan akan bercerita kepada sahabatnya 
entah sesama Arab atau Tionghoa. Selanjutnya, kawan tersebut bertindak sebagai 
perantara dan mengutarakan kesulitan si calon mempelai seraya mengumpulkan dana 
dari kawan-kawannya yang lain.

Dari aksi solidaritas tersebut sesama warga Pekojan mengupayakan bagaimanapun 
caranya si calon mempelai pria harus bisa punya modal yang dibutuhkan untuk 
menikah, kata Faisal.

Berbagi hidup juga dilakukan di saat musim kemarau. Biasanya jika warga 
kesulitan air, mereka mengambil air di Musola Azzawiyah, Pekojan. Arab, 
Tionghoa, Muslim ataupun bukan Muslim antre mengambil air di tempat itu.

Petang pun beranjak malam. Suara azan terdengar dan warga Arab Pekojan pun 
menunaikan ibadah Shalat Magrib. Kesibukan suasana perdagangan di Pekojan pun 
terhenti dan hari esok akan kembali menjalin keakraban penghuninya.

Kampung Pekojan bukan hanya situs dan komunitas peninggalan sejarah. Pesan 
kerukunan di tengah kepastian merupakan hal nyata bagi komunitas Kampung 
Pekojan.

Copyright © 2002 Harian KOMPAS 
http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0508/10/metro/1955335.htm 


__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
font face=arial size=-1a 
href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12hgom985/M=362131.6882500.7825259.1493532/D=groups/S=1705001222:TM/Y=YAHOO/EXP=1123760988/A=2889190/R=0/SIG=10r90krvo/*http://www.thebeehive.org
Put more honey in your pocket. (money matters made easy) Welcome to the Sweet 
Life - brought to you by One Economy/a./font
~- 

Ingin bergabung ke milis ekonomi-nasional?
Kirim email ke [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




RE: [ekonomi-nasional] OOT - Contoh PLURALISME yang baik: Masyarakat Kampung PEKOJAN

2005-08-11 Terurut Topik A Nizami
Ini sebetulnya sudah OOT.
Bung Sidqy, yang dibawah adalah PLURALITAS dan MUI mengakui ini. Yang
diharamkan MUI adalah paham PLURALISME di mana seorang Muslim menganggap
semua agama sama benarnya dan semua masuk surga.

Setiap orang memilih agama tentu berkeyakinan agamanyalah yang paling benar.
Jika tidak, tentu dia memilih agama lain yang lebih benar.

Jadi begitu duduk persoalannya agar salah paham.

 -Original Message-
 From: ekonomi-nasional@yahoogroups.com
 [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of sidqy suyitno
 Sent: 11 Agustus 2005 16:50
 To: [EMAIL PROTECTED]
 Subject: [ekonomi-nasional] OOT - Contoh PLURALISME yang baik:
 Masyarakat Kampung PEKOJAN



 Keakraban Arab-Tionghoa

 Kampung Pekojan di Jakarta Barat Menjadi Contoh

 Oleh: IWAN SANTOSA



 Bila ingin menyaksikan komunitas Tionghoa yang bersopan-santun
 gaya Islam, datanglah ke Kampung Pekojan di sisi kawasan Glodok,
 Jakarta Barat. Masyarakat Tionghoa asli kampung Pekojan memiliki
 tradisi bersalaman ala Muslim sebagai dampak budaya yang dibawa
 warga Arab dan India selama berabad-abad.

 Siang itu di warung mi ayam milik Ah Lim di sebelah Masjid
 Annawier Pekojan, orang yang datang Tionghoa, Arab atau Melayu
 silih berganti dan selalu memberi salam sebelum duduk. Ah Sen dan
 beberapa orang Tionghoa yang datang belakangan, selalu berjabatan
 kemudian menyentuhkan ujung jemari ke dada mereka bak seorang Muslim.

 Cuma di kampung sini Anda ketemu orang Tionghoa yang meski bukan
 Muslim, tetapi selalu bersalaman setiap kali bertemu. Semua rukun
 di sini sejak zaman dulu. Kalau Anda melihat di sekitar sini ada
 rumah Tionghoa dengan pagar tinggi dan tertutup rapat pasti bukan
 Tionghoa Pekojan. Kalau Tionghoa asli sini sudah biasa, susah
 senang bersama-sama. Saya waktu kecil biasa tidur di rumah Ah Lim
 dan kami main bola sama-sama, kata Faisal Al Amrie warga asli
 Pekojan keturunan ke-19 Arab Hadramaut (Yaman Selatan).

 Dia pun mengaku mengenal percakapan sederhana dalam bahasa Arab
 Suwayau-suwayau katanya sambil tertawa yang artinya,
 sedikit-sedikit paham berbahasa Arab. Sebaliknya, Faisal juga
 mengaku sedikit mengerti Mandarin untuk percakapan sederhana.
 Sehari-hari pun mereka terbiasa menggunakan kata ana (untuk
 menyebut dirinya) atau ente (untuk lawan bicaranya).

 Demikian pula pada saat Lebaran, Faisal menjelaskan, para
 tetangga Tionghoa biasa bersilaturahmi ke rumahnya. Sedangkan
 waktu Sinjia (Tahun Baru Tionghoa dalam dialek Hokkian Red),
 Faisal menyampaikan Kiong Hie (Gong Xi) sebagai ucapan selamat
 kepada teman-teman Tionghoa.
 Perkawinan
 Masyarakat Kampung Pekojan tidak tahu apa itu pluralisme atau
 radikalisme. Yang jelas selama ini tidak pernah ada keributan
 atau berprasangka di antara mereka sebagai sesama manusia biasa
 ciptaan Sang Khalik. Di tengah perkampungan dan bangunan tua yang
 tercatat berasal dari abad ke-17 masih tertinggal tradisi saling
 menghargai yang tak lenyap di telan zaman.

 Tradisi lain yang terpelihara baik adalah soal perkawinan dan
 kematian. Faisal mengatakan, kalau ada warga yang meninggal,
 semua berkumpul. Yang bertakziah tidak pandang bulu. Arab,
 Tionghoa, Melayu semua kumpul, kata Faisal.

 Hukumnya wajib untuk membantu tetangga yang kesusahan di Kampung
 Pekojan. Lebih unik lagi, kalau urusan perkawinan, semua saling
 urun modal perkawinan.

 Faisal menjelaskan, kalau ada calon mempelai pria yang kesulitan
 uang untuk modal perkawinan, biasanya yang bersangkutan akan
 bercerita kepada sahabatnya entah sesama Arab atau Tionghoa.
 Selanjutnya, kawan tersebut bertindak sebagai perantara dan
 mengutarakan kesulitan si calon mempelai seraya mengumpulkan dana
 dari kawan-kawannya yang lain.

 Dari aksi solidaritas tersebut sesama warga Pekojan mengupayakan
 bagaimanapun caranya si calon mempelai pria harus bisa punya
 modal yang dibutuhkan untuk menikah, kata Faisal.

 Berbagi hidup juga dilakukan di saat musim kemarau. Biasanya jika
 warga kesulitan air, mereka mengambil air di Musola Azzawiyah,
 Pekojan. Arab, Tionghoa, Muslim ataupun bukan Muslim antre
 mengambil air di tempat itu.

 Petang pun beranjak malam. Suara azan terdengar dan warga Arab
 Pekojan pun menunaikan ibadah Shalat Magrib. Kesibukan suasana
 perdagangan di Pekojan pun terhenti dan hari esok akan kembali
 menjalin keakraban penghuninya.

 Kampung Pekojan bukan hanya situs dan komunitas peninggalan
 sejarah. Pesan kerukunan di tengah kepastian merupakan hal nyata
 bagi komunitas Kampung Pekojan.

 Copyright © 2002 Harian KOMPAS
 http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0508/10/metro/1955335.htm


 __
 Do You Yahoo!?
 Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around
 http://mail.yahoo.com

 [Non-text portions of this message have been removed]




 Ingin bergabung ke milis ekonomi-nasional?
 Kirim email ke [EMAIL PROTECTED]
 Yahoo! Groups Links










 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
font face=arial size=-1a 
href