Quote:
"..
http://www.indomedia.com/bernas/122001/29/UTAMA/29uta2.htm

Selain disebabkan oleh memuncaknya ketidakpastian politik selama tujuh bulan
pertama 2001,
hubungan buruk antara pemerintah Indonesia dengan lembaga- lembaga keuangan
multilateral
itu terutama dipicu oleh sikap Menko Perekonomian Rizal Ramli, yang memang
cenderung agak
sulit didikte oleh lembaga-lembaga keuangan multilateral tersebut.
Alih-alih didikte, Rizal Ramli bahkan cenderung maju dengan agenda sendiri
yang kadang-kadang
sangat berlawanan dengan kehendak lembaga-lembaga keuangan multilateral itu.

..

http://yacobyahya.wordpress.com/2007/09/28/ngobrol-bareng-kwik-kian-gie/

*Memangnya kebijakan sekarang seperti apa?*
Liberal total. Semuanya dibuka. Kalau menurut pendapat saya, dari dulu saya
terang-terangan,
kalau tim ekonomi dipegang oleh mahzab tertentu, hasilnya yah begini ini.
Mulai dari Pak Wijoyo
Nitisastro, terus menurun ke generasi selanjutnya, Ali Wardana, Subroto, Moh
Sadli, Emil Salim,
JB Sumarlin, lalu sekarang nampak dalam personifikasi tiga orang: Boediono
(Menko), Sri Mulyani
(Menkeu), dan Marie Pangestu (Mendag).

Mahzab ini pernah berhenti sebentar saja, hanya satu tahun. Ketika saya
menjadi Menko dan
Bambang Sudibyo sebagai Menkeu. Tapi kelompok ini kan tidak tinggal diam.
Mereka menggencet
habis saya. Presiden Gus Dur disuruh segera pecat saya, cepetan mecat. Dan
akhirnya tidak
memecat, tapi lewat reshuffle. Sebelum kocok ulang saya sudah mengundurkan
diri.

Dalam reshuffle Pak Bambang Sudibyo kena kocok ulang karena beliau gak mau
mengundurkan
diri. Setelah itu, Bu Megawati Sukarnoputri naik sebagai presiden, mahzab
itu masuk lagi.
Boediono (Menkeu), Rini Suwandi (Menperindag), Laksamana Sukardi (Meneg
BUMN).
Semua liberal. Pro Amerika. Sampai saat ini. Lobi Amerika sangat kuat
menekan kita.

*Ada manfaatnya bagi kita gak mahzab Berkeley ini?*
Itu tergantung prasyarat yang kita persiapkan sendiri. Itu yang krusial.
Kalau hanya asal buka,
tidak transparan, masyarakat tidak boleh tahu, DPR tidak boleh tahu, yang
tahu hanya sesama
menteri, yah sangat bisa terjadi. Yang banyak data itu Pak Amin Rais. Dia
sudah berteriak modal
asing masuk hanya untuk mengeruk kekayaan alam Indonesia. Lewat
pertambangan, mereka
mengeduk kekayaan alam dengan cara tidak transparan.

Lalu sektor lain juga boleh masuk dengan bebas. Telepon boleh, satelit
boleh, semua jatuh
ke tangan mereka. Tidak ada batasnya sama sekali, pembedaan barang mana yang
penting
bagi rakyat (Pasal 33 UUD 1945) sudah terbuka sama sekali. Sektor edukasi
dan pelayanan
kesehatan, teve juga boleh, bensin pun boleh, asing boleh masuk.
.."
Tinggal googling saja.. biasanya sih ada info menarik.. :-)

Dari artkel" tersebut, sebenarnya Rizal Ramli dan kalangan nasionalis sudah
berbuat sesuatu..
hanya saja "antek-antek" asing tidak suka dengan kiprahnya.. yang akibatnya
posisi RR dkk
tergusur.. dan kembali dikuasai misalnya oleh mafia bau ketek.. sampai
sekarang..

Yang mantan pejabat saja masa tidak tahu kabar begituan? Saya yang awam saja
bisa
jadi tahu koq.. lewat bantuan om gugel..

Quote:
"..*
Pemimpin mana yang menurut Bapak bisa merombak wajah Indonesia?*

Susah menunggu perubahan lewat proses demokrasi. Apa benar Pemilu 2009
membawa
perbaikan? Oleh karena itu, cara konstitusional sudah tidak bisa diharapkan
lagi. Komunitas
madani, cuma bersuara dan tidak ada dampak konkret. Perbaikan hanya bisa
diperoleh dari
pemimpin manusia yang tegas. Menurut saya ada. Saya rasa Pak Ryamizard
Ryacudu.
Dia oleh Pak SBY dijanjikan betul-betul jadi panglima, tapi di tengah jalan
SBY ingkar janji.
Ryamizard adalah pemimpin yang tidak mau menonjol. Kalau tidak dibutuhkan
yah tidak.
Sepanjang yang saya kenal, iya. Dia ngerti persis neoliberalisme. Tapi tak
banyak omong.

Satu-satunya yang berani Gus Dur. Bu Mega, anak kandung Bung Karno saja
langsung takluk
kok. Makanya nanti saya mau tanya pada anggota Fraksi PDIP, Anda mau apa?
Presidenmu
saja begitu kok. Itu kan presiden saya juga. Mau apa sok jadi oposisi? Toh
juga menjadi
antek Amerika. Hahaha.
.."
Intinya, RI sudah di bawah kendali asing.. meskipun presidennya (maaf) dari
militer..
tapi sayang tidak berani/tegas terhadap kepentingan asing..
Dan karena paham (neo) liberal yang berkuasa, maka tidak boleh ada
'subsidi'..
rakyat harus berhemat.. sementara konglomerat ditalangi hutang"nya.. :-(

Jadi, tidak perlu banyak dialog" atau protes/demo soal kenaikan harga BBM..
terima sajalah nasib anda.. rakyat Indonesia.. *sigh*

CMIIW..

Wassalam,

Irwan.K

http://www.indomedia.com/bernas/122001/29/UTAMA/29uta2.htm

"..
Selama di bawah pemerintahan Presiden Wahid, hubungan antara pemerintah
Indonesia dengan
lembaga-lembaga keuangan multilateral tersebut secara umum cenderung
memburuk. Sebagai
misal, hubungan antara pemerintah Indonesia dengan IMF, berujung pada
tertundanya pencairan
paket pinjaman lembaga tersebut selama hampir sembilan bulan. Paket pinjaman
sebesar
400 dolar AS yang sedianya akan dicairkan pada November 2000 itu, dalam
kenyataannya baru
bisa dicairkan setelah kenaikan Presiden Megawati pada Agustus 2001.

Selain disebabkan oleh memuncaknya ketidakpastian politik selama tujuh bulan
pertama 2001,
hubungan buruk antara pemerintah Indonesia dengan lembaga- lembaga keuangan
multilateral
itu terutama dipicu oleh sikap Menko Perekonomian Rizal Ramli, yang memang
cenderung agak
sulit didikte oleh lembaga-lembaga keuangan multilateral tersebut.
Alih-alih didikte, Rizal Ramli bahkan cenderung maju dengan agenda sendiri
yang kadang-kadang
sangat berlawanan dengan kehendak lembaga-lembaga keuangan multilateral itu.


Sehubungan dengan masalah independensi BI misalnya, walaupun IMF telah
berulangkali
memperingatkan agar pemerintah tidak mengusik UU No 23/1999, tetapi Rizal
Ramli terus maju
dengan mengemukakan sejumlah argumen. Bahkan, termasuk dengan menggunakan
alibi
skandal Bank Bali, dan dengan dukungan penuh dari Presiden Wahid, Rizal
Ramli berhasil
mengobrak-abrik kedudukan para deputi Gubernur BI dan menjebloskan Syahril
Sabirin
ke penjara.

Tetapi, karena tindakan tersebut cenderung tumpang tindih dengan agenda
perebutan kursi
Dewan Gubernur BI, upaya Rizal Ramli itu kandas di tengah jalan. Perlu
ditambahkan, selain
mengobrak-abrik BI, Rizal Ramli juga berusaha membatasi intervensi IMF
dengan menyederhanakan
agenda Letter of Intent (LoI), menunda pelaksanaan program privatisasi BUMN,
dan menjajaki
kemungkinan dilakukannya program penjaminan aset sebagai alternatif sumber
penerimaan
negara. Seluruh tindakan Rizal Ramli tersebut jelas sangat bertentangan
dengan kemauan IMF.

Dengan terpilihnya duet Dorodjatun - Boediono sebagai Menko Perekonomian dan
Menteri
Keuangan pemerintahan Presiden Megawati, maka menjadi mudah ditebak agenda
ekonomi
yang menjadi prioritas pemerintahan Presiden Megawati adalah soal perbaikan
hubungan
dengan IMF dan kawan-kawan. Bahkan, diperkuat dengan bercokolnya kembali
figur-figur
"Mafia Berkley" sebagai tim penasihat ekonomi Presiden Megawati, sempat
mencuat gunjingan
bahwa IMF sesungguhnya turut terlibat dalam proses penyusunan tim Ekuin
Kabinet Gotong Royong.

Sebagaimana dapat disaksikan sepanjang lima bulan belakangan ini,
kecenderungan kebijakan
ekonomi pemerintahan Presiden Megawati untuk mengikuti jalur neoliberal
memang mencolok.
Kontroversi amandemen UU BI misalnya, praktis surut ke belakang. Rumusan
agenda LoI
kembali dibuat agak terinci. Pencapaian target program privatisasi BUMN,
walaupun menuai
protes, cenderung dipaksakan. Bahkan, sebagai bagian dari pelaksanaan
program pengencangan
ikat pinggang, pemberian berbagai jenis subsidi direncanakan akan dikurangi
secara drastis.
.."

2008/5/7 Godlip Pasaribu <[EMAIL PROTECTED]>:

>   Saya juga mau tanya,apakah dia dilengserkan karena
> memang gak becus?
>
>
> --- sawung <[EMAIL PROTECTED] <dsawung%40gmail.com>> wrote:
>
> > Saya pengen tau berapa bulan seh rizal ramli jadi
> > menkeu?
> > apa sudah sempet melakukan sesuatu? atau abru beres2
> > tiba-tiba dilengserkan?
> >
> > 2008/5/7 Godlip Pasaribu <[EMAIL PROTECTED]<marnagan2003%40yahoo.com>
> >:
> > > Rizal Ramli????? Apa sih yang sudah diperbuat
> > sewaktu
> > > dia jadi Menkeu???? Menghujat orang memang
> > gampang.
>


---------- Forwarded message ----------
From: wirajhana eka <[EMAIL PROTECTED]>
Date: Tue, May 6, 2008 at 4:38 PM
Subject: Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Rizal Ramli: Visi SBY, Visi Mahasiswa
Kos-kosan

Ada benarnya juga sih....buktinya

http://kompas.com/kompascetak.php/read/xml/2008/05/05/00592683/apakah.harga.bbm.subsidi.harus.naik
)

Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan: Sebenarnya, keadaan APBN kita tidaklah
terlalu buruk. Perlu dikemukakan di sini bahwa harga minyak acuan APBN kita
adalah harga minyak Indonesian Crude Price (ICP), yang cenderung berada di
bawah harga minyak WTI (West Texas Intermediate), yaitu rata-rata lebih
rendah sekitar 5 dollar AS per barrel.


Pada 21 April 2008, misalnya, ketika harga minyak WTI berada pada level
117,5 dollar AS per barrel, harga ICP berada pada leve1 107,0 dollar AS per
barrel. Harga minyak OPEC pun tidak terlalu jauh dari level harga minyak ICP
ketika itu.


Selain itu, harga rata-rata minyak ICP pada 2008 sampai 21 April baru 95,7
dollar AS per barrel, tidak terlalu banyak berbeda dengan asumsi APBN yang
sebesar 95 dollar AS per barrel.


Harga rata-rata minyak OPEC bahkan baru mencapai 93,8 dollar AS per barrel.
Jadi, walaupun agak tertekan, sebenarnya keadaan APBN kita jika dilihat dari
sisi asumsi harga minyak bumi tidaklah terlalu buruk.


Namun, banyak kalangan yang kurang menyadari keadaan di atas. Akibatnya,
media, ekonom, analis pasar modal, pengusaha, dan investor beramai-ramai
menyimpulkan, APBN kita tidak akan berkesinambungan karena subsidi
membengkak bila tanpa kenaikan harga BBM.

*
juga
http://kompas.com/kompascetak.php/read/xml/2008/05/05/00334986/janji.bbm.tidak.naik


Carunia Mulya Firdausy juga mengatakan:
Pilihan termudah, mengurangi subsidi BBM dengan menaikkan harga. Namun,
pilihan ini berdampak inflasi dan pengangguran.....ada lima usulan yang bisa
diperhatikan

Pertama, dengan menghemat anggaran pengeluaran APBN 2008. Penghematan itu
dapat berupa potongan atau penghilangan sementara pos anggaran yang tidak
mengikat

Kedua, upaya pemerintah melakukan mobilitas dana investasi melalui
intensifikasi dan ekstensifikasi selektif terhadap pos penerimaan baik pajak
maupun nonpajak.

Ketiga, peningkatan volume produksi komoditas ekspor yang tak bersentuhan
langsung dengan penggunaan BBM dalam proses produksi. Kelompok komoditas
ekspor itu terutama komoditas pertanian pangan ataupun bahan pertambangan.
Pilihan ini didasarkan pertimbangan harga komoditas itu (khususnya pangan)
relatif tinggi saat ini akibat tingginya permintaan maupun keterbatasan
pasokan di lingkup global. Komoditas pertanian dimaksud antara lain beras,
jagung, minyak sawit, karet, dan cokleat.

Keempat, pemerintah harus mendorong sektor nontradeables, khususnya sektor
jasa pariwisata. Alasannya, hal ini belum optimal dikembangkan, padahal
potensinya besar. Untuk itu, pengalaman pengembangan sektor pariwisata di
berbagai, negara seperti Jepang, Korea Selatan, Singapura, China, dan
Malaysia, patut dijadikan pelajaran penting guna menjungkit sektor
pariwisata nasional kini dan mendatang.


Kelima, melalui kebijakan penghematan penggunaan energi BBM, khususnya BBM
pada sektor kelistrikan. Dalam hal ini, penggunaan BBM untuk listrik harus
disubstitusi, khususnya dengan batu bara atau gas alam.

*

Bahkan, bukankah juga diingatkan oleh "kolega" nya, partai PKS:

http://www.kompas.com/read.php?cnt=.xml.2008.05.06.07145556&channel=1&mn=15&idx=16

Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera DPR Mahfudz Siddiq mengharapkan agar
pemerintah tidak terburu-buru menaikkan harga bahan bakar minyak. Jika
kenaikan BBM terjadi, dikhawatirkan akan timbul gejolak sosial. Menurut
Mahfudz, Selasa (6/5) pagi, alternatif solusi lain harus tetap diupayakan,
misalnya efisiensi anggaran kementerian atau lembaga hingga 20 persen untuk
belanja rutin atau barang. Alternatif ini bisa menutup defisit sekitar Rp 20
triliun-Rp 25 triliun.Juga diupayakan untuk menaikkan produksi (lifting)
minyak yang hingga kini data produksinya masih simpang siur. Jika
memungkinkan, pembayaran utang luar negeri juga akan di-rescheduling .
Secara bersamaan, gerakan hemat energi terus digalakkan, juga upaya
pengembalian dana BLBI ataupun minimalisasi kebocoran anggaran. Mahfudz
menyatakan, Indonesia berbeda dengan negara-negara lain. Kondisi daya beli
sebagian besar masyarakat Indonesia masih lemah dan dampak kenaikan harga
BBM pada tahun 2005 belum teratasi*

Ah, jadi inget kejadian 1 oktober 2005, Pemerintah yang sama ini menaikan
premium 87% menjadi 4500....padahal saat itu harga minyak dunia sudah 30%
lebih tinggi dari acuan APBN (US$ 45 per barel)..ditambah sejuta alasan
untuk meningkatkan...

menurut skenario Imam Semar harga rp 4500 itu bisa tahan sampe harga minyak
dunia naik jadi USD 100 per bare (rata2 USD$ 95/bbl) :

http://www.klubsaham.com/index.php?name=News&file=article&sid=42&theme=Printer
Dibalik Pencabutan Subsidi Minyak II:
Posted by: Imam Semar on Oct 02, 2005 - 04:06 PM

Harga premium sudah dinaikkan sampai Rp 4500/ltr, kenaikan 87.5%. Solar naik
ke Rp 4200 dan minyak tanah naik 200%. Seperti yang saya duga bahwa
pemerintah akan menaikkan harga minyak dikisaran Rp 4000/ltr – Rp 5000/ltr
yang diperkirakan akan bisa aman walaupun harga minyak melambung sampai US$
100/bbl (atau harga rata-rata per tahunnya US$ 95/bbl).

*

Ini....baru lebih tinggi dikit dari APBN, tapi cengengnya udah
ampun2an!!!!!!

Agus Hamonangan <[EMAIL PROTECTED] <agushamonangan%40yahoo.co.id>>
wrote:
<http://www.kompas.com/index.php/read/xml/2008/05/05/19591223/rizal.ramli.visi.sby.visi.mahasiswa.kos-kosan>

http://www.kompas.com/index.php/read/xml/2008/05/05/19591223/rizal.ramli.visi.sby.visi.mahasiswa.kos-kosan
JAKARTA, SENIN - Pengamat ekonomi Rizal Ramli menilai visi
pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono layaknya visi mahasiswa
kos-kosan. Hal ini disampaikan Rizal menanggapi rencana pemerintah
yang akan menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).

Seperti apa visi mahasiswa kos-kosan yang dimaksud mantan Menteri
Perekonomian itu? "Ya mahasiswa kos itukan visinya kalau tidak punya
uang, utang. Tidak punya uang lagi, jual hp, jual jeans, jual laptop.
Pemerintah SBY seperti itu, tidak punya uang, ngutang. Lihat saja
utang luar dan dalam negerinya, menjual aset BUMN, solusi terakhirnya
naikin harga. Kalap. Kebijakan menaikkan harga BBM itu no brainer,
tidak cerdas," ujar Rizal saat dihubungi Kompas.com, Senin (5/5) malam.

Sebenarnya, ujar Rizal, pemerintah tidak perlu menaikkan harga BBM
asalkan bisa memaksimalkan segala lini untuk melakukan penghematan. Ia
menyatakan, banyak sumber penghematan yang bisa dilakukan di APBN.

"Lihat saja sekarang, bagaimana pembangunan kantor-kantor menteri
demikian hebatnya. Kantor Menteri Perdagangan dibangun demikian
megahnya, daerah-daerah juga begitu. Anggaran untuk membangun itu
sebenarnya bisa dihemat. Karena, tidak memberi nilai tambah secara
ekonomi. Contoh lain, biaya sosialisasi KB atau apalah yang aneh-aneh
lainnya. Itu hanya kampanye terselubung, bagi Presiden maupun
menteri-menterinya. Ngapain itu semua? Buang-buang uang," tambah Rizal.

Kebijakan menaikkan harga, lanjut dia, menunjukkan bahwa pemerintah
hanya berani berhadapan dengan rakyat. Solusi lainnya, menurut Rizal
dengan melakukan efisiensi di tubuh Pertamina dan PLN, yang selama ini
mendapatkan subsidi terbesar. Selain itu, merenegosiasi pembayaran
utang yang sangat mungkin dilakukan.

"Tapi pemerintah tidak pernah berani melakukan negosiasi dengan
komprador-komprador asing itu. Beraninya cuma sama rakyat. Mana berani
menekan bank-bank rekap yang selama ini disubsidi ratusan triliun,"
tandasnya.

ING


[Non-text portions of this message have been removed]


------------------------------------

Ingin bergabung ke milis ekonomi-nasional?
Kirim email ke [EMAIL PROTECTED]
http://capresindonesia.wordpress.com
http://infoindonesia.wordpress.comYahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke