[Forum Pembaca KOMPAS] Pernikahan Adinda Bakrie Diprotes, Keluarga Emoh Komentar
Mohon maaf, bukan bersumber dari Kompas. Rabu, 23/07/2008 14:45 WIB Pernikahan Adinda Bakrie Diprotes, Keluarga Emoh Komentar Irwan Nugroho - detikNews Jakarta - Pesta perkawinan mewah salah satu anggota keluarga Bakrie diprotes oleh Wahana Lingkungan Hidup (Walhi). Sebab kasus lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur, yang melibatkan grup Bakrie belum juga tuntas. Menanggapi hal itu, keluarga Bakrie enggan berkomentar banyak. Soal itu saya enggak mau ngomong. Orang menikah itu soal kewajiban agama, kata juru bicara keluarga Bakrie, Lalu Mara Satria Wangsa. Hal itu dikatakan Lalu Mara yang juga menjabat sebagai staf khusus Menko Kesra Aburizal Bakrie saat dikonfirmasi detikcom, Rabu (23/7/2008). Namun, Lalu Mara membenarkan Adinda Bakrie, putri Indra Bakrie, mantan pemilik saham PT Lapindo Brantas akan menikah pada Jumat 25 Juli 2008 mendatang. Pernikahan keponakan Aburizal itu akan digelar di Hotel Sahid, Jakarta. Mengenai aksi yang dilakukan Walhi di depan kantor Menko Kesra, Lalu Mara mengatakan, aktivis Walhi tidak menyingung-nyinggung pernikahan Adinda. Aksi itu adalah aksi solidaritas terhadap anak-anak korban lumpur Sidoarjo. Tadi topiknya soal hari anak, terus soal anak-anak di Porong (Sidoarjo), kata Lalu Mara. Sebelumnya, koordinator aksi Walhi M Teguh Surya memprotes pernikahan Adinda saat melakukan aksi di kantor Menko Kesra sekitar pukul 11.00 WIB. Pernikahan itu kabarnya menghabiskan dana sekitar 2 digit miliar rupiah. Sementara ribuan orang menghirup gas metan di Sidoarjo, kata M Teguh kepada wartawan.(irw/ana) http://www.detiknews.com/read/2008/07/23/144527/976581/10/pernikahan-adinda-bakrie-diprotes-keluarga-emoh-komentar [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Kejagung: Koruptor Bisa Dihukum Mati
KORUPTOR KELAS PAUS pun punya hak u/TIDAK DIHUKUM MATI! Hanya Tuhannya yg punya hak mengambil nyawanya, bukan sesama manusia. Berikan hukuman terberat kpd pelaku kejahatan sistimatis dan struktural yg telah menyengsarakan kehidupan bangsa ini, tapi tidak hukuman mati! ED [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Erwin Aksa Jadi Ketua Umum Hipmi - Anton
Setuju Bro...Kadang-kadang gue setuju juga ama elo...Lebih parah lagi kalau uang dari bank itu dikemplang...Sekitar dua tahun lalu Agus Martowardojo sempet keukeuh nagih utang Group Bosowa yang udah macet sejak Bank Mandiri belum merger...Gue denger Agus Martowardojo sempat hampir diganti... � --- On Tue, 7/22/08, anton_djakarta [EMAIL PROTECTED] wrote: From: anton_djakarta [EMAIL PROTECTED] Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Erwin Aksa Jadi Ketua Umum Hipmi To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Date: Tuesday, July 22, 2008, 1:26 PM Saya tidak pernah dibantu sepeserpun dana dari orangtua saya, tapi alhamdullilah saya bisa mendirikan perusahaan keuangan walaupun kecil, semestinya saya yang dipilih sebagai ketua umum HIPMI karena saya seorang made himself sejati hehehehe, bukan cuman nebeng duit orang tua atau keturunan. Dan banyak pengusaha yang benar-benar lahir dari beceknya pasar, bukan pengusaha banyak gaya yang lahir dari timbunan dana bank milik orangtua. Pengusaha muda sejati selalu lahir dari kesunyian dan kerja keras, bukan gegap gempita pengusaha berkualitas salon yang cengeng minta tambahan modal. ANTON
[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua
+ Kalimat yang indah, semangat yang membara. Terbang... terbanglah, Celli! Salam Satria --- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, Agus Hamonangan [EMAIL PROTECTED] wrote: A Personal Letter to All (Rizal Mallarangeng) Saya ingin mengucapkan terima kasih atas perhatian dan simpati Anda semua, baik yang berada di tanah air maupun yang di luar negri. Dalam waktu singkat, lewat Facebook, milis-milis di internet, maupun media massa konvensional di tanah air, begitu banyak yang memberi komentar, salam persahabatan, dukungan, pertanyaan, keraguan, hingga kritik yang tajam terhadap saya.
[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua
membaca ide rizal ini sangat positif, keberanian generasi muda secara terbuka mencalonkan diri patut diacungi dua jempol. ini akan memberi inspirasi generasi muda lainnya utk tampil. hanya satu point yg ingin saya sampaikan khusus utk rizal maupun kandidat lainnya. berandai2 jika anda jadi ri 1 apakah anda bisa melepaskan stigma bahwa pemimpin dari daerah sangat kental kesukuan dan nepotisme. fakta ini bisa dilihat dari pendahulu2 spt JK sampai ada istilah the makassar connections. ini mungkin bisa menjadikan point kampanye anda bahwa anda berjanji mampu membebaskan diri dari kesukuan atau daerahisme. sohib = --- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, Agus Hamonangan [EMAIL PROTECTED] wrote: A Personal Letter to All (Rizal Mallarangeng) Saya ingin mengucapkan terima kasih atas perhatian dan simpati Anda semua, baik yang berada di tanah air maupun yang di luar negri. Dalam waktu singkat, lewat Facebook, milis-milis di internet, maupun media massa konvensional di tanah air, begitu banyak yang memberi komentar, salam persahabatan, dukungan, pertanyaan, keraguan, hingga kritik yang tajam terhadap saya. Teknologi membuka berbagai kemungkinan baru, termasuk dalam menyatukan perhatian beragam komunitas dari berbagai belahan dunia untuk menyampaikan pendapat secara cepat dan personal. Hal ini tentu perlu disambut dengan tangan terbuka. Saya minta maaf sebab tidak mungkin membalas satu persatu sapaan yang datang kepada saya. Dalam kesempatan ini, saya hanya ingin menyampaikan bahwa alasan utama bagi saya untuk tampil sekarang adalah untuk memberi alternatif baru dalam proses pemilihan kepemimpinan nasional. Sebenarnya, soal ini bukanlah soal saya sebagai pribadi, tetapi persoalan sebuah generasi dan sebuah bangsa yang harus terus bergerak maju.
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] PIS Capreskan Sutiyoso
Hmm, jangan2 nama parpol ini, PIS,�emang isinya cuma Ponakan dan Istri Sutiyoso. Selamat deh, Bang Yos! Setidaknya para Senat Guru Besar Undip yang mengegolkan sampeyan untuk dapat Doctor Honoris Causa masih setia di ketiak sampeyan untuk mendukung jadi presiden... salam, kuss indarto - Original Message From: ali andre [EMAIL PROTECTED] To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Sent: Tuesday, July 22, 2008 11:24:35 AM Subject: Re: [Forum Pembaca KOMPAS] PIS Capreskan Sutiyoso BTW partai ini dapat berapa yah dari si Suti . yah itulah realita yang ada di Indo ini... para pejabat yang megang kekuasaan lama akan punya duit banyak untuk digunakan dalam perang pemilu 2009 ini. kasihan banget calon-calon muda seperti Bang Fadjroel dan Budiman, ga punya danan, dan bakanalan kalah ama SBY Mega n Suti yang punya duit segudang hasil majak kanan kiri...he.he. ... Ton... gimana nehmasa si Mega mau maju jadi presiden lagi, yah si Budiman bakalan di parkir dulu ampe Mega ga dapat jatah lagi baru dah giliran Budiman...hehe. .. itupun kalu dapat ijin dari Tk n Mega.
RE: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Erwin Aksa Jadi Ketua Umum Hipmi
Itu hanya masalah nasib... Bagus kalau ada yang benar2 berusaha dari nol, tapi tidak berarti jelek juga kalau kebetulan meneneruskan perusahaan keluarga dan berhasil. Eric Soesilo [EMAIL PROTECTED] Sent from my BlackBerry� powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: anton_djakarta [EMAIL PROTECTED] Date: Tue, 22 Jul 2008 17:26:41 To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Erwin Aksa Jadi Ketua Umum Hipmi Saya tidak pernah dibantu sepeserpun dana dari orangtua saya, tapi alhamdullilah saya bisa mendirikan perusahaan keuangan walaupun kecil, semestinya saya yang dipilih sebagai ketua umum HIPMI karena saya seorang made himself sejati hehehehe, bukan cuman nebeng duit orang tua atau keturunan. Dan banyak pengusaha yang benar-benar lahir dari beceknya pasar, bukan pengusaha banyak gaya yang lahir dari timbunan dana bank milik orangtua. Pengusaha muda sejati selalu lahir dari kesunyian dan kerja keras, bukan gegap gempita pengusaha berkualitas salon yang cengeng minta tambahan modal. ANTON
RE: [Forum Pembaca KOMPAS] Ratna Sarumpaet Maju Jadi Capres 2009
Kawan-kawan di FPK, Berikut isi pidato politik yang saya bacakan tadi malam di Galery Cemara6 seperti diberitakan di Kompas. Mohon doa dan dukungannya. Partai yang kami undang memang tidak ada yang hadir. tapintelnya banyak sekali. bersaing dengan jumlah pers + tamu, hehehe Salam, Ratna Sarumpaet. INDONESIA YANG PUNYA HARGA DIRI Apakah kehilangan terbesar bangsa Indonesia dalam kondisinya yang seburuk sekarang, terjajah oleh kekuatan asing, terpuruk secara ekonomi, korup, menuai hutang dan melahirkan kemiskinan? Hilangnya �harga diri bangsa�. Kegagalan Negara memahami dan menberdayakan kekayaan dan kekuatan bangsa, serta kesalahan Negara memaknai kebudayaan, adalah indikator kegagalan Negara memerdekakan rakyat dari belenggu ketidak adilan dan menjadi penyebab gagalnya Negara membendung terjadinya pergeseran budaya, tersingkirnya kearifan lokal, hilangnya nilai�nilai moral, harga diri, harkat dan martabat bangsa. Kebenaran menjadi sesuatu yang langka. Tatanan ideal yang dicita - citakan para pendiri bangsa bergeser dari akar (substansi) yang seharusnya, tercerabut dari tempatnya. Agama, media massa, dunia kampus yang seharusnya berdiri sebagai tonggak penjaga nilai, menjadi rancu, ditekan oleh desakkan kekuatan modal, menjadi komoditas politik ekonomi dan menjadi wahana selebritas. Tempat ibadah tak lagi menjadi tempat memperoleh kedamaian. Secara umum masyarakat menyikapi acuh tak acuh terhadap moral, namun sekaligus emosional. Penghormatan pada perbedaan yang menjadi salah satu prinsip agama pudar. Stabilitas nasional serta solidaritas berbangsa terancam. Kemajuaan teknologi komunikasi dan media massa yang di satu sisi kita butuhkan untuk kemajuan bangsa, justru mempercepat proses disintegrasi dan merangsang bermunculannya kecurigaan antar kaum. Masyarakat tak lagi menyadari perubahan perilakunya yang telah tercerabut dari akar budayanya sendiri. Budaya instan, konsumtif, budaya saling curiga dan budaya kekerasan seolah menjadi ciri masyarakat kita dan korban yang paling tragis dari merebaknya budaya kekerasan adalah kaum perempuan dan anak-anak. Seluruh kenyataan itu secara tragis ikut menabrak kepatutan tatanan politik dan menodai demokrasi. Demokrasi yang diperjuangkan dengan susah payah itu pada ahkirnya tidak lebih hanya menjadi alat melegitimasi kepentingan-kepentingan pemodal kuat dan kekuatan politik masa lalu yang dulu menyengsarakan rakyat. Demokrasi hanya menghasilkan negosiasi politik (uang) yang berimbas pada pelemahan hukum dan keadilan. Atas nama demokrasi orang-orang yang diduga terlibat dalam kejahatan ekonomi, hukum dan HAM - bebas mengejar puncak kekuasaan. Para konglomerat hitam bebas memasuki kebijakan-kebijakan pemerintah dan parlemen, Dan Pemilu pada akhirnya hanya menjadi ajang pesta pora elite yang memberikan mimpi dan janji - janji, tidak menjadi media aspirasi keinginan tertinggi rakyat - dan menyakitkan. Untuk itu, bagi seluruh bangsa Indonesia yang menginginkan bangsa ini kembali berdiri tegak dengan harga diri yang utuh, tidak ada jalan selain bangkit bersama. Bersama-sama kita koreksi semua kesalahan yang telah dilakukan selama ini, untuk tidak kembali terulang. Bersama-sama mendudukkan apa yang kedepan menjadi dasar kita berbangsa serta menegaskan bagaimana dan oleh siapa bangsa ini layak di kelola. Untuk itu harus ada keberanian dari semua pihak untuk menghentikan segala bentuk ke�aku�an, egoisme pribadi dan kelompok. Berhenti merasa diri paling kuat dan paling benar dan mau dengan rendah hati membuka mata betapa kenyataan bangsa yang kita cintai ini sudah terlalu buruk untuk seseorang atau sekelompok orang merasa pantas menepuk dada menganggap diri mampu menyelesaikan semua persoalan. Dan siapapun diatara anak-anak bangsa yang berniat maju untuk memimpin bangsa ini kedepan, siapapun, apapun sukunya, agamanya, tua atau muda, laki-laki atau perempuan, dia harus memiliki beberapa standart keberanian : 1. Keberanian untuk berhenti menjual dan menjaja-jajakan kemiskinan rakyat sebagai alat meraih kekuasaan - tanpa kemauan mengakui kalau kemiskinan yang menyudutkan mereka bermula dari miskinnya kemauan para penyelenggara Negara menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang mandiri. 2. Keberanian mengakui kalau kemiskinan kita secara ekonomi yang membuat kita sekarang ini menjadi bangsa yang kehilangan harga diri bermula dari kemiskinan moral, pupusnya nilai-nilai budaya, tersingkirnya kearifan local, miskinnya kesadaran para pemimpin bangsa menghargai kekayaan dan kekuatan kita sebagai bangsa. 3. Keberanian mengakui kalau selama puluhan tahun para penyelenggara negara bangsa ini sadar atau tidak telah mengabaikan kewajibannya tunduk pada UUD45 dan filosofi bangsa, Pancasila. Dalam pembukaan UUD45 jelas teruang �Melindungi seluruh bangsa Indonesia� bukan melindungi sekelompok bangsa Indonesia. �Melindungi seluruh tumpah darah Indonesia�, bukan menjual dan menggadaikannya ke
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Artikel: POLITIK KAUM MUDA DAN IDEOLOGI NASIONAL
Dear Bung Hudan, Saya dukung posisi anda sebagai Manager Tim Kemenangan Bung Fadjroel Rachman so, kapan anda akan merealisasikan idenya Mbak Yuli (buka rekening bank guna menampung sumbangan Rp 10.000,- per orang untuk biaya kampanye) Bung Fadjroel ? please Asap ! Kembali ke Bung Budiman Sudjatmiko, saya menghargai pendapat dan pendiriannya, meskipun saya tidak sependapat dengan pendapat dan pendiriannya itu, kenapa dan apa alasan saya ? yaitu sbb : 1. Bung BS percaya dengan institusi parpol, saya tidak. 2. Bung BS berpendapat, untuk memperbaiki parpol, maka dia harus nyemplung kedalammnya. saya tidak, sebab saya berkaca dari Bung Karno Bung Hatta yang tidak harus menjadi pegawai kolonial Belanda terlebih dahulu untuk memerdekakan Indonesia tercinta toh ? 3. Bung BS berpendapat (tersirat) untuk menempa leadershipnya sekaligus batu loncatan dia merasa kudu magang terlebih dulu sebagai anggota DPR RI, saya tidak, sebab posisi seorang anggota DPR RI itu, jika dia katakanlah orang yang mulia, maka kemuliaannya itu tidak akan terasa oleh rakyat banyak (ibarat setetes embun di sahara barat, kaya dah kesana aja dech gw...he he he) so, sementara itu seorang anggota DPR RI yang sontoloyo, maka tak ubahnya bagaikan seekor singa kelaparan yang dilepaskan sahara barat, dia akan membuat ketakutan,kecemasan,kepanikan, kesengsaraan dll bagi para penghuni lainnya disitu. Untuk dinegeri Republik Impian, saya mengusulkan pada Bapak Presiden Manneke Budiman agar mengangkat anda menjadi Menteri Kebudayaan Pariwisata. Salam hangat, Suhaimi - Original Message - From: Hudan Hidayat To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Cc: [EMAIL PROTECTED] ; Apresiasi Sastra Sent: Wednesday, July 23, 2008 6:59 PM Subject: Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Artikel: POLITIK KAUM MUDA DAN IDEOLOGI NASIONAL bung suhaimi, bung anton pemikir kita itu tak akan kecewa: dia tahu betul sistem kepartaian kita, yang dalam sistem itu tak mungkin banget bung budiman itu maju sebagai capres tahun 2009. nah maksud bung anton itu, artinya kan bisa kita tebak sendiri apa di balik kata-katanya. kalau bung fadjroel rachman memang sangat mungkin karena dia pemain bebas yang tidak harus menikung kayak bung budiman itu kalau hendak maju. jadi sepakat fadjroel dan kawan-kawannya kan? he he he hudan hidayat - manager kampanye m. fadjroel rachman untuk presiden 2009 dari memo indonesia. sedikit menentang ruu pornografi. penganjur kebebasan berpikir tanpa batas kecuali batasnya adalah imajinasi itu sendiri. karena pemikiran yang tanpa batas itulah pra-syarat dari kreatifitas yang memungkinkan bangsa ini bergerak maju ke depan - seperti negara maju lainnya yang sudah di hadapan kita.
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Artikel: POLITIK KAUM MUDA DAN IDEOLOGI NASIONAL
menurut pengamatan saya sih Bu Mega legowo aja.., tapi anak buahnya nggak. Dalam artian utksata ini belum ada pemimpin lain yg dominan shg takut ada perprecahan. lepas dari tu , saran saya jangan tentukan lepas atau tidaknya ke gol put an anda dgn legowo atau tidaknya Bu Mega. Cari aj apilihan lainkan banyak..Kalau pelru dorong calon lain. Masa golput hanya krn Mega nggak legowo. nggak sound ahh. Urusna kita hari ini,memperteajam inra k7 kita utk memilih yang terbaik.., juga mempertajam ilmu memilih yg rasional agar tidka salah pilih.. nggak ada hubungannya dgn seseorang legowo atau tidak. Masa siapapun ..asal bukan Mega .. lau mau dipilih.. ini alasan yg 100 persen salah.. Mas menurut saya memilih ' ASAL BUKANbetul betul bukanalsan cerdas... At 02:10 PM 23-07-08, you wrote: Sepakat dengan Pak Arief Adityawan, Bila Ibu Mega legowo PDIP memiliki capres baru asal bukan Mega, kegolputan saya juga akan saya tanggalkan. Lebih dari itu, PDIP memang perlu pembaharuan! Cukuplah PDIP yang masih mengandalkan karisma Ibu Mega, berubahlah PDIP! Salam, Patrick Hutapea
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua
Saya mendukung langkah Mas Rizal! Paling tidak ini merupakan jalan untuk meretas kebekuan transisi kepemimpinan di Indoneisa. Saya coba untuk forward email ini ke milis-milis yang saya ikuti. Semoga sukses. Salam dari kampung Wageningen, The Netherlands. -- masboi | yohanes widodo e/ym: [EMAIL PROTECTED] e/gt: [EMAIL PROTECTED] www.masboi.com [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Essay - Kurangi pergi haji dan umroh....
Dear Yth.� Pak Satriyo,,, Saya sangat sepaham dgn tulisan bapak dibawah. Hal seperti itulah yg terus mengendap di pikiran saya, dan saya hanya bisa selalu berharap dan berharap akan lebih banyak orang yang mau berbuat demikian. Tapi bukan berarti karena saya ada maksud ingin dibantu, enggak sama sekali, karena walaupun gak berlebih, saya masih bisa hidup cukup. Bapak Satriyo, bapak sebagai orang dalam Trans TV, apakah bapak bisa mengusulkan ke Trans TV untuk bisa berperan serta dengan mengkampanyekan hal demikian...? Karena media TV sangat EFEKTIF untuk sosialisasi dalam mengajak masyarakat berbuat sesuatu. Media TV pengaruhnya sangat besar. Jika bapak dan Trans TV bisa menjadi PIONER dlm hal yg mulia ini, insya Allah akan mempunyai pengaruh yg luas� dan positif di seluruh Indonesia. Pak Satriyo dan Trans tv, berbuatlah sesuatu untuk bangsa ini. Segera. Maturnuwun === --- On Wed, 7/23/08, Satrio Arismunandar [EMAIL PROTECTED] wrote: From: Satrio Arismunandar [EMAIL PROTECTED] Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Essay - Kurangi pergi haji dan umroh Essay - KURANGI PERGI HAJI DAN UMROH� Oleh Satrio Arismunandar Saya bukan ahli agama, dan tidak pernah secara khusus belajar tentang ajaran agama saya, Islam, kecuali di sekolah umum, mulai dari SD sampai universitas. Membaca Al Quran pun saya tidak fasih. Maka, saya jelas jauh dari kriteria seorang ulama. Jadi, mohon tulisan saya ini lebih dipahami sebagai cetusan pemikiran seorang awam, yang berusaha menggali hal-hal yang mungkin bisa dilakukan untuk kebaikan masyarakat. Dalam Islam, setahu saya, ada dua macam amal ibadah. Pertama, jenis ibadah yang lebih berfokus dan berdampak pada individu yang melaksanakannya, seperti: sholat, naik haji, umroh, puasa, dan sebagainya. Kedua, jenis ibadah yang memiliki implikasi sosial yang lebih luas. Seperti: zakat, infaq, sedekah, dan sebagainya. Kedua macam ibadah ini sama-sama penting. Namun, dalam kondisi tertentu, orang harus memilih dan membuat skala prioritas. Misalnya: Saya punya uang lebih Rp 40 juta. Apa yang akan saya lakukan dengan uang itu? Saya bisa gunakan untuk naik haji atau umroh, yang artinya saya nikmati sendiri. Tetapi, uang itu juga bisa saya manfaatkan untuk menyantuni anak yatim, membiayai sekolah mereka, membantu orang miskin dan korban bencana alam, yang berarti saya ikut memperbaiki kondisi sosial masyarakat. Bayangkan, berapa banyak orang miskin yang akan tertolong nasibnya dengan uang sebanyak itu. Berapa banyak anak yang sekarang drop out, karena orang tuanya tak sanggup membayar SPP, akan bisa mengenyam bangku sekolah lagi. Berapa banyak bayi kurang gizi, yang terancam lumpuh atau kehilangan masa depan, akan tumbuh sebagai anak-anak yang sehat dan cerdas. Dalam kondisi sosial-ekonomi saat ini, jutaan rakyat Indonesia makin terpuruk tingkat kesejahteraannya, akibat kebijakan ekonomi neoliberal yang tidak prorakyat, yang menghasilkan kenaikan harga BBM dan berbagai kebutuhan pokok lainnya. Dalam kondisi krisis semacam ini, alangkah baiknya jika umat Islam memberi perhatian lebih besar pada ibadah yang berimplikasi sosial meluas, seperti: zakat, infaq dan sedekah. Kalau Anda sudah pernah satu kali naik haji, kewajiban berhaji ke tanah suci Mekkah sebetulnya sudah lunas. Maka, jika Anda masih punya kelebihan uang, sebaiknya tidak dipakai untuk berkali-kali pergi haji atau umroh. Uang itu seyogyanya dialihkan untuk membantu masyarakat lain, yang masih sangat membutuhkan. Ada jutaan rakyat miskin dan susah, di berbagai pelosok Tanah Air, yang sangat membutuhkan uluran tangan Anda. Sering kali, mereka bahkan bisa ditemukan di lingkungan sekitar, tak jauh dari rumah Anda. Saya dan siapapun juga memang tidak berhak melarang Anda pergi haji dan umroh berkali-kali. Toh, yang Anda gunakan itu adalah uang Anda sendiri. Namun, saya hanya mengimbau, tolong lihatlah kondisi masyarakat kita sekarang, dan ubahlah sedikit skala prioritas Anda dalam beribadah. Saya percaya, doa tulus yang disertai rasa syukur dari orang-orang yang telah Anda bantu itu �InsyaAllah-- akan membantu Anda memperoleh ridla dan ampunan Allah SWT. Jakarta, 23 Juli 2008 Satrio Arismunandar Executive Producer News Division, Trans TV, Lantai 3 Jl. Kapten P. Tendean Kav. 12 - 14 A, Jakarta 12790 Phone: 7917-7000, 7918-4544 ext. 4023, Fax: 79184558, 79184627 http://satrioarismunandar6.blogspot.com http://satrioarismunandar.multiply.com = Pojok Milis Forum Pembaca KOMPAS : 1.Milis FPK dibuat dan diurus oleh pembaca setia KOMPAS 2.Topik bahasan disarankan bersumber dari KOMPAS dan KOMPAS On-Line (KCM) 3.Moderator berhak mengedit/menolak E-mail sebelum diteruskan ke anggota 4.Moderator E-mail: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] 5.Untuk bergabung: [EMAIL PROTECTED] KOMPAS LINTAS GENERASI = Yahoo! Groups Links * To visit
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua
Dear Bung Rizal, Semenjak Bung Rizal tamatan USA dari Ohio State University (BTW, kawan saya di BI juga tamatan dari Ohio State U - Dr. Mulya E. Siregar), ijinkanlah saya berbicara lewat email dengan cara kita berkomunikasi di USA, open with respect. Saya respect dengan Bung Rizal yang sangat care sekali dengan masalah NKRI yang sangat amburadur, messed up big time. I don't really care whether young or older persons to lead the NKRI. One thing for sure: Please TAKE CARE OF OUR RAKYAT KECIL yang sangat SENGSARA sekali. I've been so fortunate living in Houston, Texas for the last 31 years. Everytime I go to JKT, I cry. I cry to see kids begging for food, money anything. They need our love. In short: We have to work together to find the best solution to our NKRI's problems. Insya Allah. KKN MUST GO from the NKRI forever. Salam, sensei deddy mansyur university of houston www.uh.edu/shotokan - Original Message - From: Agus Hamonangan [EMAIL PROTECTED] To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Sent: Wednesday, July 23, 2008 12:41 PM Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua A Personal Letter to All (Rizal Mallarangeng) Saya ingin mengucapkan terima kasih atas perhatian dan simpati Anda semua, baik yang berada di tanah air maupun yang di luar negri. Dalam waktu singkat, lewat Facebook, milis-milis di internet, maupun media massa konvensional di tanah air, begitu banyak yang memberi komentar, salam persahabatan, dukungan, pertanyaan, keraguan, hingga kritik yang tajam terhadap saya. Teknologi membuka berbagai kemungkinan baru, termasuk dalam menyatukan perhatian beragam komunitas dari berbagai belahan dunia untuk menyampaikan pendapat secara cepat dan personal. Hal ini tentu perlu disambut dengan tangan terbuka. Saya minta maaf sebab tidak mungkin membalas satu persatu sapaan yang datang kepada saya. Dalam kesempatan ini, saya hanya ingin menyampaikan bahwa alasan utama bagi saya untuk tampil sekarang adalah untuk memberi alternatif baru dalam proses pemilihan kepemimpinan nasional. Sebenarnya, soal ini bukanlah soal saya sebagai pribadi, tetapi persoalan sebuah generasi dan sebuah bangsa yang harus terus bergerak maju. Sejak 10 tahun terakhir, pilihan-pilihan kepemimpinan nasional tidak banyak berubah. Gus Dur dan Amien Rais tampaknya masih ingin ikut pemilihan presiden tahun depan, mendampingi Presiden SBY dan Wapres Kalla serta Megawati. Begitu juga Jenderal (purn) Wiranto dan Letjen (purn) Probowo. Mungkin Sultan Hemengkubuwono X dan Letjen (purn) Sutiyoso juga akan turut serta. Saya menghormati tokoh-tokoh senior tersebut. Tapi apakah pilihan kepemimpinan nasional harus berkisar hanya di seputar mereka, sebagaimana yang terjadi setelah Soeharto lengser? Apakah di Indonesia terjadi stagnasi dalam sirkulasi kepemimpinan nasional, sehingga wajah-wajah baru tidak mungkin muncul sama sekali? Jika di Amerika Serikat muncul Obama (47 tahun) dan di Rusia ada Medvedev (44 tahun), mengapa kita tidak? Bukankah Republik Indonesia sebenarnya dipelopori oleh para tokoh yang saat itu berusia muda, seperti dr. Tjipto Mangunkusumo, HOS Tjokroaminoto, Sukarno, Hatta, Sjahrir? Somebody has to do something. Kita harus menunjukkan bahwa Indonesia adalah bangsa besar yang dinamis, berjalan mengikuti perubahan zaman dengan membuka diri terhadap berbagai kemungkinan baru. Kita harus berkata kepada para senior tersebut, we respect you, Sir and Madam. But please give some space to our new generation. Sudah saatnya generasi baru kepemimpinan di Indonesia turut serta dalam penentuan kehidupan bersama pada level politik yang tertinggi. Pemikiran seperti itulah yang memberanikan saya untuk tampil sekarang. Dengan segala kelemahan yang ada, saya bersyukur mendapat kesempatan untuk melakukannya. Memang, kalau dipikir-pikir, kata beberapa kawan dekat saya, keputusan itu agak gila sedikit. Lebih banyak beraninya ketimbang pertimbangan yang dingin dan rasional. Saya bukan menteri atau mantan menteri. Saya bukan ketua umum partai, bukan presiden atau mantan presiden, bukan jenderal berbintang, bukan anak proklamator, bukan pejabat tinggi, bukan bekas panglima TNI, bukan pula orang kaya raya atau anak orang kaya raya. �?oRizal,�?� kata kawan-kawan dekat saya itu, �?oyou are a bit crazy. No, damn crazy!�?� Bahkan, bukan hanya kawan-kawan saya saja, bekas guru besar saya di Columbus, AS, yang sangat saya sayangi pun, Prof. Bill Liddle, berkomentar lirih, �?othe time is not yours yet. My dear Celli (nama kecil saya), you don�?Tt have any chance whatsoever.�?� Terhadap semua itu, saya hanya bisa menjawab, �?omungkin anda benar.�?� Semboyan kampanye saya pun bunyinya rada mirip, If there is a will, there is a way. Pada tahap awal ini, yang ada hanyalah kehendak, kemauan, keberanian, and almost nothing else. Terhadap Bill Liddle saya sempat membalas emailnya dengan kalimat ini: Pak Bill, the
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Essay - Kurangi pergi haji dan umroh....
Mas Aris, Menarik, saya sependapat - Semoga bisa menjadi bahan renungan. (Bangsa kita semakin Agamis, tetapi juga semakin Individualis) Salam, Kastubie. - Original Message From: Satrio Arismunandar [EMAIL PROTECTED] Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Essay - Kurangi pergi haji dan umroh Essay - KURANGI PERGI HAJI DAN UMROH… Oleh Satrio Arismunandar Saya bukan ahli agama, dan tidak pernah secara khusus belajar tentang ajaran agama saya, Islam, kecuali di sekolah umum, mulai dari SD sampai universitas. Membaca Al Quran pun saya tidak fasih. Maka, saya jelas jauh dari kriteria seorang ulama. Jadi, mohon tulisan saya ini lebih dipahami sebagai cetusan pemikiran seorang awam, yang berusaha menggali hal-hal yang mungkin bisa dilakukan untuk kebaikan masyarakat. Dalam Islam, setahu saya, ada dua macam amal ibadah. Pertama, jenis ibadah yang lebih berfokus dan berdampak pada individu yang melaksanakannya, seperti: sholat, naik haji, umroh, puasa, dan sebagainya. Kedua, jenis ibadah yang memiliki implikasi sosial yang lebih luas. Seperti: zakat, infaq, sedekah, dan sebagainya. Kedua macam ibadah ini sama-sama penting. Namun, dalam kondisi tertentu, orang harus memilih dan membuat skala prioritas. Misalnya: Saya punya uang lebih Rp 40 juta. Apa yang akan saya lakukan dengan uang itu? Saya bisa gunakan untuk naik haji atau umroh, yang artinya saya nikmati sendiri. Tetapi, uang itu juga bisa saya manfaatkan untuk menyantuni anak yatim, membiayai sekolah mereka, membantu orang miskin dan korban bencana alam, yang berarti saya ikut memperbaiki kondisi sosial masyarakat. Bayangkan, berapa banyak orang miskin yang akan tertolong nasibnya dengan uang sebanyak itu. Berapa banyak anak yang sekarang drop out, karena orang tuanya tak sanggup membayar SPP, akan bisa mengenyam bangku sekolah lagi. Berapa banyak bayi kurang gizi, yang terancam lumpuh atau kehilangan masa depan, akan tumbuh sebagai anak-anak yang sehat dan cerdas. Dalam kondisi sosial-ekonomi saat ini, jutaan rakyat Indonesia makin terpuruk tingkat kesejahteraannya, akibat kebijakan ekonomi neoliberal yang tidak prorakyat, yang menghasilkan kenaikan harga BBM dan berbagai kebutuhan pokok lainnya. Dalam kondisi krisis semacam ini, alangkah baiknya jika umat Islam memberi perhatian lebih besar pada ibadah yang berimplikasi sosial meluas, seperti: zakat, infaq dan sedekah. Kalau Anda sudah pernah satu kali naik haji, kewajiban berhaji ke tanah suci Mekkah sebetulnya sudah lunas. Maka, jika Anda masih punya kelebihan uang, sebaiknya tidak dipakai untuk berkali-kali pergi haji atau umroh. Uang itu seyogyanya dialihkan untuk membantu masyarakat lain, yang masih sangat membutuhkan. Ada jutaan rakyat miskin dan susah, di berbagai pelosok Tanah Air, yang sangat membutuhkan uluran tangan Anda. Sering kali, mereka bahkan bisa ditemukan di lingkungan sekitar, tak jauh dari rumah Anda. Saya dan siapapun juga memang tidak berhak melarang Anda pergi haji dan umroh berkali-kali. Toh, yang Anda gunakan itu adalah uang Anda sendiri. Namun, saya hanya mengimbau, tolong lihatlah kondisi masyarakat kita sekarang, dan ubahlah sedikit skala prioritas Anda dalam beribadah. Saya percaya, doa tulus yang disertai rasa syukur dari orang-orang yang telah Anda bantu itu –InsyaAllah-- akan membantu Anda memperoleh ridla dan ampunan Allah SWT. Jakarta, 23 Juli 2008 Satrio Arismunandar Executive Producer News Division, Trans TV, Lantai 3 Jl. Kapten P. Tendean Kav. 12 - 14 A, Jakarta 12790 Phone: 7917-7000, 7918-4544 ext. 4023, Fax: 79184558, 79184627 http://satrioarismunandar6.blogspot.com http://satrioarismunandar.multiply.com
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Berakhir Sudah Perburuan Selama Hampir 13 Tahun
Ibu Reni, apakah China maju karena faktor banyaknya penjahat yang dihukum mati? rasanya kok tidak secara jelas relasinya. Kenapa di negara kita korupsi tidak bisa berkurang? Karena hukumannya tidak sebanding. Lihat saja Ayin yang hanya dituntut 5th, Rusdiharjo cuma kena 2th, dll. Ini tidak sebanding dengan apa yang telah mereka rampok. Selain itu, di tembok derita pun mereka tidak betul2 menderita karena uang masih berkuasa. Artinya? Sistem itulah yang mesti berani diubah. Hukum koruptor seberat2nya, hingga maksimal seumur hidup. Atau kalau perlu ide Pak Arief dengan memasukkan koruptor ke sumur tinja perlu dipraktekkan. Selain itu, bersihkan LP yang ada dari petugas2 yang kotor. Sita aset2 koruptor dan gunakan itu untuk kesejahteraan rakyat. Nah, beranikah pemerintah? Sekalipun ada hukuman mati, kalau sistem di kejaksaan, pengadilan dan LP masih penuh suap bisa dipastikan koruptor udah kabur ke Singapore. riyanto - Original Message From: reni renata [EMAIL PROTECTED] Kalau dihukum seumur hidup menusahkan negara harus memberi makan dia di penjara sampai dia mati. Apa alasan Pak maneke tidak setuju hukuman mati? Cina telah mempraktekan hukum tembak dan berhasil membawa cina menjadi negara maju. Biarkan Indonesia maju dan sejahtera tanpa ada koruptor yang selalu membuat rakyat sengsara. Indonesia sangat kaya raya . [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Sebagian Lulusan S2 dan S3 Tidak Penuhi Standar Kompetensi
Ada sih yang sesuai standar... standar yang di bawah standar maksudnya. 2008/7/23 Teguh Santoso [EMAIL PROTECTED]: Alenia pertama menyebutkan Sebagian Program S2 dan S3 di tanah air mutunya masih di bawah standar. Artinya TIDAK SEMUANYA. Mohon jika ada datanya sekalian saja diumumkan lulusan S2 dan S3 mana yang masih di bawah standar agar memudahkan lulusan S1 tidak salah pilih jika ingin ambil S2 dan S3 di tanah air. udah susah2 ambil S2 atau S3 eh masih di bawah standar. Karena saya yakin tentunya adalah Program S2 dan S3 di tanah air yang masih sesuai standar. salam teguh santoso
RE: [Forum Pembaca KOMPAS] Utang Bertambah, Tetapi Aset Negara Tidak Makin Kaya
pemerintah termasuk menkeu memangsuka bipu kjesannya sudha hebat bangetbela rakyat dgn subsidi ( yg kata KKG boongan lihat dong tuh daftar gratisan di Perancis dan ASustralian yg di posting teman teman disini eh O(mong oming , mbak Binny sudha klarifikasi belum ya soal bergabung ke Golkar. entah kenapa saya selalu sedih kalau ornag ornag sebaik Bu Binny mausk Golkar... HS At 03:14 PM 23-07-08, you wrote: Walah, ibu menteri ini kok lucu, subsidi agara rakyatnya makmur dan sejahtera dibilang pemborosan. Lha BLT itu apa dong? Kalau subisidi BBM itu pemborosan, BLT apa? Kok gak konsisten, lantas, apa urusannya USAID dengan Asia Foundation? Kok dibawa-bawa, apa dia mulai dimarahin sama kedua lembaga ini? Salam, binny
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua
Lihat... nampak sekali menara gadingnya, untuk sekadar menulis sebait kata di FPK saja, dia tak mampu... Bung Celi, Anda tertinggal satu langkah dari Budiman Sujatmiko dalam soal ini! 2008/7/24 Agus Hamonangan [EMAIL PROTECTED]: A Personal Letter to All (Rizal Mallarangeng) Saya ingin mengucapkan terima kasih atas perhatian dan simpati Anda semua, baik yang berada di tanah air maupun yang di luar negri. Dalam waktu singkat, lewat Facebook, milis-milis di internet, maupun media massa konvensional di tanah air, begitu banyak yang memberi komentar, salam persahabatan, dukungan, pertanyaan, keraguan, hingga kritik yang tajam terhadap saya. Teknologi membuka berbagai kemungkinan baru, termasuk dalam menyatukan perhatian beragam komunitas dari berbagai belahan dunia untuk menyampaikan pendapat secara cepat dan personal. Hal ini tentu perlu disambut dengan tangan terbuka. Saya minta maaf sebab tidak mungkin membalas satu persatu sapaan yang datang kepada saya. Dalam kesempatan ini, saya hanya ingin menyampaikan bahwa alasan utama bagi saya untuk tampil sekarang adalah untuk memberi alternatif baru dalam proses pemilihan kepemimpinan nasional. Sebenarnya, soal ini bukanlah soal saya sebagai pribadi, tetapi persoalan sebuah generasi dan sebuah bangsa yang harus terus bergerak maju. Sejak 10 tahun terakhir, pilihan-pilihan kepemimpinan nasional tidak banyak berubah. Gus Dur dan Amien Rais tampaknya masih ingin ikut pemilihan presiden tahun depan, mendampingi Presiden SBY dan Wapres Kalla serta Megawati. Begitu juga Jenderal (purn) Wiranto dan Letjen (purn) Probowo. Mungkin Sultan Hemengkubuwono X dan Letjen (purn) Sutiyoso juga akan turut serta. Saya menghormati tokoh-tokoh senior tersebut. Tapi apakah pilihan kepemimpinan nasional harus berkisar hanya di seputar mereka, sebagaimana yang terjadi setelah Soeharto lengser? Apakah di Indonesia terjadi stagnasi dalam sirkulasi kepemimpinan nasional, sehingga wajah-wajah baru tidak mungkin muncul sama sekali? Jika di Amerika Serikat muncul Obama (47 tahun) dan di Rusia ada Medvedev (44 tahun), mengapa kita tidak? Bukankah Republik Indonesia sebenarnya dipelopori oleh para tokoh yang saat itu berusia muda, seperti dr. Tjipto Mangunkusumo, HOS Tjokroaminoto, Sukarno, Hatta, Sjahrir? Somebody has to do something. Kita harus menunjukkan bahwa Indonesia adalah bangsa besar yang dinamis, berjalan mengikuti perubahan zaman dengan membuka diri terhadap berbagai kemungkinan baru. Kita harus berkata kepada para senior tersebut, we respect you, Sir and Madam. But please give some space to our new generation. Sudah saatnya generasi baru kepemimpinan di Indonesia turut serta dalam penentuan kehidupan bersama pada level politik yang tertinggi. Pemikiran seperti itulah yang memberanikan saya untuk tampil sekarang. Dengan segala kelemahan yang ada, saya bersyukur mendapat kesempatan untuk melakukannya. Memang, kalau dipikir-pikir, kata beberapa kawan dekat saya, keputusan itu agak gila sedikit. Lebih banyak beraninya ketimbang pertimbangan yang dingin dan rasional. Saya bukan menteri atau mantan menteri. Saya bukan ketua umum partai, bukan presiden atau mantan presiden, bukan jenderal berbintang, bukan anak proklamator, bukan pejabat tinggi, bukan bekas panglima TNI, bukan pula orang kaya raya atau anak orang kaya raya. Rizal, kata kawan-kawan dekat saya itu, you are a bit crazy. No, damn crazy! Bahkan, bukan hanya kawan-kawan saya saja, bekas guru besar saya di Columbus, AS, yang sangat saya sayangi pun, Prof. Bill Liddle, berkomentar lirih, the time is not yours yet. My dear Celli (nama kecil saya), you don't have any chance whatsoever. Terhadap semua itu, saya hanya bisa menjawab, mungkin anda benar. Semboyan kampanye saya pun bunyinya rada mirip, If there is a will, there is a way. Pada tahap awal ini, yang ada hanyalah kehendak, kemauan, keberanian, and almost nothing else. Terhadap Bill Liddle saya sempat membalas emailnya dengan kalimat ini: Pak Bill, the will is here, and I am working out the way. Mungkin saya akan berhasil, mungkin pula tidak. But let me say this: soalnya bukanlah kalah dan menang, sukses atau tidak. Bahkan sebenarnya, seperti saya telah saya singgung tadi, soalnya bukanlah tentang Rizal Mallarangeng atau siapa pun. Soalnya adalah soal sebuah generasi dan sebuah negri yang kita cintai yang harus bergerak maju, membuka peluang dan kemungkinan-kemungkinan baru. If what I do will not fly anywhere, saya secara pribadi sudah cukup puas karena saya sudah mencoba menunjukkan bahwa Indonesia tidak membeku, stagnan dengan pilihan-pilihan yang itu-itu saja selama bertahun-tahun. Namun, kalau toh ada sedikit harapan yang bisa dikatakan saat ini, saya sebenarnya menangkap sebuah isyarat, bahwa dalam masyarakat kita ada sebuah kerinduan terhadap sesuatu yang baru dan segar. But it is much too early to bet on this. Untuk sementara, saya sudah merasa senang bahwa sekarang
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Diminta Tetap Dampingi SBY, JK Tak Mau Jawab
Sikap JK ini mengandung dua makna: 1. JK sadar bahwa popularitasnya sebagai Cawapres 2009 terus jatuh menukik, sehingga cukup tau diri bahwa SBY tak kan memilih dia sebagai pendamping. 2. JK juga tau bahwa popularitas SBY semakin nyungsep, tentu ia tak mau mendampingi orang yang kans kalahnya semakin besar pada Pemilu 2009 mendatang. 2008/7/23 Agus Hamonangan [EMAIL PROTECTED]: http://www.kompas.com/read/xml/2008/07/23/13473140/diminta.tetap.dampingi.sby.jk.tak.mau.jawab JAKARTA, RABU - Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla tak mau menjawab pertanyaan pengurus Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Generasi Muda Partai Demokrat yang menginginkan dirinya mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai calon Wakil Presiden RI periode kedua tahun 2009-2014 dalam pemilihan presiden dan wapres 2009. Dalam sowan tadi, kami minta SBY-JK tetap berpasangan sebagai calon presiden dan wapres periode ke-2. Akan tetapi, beliaunya (Jusuf Kalla) tidak mau berbicara soal dia mau maju atau tidak. Katanya, 'kalau saya menjawab, saya salah'. Karena, dirinya sudah komitmen akan membahas masalah ini dulu dengan partainya setelah Pemilu Legislatif, April 2009, ujar Ketua Umum DPP Gema Demokrat Lucky P Sastawiria saat bertemu dengan Wapres Kalla di Istana Wapres, Jakarta, Rabu (23/7). Menurut Ketua Dewan Penasihat DPP Gema Partai Demokrat Alex Asmasoebrata, yang bersama pengurus DPP Gema Partai Demokrat mendampingi Lucky, pihaknya merekomendasikan Presiden Yudhoyono dan Wapres Kalla sebagai presiden dan wapres untuk kedua kalinya. Beliau (Wapres Kalla) memang belum mau bicara soal (pencalonan presiden dan wapres). Karena, kalau dia mau maju sebagai orang kedua, bagaimana dengan Partai Golkar yang dipimpinnya? Apa gila luh kalau Partai Golkar mau mencalonkan sebagai presiden, tetapi Partai Demokrat hanya mencalonkan sebagai calon wapres? Nah, inilah persoalannya, kata Alex. Meski begitu, tambah Alex, DPP Gema Partai Demokrat dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) yang akan diselenggarakan pada akhir Agustus mendatang di Jakarta, tetap akan mengajukan Wapres Kalla sebagai pendamping Presiden Yudhoyono. Bukan kami mengecilkan kemampuan beliau kalau kami mencalonkan Wapres Kalla sebagai wapres RI periode berikutnya, akan tetapi karena berdasarkan animo masyarakat lewat pesan layanan singkat yang disampaikan ke kami, semuanya berharap Wapres Kalla mendampingi Presiden Yudhoyono, jelas Alex. Alex menegaskan, Jadi, kami mengimbau Wapres Kalla untuk mendampingi Presiden Yudhoyono dalam Pemilu 2009 nanti. Menurut saya, kalau mereka bercerai, saya kira mereka tidak akan lagi menjadi Presiden dan Wapres RI. (HAR) Suhartono Sent from my BlackBerry (c) Wireless device from XL GPRS/EDGE/3G Network [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Artikel: POLITIK KAUM MUDA DAN IDEOLOGI NASIONAL
jawaban bagus !! bagaimanana bisa jaidppeminpin yg baik kalaunggakbisa jadi pengikut yg baik. Tapi ya harus jadi pengikut dr pemimpinyg baiklho.. moga2 aja PDIPyg sekarang adaah kelompok yg tepat bagi anda .. semoga out put dari mengukur diri anda yg menyimpulkan lebih baik jadi anggota dpr dulu , sbg tindakan benar.., bahkan sul saya , kalau PDIP memerintah..seklaian deh minta jadi menteri... Tapi tentunya menangkan dulu .. Buat teman lain, ya udah deh jangan ganggu ukuran yg sudah ditetapkan Budiman, toh ada Fajrul dan Ratna Sarumpaet.., kebanyakan tokoh sejenis bikin pusing milih lho.. Saya sendiri suka juga tuh dgn tokoh spt Fajrul dan Ratna.., walau bukan musthail tetap pilih Mega... lihat aja thn 2009 setelah kita menagamatyi dgn cerdas ..calon yg ada.. Jangan pilih yg cuma banyak janji dan atau cuma ganteng lho..atau cuma karena lain dan belum pernah terlihat gagal..( lha memang belum pernah kerja apa apa..) Persoalan kita bukan hanya memperbanyak calon..atau hrs punya calon muda tapi juga apa pertimbangan yg benar dan bagaimana menetukan pilihan yg tepat.. atau kita pilih lagi berdasar alasan yg salah..dan kecewa lagi... HS At 11:38 PM 23-07-08, you wrote: Bung Anton, maaf kalau anda kecewa karena saya 'cuma' mencalonkan diri jd anggota legislatif. Ini kalau apa yg dikatakan bung Suhaimi benar... Saya 'mengukur diri' (ini dua kata yang mungkin paling tepat)..Tapi bukan berarti saya tidak mengapresiasi�jika ada anak-anak muda mencalonkan diri jadi presiden. Saya pernah memimpin sebuah partai (walau kecil), nah sekarang saya sedang belajar untuk jadi anak buah/untuk dipimpin. Saya menikmati proses ini, yakni merasakan proses� pernah�memimpin dan dipimpin. Let the history reveals itself before our visionary eyes... � wassalam � Budiman Sudjatmiko
RE: [Forum Pembaca KOMPAS] Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua
Wah, dahsyat betul surat dari bung Celi. Kok argumennya sama pas dengan rekan kita yang lain: Fadjroel, saatnya orang muda… nah buat saya dilematis nih, kalau saya setuju dengan kredo orang muda, maka dua-duanya harus saya dukung, demi agar aken halnya orang tua tidak kita permungkinkan lagi untuk maju….nah padahal kita akhirnya harus pilih salah satu kan? Siapa ya? _ From: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Agus Hamonangan Sent: Thursday, July 24, 2008 12:42 AM To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua A Personal Letter to All (Rizal Mallarangeng) Saya ingin mengucapkan terima kasih atas perhatian dan simpati Anda semua, baik yang berada di tanah air maupun yang di luar negri. Dalam waktu singkat, lewat Facebook, milis-milis di internet, maupun media massa konvensional di tanah air, begitu banyak yang memberi komentar, salam persahabatan, dukungan, pertanyaan, keraguan, hingga kritik yang tajam terhadap saya. Teknologi membuka berbagai kemungkinan baru, termasuk dalam menyatukan perhatian beragam komunitas dari berbagai belahan dunia untuk menyampaikan pendapat secara cepat dan personal. Hal ini tentu perlu disambut dengan tangan terbuka. Saya minta maaf sebab tidak mungkin membalas satu persatu sapaan yang datang kepada saya. Dalam kesempatan ini, saya hanya ingin menyampaikan bahwa alasan utama bagi saya untuk tampil sekarang adalah untuk memberi alternatif baru dalam proses pemilihan kepemimpinan nasional. Sebenarnya, soal ini bukanlah soal saya sebagai pribadi, tetapi persoalan sebuah generasi dan sebuah bangsa yang harus terus bergerak maju. Sejak 10 tahun terakhir, pilihan-pilihan kepemimpinan nasional tidak banyak berubah. Gus Dur dan Amien Rais tampaknya masih ingin ikut pemilihan presiden tahun depan, mendampingi Presiden SBY dan Wapres Kalla serta Megawati. Begitu juga Jenderal (purn) Wiranto dan Letjen (purn) Probowo. Mungkin Sultan Hemengkubuwono X dan Letjen (purn) Sutiyoso juga akan turut serta. Saya menghormati tokoh-tokoh senior tersebut. Tapi apakah pilihan kepemimpinan nasional harus berkisar hanya di seputar mereka, sebagaimana yang terjadi setelah Soeharto lengser? Apakah di Indonesia terjadi stagnasi dalam sirkulasi kepemimpinan nasional, sehingga wajah-wajah baru tidak mungkin muncul sama sekali? Jika di Amerika Serikat muncul Obama (47 tahun) dan di Rusia ada Medvedev (44 tahun), mengapa kita tidak? Bukankah Republik Indonesia sebenarnya dipelopori oleh para tokoh yang saat itu berusia muda, seperti dr. Tjipto Mangunkusumo, HOS Tjokroaminoto, Sukarno, Hatta, Sjahrir? Somebody has to do something. Kita harus menunjukkan bahwa Indonesia adalah bangsa besar yang dinamis, berjalan mengikuti perubahan zaman dengan membuka diri terhadap berbagai kemungkinan baru. Kita harus berkata kepada para senior tersebut, we respect you, Sir and Madam. But please give some space to our new generation. Sudah saatnya generasi baru kepemimpinan di Indonesia turut serta dalam penentuan kehidupan bersama pada level politik yang tertinggi. Pemikiran seperti itulah yang memberanikan saya untuk tampil sekarang. Dengan segala kelemahan yang ada, saya bersyukur mendapat kesempatan untuk melakukannya. Memang, kalau dipikir-pikir, kata beberapa kawan dekat saya, keputusan itu agak gila sedikit. Lebih banyak beraninya ketimbang pertimbangan yang dingin dan rasional. Saya bukan menteri atau mantan menteri. Saya bukan ketua umum partai, bukan presiden atau mantan presiden, bukan jenderal berbintang, bukan anak proklamator, bukan pejabat tinggi, bukan bekas panglima TNI, bukan pula orang kaya raya atau anak orang kaya raya. “Rizal,†kata kawan-kawan dekat saya itu, “you are a bit crazy. No, damn crazy!†Bahkan, bukan hanya kawan-kawan saya saja, bekas guru besar saya di Columbus, AS, yang sangat saya sayangi pun, Prof. Bill Liddle, berkomentar lirih, “the time is not yours yet. My dear Celli (nama kecil saya), you don’t have any chance whatsoever.†Terhadap semua itu, saya hanya bisa menjawab, “mungkin anda benar.†Semboyan kampanye saya pun bunyinya rada mirip, If there is a will, there is a way. Pada tahap awal ini, yang ada hanyalah kehendak, kemauan, keberanian, and almost nothing else. Terhadap Bill Liddle saya sempat membalas emailnya dengan kalimat ini: Pak Bill, the “will†is here, and I am working out the “wayâ€. Mungkin saya akan berhasil, mungkin pula tidak. But let me say this: soalnya bukanlah kalah dan menang, sukses atau tidak. Bahkan sebenarnya, seperti saya telah saya singgung tadi, soalnya bukanlah tentang Rizal Mallarangeng atau siapa pun. Soalnya adalah soal sebuah generasi dan sebuah negri yang kita cintai yang harus bergerak maju, membuka peluang dan kemungkinan-kemungkinan baru. If what I do will not fly anywhere, saya secara pribadi sudah cukup puas karena saya sudah mencoba menunjukkan bahwa Indonesia tidak membeku, stagnan
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua
makin mantap bilang tidak ! utk Rizal.. cima anak buah Ical aja bis abikin iklan ber seri seri..,ngaku nggak kaya lagi HS At 12:41 AM 24-07-08, you wrote: A Personal Letter to All (Rizal Mallarangeng) Saya ingin mengucapkan terima kasih atas perhatian dan simpati Anda semua, baik yang berada di tanah air maupun yang di luar negri. Dalam waktu singkat, lewat Facebook, milis-milis di internet, maupun media massa konvensional di tanah air, begitu banyak yang memberi komentar, salam persahabatan, dukungan, pertanyaan, keraguan, hingga kritik yang tajam terhadap saya. Teknologi membuka berbagai kemungkinan baru, termasuk dalam menyatukan perhatian beragam komunitas dari berbagai belahan dunia untuk menyampaikan pendapat secara cepat dan personal. Hal ini tentu perlu disambut dengan tangan terbuka. Saya minta maaf sebab tidak mungkin membalas satu persatu sapaan yang datang kepada saya. Dalam kesempatan ini, saya hanya ingin menyampaikan bahwa alasan utama bagi saya untuk tampil sekarang adalah untuk memberi alternatif baru dalam proses pemilihan kepemimpinan nasional. Sebenarnya, soal ini bukanlah soal saya sebagai pribadi, tetapi persoalan sebuah generasi dan sebuah bangsa yang harus terus bergerak maju. Sejak 10 tahun terakhir, pilihan-pilihan kepemimpinan nasional tidak banyak berubah. Gus Dur dan Amien Rais tampaknya masih ingin ikut pemilihan presiden tahun depan, mendampingi Presiden SBY dan Wapres Kalla serta Megawati. Begitu juga Jenderal (purn) Wiranto dan Letjen (purn) Probowo. Mungkin Sultan Hemengkubuwono X dan Letjen (purn) Sutiyoso juga akan turut serta. Saya menghormati tokoh-tokoh senior tersebut. Tapi apakah pilihan kepemimpinan nasional harus berkisar hanya di seputar mereka, sebagaimana yang terjadi setelah Soeharto lengser? Apakah di Indonesia terjadi stagnasi dalam sirkulasi kepemimpinan nasional, sehingga wajah-wajah baru tidak mungkin muncul sama sekali? Jika di Amerika Serikat muncul Obama (47 tahun) dan di Rusia ada Medvedev (44 tahun), mengapa kita tidak? Bukankah Republik Indonesia sebenarnya dipelopori oleh para tokoh yang saat itu berusia muda, seperti dr. Tjipto Mangunkusumo, HOS Tjokroaminoto, Sukarno, Hatta, Sjahrir? Somebody has to do something. Kita harus menunjukkan bahwa Indonesia adalah bangsa besar yang dinamis, berjalan mengikuti perubahan zaman dengan membuka diri terhadap berbagai kemungkinan baru. Kita harus berkata kepada para senior tersebut, we respect you, Sir and Madam. But please give some space to our new generation. Sudah saatnya generasi baru kepemimpinan di Indonesia turut serta dalam penentuan kehidupan bersama pada level politik yang tertinggi. Pemikiran seperti itulah yang memberanikan saya untuk tampil sekarang. Dengan segala kelemahan yang ada, saya bersyukur mendapat kesempatan untuk melakukannya. Memang, kalau dipikir-pikir, kata beberapa kawan dekat saya, keputusan itu agak gila sedikit. Lebih banyak beraninya ketimbang pertimbangan yang dingin dan rasional. Saya bukan menteri atau mantan menteri. Saya bukan ketua umum partai, bukan presiden atau mantan presiden, bukan jenderal berbintang, bukan anak proklamator, bukan pejabat tinggi, bukan bekas panglima TNI, bukan pula orang kaya raya atau anak orang kaya raya. âRizal,â kata kawan-kawan dekat saya itu, âyou are a bit crazy. No, damn crazy!â Bahkan, bukan hanya kawan-kawan saya saja, bekas guru besar saya di Columbus, AS, yang sangat saya sayangi pun, Prof. Bill Liddle, berkomentar lirih, âthe time is not yours yet. My dear Celli (nama kecil saya), you donât have any chance whatsoever.â Terhadap semua itu, saya hanya bisa menjawab, âmungkin anda benar.â Semboyan kampanye saya pun bunyinya rada mirip, If there is a will, there is a way. Pada tahap awal ini, yang ada hanyalah kehendak, kemauan, keberanian, and almost nothing else. Terhadap Bill Liddle saya sempat membalas emailnya dengan kalimat ini: Pak Bill, the âwillâ is here, and I am working out the âwayâ. Mungkin saya akan berhasil, mungkin pula tidak. But let me say this: soalnya bukanlah kalah dan menang, sukses atau tidak. Bahkan sebenarnya, seperti saya telah saya singgung tadi, soalnya bukanlah tentang Rizal Mallarangeng atau siapa pun. Soalnya adalah soal sebuah generasi dan sebuah negri yang kita cintai yang harus bergerak maju, membuka peluang dan kemungkinan-kemungkinan baru. If what I do will not fly anywhere, saya secara pribadi sudah cukup puas karena saya sudah mencoba menunjukkan bahwa Indonesia tidak membeku, stagnan dengan pilihan-pilihan yang itu-itu saja selama bertahun-tahun. Namun, kalau toh ada sedikit harapan yang bisa dikatakan saat ini, saya sebenarnya menangkap sebuah isyarat, bahwa dalam masyarakat kita ada sebuah kerinduan terhadap sesuatu yang baru dan segar. But it is much too early to bet on this. Untuk sementara, saya sudah merasa senang bahwa sekarang sudah mulai
[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua
Kepada Pak Rizal Mallarangeng, I got your point in your email. Ya, calon2 presiden yg ada sekarang memang sebagian besar sudah kadaluwarsa, Dan calon2 muda memang sudah saatnya tampil, yes I'm agree. But, definitely it's not you. So, please step back, cause i don't see any difference between you and those old school fellow dalam hal, yang terutama, keberpihakan terhadap kepentingan nasional dan rakyat banyak. Salam, Manung --- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, Agus Hamonangan [EMAIL PROTECTED] wrote: A Personal Letter to All (Rizal Mallarangeng) Saya ingin mengucapkan terima kasih atas perhatian dan simpati Anda semua, baik yang berada di tanah air maupun yang di luar negri. Dalam waktu singkat, lewat Facebook, milis-milis di internet, maupun media massa konvensional di tanah air, begitu banyak yang memberi komentar, salam persahabatan, dukungan, pertanyaan, keraguan, hingga kritik yang tajam terhadap saya. Teknologi membuka berbagai kemungkinan baru, termasuk dalam menyatukan perhatian beragam komunitas dari berbagai belahan dunia untuk menyampaikan pendapat secara cepat dan personal. Hal ini tentu perlu disambut dengan tangan terbuka. Saya minta maaf sebab tidak mungkin membalas satu persatu sapaan yang datang kepada saya. Dalam kesempatan ini, saya hanya ingin menyampaikan bahwa alasan utama bagi saya untuk tampil sekarang adalah untuk memberi alternatif baru dalam proses pemilihan kepemimpinan nasional. Sebenarnya, soal ini bukanlah soal saya sebagai pribadi, tetapi persoalan sebuah generasi dan sebuah bangsa yang harus terus bergerak maju. Sejak 10 tahun terakhir, pilihan-pilihan kepemimpinan nasional tidak banyak berubah. Gus Dur dan Amien Rais tampaknya masih ingin ikut pemilihan presiden tahun depan, mendampingi Presiden SBY dan Wapres Kalla serta Megawati. Begitu juga Jenderal (purn) Wiranto dan Letjen (purn) Probowo. Mungkin Sultan Hemengkubuwono X dan Letjen (purn) Sutiyoso juga akan turut serta. Saya menghormati tokoh-tokoh senior tersebut. Tapi apakah pilihan kepemimpinan nasional harus berkisar hanya di seputar mereka, sebagaimana yang terjadi setelah Soeharto lengser? Apakah di Indonesia terjadi stagnasi dalam sirkulasi kepemimpinan nasional, sehingga wajah-wajah baru tidak mungkin muncul sama sekali? Jika di Amerika Serikat muncul Obama (47 tahun) dan di Rusia ada Medvedev (44 tahun), mengapa kita tidak? Bukankah Republik Indonesia sebenarnya dipelopori oleh para tokoh yang saat itu berusia muda, seperti dr. Tjipto Mangunkusumo, HOS Tjokroaminoto, Sukarno, Hatta, Sjahrir? Somebody has to do something. Kita harus menunjukkan bahwa Indonesia adalah bangsa besar yang dinamis, berjalan mengikuti perubahan zaman dengan membuka diri terhadap berbagai kemungkinan baru. Kita harus berkata kepada para senior tersebut, we respect you, Sir and Madam. But please give some space to our new generation. Sudah saatnya generasi baru kepemimpinan di Indonesia turut serta dalam penentuan kehidupan bersama pada level politik yang tertinggi. Pemikiran seperti itulah yang memberanikan saya untuk tampil sekarang. Dengan segala kelemahan yang ada, saya bersyukur mendapat kesempatan untuk melakukannya. Memang, kalau dipikir-pikir, kata beberapa kawan dekat saya, keputusan itu agak gila sedikit. Lebih banyak beraninya ketimbang pertimbangan yang dingin dan rasional. Saya bukan menteri atau mantan menteri. Saya bukan ketua umum partai, bukan presiden atau mantan presiden, bukan jenderal berbintang, bukan anak proklamator, bukan pejabat tinggi, bukan bekas panglima TNI, bukan pula orang kaya raya atau anak orang kaya raya. âRizal,â kata kawan-kawan dekat saya itu, âyou are a bit crazy. No, damn crazy!â Bahkan, bukan hanya kawan-kawan saya saja, bekas guru besar saya di Columbus, AS, yang sangat saya sayangi pun, Prof. Bill Liddle, berkomentar lirih, âthe time is not yours yet. My dear Celli (nama kecil saya), you donât have any chance whatsoever.â Terhadap semua itu, saya hanya bisa menjawab, âmungkin anda benar.â Semboyan kampanye saya pun bunyinya rada mirip, If there is a will, there is a way. Pada tahap awal ini, yang ada hanyalah kehendak, kemauan, keberanian, and almost nothing else. Terhadap Bill Liddle saya sempat membalas emailnya dengan kalimat ini: Pak Bill, the âwillâ is here, and I am working out the âwayâ. Mungkin saya akan berhasil, mungkin pula tidak. But let me say this: soalnya bukanlah kalah dan menang, sukses atau tidak. Bahkan sebenarnya, seperti saya telah saya singgung tadi, soalnya bukanlah tentang Rizal Mallarangeng atau siapa pun. Soalnya adalah soal sebuah generasi dan sebuah negri yang kita cintai yang harus bergerak maju, membuka peluang dan kemungkinan-kemungkinan baru. If what I do will not fly anywhere, saya secara pribadi
[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Berakhir Sudah Perburuan Selama Hampir 13 Tahun
Pak Manneke :MANUSIA BERADAB SAYANG KEHIDUPAN? saya lebih setuju kalau dibilang : banyak sekali manusia beradab apalagi yang sok beradab,teramat sayang kepada kehidupan (karena pengen hidup nikmat terus2an), sebb amat sangat ketakutan menghadapi kematian, period. salamsori,Opung [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Artikel: POLITIK KAUM MUDA DAN IDEOLOGI NASIONAL
Setuju !!! Pandangan Budiman memang sangat realistis. Contoh kemenangan SBY yang hanya didukung oleh Partai Gurem seperti Partai Demokrat, membuat jalannya pemerintahannya menjadi sangat tidak efektif akibat tekanan dari mayoritas anggota DPR (termasuk anggota DPR dari Golkar yang menggunakan strategi: Mendukung SBY dengan kritis). Akibatnya apa? Kondisi ekonomi cenderung makin memburuk. Kalau yang didukung Partai Gurem saja pemerintahannya tidak efektif, bagaimana bila tanpa dukungan partai politik sama sekali Rakyat pemilih akhirnya banyak yang sadar, bahwa memilih seorang Presiden itu tidak hanya dari penampilannya saja yang menanwan, tetapi juga harus bisa diprediksi efektifitas pemerintahannya jika terpilih kelak jadi Presiden. Jadi hal penting yang sangat diperhatikan oleh para pemilih saat ini adalah: Seberapa besar dukungan anggota DPR atas pemerintahan yang dia pimpin kelak ?? Jika dukungannya lemah, rakyat pemilih akan ragu - ragu untuk membuat pilihan jatuh kepada yang bersangkutan. Salam, Adyanto Aditomo Hendra Kusumah [EMAIL PROTECTED] wrote: Budiman lebih realistis saja, toh tidak ada yang salah dengan PDIP dan Megawati... Malah saat ini menurut survei yang ada merupakan partai dan calon presiden paling populer... Kalau calon anda tidak dapat dukungan dari rakyat ya jangan sinis dan jangan marah2... bekerjalah lebih giat lagi untuk membuat rakyat percaya dan yakin dengan ide2 calon anda.. :D
[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Presiden Kaum Muda 2009 - google talk
Yang diandelin Yudi Latief tuh apa? kecuali tulisannya yang bikin pening kepala. ANTON --- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, Sidik Permana [EMAIL PROTECTED] wrote: Berikut adalah popularitas para bakal calon presiden muda menurut google (googlefight), yakni hitungan google terhadap jumlah nama mereka muncul di internet. Di Indonesia, penghitungan google ini tidak menyajikan fakta yang signifikan terkait pilpres, semata-mata hanya seringnya nama mereka muncul di dunia maya. 1. Yudi Latif : 42.100 2. Rizal Mallarangeng : 16.400 3. Fadjroel Rachman : 16.000 4. Budiman Soejatmiko : 2.200 Namun yang pasti, mereka masih jauh kalah populer dibanding para golongan tua, 1. SBY : 1.520.000 2. Gus Dur : 744.000 3. Jusuf Kalla : 730.000 4. Sutiyoso : 320.000 5. Megawati : 303.000 6. Wiranto : 301.000 7. Amien Rais : 294.000 8. Hidayat Nur Wahid : 242.000 9. Akbar Tanjung : 101.000 Any comment? Salam, Sidik
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Artikel: POLITIK KAUM MUDA DAN IDEOLOGI NASIONAL
Ngapain keluar dari PDIP, justru dengan menunggangi massa PDIP Budiman akan menang. ANTON Pendukung Budiman Djatmiko --- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, ARIEF RACHMAN [EMAIL PROTECTED] wrote: Bung Budiman, Ide dan pemikiran-pemikiran anda itu sebenarnya bagus bila benar- benar dapat di realisasikan di pemerintahan. Kenapa anda tidak keluar saja dari PDIP dan mencontoh langkah politik independen seperti apa yang dilakukan Bung Fadjrul Rachman? Saya kira hal itu lebih baik ketimbang anda mengkampanyekan diri sebagai caleg. Terus terang saya jadi ragu, apa sih sebenarnya yg membuat anda menjadi sedemikian pesimis untuk maju sebagai calon presiden RI 2009? Apakah karena Megawati sudah terlebih dahulu dicalonkan oleh PDIP sehingga anda minder sama partai yg anda sendiri? Atau apakah ada hal-hal lain dibelakang yang memberatkan anda? Seperti Jenkins Brian Michael, maybe. Salam, Pendukung capres independen
[Forum Pembaca KOMPAS] Naik sepeda, yuk! Hayuk Urang Naik Sapeda!
Hayuk Urang Naik Sapeda! Naik sepeda, yuk! Siswa sekolah, guru, orang tua, anak muda, warga Bogor dan sekitarnya, SILAKAN BERGABUNG KELILING BOGOR. Jangan lupa bawa botol minum sendiri, ya. Bogor, 2 Agustus 2008 Start dari depan SMKN 1 Bogor jam 08.00 pagi Jalan Heulang no. 6 Bogor Didukung oleh: Pemkot Bogor Bike2Work Bogor WWF-Indonesia Change Magazine - Jurnal Perempuan Akan dilanjutkan dengan: Dialog Bike2School oleh siswa sekolah, Pemkot Bogor, Bike2Work, WWF-Indonesia, Change Magazine - Jurnal Perempuan jam 11.00. Ayo dukung! Untuk Bogor yang lebih ramah bagi pengguna sepeda. Terutama siswa sekolah. Acara ini diselenggarakan sebagai bagian dari kampanye Protect Our Planet di SMKN 1: 1. Kurangi kendaraan bermotor untuk kurangi emisi 2. Pilih tempat tinggal dekat dengan sekolah/tempat kerja 3. Pilih tempat belanja dekat dengan tempat tinggal 4. Jalan kaki atau bersepeda untuk jarak dekat 5. Gunakan kendaraan umum untuk jarak jauh 6. Pilih dan operasikan kendaraan bermotor dengan ramah lingkungan [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Re: WALHI: Menko Kesra Abaikan Hak Korban Lapindo
Untuk 2009 Jangan Pilih Pejabat negara dan partai yang tidak peduli, tidak bersikap adil, pada kasus lumpur Lapindo. --- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, agushamonangan [EMAIL PROTECTED] wrote: JAKARTA, KAMIS - Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) mendesak Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Aburizal Bakrie melindungi hak-hak korban lumpur Lapindo yang sudah terabaikan dua tahun ini. Hal itu dikatakan Kepala Departemen Advokasi dan Jaringan Eksekutif WALHI M Teguh Surya saat menggelar aksi demonstrasi teatrikal di depan kantor Menko Kesra, Rabu (23/7), untuk memperingati Hari Anak Nasional. Sepertinya ada konspirasi jahat antara Lapindo, Menko Kesra dan Presiden yang sengaja membiarkan hak-hak korban lumpur terus diabaikan. Aburizal tak menjalankan tugasnya untuk melindungi hak- hak korban justru sekarang sedang menggelar pesta besar untuk pernikahan keluarganya dengan dana miliaran, ucap Teguh. Ia menegaskan Presiden juga tak bertindak tegas dalam kasus ini dan terkesan mengulur-ulur waktu. Korban saat ini sedang menunggu ganti rugi setelah sertifikat tanah mereka diserahkan ke Lapindo, tapi dana ganti rugi belum juga turun. Perilaku seperti itu apa tetap dibiarkan begitu saja, mau jadi apa negeri ini, ungkapnya. Teguh menambahkan keberadaan Aburizal Bakrie sebagai pemilik Group Bakrie dan salah satu pemegang saham Lapindo Brantas tetap mempengaruhi kebijakan pemerintahan SBY-Kalla dalam pembiaran hak- hak korban Lapindo. Teguh mengatakan WALHI melihat ada upaya sistematis dari aparat peradilan dan pemerintah untuk melindungi Lapindo Brantas. Kejaksaan menyatakan pandangan ahli yang berbeda tentang penyebab semburan sehingga menggagalkan proses hukum dilanjutkan ke pengadilan. Ini yang sedang kita desak, selain upaya pengajuan gugatan ke PN Jaksel dan PN Jakpus, tuturnya. Hingga Juli 2008 telah timbul 94 semburan yang mengakibatkan pemukiman yang hancur bertambah luas karena penurunan tanah. Yang paling berbahaya semburan gas metan muncul di tengah permukiman warga dan dilaporkan sudah ada beberapa warga yang meninggal karena pengaruh zat-zat tersebut, jelas Teguh. Pemerintah sudah melihat fakta penderitaan para korban seperti itu, dikatakannya, tapi masih tak mengambil langkah konkret untuk mengatasi. Siapa lagi yang bisa diharapkan rakyat, kalau bukan pemerintah, ujarnya (MYS) MYS Sent from my BlackBerry © Wireless device from XL GPRS/EDGE/3G Network http://www.kompas.com/read/xml/2008/07/23/1402542/walhi.menko.kesra.a baikan.hak.korban.lapindo
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Presiden Kaum Muda 2009 - google talk
wah, menurut kepopuleran di google tak bisa dijadikan indikator popularitas capres kalau mau tau yang lebih populer mungkin Miyabi lebih populer dari pada SBY On 7/23/08, Hendra Kusumah [EMAIL PROTECTED] wrote: supaya Budiman Sujatmiko bisa menandingi popularitas SBY, dia harus mengubah inisialnya menjadi SBY alias Sujatmiko Budiman Yoai, hehehe pasti dapetnya 1.520.000 juga!
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Artikel: POLITIK KAUM MUDA DAN IDEOLOGI NASIONAL
Ngomong yang cakep2 sih enak aja ya, lha wong gampang. Kayak situ pernah susah saja dalam memperjuangkan Indonesia. Tanya pada diri kamu apa yang sudah kamu perjuangkan untuk idealisme kamu kemudian kamu ukur pada diri Budiman Djatmiko. Tidak main-main lho apa yang dilakukan Budiman, di usia muda disaat yang laennya asik dengan duit Bapaknya foya2 dan nggak mikirin negara, Budiman cs sudah berani ambil resiko demi sebuah negara yang lebih baik. Setidak2nya Budiman atau Fajroel menunjukkan mereka bukan pelacur intelektual, dan oportunis politik. ANTON --- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, Barnabas Rahawarin [EMAIL PROTECTED] wrote: � Dear All, � Meski saya berempati benar dengan perjuangan Budiman yang menjadi tumbal rusuh 27 Juli 1996, dan sekarang menjadi host politik PDIP, saya mulai berhati-hati memuja-muji orang muda yang satu ini. Tugas kami anggota masyarakat yang menjadi invisible part of Indonesian politic, untuk mengimbangi seluruh�berita heboh�seputar�mas Budiman. � Politik diskriminasi berdasarkan gender dan usia memang sudah mulai menjadi bukan berita. Tulisan itu boleh jadi suatu remind atau copy-paste riwayat politik Bung Karno. Tapi, dalam tatanan praksis kabinet SBY saja ada yang berusia muda, lebih muda dari Budiman, itu menteri Ketertinggalan dari PKB.� Wanita dan orang muda telah mengisi pelbagai posisi strategis. � Politisi di pusat hingga daerah telah terjadi perubahan yang banyak. Meski demikian, persoalan tertinggal sebenarnya sederhana, bila membedakan politisi tua dan muda usia: orang-tua lebih banyak duitnya dan menjadi politisi (atau karena berpolitik menjadi kaya dst), sementara kaum muda yang berpolitik memang dibiayai atau menjadi pesan sponsor dari pemilik modal. � Artinya, politisi muda intelektual nan ideal itu mudah ditemukan�di Indonesia. Tetapi,�menjadi sangat kasat mata, �politisi muda yang intelektual teruji, independensi teruji, integritas teruji, ini masih ada dalam JERUJI aliran kapital politik Kapitalisme. Ketika menyerahkan diri kedalam�JERUJI- nya,�politisi muda menjadi politisi tua, karena dependensi dan kepatuhan pada pragmatisme kerjanya Kapital.�Jadi, secara teoritis, hanya Politisi Tua yang punya kemampuan dan komitmen mengubah politik Indonesia yang menjadi mimpi kaum muda, sejauh�politisi gaek tetap bersikap�demokratis seberapapun biaya yang harus dialirkanny kepada kaum muda. � Sistem ekonomi kita telah menjadikan politisi muda, (apakah saya harus mengecualikan� Budiman?), berada dalam tali-temali serat raksasa�aroma�pengikat dari pemodal (politik). Bagaimana Anda, Orang muda berusaha untuk keluar dari situasi itu? Bersiap untuk�menderita�untuk menempatkan independensi, integritas, etika politik di atas semua nilai mata uang.�Alasan apa pun yang Anda buat untuk meyakinkan orang tentang pilihan politik, hanya akan menjadi retorika untuk menyelamarkan muka untuk sementara waktu, tetapi mungkin belum�dalam lembaran sejarah orang terhormat.� � wassalam, � berthy barnabas rahawarin
[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Artikel: POLITIK KAUM MUDA DAN IDEOLOGI NASIONAL
Kalo dipaksakan asal Bukan Mega, yang paling cocok adalah Pak Permadi karena dengan kekuatan supranaturalnya bisa merubah Indonesia yang miskin menjadi Indonesia yang gemah ripah loh jinawi. ANTON --- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, pahalahutabarat [EMAIL PROTECTED] wrote: Nah... itu. Saya sampai sekarang tidak habis pikir mengapa Budiman sampai mematahkan kesempatan itu dengan tangannya sendiri (ungkapan yang tepat !!) Padahal kalu dia konsisten dulu, kita2 hitung dia akan jadi presiden pada usia 45 - 50. Masuk di akal kan ?. Tapi dia tidak sabar. Bagi saya masuknya Budiman ke PDI-P jadi berbau patgulipat intelijen lagi deh. Mungkin perlu belajar ke Evo Morales ya. Selamat berjuang deh bung Budiman, diam2 saya sebenarnya simpatisan pemikiran2 Anda. Makanya saya banyak menghabiskan harta untuk mendukung gerakan Anda dulu. Sekarang saya sudah jadi Golput, ya gara2 Anda juga ..he..he..he. Ide menggalakkan pertanian itu sepertinya sudah dijalankan Suharto dengan warna berbeda, jadi bukan baru. Kemudian ditekankan lagi oleh Bungaran Saragih, tapi nggak jalan karena moral sudah terlanjur kacau.
[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Fadjroel Rachman Serius Calonkan Diri Sebagai Capres
Orang lupa, Andi Hakim Nasution kerap menyerang Dr. Hidayat seorang penulis filsafat jebolan IPB juga sebagai 'orang gila' setidak2nya Andi Hakim Nasution ini adalah seorang yang arogan, walaupun memang pintarnya luar biasa, saya sangat suka sekali dengan bukunya Landasan Matematika. ANTON --- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, evi douren [EMAIL PROTECTED] wrote: Semasa hidupnya dulu Pak Andi Hakim Nasution, sang pendidik sejati itu, menyatakan bhw tak jarang dia melihat dirinya spt DON QUIXOTE, terkait harapannya akan dunia pendidikan di Indonesia.� Miguel de Cervantes menggambarkan tokoh novel�nasionalisme satirnya,�Don Quixote, sbg org yg dipenuhi dg jiwa luhur�dan�idealis, yang juga sangat bersemangat serta setia�mengagumi segala hal yg baik dan agung, meski juga 'berwatak gila'.� Novel yg sangat filosofis. � Mungkin juga Fadjroel pun mirip dg Don Quixote dlm beberapa hal� Tapi kita perlu orang yg berani 'bermimpi idealis' dan menanggung rsiko spt dia!� Kali ini Fadjroel juga harus berani u/menapakkan langkahnya ke arah kemenangan, tidak u/' mati' spt Don Quixote. � Kata pembuka� whose name I do not want to remember di novel tsb menjadi sangat terkenal, In a place at La Mancha, which name I do not want to remember, not very long ago lived a country squire, one of those squires who keep a lance in the lance-rack, an ancient shield, a skinny old horse, and a fast greyhound. � �Fadjroel juga harus 'menjadi sangat terkenal lagi' kali ini, dengan meraih kemenangan! �Di suatu masa, di bumi bernama Indonesia, pernah lahir seorang putera bangsa yang memiliki mimpi u/ perbaikan negerinya dan tidak lagi membuat Ibu Pertiwi bersusah hati dan berlinang airmata, dst, dst en dst deh!� � � As long as u will fight for the best of Indonesian people, u got my vote, Fadjroel!� My pray always be w/u � � ED
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua
Entah ya ... sebagai rakyat biasa saya koq merasa tertipu dengan para intelektual yang ternyata cuma partisan yang mengejar jumlah uang besar. Bayangkan kita percaya bahwa hasil survey yang diekspose menjelang Pemilu tentang popularitas tampil seolah-olah dilakukan oleh lembaga independent, tak tahunya dibayar oleh presiden terpilih. Analisa-analisa politik yang dilakukan oleh seolah-olah presenter independent bagi tujuan mencerdaskan bangsa, ternyata dilakukan oleh bagian pemoles citra. Mereka bertingakh bal selebrities saat membohongi publik. Tindakan mereka benar-benar membawa rakyat yang tidak mengerti tertipu. Lalu mengapa sok bicara dengan menjual Bung Karno dan bapak bangsa yang pasti pantang melakukan itu. wass, Triyatni
[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Catatan Pinggir Goenawan Mohammad (Majalah Tempo, Edisi. 22/XXXVII/21 - 27 Juli 2008)
Di suatu Pagi Mao Tse Tung bilang pada DN Aidit di beranda taman yang banyak pohon Willow-nya. Partai Komunis bukan Partai Kelontong, Buka dasimu dan turunlah ke sawah-wawah dekati rakyat Tahun 1996 saya masih kuliah semester delapan kalo nggak salah, dan saya memajang foto Budiman Djatmiko di kamar saya. Ada tiga foto aktivis yang saya pajang dibawah foto Karl Marx dan Bung Karno. Budiman Soedjatmiko, Fajroel Rahman, dan Hariman Siregar yang saya pasang di balik pintu agar bisa saya lihat tiap mau keluar. Dan saya bersjukur bila Budiman atau Fajroel bisa tampil ke muka. Sementara Catatan Pinggir GM adalah kitab suci saya untuk menghayati hidup. Dalam keberanian intelektual mari kita nyalakan kembali suar Indonesia agar berjaya seperti jaman Bung Karno. Hidup Bung Karno, Hadjablah Suharto! ANTON --- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, Rudi Hartono [EMAIL PROTECTED] wrote: CATATAN PINGGIR MAJALAH TEMPO Gerai Juli 21, 2008 Goenawan Mohamad Mungkinkah Indonesia akhirnya hanya sederet partai? Sekitar seabad yang lalu, kita tak akan berkeberatan dengan itu. Indische Partij, Partai Komunis, Partai Sarekat Islam, PNI, dan lain-lain lahir. Mereka datang dengan keyakinan. Pada masa itu, politik adalah gugatan. Politik adalah usaha membongkar sebuah wacana yang dianggap cacat, tapi dijejalkan oleh mesin kekuasaan kolonial sebagai konstruksi yang final. Menghadapi itulah politik adalah pergerakan. Berarti, di dalamnya ada kehendak mengubah keadaan, ke arah emansipasi sosial dan musnahnya ketidakadilan. Dengan kata lain, ada social imaginary: sebuah gambaran yang menggerakkan hati tentang sebuah kehidupan masyarakat yang lain, walaupun gambaran itu bukan sebuah desain yang siap. Konon, pada awal abad ke-20, di asrama mereka, para murid STOVIAyang kemudian jadi bara pertama perlawanan antikolonialisme tiap malam menyanyikan lagu revolusi Prancis dengan berkobar-kobar: Kita lawan tirani! Berkobar-kobar Chantal Mouffe menyebut arti passion dalam politik: fantasi, hasrat, semua hal yang tak dapat diringkus jadi kepentinga,n dan rasionalitas , semua hal yang membentuk subyektivitas manusia. Dengan catatan: subyektivitas itu bukan tentang aku. Ia justru timbul karena ada sesuatu yang universal yang datang mengimbau, sesuatu yang berarti bukan cuma buatku, tapi bagi engkau, bagi sesama, sebuah dunia yang melampaui jagat kecilku. Dari situlah passion, atau gelora hati, terbit. Mouffe bahkan menyebut perlunya mobilisasi gelora hati. Sebab politik sebuah partai yang menganggap dirinya bagian dari pergerakan, sebuah partai dengan imajinari sosial yang menggugah passionpartai politik yang seperti itu bukanlah tanda nafsi-nafsi. Justru sebaliknya: didirikan hanya segelintir orang punseperti halnya Indische Partijpartai seperti itu pada dasarnya ingin menjangkau liyan, mereka yang lain yang juga sesama. PNI yang berangkat atas nama kaum marhaen dan PKI yang atas nama kaum buruh keduanya membayangkan sebuah masyarakat di mana marhaen dan proletar akan lenyap, sebab tak akan ada kelas sosial lagi: manusia akan sama rata, sama rasa. Tapi adakah partai yang seperti itu sekarang? Kini sejumlah partai baru muncul bagaikan lapak dan gerai, kios dan show-room. Inilah zaman ketika advertensi tak henti-hentinya menyusupi ruang kehidupan. Inilah masa ketika hasil jajak pendapat umum jadi ukuran yang lebih penting ketimbang kebenaran, ketika penampilan yang atraktif dan riuh-rendah di televisi lebih efektif ketimbang prestasi dan gagasan sosial yang menggugah. Berangsur-angsur, dalam lapak dan gerai itu yang lebih menentukan bukanlah benda yang ditawarkan. Yang lebih penting: kemasan. Sebuah parodi yang tak disengaja naik pentas: politik jadi pekan raya. Tiap tauke kios akan berusaha mendapatkan pembeli sebanyak-banyaknya. Tapi ketegangan hanya terbatas di situ: tak akan ada yang menggugat wacana yang mendukung (dan didukung) pekan raya itu sendiri. Jika dulu lahirnya partai politik adalah isyarat tentang apa yang berlubang dalam situasi di mana ia lahir, kini partai berdiri sebagai indikator sebaliknya: terbukanya peluang untuk investasiyang hanya bisa dilakukan mereka dengan kekayaan yang surplus. Di sini memang politik tampak sebagai jalan yang aman. Partai tak akan jadi pembelot. Tapi saya kira sebetulnya sebuah fragmentasi diam-diam berlangsung. Sebab inilah politik tanpa imajinari sosial, tanpa gelora hati, tanpa militansi. Inilah politik yang tak membentuk subyektivitas yang lahir karena terpanggil oleh yang universal. Memang ada niat menjangkau pelanggan di mana saja, kapan saja. Tapi ini cuma universalitas sebagai façade. Dalam percakapan para juru kampanye partai, seperti di kantor perdagangan, orang bicara bukan jangkauan yang tanpa batas, melainkan tentang segmen pasar. Tentu, di pekan raya, para tauke memang bisa membuat usaha patungan. Tapi pada awal
[Forum Pembaca KOMPAS] Catatan Pinggir Goenawan Mohammad (Majalah Tempo, Edisi. 22/XXXVII/2 From: Rudi Hartono
Katanya HERMAN HESSE, penulis puisi dan novelis Jerman: We kill at every step, not only in wars, riots, and executions. We kill when we close our eyes to poverty, suffering, and shame. In the same way all disrespect for life, all hard-heartedness, all indifference, all contempt is nothing else than killing. With just a little witty skepticism we can kill a good deal of the future in a young person. Life is waiting everywhere, the future is flowering everywhere, but we only see a small part of it and step on much of it with our feet. Jadi, MARI DUKUNG CALON yg TIDAK AKAN MEMBUNUH RAKYAT KITA, calon yg MATANYA TIDAK TERTUTUP o/BELITAN PERSOALAN KEMISKINAN dan KESENGSARAAN serta HARGA DIRI ANAK BANGSANYA! ED Sent from my BlackBerry® wireless device from XL GPRS network = Pojok Milis Forum Pembaca KOMPAS : 1.Milis FPK dibuat dan diurus oleh pembaca setia KOMPAS 2.Topik bahasan disarankan bersumber dari KOMPAS dan KOMPAS On-Line (KCM) 3.Moderator berhak mengedit/menolak E-mail sebelum diteruskan ke anggota 4.Moderator E-mail: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] 5.Untuk bergabung: [EMAIL PROTECTED] KOMPAS LINTAS GENERASI = Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua
Saya tidak percaya dengan anda, anda adalah orang yang tidak lahir dari kancah sejarah Indonesia yang berdebu. Anda adalah anak manis reformasi, bukan bidan reformasi yang bertarung nyawa dan melewati hidup di penjara. Silahkan bermanis-manis intelektual di kelas kampus sokongan Bakrie, ketimbang anda bermain dalam perubahan sejarah Indonesia. Ini mainan serius bung, bukan meni-pedi intelektual. ANTON Hidup Budiman! --- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, Agus Hamonangan [EMAIL PROTECTED] wrote: A Personal Letter to All (Rizal Mallarangeng) Saya ingin mengucapkan terima kasih atas perhatian dan simpati Anda semua, baik yang berada di tanah air maupun yang di luar negri. Dalam waktu singkat, lewat Facebook, milis-milis di internet, maupun media massa konvensional di tanah air, begitu banyak yang memberi komentar, salam persahabatan, dukungan, pertanyaan, keraguan, hingga kritik yang tajam terhadap saya. Teknologi membuka berbagai kemungkinan baru, termasuk dalam menyatukan perhatian beragam komunitas dari berbagai belahan dunia untuk menyampaikan pendapat secara cepat dan personal. Hal ini tentu perlu disambut dengan tangan terbuka. Saya minta maaf sebab tidak mungkin membalas satu persatu sapaan yang datang kepada saya. Dalam kesempatan ini, saya hanya ingin menyampaikan bahwa alasan utama bagi saya untuk tampil sekarang adalah untuk memberi alternatif baru dalam proses pemilihan kepemimpinan nasional. Sebenarnya, soal ini bukanlah soal saya sebagai pribadi, tetapi persoalan sebuah generasi dan sebuah bangsa yang harus terus bergerak maju. Sejak 10 tahun terakhir, pilihan-pilihan kepemimpinan nasional tidak banyak berubah. Gus Dur dan Amien Rais tampaknya masih ingin ikut pemilihan presiden tahun depan, mendampingi Presiden SBY dan Wapres Kalla serta Megawati. Begitu juga Jenderal (purn) Wiranto dan Letjen (purn) Probowo. Mungkin Sultan Hemengkubuwono X dan Letjen (purn) Sutiyoso juga akan turut serta. Saya menghormati tokoh-tokoh senior tersebut. Tapi apakah pilihan kepemimpinan nasional harus berkisar hanya di seputar mereka, sebagaimana yang terjadi setelah Soeharto lengser? Apakah di Indonesia terjadi stagnasi dalam sirkulasi kepemimpinan nasional, sehingga wajah-wajah baru tidak mungkin muncul sama sekali? Jika di Amerika Serikat muncul Obama (47 tahun) dan di Rusia ada Medvedev (44 tahun), mengapa kita tidak? Bukankah Republik Indonesia sebenarnya dipelopori oleh para tokoh yang saat itu berusia muda, seperti dr. Tjipto Mangunkusumo, HOS Tjokroaminoto, Sukarno, Hatta, Sjahrir? Somebody has to do something. Kita harus menunjukkan bahwa Indonesia adalah bangsa besar yang dinamis, berjalan mengikuti perubahan zaman dengan membuka diri terhadap berbagai kemungkinan baru. Kita harus berkata kepada para senior tersebut, we respect you, Sir and Madam. But please give some space to our new generation. Sudah saatnya generasi baru kepemimpinan di Indonesia turut serta dalam penentuan kehidupan bersama pada level politik yang tertinggi. Pemikiran seperti itulah yang memberanikan saya untuk tampil sekarang. Dengan segala kelemahan yang ada, saya bersyukur mendapat kesempatan untuk melakukannya. Memang, kalau dipikir-pikir, kata beberapa kawan dekat saya, keputusan itu agak gila sedikit. Lebih banyak beraninya ketimbang pertimbangan yang dingin dan rasional. Saya bukan menteri atau mantan menteri. Saya bukan ketua umum partai, bukan presiden atau mantan presiden, bukan jenderal berbintang, bukan anak proklamator, bukan pejabat tinggi, bukan bekas panglima TNI, bukan pula orang kaya raya atau anak orang kaya raya. âRizal,â kata kawan-kawan dekat saya itu, âyou are a bit crazy. No, damn crazy!â Bahkan, bukan hanya kawan-kawan saya saja, bekas guru besar saya di Columbus, AS, yang sangat saya sayangi pun, Prof. Bill Liddle, berkomentar lirih, âthe time is not yours yet. My dear Celli (nama kecil saya), you donât have any chance whatsoever.â Terhadap semua itu, saya hanya bisa menjawab, âmungkin anda benar.â Semboyan kampanye saya pun bunyinya rada mirip, If there is a will, there is a way. Pada tahap awal ini, yang ada hanyalah kehendak, kemauan, keberanian, and almost nothing else. Terhadap Bill Liddle saya sempat membalas emailnya dengan kalimat ini: Pak Bill, the âwillâ is here, and I am working out the âwayâ. Mungkin saya akan berhasil, mungkin pula tidak. But let me say this: soalnya bukanlah kalah dan menang, sukses atau tidak. Bahkan sebenarnya, seperti saya telah saya singgung tadi, soalnya bukanlah tentang Rizal Mallarangeng atau siapa pun. Soalnya adalah soal sebuah generasi dan sebuah negri yang kita cintai yang harus bergerak maju, membuka peluang dan kemungkinan-kemungkinan baru. If what I do will not fly anywhere, saya secara pribadi
[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Essay - Kurangi pergi haji dan umroh....
Kalo melarang orang ibadah nanti diprotes melanggar HAM dan ingkar Konstitusi UUD 1945 ,Jadi patutnya biaya umroh khususnya pajak Fiskal di naikkan saja jadi 10 % dari total biaya umroh dan kelola tuh uang dengan baik oleh negara untuk fakir miskin ,orang tidak mampu dllJuga untuk biaya OHN kalo Depag masih ada yang korup patut di laporkan ke KPK dan Malaikat Jibril agar dapat sanksi dunia akhirat. --- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, Satrio Arismunandar [EMAIL PROTECTED] wrote: Essay - KURANGI PERGI HAJI DAN UMROH Oleh Satrio Arismunandar Saya bukan ahli agama, dan tidak pernah secara khusus belajar tentang ajaran agama saya, Islam, kecuali di sekolah umum, mulai dari SD sampai universitas. Membaca Al Quran pun saya tidak fasih. Maka, saya jelas jauh dari kriteria seorang ulama. Jadi, mohon tulisan saya ini lebih dipahami sebagai cetusan pemikiran seorang awam, yang berusaha menggali hal-hal yang mungkin bisa dilakukan untuk kebaikan masyarakat. Dalam Islam, setahu saya, ada dua macam amal ibadah. Pertama, jenis ibadah yang lebih berfokus dan berdampak pada individu yang melaksanakannya, seperti: sholat, naik haji, umroh, puasa, dan sebagainya. Kedua, jenis ibadah yang memiliki implikasi sosial yang lebih luas. Seperti: zakat, infaq, sedekah, dan sebagainya. Kedua macam ibadah ini sama-sama penting. Namun, dalam kondisi tertentu, orang harus memilih dan membuat skala prioritas. Misalnya: Saya punya uang lebih Rp 40 juta. Apa yang akan saya lakukan dengan uang itu? Saya bisa gunakan untuk naik haji atau umroh, yang artinya saya nikmati sendiri. Tetapi, uang itu juga bisa saya manfaatkan untuk menyantuni anak yatim, membiayai sekolah mereka, membantu orang miskin dan korban bencana alam, yang berarti saya ikut memperbaiki kondisi sosial masyarakat. Bayangkan, berapa banyak orang miskin yang akan tertolong nasibnya dengan uang sebanyak itu. Berapa banyak anak yang sekarang drop out, karena orang tuanya tak sanggup membayar SPP, akan bisa mengenyam bangku sekolah lagi. Berapa banyak bayi kurang gizi, yang terancam lumpuh atau kehilangan masa depan, akan tumbuh sebagai anak-anak yang sehat dan cerdas. Dalam kondisi sosial-ekonomi saat ini, jutaan rakyat Indonesia makin terpuruk tingkat kesejahteraannya, akibat kebijakan ekonomi neoliberal yang tidak prorakyat, yang menghasilkan kenaikan harga BBM dan berbagai kebutuhan pokok lainnya. Dalam kondisi krisis semacam ini, alangkah baiknya jika umat Islam memberi perhatian lebih besar pada ibadah yang berimplikasi sosial meluas, seperti: zakat, infaq dan sedekah. Kalau Anda sudah pernah satu kali naik haji, kewajiban berhaji ke tanah suci Mekkah sebetulnya sudah lunas. Maka, jika Anda masih punya kelebihan uang, sebaiknya tidak dipakai untuk berkali-kali pergi haji atau umroh. Uang itu seyogyanya dialihkan untuk membantu masyarakat lain, yang masih sangat membutuhkan. Ada jutaan rakyat miskin dan susah, di berbagai pelosok Tanah Air, yang sangat membutuhkan uluran tangan Anda. Sering kali, mereka bahkan bisa ditemukan di lingkungan sekitar, tak jauh dari rumah Anda. Saya dan siapapun juga memang tidak berhak melarang Anda pergi haji dan umroh berkali-kali. Toh, yang Anda gunakan itu adalah uang Anda sendiri. Namun, saya hanya mengimbau, tolong lihatlah kondisi masyarakat kita sekarang, dan ubahlah sedikit skala prioritas Anda dalam beribadah. Saya percaya, doa tulus yang disertai rasa syukur dari orang-orang yang telah Anda bantu itu InsyaAllah-- akan membantu Anda memperoleh ridla dan ampunan Allah SWT. Jakarta, 23 Juli 2008 Satrio Arismunandar Executive Producer News Division, Trans TV, Lantai 3 Jl. Kapten P. Tendean Kav. 12 - 14 A, Jakarta 12790 Phone: 7917-7000, 7918-4544 ext. 4023, Fax: 79184558, 79184627 http://satrioarismunandar6.blogspot.com http://satrioarismunandar.multiply.com [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Ratna Sarumpaet Maju Jadi Capres 2009
Wah makin latah saja mau jadi Capres ada RM ,BS,FR,RS kalo semua mau jadi Capres nanti siapa yang bisa kritik penguasa . --- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, Agus Hamonangan [EMAIL PROTECTED] wrote: http://www.kompas.com/read/xml/2008/07/23/22243623/ratna.sarumpaet.maju.jadi.capres.2009 JAKARTA, RABU - Seniman Teater Ratna Sarumpaet mendeklarasikan diri untuk maju menjadi calon presiden dalam pemilihan umum presiden tahun 2009. Acara deklarasi Ratna diselenggarakan di Galery Cemara, Jakarta, Rabu (22/7) malam. Dalam orasi politiknya, Ratna bicara soal Indonesia yang menurutnya tidak punya harga diri. Banyak aset rakyat yang dijual ke pihak asing. Hal ini membuat Ratna gelisah. Untuk itu, bersama Akar Indonesia, organisasi masyarakat yang dipimpinnya, ia sedang menggodok pedoman atau cetak biru pengeloaan negara. Nantinya, cetak biru versi Ratna ini akan diterbitkan dalam bentuk buku yang akan dipublikasikan sesegera mungkin. Sahabat Ratna sesama seniman, Jajang C Noor, tampil membacakan puisi. Di atas panggung Jajang berujar, ia sebetulnya tidak setuju sahabatnya maju mencalonkan diri. Namun, melihat kondiri negara yang amburadul, saya melihat dia memiliki integritas, niat, tenaga yang akan membawa negara kembali ke jalan yang benar, tutur Jajang. Selanjutnya, ketika ditanya mengenai kendaaraan politik yang akan digunakan, Ratna mengatakan masih terlalu pagi untuk menjawabnya sekarang. Namun saya percaya, ditengah lemahnya kepercayaan rakyat terhadap partai-partai yang ada, diantara mereka pasti ada partai yang bersih yang punya ketulusan ingin membangun bangsa dan menghormati rakyat, ujarnya. Dalam acara tersebut, Ratna sebenarnya mengundang sejumlah pimpinan partai politik, namun tidak ada satu pun yang datang. (C8-08) Sent from my BlackBerry © Wireless device from XL GPRS/EDGE/3G Network
[Forum Pembaca KOMPAS] Menikah di Atas Genangan Air Mata..........
Menikah di Atas Genangan Air Mata.. Bagi umat manusia, menikah adalah salah satu cara untuk mengungkapkan cinta dan kasih sayang kepada pasangannya. Cinta dan kasih sayang adalah hal yang manusiawi. Namun menjadi sebuah ironi bila ketika kita mengekspresikan rasa cinta dan kasih sayang kepada pasangan kita, nun jauh di sana ada ribuan orang yang bergelimang air mata karena ulah para leluhur kita yang mencari kekayaan untuk kehidupan kita bahkan juga mungkin untuk biaya pernikahan kita itu. Alangkah tragisnya pernikahan seperti itu.. Klik di: http://berantaslapindo.wordpress.com/2008/07/24/menikah-di-atas-genangan-air-mata/ [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Berakhir Sudah Perburuan Selama Hampir 13 Tahun
Pelaksanaan hukum mati jangan lama2, paling lama 3 bulan sebaiknya sudah dilaksanakan, pada masa itu semua masih setuju tertuduh dihukum berat termasuk hukum mati. Kalau harus menunggu ber tahun2 tertuduh ybs bisa bertobat dan menuai simpati dari masyarkat. Contoh pengedar narkoba (dituduh) ybs tidak perna diakui, bertahun-tahun dia berbuat baik di penjara termasuk mengajar bhs Inggeris, kenalan barunya semua mengatakan dia orang baik, tiba2 kasasinya ditolak karena kesalahan yang dilakukan puluhan tahun yang lalu ketika tuduhan itu dilupakan orang dan yang teringat hanya kebaikannya, mengapa dia harus dihukum mati?. Sumiasih dan anaknya Sugeng dihukum mati setelah 20 tahun, selama itu dia bertobat dan menjadi oramg baik menurut orang2 sekitarnya, mengapa mereka harus dihukum mati? Saidina Umar adalah pembunuh paling kejam lalu bertobat dan menjadi sahabat Nabi Muhammad yang kemudian ditujuk sebagai pengganti atau Khalifah malah oleh Nabi ditetapkan sebagai calon penghuni sorga, meskipun akhir hidupnya dia juga terbunuh. rzain --- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, manneke budiman [EMAIL PROTECTED] wrote: Bu Reni, � Masak sih kita membuat keputusan pro atau kontra hukuman mati berdasarkan repot tidaknya kasih makan napi di penjara? Apa nyawa manusia semurah itu? Jangan sampailah cara pikir kita tentang harga sebuah nyawa ternyata sama saja dengan cara pikir para pembunuh berdarah dingin yang demen mencabut nyawa orang lain. Mereka juga menganggap nyawa manusia harganya murah lho. � Apa yang membedakan seorang pembunuh dengan seorang manusia beradab? Cuma satu, Bu Reni: manusia beradab sayang pada kehidupan dan akan melakukan apa saja demi memastikan tak ada satupun nyawa manusia yang harus tercabut karena alasan apapun di luar sebab-sebab alami. � Indonesia punya ribuan pulau kosong yang nganggur dan selalu dilirik Malaysia dan Singapura, sebab kita tak becus mengelolanya. kalau kita mau mengurung ribuan korputor seumur hidup, pulau-pulau nganggur itu bisa kok dijadikan penjara mcam Alcatraz. Kalo soal kasih makan napi, itu memang TUGAS pemerintah. Nggak boleh karena males kasih makan, atau dengan alsan pemerintah miskin, maka lalu napinya dihukum mati aja semua biar kaga repot. � Cina maju? Saya masih belum yakin apa kemajuan ini betul mengakar atau cuma di permukaan. Cina mengobral diri dengan mengundang masuk neoliberalisme di atas keringat rakyat kecil yang dibayar murah dan nyaris tak punya jaminan keselamatan kerja apa-apa. Lihat itu berita setiap kali tentang kecelakaan di tambang yang selalu makan korban para penambang. Kemajuan yang didasari oleh prinsip developmentalisme yang dikembangkan kaum neolib pada akhirnya hanya membuat jurang antara kaya dan miskin makin lebar. Kemajuan, dengan kata lain, hanya dinikmati sebagian kecil elit berduit. Lihat juga polusi yang diakibatkan industrialisasi besar-besaran tanpa batas. Anda pasti sering nonton kan siaran-siaran tivi tentang Cina menjelang Olimpiade? Terakhir soal Cina ini, Bu Reni, saya ragu apakah ada korelasi langsung antara kemajuan ekonomi Cina dengan ditembak matinya para koruptor. Belum ada buktinya. � Mengenai Malaysia, saya mau tanya Anda, berapa banyak kasus hukuman mati di Malaysia yang menimpa para koruptor, pejabat negara yang maling, kaum elit kaya raya? Setiap kali saya dengar hukuman mati di Malaysia, pasti sangkutannya ke penyelundup narkoba kok, bukan koruptor. Atau Anda mau bilang di malaysia tak ada korupsi? � manneke
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Artikel: POLITIK KAUM MUDA DAN IDEOLOGI NASIONAL
Bung Budiman, Ide dan pemikiran-pemikiran anda itu sebenarnya bagus bila benar-benar dapat di realisasikan di pemerintahan. Kenapa anda tidak keluar saja dari PDIP dan mencontoh langkah politik independen seperti apa yang dilakukan Bung Fadjrul Rachman? Saya kira hal itu lebih baik ketimbang anda mengkampanyekan diri sebagai caleg. Terus terang saya jadi ragu, apa sih sebenarnya yg membuat anda menjadi sedemikian pesimis untuk maju sebagai calon presiden RI 2009? Apakah karena Megawati sudah terlebih dahulu dicalonkan oleh PDIP sehingga anda minder sama partai yg anda sendiri? Atau apakah ada hal-hal lain dibelakang yang memberatkan anda? Seperti Jenkins Brian Michael, maybe. Salam, Pendukung capres independen Bung Budiman, Saya kagum dengan jawaban-jawaban dan argumentasi Anda atas pilihan Anda bergabung dengan parpol, dalam hal ini PDIP. Secara prinsip saya setuju dengan argumentasi Anda mengenai pentingnya sebuah proses pengenalan konstelasi politik dalam bahasa Anda dari hulu ke hilir. Proses seperti ini memang akan mematangkan seseorang. namun saya kira Anda pun paham, bahwa dengan sepak terjang parpol dan orang-orang di dalamnya selama ini telah membuat banyak orang --termasuk saya didalamnya-- cukup pesimistis. Apakah masih mungkin seorang individu --maaf, tidak mengecilkan Anda-- akan bisa mendatangkan pencerahan dalam sebuahparpol yang mesin-mesinnya sudah established. Demikian pula mereka yang menjalankan mesin-mesin itu? keoptimisan Anda layak diacungi jempol. Saya yakin kalau ANda berhasil mengubah wajah PDIP dan mengambalikannya kepada pemiliknya yang sah, seperti kata Anda, Rakyat-marhaen, 40% rakyat yang selama ini golput, khususnya yang kaum mudanya, akan berbondong-bondong kembali berpartisipasi secara lebih aktif dalam proses berdemokrasi melalui penggunaan hak suara. Mungkin akan berguna loh kalau Anda menguraikan sedikit gambaran peluang Anda utnuk berhasil di PDIP? Minimal, bisa jadi pemilu 2009 saya berhenti golput dan akan ikut vote buat Anda! However, maju terus buat Anda!! Salam, Anna
[Forum Pembaca KOMPAS] PUISI UNTUK BUDIMAN
PUISI UNTUK BUDIMAN Pada sebuah sore di punggung sejarah Indonesia yang berdebu Ketika kuntum bunga bangsa masih di rubung kupu-kupu Malam menanti waktu Sejarah yang berderak-derak Ketika api pikiran Njoto bangkit Maka suara Sukarno bergetar dan buat merinding anak kecil yang menonton diatas pohon depan Istana Maka begitulah lancarnya bait-bait Tan Malaka yang disusun pada jalan becek di Cililitan sana Atau gemulai alam pikiran Yunani gaya Hatta. Aidit yang turun ke sawah Isa Anshori si Napoleon yang bergeliat di Lapangan Akbar Maka jatuhlah ungkapan puitis Yang kerap ditulis Pada Rukiah Isteri Kertapati : Jalan Indonesia, adalah Jalan Penderitaan BudimanBudiman Anak sejarah yang lahir dari luka sejarah Menyambung sejarah Pada api aksara pikiran Bung Karno Pada kesetiaan Nasakom Dan konsepsi Persatuan Indonesia Yang benar-benar bersatu. Lamat-lamat kudengarkan Suara Indah Bing Slamet Genjer-Genjer Pathing Keleler Dan bangsa ini tetap seperti dulu kala Menjadi pemangsa genjer-genjer Kemiskinan dan air mata Menjadi sahabat di tanah yang kaya. Budiman Sujatmiko Anak muda pemberani Yang berdada Tetuko Dengan semangat Bung Karno Maju ke depan menghancurkan Tirani Status Quo. Majulah Budiman Karena Kaum Jelata Berada di belakang pikiran anda yang sekuat baja Dan merah putih tak lagi menjadi bendera penuh nanah Karena bendera merah putih yang kita naikkan Adalah bendera yang dibayangkan Oleh tiga ratus orang yang menyaksikan Di Jalan Pegangsaan pada 17 agustus tahun showa Bendera yang di imajinasikan Akan mempersatukan Indonesia Membawa kita pada cita-cita Negara makmur tanpa cela. Dan sebuah sore bercerita Tentang Budiman, anak jaman yang dilahirkan jaman.. Semoga ANTON
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Essay - Kurangi pergi haji dan umroh....
Setuju dengan tulisan Anda, mas. Dalam satu riwayat Rasulullah SAW pernah menceritakan tentang seseorang yang hendak pergi Haji, namun dalam perjalanan, orang tersebut didatangi tetangganya yang akan meminjam uang untuk memberi menghidupi keluarganya. Akhirnya uang yang ada diserahkan semua kepada orang miskin tersebut dan membatalkan hajinya. Rasulullah SAW berkata, karena hal tersebut, dermawan tersebut dianugerahi pahala yang setara dengan haji mabrur. Hikmahnya, ibadah sosial jauh lebih penting dan ternyata memiliki keutamaan yang tinggi dibandingkan ibadah atau ritual yang bersifat pribadi. Terimakasih untuk tulisannya mas, mengingatkan saya juga :) /MP [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua
Kaum muda yang bernafsu untuk berkuasa sering menjual tokoh-tokoh muda masa lalu, tanpa menyadari apa yang telah diperbuat oleh dirinya. Para tokoh tanah air masa lalu tidak lahir dari iklan dengan dana miliaran, tapi melalui cucuran keringat keikhlasan bekerja untuk rakyat. salam raja muak nonton teve yang disesaki iklan para petualang politik --- On Wed, 7/23/08, Agus Hamonangan [EMAIL PROTECTED] wrote: From: Agus Hamonangan [EMAIL PROTECTED] Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Date: Wednesday, July 23, 2008, 5:41 PM A Personal Letter to All (Rizal Mallarangeng) Saya ingin mengucapkan terima kasih atas perhatian dan simpati Anda semua, baik yang berada di tanah air maupun yang di luar negri. Dalam waktu singkat, lewat Facebook, milis-milis di internet, maupun media massa konvensional di tanah air, begitu banyak yang memberi komentar, salam persahabatan, dukungan, pertanyaan, keraguan, hingga kritik yang tajam terhadap saya. Teknologi membuka berbagai kemungkinan baru, termasuk dalam menyatukan perhatian beragam komunitas dari berbagai belahan dunia untuk menyampaikan pendapat secara cepat dan personal. Hal ini tentu perlu disambut dengan tangan terbuka. Saya minta maaf sebab tidak mungkin membalas satu persatu sapaan yang datang kepada saya. Dalam kesempatan ini, saya hanya ingin menyampaikan bahwa alasan utama bagi saya untuk tampil sekarang adalah untuk memberi alternatif baru dalam proses pemilihan kepemimpinan nasional. Sebenarnya, soal ini bukanlah soal saya sebagai pribadi, tetapi persoalan sebuah generasi dan sebuah bangsa yang harus terus bergerak maju. Sejak 10 tahun terakhir, pilihan-pilihan kepemimpinan nasional tidak banyak berubah. Gus Dur dan Amien Rais tampaknya masih ingin ikut pemilihan presiden tahun depan, mendampingi Presiden SBY dan Wapres Kalla serta Megawati. Begitu juga Jenderal (purn) Wiranto dan Letjen (purn) Probowo. Mungkin Sultan Hemengkubuwono X dan Letjen (purn) Sutiyoso juga akan turut serta. Saya menghormati tokoh-tokoh senior tersebut. Tapi apakah pilihan kepemimpinan nasional harus berkisar hanya di seputar mereka, sebagaimana yang terjadi setelah Soeharto lengser? Apakah di Indonesia terjadi stagnasi dalam sirkulasi kepemimpinan nasional, sehingga wajah-wajah baru tidak mungkin muncul sama sekali? Jika di Amerika Serikat muncul Obama (47 tahun) dan di Rusia ada Medvedev (44 tahun), mengapa kita tidak? Bukankah Republik Indonesia sebenarnya dipelopori oleh para tokoh yang saat itu berusia muda, seperti dr. Tjipto Mangunkusumo, HOS Tjokroaminoto, Sukarno, Hatta, Sjahrir? Somebody has to do something. Kita harus menunjukkan bahwa Indonesia adalah bangsa besar yang dinamis, berjalan mengikuti perubahan zaman dengan membuka diri terhadap berbagai kemungkinan baru. Kita harus berkata kepada para senior tersebut, we respect you, Sir and Madam. But please give some space to our new generation. Sudah saatnya generasi baru kepemimpinan di Indonesia turut serta dalam penentuan kehidupan bersama pada level politik yang tertinggi. Pemikiran seperti itulah yang memberanikan saya untuk tampil sekarang. Dengan segala kelemahan yang ada, saya bersyukur mendapat kesempatan untuk melakukannya. Memang, kalau dipikir-pikir, kata beberapa kawan dekat saya, keputusan itu agak gila sedikit. Lebih banyak beraninya ketimbang pertimbangan yang dingin dan rasional. Saya bukan menteri atau mantan menteri. Saya bukan ketua umum partai, bukan presiden atau mantan presiden, bukan jenderal berbintang, bukan anak proklamator, bukan pejabat tinggi, bukan bekas panglima TNI, bukan pula orang kaya raya atau anak orang kaya raya. Rizal, kata kawan-kawan dekat saya itu, you are a bit crazy. No, damn crazy! Bahkan, bukan hanya kawan-kawan saya saja, bekas guru besar saya di Columbus, AS, yang sangat saya sayangi pun, Prof. Bill Liddle, berkomentar lirih, the time is not yours yet. My dear Celli (nama kecil saya), you dont have any chance whatsoever. Terhadap semua itu, saya hanya bisa menjawab, mungkin anda benar. Semboyan kampanye saya pun bunyinya rada mirip, If there is a will, there is a way. Pada tahap awal ini, yang ada hanyalah kehendak, kemauan, keberanian, and almost nothing else. Terhadap Bill Liddle saya sempat membalas emailnya dengan kalimat ini: Pak Bill, the will is here, and I am working out the way. Mungkin saya akan berhasil, mungkin pula tidak. But let me say this: soalnya bukanlah kalah dan menang, sukses atau tidak. Bahkan sebenarnya, seperti saya telah saya singgung tadi, soalnya bukanlah tentang Rizal Mallarangeng atau siapa pun. Soalnya adalah soal sebuah generasi dan sebuah negri yang kita cintai yang harus bergerak maju, membuka peluang dan kemungkinan- kemungkinan baru. If what I do will not fly anywhere, saya secara pribadi sudah cukup puas karena saya sudah mencoba menunjukkan bahwa Indonesia tidak membeku, stagnan dengan pilihan-pilihan yang itu-itu
[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Lagu Yang Mistis from Anton
Dimana sawah luas menghijau Dimana bukit biru menghimbau Itu tanahku, tumpah darahku Tanah yang subur, kaya dan makmur Harum namanya I n d o n e s i a Seingat saya syair lagunya memang demikian, hanya saja saya tidak ingat apabila syairnya lebih panjang dari itu. Saya juga tidak ingat lagi judul lagunya apalagi pengarangnya. Ada satu lagu lagi yang bagi saya terasa menyentuh, syairnya sbb : Nyiur hijau di tepi pantai Siar siur daunnya melambai Padi mengembang kuning merayu Burung-burung menyanyi gembira Tanah airku, tumpah darahku Tanah yang subur, kaya, makmur Tanah airku, tumpah darahku Tanah yang mulia permai nyata Lagu-lagu yang indah, tapi sayangnya sampai 63 tahun kemerdekaan RI, lagu-lagu itu kenyataannya hanya sebatas menjadi screen saver saja. --- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, Yuliati Soebeno [EMAIL PROTECTED] wrote: Ada lagi lagu yang bisa membuat saya bisa menitik-kan air mata, apalagi jika sudah tinggal lama diluar negri, lalu gak bisa pulang karena belum punya uang untuk ongkos perjalanan. nah sewaktu 17 Agustusan di kediaman Duta Besar, biasanya ada upacara dan menyanyikan lagu-lagi Indonesia. Ada salah satu lagu yang membuat saya trenyuh. Lagu tersebut selalu membuat saya merinding dan mata jadi mbrabak (bergenang air mata tiba-tiba). Lagi tersebut syairnya begini: Diamana sawah, luas menghijau Dimana bukit biru menghimbau Itu tanahku, tumpah darahku Tanah yang subur dan kaya makmur Harum namanya .Indnesia. etc...etc... Benar gak ya syairna? Udah lupa banget, apalagi pengarangnya, gak tahu juga. Jika ada yang ingat syairnya, tolong dikirim buat daku, ya? Salam, Yuli
[Forum Pembaca KOMPAS] Lumpur Lapindo, Cermin Retak Republik Indonesia
Lumpur Lapindo, Cermin Retak Republik Indonesia SatuDunia, Jakarta. Selalu ada fakta baru yang menjadi petunjuk awal bahwa kasus semburan lumpur Lapindo merupakan sebuah mega skandal yang melibatkan pemilik modal dan penyelanggara negara. Melalui bukunya yang berjudul Lapindogate, Skandal Industri Migas, Wahyudin Munawir, seorang politisi dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mencoba mengurai skandal lumpur Lapindo tersebut. Berikut resensi bukunya. Klik di: http://satudunia.net/node/2615 [Non-text portions of this message have been removed] = Pojok Milis Forum Pembaca KOMPAS : 1.Milis FPK dibuat dan diurus oleh pembaca setia KOMPAS 2.Topik bahasan disarankan bersumber dari KOMPAS dan KOMPAS On-Line (KCM) 3.Moderator berhak mengedit/menolak E-mail sebelum diteruskan ke anggota 4.Moderator E-mail: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] 5.Untuk bergabung: [EMAIL PROTECTED] KOMPAS LINTAS GENERASI = Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua
wah--- isinya boleh dipinjam u diposting buat blog saya nggak mas?? abis biar dibaca ganks and teman2 di luar, itung2 nambah suara, salam kenal u Bung Rizal, tadinya liat di Metro aja --melan-- --- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, Agus Hamonangan [EMAIL PROTECTED] wrote: A Personal Letter to All (Rizal Mallarangeng) Saya ingin mengucapkan terima kasih atas perhatian dan simpati Anda semua, baik yang berada di tanah air maupun yang di luar negri. Dalam waktu singkat, lewat Facebook, milis-milis di internet, maupun media massa konvensional di tanah air, begitu banyak yang memberi komentar, salam persahabatan, dukungan, pertanyaan, keraguan, hingga kritik yang tajam terhadap saya. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Ratna Sarumpaet Maju Jadi Capres 2009
Wah semakin seru aja nih, makin banyak pilihan (meskipun baru sekedar pilihan). Rekan2 FPK, mohon pencerahannya, Kalo mau nyalonin jadi Calon Presiden, itu Daftarinnya ke mana? Trus apa ya syarat2 agar bisa nyalonin jadi calon Presiden? Sekarang ini kok sudah banyak bener orang2 yang nyalonin jadi Presiden? Siapa yg nyalonin ya? Nyalonin diri sendiri, begitu pemilihan yg nyoblos cuman dia sendiri + istri/suami+ anak+ponakan, tetangga kanan kiri. salam teguh santoso 2008/7/24 Agus Hamonangan [EMAIL PROTECTED]: http://www.kompas.com/read/xml/2008/07/23/22243623/ratna.sarumpaet.maju.jadi.capres.2009 JAKARTA, RABU - Seniman Teater Ratna Sarumpaet mendeklarasikan diri untuk maju menjadi calon presiden dalam pemilihan umum presiden tahun 2009. Acara deklarasi Ratna diselenggarakan di Galery Cemara, Jakarta, Rabu (22/7) malam. Dalam orasi politiknya, Ratna bicara soal Indonesia yang menurutnya tidak punya harga diri. Banyak aset rakyat yang dijual ke pihak asing. Hal ini membuat Ratna gelisah. Untuk itu, bersama Akar Indonesia, organisasi masyarakat yang dipimpinnya, ia sedang menggodok pedoman atau cetak biru pengeloaan negara. Nantinya, cetak biru versi Ratna ini akan diterbitkan dalam bentuk buku yang akan dipublikasikan sesegera mungkin. Sahabat Ratna sesama seniman, Jajang C Noor, tampil membacakan puisi. Di atas panggung Jajang berujar, ia sebetulnya tidak setuju sahabatnya maju mencalonkan diri. Namun, melihat kondiri negara yang amburadul, saya melihat dia memiliki integritas, niat, tenaga yang akan membawa negara kembali ke jalan yang benar, tutur Jajang. Selanjutnya, ketika ditanya mengenai kendaaraan politik yang akan digunakan, Ratna mengatakan masih terlalu pagi untuk menjawabnya sekarang. Namun saya percaya, ditengah lemahnya kepercayaan rakyat terhadap partai-partai yang ada, diantara mereka pasti ada partai yang bersih yang punya ketulusan ingin membangun bangsa dan menghormati rakyat, ujarnya. Dalam acara tersebut, Ratna sebenarnya mengundang sejumlah pimpinan partai politik, namun tidak ada satu pun yang datang. (C8-08) Sent from my BlackBerry (c) Wireless device from XL GPRS/EDGE/3G Network [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Fadjroel Rachman Serius Calonkan Diri Sebagai Capres
Mas Fadroel Rachman apa Fadjroel Falaakh? Powered by Telkomsel BlackBerry� -Original Message- From: anton_djakarta [EMAIL PROTECTED] Date: Thu, 24 Jul 2008 03:35:46 To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Fadjroel Rachman Serius Calonkan Diri Sebagai Capres Orang lupa, Andi Hakim Nasution kerap menyerang Dr. Hidayat seorang penulis filsafat jebolan IPB juga sebagai 'orang gila' setidak2nya Andi Hakim Nasution ini adalah seorang yang arogan, walaupun memang pintarnya luar biasa, saya sangat suka sekali dengan bukunya Landasan Matematika. ANTON
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua
Bagi saya tua atau muda gak perduli. Yang penting punya misi ikhlas yang betul-betul keluar dari hati nurani untuk membangun bangsa ini. Jangka pendek yang saya harapkan saat ini adalah bagaimana caranya kemiskinan dinegeri ini lenyap. Hilangkan para gepeng dengan cara manusiawi dan tempatkan mereka ditempat yang layak. Tidak ada lagi anak-anak kecil berkeliaran dijalan raya. Rizal Mallarangeng cocoknya jadi sekertaris RT aja. Orang bijak biasanya banyak kerja, bukan banyak omong. Salam RN - Original Message - From: Agus Hamonangan To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Sent: Thursday, July 24, 2008 2:41 AM Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua A Personal Letter to All (Rizal Mallarangeng) Saya ingin mengucapkan terima kasih atas perhatian dan simpati Anda semua, baik yang berada di tanah air maupun yang di luar negri. Dalam waktu singkat, lewat Facebook, milis-milis di internet, maupun media massa konvensional di tanah air, begitu banyak yang memberi komentar, salam persahabatan, dukungan, pertanyaan, keraguan, hingga kritik yang tajam terhadap saya. Teknologi membuka berbagai kemungkinan baru, termasuk dalam menyatukan perhatian beragam komunitas dari berbagai belahan dunia untuk menyampaikan pendapat secara cepat dan personal. Hal ini tentu perlu disambut dengan tangan terbuka. Saya minta maaf sebab tidak mungkin membalas satu persatu sapaan yang datang kepada saya. Dalam kesempatan ini, saya hanya ingin menyampaikan bahwa alasan utama bagi saya untuk tampil sekarang adalah untuk memberi alternatif baru dalam proses pemilihan kepemimpinan nasional. Sebenarnya, soal ini bukanlah soal saya sebagai pribadi, tetapi persoalan sebuah generasi dan sebuah bangsa yang harus terus bergerak maju. Sejak 10 tahun terakhir, pilihan-pilihan kepemimpinan nasional tidak banyak berubah. Gus Dur dan Amien Rais tampaknya masih ingin ikut pemilihan presiden tahun depan, mendampingi Presiden SBY dan Wapres Kalla serta Megawati. Begitu juga Jenderal (purn) Wiranto dan Letjen (purn) Probowo. Mungkin Sultan Hemengkubuwono X dan Letjen (purn) Sutiyoso juga akan turut serta. Saya menghormati tokoh-tokoh senior tersebut. Tapi apakah pilihan kepemimpinan nasional harus berkisar hanya di seputar mereka, sebagaimana yang terjadi setelah Soeharto lengser? Apakah di Indonesia terjadi stagnasi dalam sirkulasi kepemimpinan nasional, sehingga wajah-wajah baru tidak mungkin muncul sama sekali? Jika di Amerika Serikat muncul Obama (47 tahun) dan di Rusia ada Medvedev (44 tahun), mengapa kita tidak? Bukankah Republik Indonesia sebenarnya dipelopori oleh para tokoh yang saat itu berusia muda, seperti dr. Tjipto Mangunkusumo, HOS Tjokroaminoto, Sukarno, Hatta, Sjahrir? Somebody has to do something. Kita harus menunjukkan bahwa Indonesia adalah bangsa besar yang dinamis, berjalan mengikuti perubahan zaman dengan membuka diri terhadap berbagai kemungkinan baru. Kita harus berkata kepada para senior tersebut, we respect you, Sir and Madam. But please give some space to our new generation. Sudah saatnya generasi baru kepemimpinan di Indonesia turut serta dalam penentuan kehidupan bersama pada level politik yang tertinggi. Pemikiran seperti itulah yang memberanikan saya untuk tampil sekarang. Dengan segala kelemahan yang ada, saya bersyukur mendapat kesempatan untuk melakukannya. Memang, kalau dipikir-pikir, kata beberapa kawan dekat saya, keputusan itu agak gila sedikit. Lebih banyak beraninya ketimbang pertimbangan yang dingin dan rasional. Saya bukan menteri atau mantan menteri. Saya bukan ketua umum partai, bukan presiden atau mantan presiden, bukan jenderal berbintang, bukan anak proklamator, bukan pejabat tinggi, bukan bekas panglima TNI, bukan pula orang kaya raya atau anak orang kaya raya. â?oRizal,â? kata kawan-kawan dekat saya itu, â?oyou are a bit crazy. No, damn crazy!â? Bahkan, bukan hanya kawan-kawan saya saja, bekas guru besar saya di Columbus, AS, yang sangat saya sayangi pun, Prof. Bill Liddle, berkomentar lirih, â?othe time is not yours yet. My dear Celli (nama kecil saya), you donâ?Tt have any chance whatsoever.â? Terhadap semua itu, saya hanya bisa menjawab, â?omungkin anda benar.â? Semboyan kampanye saya pun bunyinya rada mirip, If there is a will, there is a way. Pada tahap awal ini, yang ada hanyalah kehendak, kemauan, keberanian, and almost nothing else. Terhadap Bill Liddle saya sempat membalas emailnya dengan kalimat ini: Pak Bill, the â?owillâ? is here, and I am working out the â?owayâ?. Mungkin saya akan berhasil, mungkin pula tidak. But let me say this: soalnya bukanlah kalah dan menang, sukses atau tidak. Bahkan sebenarnya, seperti saya telah saya singgung tadi, soalnya bukanlah tentang Rizal Mallarangeng atau siapa pun. Soalnya adalah soal sebuah generasi dan sebuah negri yang kita cintai
[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Utang Bertambah, Tetapi Aset Negara Tidak Makin Kaya
Gimana aset negara mau bertambah? lha wong udah banyak yang di lelang kok..bukanya privatisasi itu kata lain dari menjual set negara kepada swasta? Kemudian akalu aset dijual dari mana negara akan mandapatkan uang untuk operasional negara selanjutnya? ya tentu saja berutang. kemudian untuk membayar utang aset negara di jual lagi.. jadi ya seperti itu lah..utang..jual aset..utang..jual aset..aset nya habis, orangnya yang di jual :) Negara berutang hanya untuk menutup biaya operasional negara, bukan untuk membeli aset baru... So, coba tebak, setealah ini apa aset yang akan di jual? Pelabuhan aja pelan-pelan mulai di jual.. Salam, Ana _ From: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Lasma siregar Sent: Wednesday, July 23, 2008 11:34 AM To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Subject: Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Utang Bertambah, Tetapi Aset Negara Tidak Makin Kaya Utang bertambah tapi aset negara tidak bertambah atau dengan kata lain tidak makin kaya. Apakah ada kemungkinan aset negara bukan hanya tidak bertambah malah berkurang? Bukannya tidak makin kaya malah sebaliknya. Bagaimana kalau begini, perlu dijelaskan apa yang terjadi atau apa yang tidak pernah terjadi. Salam Las
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Ratna Sarumpaet Maju Jadi Capres 2009
Bukan latah bung roni, tapi saat ini banyak yang terpanggil jadi penyelamat Bangsa, jujur saya respek kepada para calon indenpenden dari pada para calon dari partai besar. 2008/7/24 Roni Febrianto [EMAIL PROTECTED]: Wah makin latah saja mau jadi Capres ada RM ,BS,FR,RS kalo semua mau jadi Capres nanti siapa yang bisa kritik penguasa .
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Artikel: POLITIK KAUM MUDA DAN IDEOLOGI NASIONAL
Ayo Bung Budiman, segera dijawab! PS: Jangan bikin surat macem Celi ya... hehehe 2008/7/24 Anna Marsiana [EMAIL PROTECTED]: Bung Budiman, Saya kagum dengan jawaban-jawaban dan argumentasi Anda atas pilihan Anda bergabung dengan parpol, dalam hal ini PDIP. Secara prinsip saya setuju dengan argumentasi Anda mengenai pentingnya sebuah proses pengenalan konstelasi politik dalam bahasa Anda dari hulu ke hilir. Proses seperti ini memang akan mematangkan seseorang. namun saya kira Anda pun paham, bahwa dengan sepak terjang parpol dan orang-orang di dalamnya selama ini telah membuat banyak orang --termasuk saya didalamnya-- cukup pesimistis. Apakah masih mungkin seorang individu --maaf, tidak mengecilkan Anda-- akan bisa mendatangkan pencerahan dalam sebuahparpol yang mesin-mesinnya sudah established. Demikian pula mereka yang menjalankan mesin-mesin itu? keoptimisan Anda layak diacungi jempol. Saya yakin kalau ANda berhasil mengubah wajah PDIP dan mengambalikannya kepada pemiliknya yang sah, seperti kata Anda, Rakyat-marhaen, 40% rakyat yang selama ini golput, khususnya yang kaum mudanya, akan berbondong-bondong kembali berpartisipasi secara lebih aktif dalam proses berdemokrasi melalui penggunaan hak suara. Mungkin akan berguna loh kalau Anda menguraikan sedikit gambaran peluang Anda utnuk berhasil di PDIP? Minimal, bisa jadi pemilu 2009 saya berhenti golput dan akan ikut vote buat Anda! However, maju terus buat Anda!! Salam, Anna [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Press Release: Menolak Stigmatisasi terhadap Homoseksual dalam Kasus Mutilasi
Press Release Menolak Stigmatisasi terhadap Homoseksual dan Biseksual dalam Kasus Mutilasi yang Merendahkan Martabat Kemanusiaan Kasus pembunuhan yang diduga dilakukan oleh Very Idam Henyansah atau Ryan terhadap Heri Santoso pada tanggal 17 Juli 2008 di Depok menjadi berita panas. Berita semakin kuat setelah tersangka melakukan pembunuhan karena rasa marah yang berlebihan terhadap korban. Dari pengakuan tersangka juga bahwa dirinya adalah seorang gay telah dimanfaatkan oleh media massa dan banyak pihak untuk memuat berita secara bias pada persoalan orientasi seksual. Pemberitaan-pemberitaan tersebut dan opini dari para ahli (umumnya psikolog dan kriminolog) yang dimintai pendapat tidak lagi berfokus pada kasus kriminal yang dilakukan tersangka tetapi mengkaitkan persoalan kriminal (mutilasi) dengan sikap emosi dari kelompok homoseksual, maka pandangan negatif terhadap Lesbian, Gay, Biseksual dan Transeksual/Transgender (LGBT) semakin berkembang di masyarakat secara luas. Terlebih judul dan isi berita yang diangkat tampak tidak mengerti dan menyatakan kebencian terhadap homoseksual (homofobia). Padahal tindakan melawan hukum dalam hal ini mutilasi dapat saja dilakukan oleh siapa pun. Tetapi karena tersangkanya adalah seorang homoseksual maka yang lebih dikedepankan justru orientasi seksualnya bukan tindakan melawan hukumnya. Kejadian ini akan berbeda apabila yang melakukan tindakan sama adalah heteroseksual. Situasi ini jelas sangat merugikan keberadaan kelompok homoseksual maupun biseksual secara khusus dan LGBT secara umum, di mana mereka semakin sulit untuk dapat hidup aman dan bebas dari stimanisasi dari masyarakat. Kondisi ini diperparah oleh pendapat sebagian psikolog maupun kriminolog yang ikut memperkuat stigma terhadap homoseksual dengan mengatakan kelompok ini menyimpang, tidak sehat, sehingga layak disembuhkan. Analisa ini jelas sangat bertentangan sekali dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang ada sekarang dalam melihat orientasi seksual. Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III (1993) yang sudah tidak lagi menyebutkan homoseksualitas sebagai gangguan jiwa. Dalam PPDGJ II (1983) hanya homoseksualitas ego-distonik (di mana orangnya merasa terganggu oleh homoseksualitasnya) yang digolongkan sebagai gangguan jiwa. Untuk itu kami dari gabungan masyarakat sipil yang peduli terhadap penghormatan keberagaman seksual sebagai bagian dari hak asasi manusia menyampaikan sikap sebagai berikut: 1. Rasa bela sungkawa yang sedalam-dalamnya dan turut berduka cita kepada keluarga yang menjadi korban pembunuhan dan Mutilasi. 2. Menghimbau kepada semua pihak khususnya media massa, untuk dapat memberitakan kasus kriminal yang diduga dilakukan oleh Ryan tidak dihubungkan dengan orientasi seksual yang akibatnya dapat memberikan stigmatisasi kepada kelompok homoseksual dan biseksual secara khusus dan LGBT secara umum. 3. Kepada pihak penyidik (kepolisian) yang menangani tersangka kasus Mutilasi (Ryan) untuk tetap menjunjung tinggi nilainilai kemanusiaan dalam penanganan kasus dengan tidak merendahkan pilihan orientasi seksual seseorang. 4. Meminta kepada masyarakat untuk dapat bersikap adil dalam melihat persoalan kriminal dari aspek yang lebih luas tanpa langsung menghubungkan orientasi seksual seseorang dengan tindakan yang dilakukannya. Jakarta, 24 Juli 2008 Masyarakat Sipil Peduli Penghapusan Stigmatisasi Kelompok Homoseksual dan Biseksual : Ardhanary Institute, Arus Pelangi, Forum Komunikasi Waria, Institute Pelangi Perempuan, Yayasan Jurnal Perempuan, Kalyanamitra, Kapal Perempuan, Kartini Networking, Koalisi Perempuan Indonesia, LBH Masyarakat, Our Voice, Srikandi Sejati, Violet Grey Kontak Toyo 0813-761-925-16 Agustine 0818-8080-76 [Non-text portions of this message have been removed] = Pojok Milis Forum Pembaca KOMPAS : 1.Milis FPK dibuat dan diurus oleh pembaca setia KOMPAS 2.Topik bahasan disarankan bersumber dari KOMPAS dan KOMPAS On-Line (KCM) 3.Moderator berhak mengedit/menolak E-mail sebelum diteruskan ke anggota 4.Moderator E-mail: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] 5.Untuk bergabung: [EMAIL PROTECTED] KOMPAS LINTAS GENERASI = Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to:
[Forum Pembaca KOMPAS] Kucilkan Pelaku Korupsi
http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/07/24/0153206/kucilkan.pelaku.korupsi Jakarta, Kompas - Untuk menekan korupsi makin marak di negeri ini, masyarakat bisa mengembangkan sanksi sosial bagi koruptor, seperti mengucilkan dan mempermalukan mereka. Namun, pemberlakuan sanksi sosial bagi koruptor dan keluarganya itu harus dijalankan secara alamiah. Korupsi harus dijadikan aib masyarakat. Sanksi sosial dapat dilaksanakan setelah sanksi pidana bagi pelaku korupsi dituntaskan melalui pengadilan. Demikian diungkapkan sosiolog dari Universitas Indonesia, Tamrin Amal Tomagola, Rabu (23/7) di Jakarta. Sejumlah ulama, beberapa waktu lalu, menyerukan agar tak mendoakan pelaku korupsi yang meninggal dunia. Pascaterungkapnya skandal penyuapan di Kejaksaan Agung, sejumlah pegawai kejaksaan pun mengaku malu jika memakai seragam mereka. Masyarakat di sekitar juga sering mempertanyakan âkinerjaâ kejaksaan. Tamrin menegaskan, penerapan sanksi sosial tak bisa dipaksakan. Sanksi sosial yang diserukan tokoh informal di lingkungan sekitar lebih efektif. âSetiap lingkungan punya mekanisme sendiri untuk mengungkapkan ketidaksukaannya kepada seseorang yang berbuat salah,â ujarnya. Sanksi sosial yang paling berat adalah pengucilan pelaku korupsi dari kehidupan sosial. âMasyarakat umumnya menghindari mempermalukan orang di depan umum. Namun, masyarakat meski di depan pelaku korupsi bersikap baik, tetapi di belakang mereka menolaknya,â kata Tamrin. Juru Bicara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Johan Budi SP, Rabu, menambahkan, penangkapan terhadap tersangka pelaku korupsi adalah langkah untuk membuat jera. KPK tidak pernah memikirkan mempermalukan seseorang yang diduga melakukan korupsi. Rasa malu, kata Johan, mungkin akan timbul sebagai dampak sosial dari penangkapan atas diri seseorang. Namun, itu bukan tujuan KPK. Demikian juga dengan pemutaran rekaman pembicaraan antara terdakwa dan orang lain juga bukan dilakukan untuk mempermalukan. Momentum Pemilu 2009 Ahli hukum Universitas Gadjah Mada, Zainal Arifin Mochtar, di Yogyakarta menyatakan, masyarakat bisa memanfaatkan momentum Pemilu 2009 untuk menekan korupsi di negeri ini. Sebab itu, rakyat harus memilih calon yang jujur, bukan politisi busuk. Anggota Komisi II DPR, Agus Condro Prayitno, Rabu, meminta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan contoh percepatan penyidikan korupsi. Jangan terlalu lama menahan izin pemeriksaan terhadap tersangka korupsi. (mzw/jos/ana/dik)
[Forum Pembaca KOMPAS] Pemimpin Pilihan Iklan
Oleh M Alfan Alfian http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/07/24/01130236/pemimpin.pilihan.iklan Menjelang Pemilu 2009, frekuensi iklan politik melonjak. Iklan-iklan itu tidak hanya memperkenalkan partai-partai politik, tetapi juga sosok-sosok individu politik. Tidak ada salahnya kandidat politik memasang iklan. Tujuannya agar publik mengenal dan populer. Derajat popularitas seseorang ditentukan dengan jawaban âya saya tahuâ saat ada pertanyaan dari lembaga survei. Namun, popularitas tidak sama dengan elektabilitas. Jadi, memasang iklan saja belum cukup. Inilah tinjauan dari sisi lembaga atau sosok individu. Perlu legitimasi Bagaimana dari sisi publik? Respons beragam. Di tengah situasi ekonomi yang belum membaik, publik bertanya berapa besar dan dari mana biaya iklannya. Pertanyaan itu yang sering muncul pertama kali, bukan substansi atau materi iklan. Demokrasi langsung memang mahal. Namun, biasanya psikologi publik amat dipengaruhi kondisi sosio-ekonominya. Sayang, jika uang dihambur-hamburkan untuk ongkos politik. Publik seolah dalam lautan janji saat menatap iklan-iklan politik. Janji-janji itu kerap amat hiperbolik, kurang realistis. Kalau bukan janji, pengiklan politik memosisikan diri sebagai âdewa penyelamatâ, mesias, yang bisa mengatasi semua persoalan. Karena itu, mereka memerlukan dukungan dan legitimasi. Partai dan sosok individu dalam politik perlu pencitraan. Karena itu, mereka sibuk âberdandanâ agar publik terpikat. Dalam ilmu komunikasi politik modern, penggunaan iklan hanya sebagian dari teknik komunikasi yang komprehensif. Dari sisi publik yang âsadarâ, iklan politik sebenarnya sekadar âartifisialâ atau permukaan. Ibaratnya, iklan baru sebatas label alias pengenalan merek. Karena âartifisialâ, maka yang ditawarkan belum tentu otentik. Iklan belum tentu menghasilkan pemimpin sejati. Kepemimpinan otentik Jika pemasang iklan dikatakan bukan calon pemimpin otentik, tidak 100 persen benar. Otentik atau tidak otentik pemimpin tidak terkait apakah ia memasang iklan atau tidak. Iklan hanya cara, sedangkan otentisitas kepemimpinan adalah proses. Pemimpin yang otentik terlihat dari proses panjang (track record) yang dialami sang calon. Publik yang âsadarâ akan melihat pemimpin otentik secara keseluruhan, menghitung plus-minusnya. Menurut pakar manajemen Donald H McGannon, leadership is action, not position. Pemimpin yang tidak bisa berbuat dan hanya mengandalkan âposisiâ-nya sebagaiâmisalnyaâketua partai, ekonom- sukses, ilmuwan berpengaruh, atau elite aktivis yang banyak akses tak bisa diharapkan. Kepada mereka perlu ditanyakan, pernah berbuat apa dan bisa melakukan apa? Pengalaman dan prestasi kerja sebelumnya amat penting diketahui, baik pemimpin tua maupun muda. Secara ekstrem, pemimpin otentik tidak dibuat-buat. Ia mampu merespons banyak masalah secara tepat melalui aneka improvisasi yang indah dan jitu. Para pelawak yang lebih mengandalkan improvisasi mungkin lebih otentik dibandingkan yang mengandalkan teks. Kualitas kelucuan pelawak ditentukan oleh kepandaian improvisasi yang cerdas ketimbang pembaca dan penghafal teks. Dengan demikian, kepemimpinan otentik bersifat komprehensif dan holistik. Pemimpin otentik adalah manusia pembelajar. Publik tidak boleh terjebak pada âgincuâ iklan-iklan politik, tetapi mau bersusah menyelami apa dan siapa yang diiklankan itu, berikut âkegunaannyaâ. Level-level publik Masalahnya, kita lemah dalam menimbang dan memilih pemimpin yang otentik. Namun, mereka tak dapat disalahkan saat pilihannya terbatas. Ada yang terpaksa memilih pemimpin yang dianggap âpaling baik di antara yang baikâ atau âyang dianggap baik, di antara yang tidak baikâ. Namun, pemimpin yang âbaikâ belum tentu otentik. Katakan, mereka yang mampu memilih pemimpin sejati adalah kualifikasi publik level satu. Level kedua, diisi publik primordial, kerap mengabaikan otentisitas. Kualifikasi kepemimpinan yang panjang dan kompleks dilewatkan begitu saja. Primordialitas ini kerap amat fatal, mengerucut pada pola âpejah-gesangâ. Level ketiga, diisi publik yang suka kemasan-artifisial ketimbang isi-substansi. Di sinilah partai dan sosok individu politik berpeluang meraup pendukung. Level keempat, diisi publik yang tak berdaya dan terjebak pola masokis. Sebenarnya, publik jenis ini cukup kritis, mampu mengeluh atas keadaan dan kepemimpinan, tetapi tidak sanggup untuk tidak memilih selain partai atau sosok yang pernah âmenyakitinyaâ itu. Level kelima, publik yang apatis, yang sudah tidak percaya lagi pada institusi atau sosok politik siapa pun dapat memperbaiki keadaan. Mereka tidak sekadar golput (non-votters) teknis. Idealnya, pendidikan politik terus dilancarkan agar publik juga berkualitas dalam iklim politik demokrasi langsung. Media massa juga bertanggung jawab dan berperan dalam proses pendidikan publik. Iklan-iklan politik boleh ditayangkan, tetapi ulasan media harus mencerdaskan. Pemasang iklan harus memenuhi
[Forum Pembaca KOMPAS] Rusaknya DPR
Oleh Laode Ida http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/07/24/01124178/rusaknya.dpr Ditahannya Yusuf Emir Faisal (mantan Ketua Komisi IV DPR dari Fraksi PKB) menambah jumlah politisi yang terbukti melakukan penyalahgunaan jabatan untuk mendapat uang secara ilegal dalam alih fungsi hutan Bagan Siapi-api (Sumut). Sebelumnya, yang sudah masuk ruang pesakitan adalah Al Amin Nasution (PPP) kasus alih fungsi hutan Pulau Bintan (Kepri); Bulyan Royan (PBR) kasus pengadaan kapal patroli Dephub; sejumlah mantan anggota DPR dan mantan anggota DPR yang kini menjadi pejabat negara yang terindikasi penerima aliran dana Bank Indonesia (BI). Kenyataan itu menunjukkan adanya kebusukan yang mengisi ruang-ruang di lembaga wakil rakyat. Sinyalemen bau busuk itu, yang diperkuat hasil survei lembaga Transparency Internasional Indonesia (TII) yang menempatkan DPR sebagai salah satu lembaga terkorup di Indonesia. Bukti itu tak terbantahkan. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dengan menggunakan metode dan teknologi canggih, berhasil mengungkap bagian demi bagian dari gunung es itu. Membersihkan DPR Upaya membersihkan DPR merupakan bagian dari tugas mulia dan wajib hukumnya. Mengapa? Pertama, lembaga itu merupakan salah satu simbol dari wajah bangsa ini, wajah rakyat Indonesia. Padahal, masyarakat bangsa ini, dari suku dan agama apa pun, tidak ada yang menghalalkan korupsi. Jika para politikus itu melakukan tindakan korupsi, sebenarnya mereka keluar dari habitat budaya dan kearifan asli rakyat yang diwakilinya. Tepatnya, mereka bukan wakil rakyat bangsa, tetapi wakil penjahat. Kedua, anggota DPR sudah mendapat cukup banyak uang, jauh di atas rata-rata pendapatan rakyat yang diwakili. Berbagai pendapatan diterima setiap bulan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, yakni gaji pokok, tunjangan kehormatan, uang representasi, tunjangan komunikasi, uang rapat, hingga biaya reses atau kunjungan kerja. Hanya mereka yang kehilangan nurani dan moralitas yang mau mencari tambahan dengan merampok uang negara atau pihak terkait. Ketiga, DPR merupakan penentu utama kebijakan negeri ini. Anggota DPR memiliki posisi dan kewenangan yang kuat, baik dalam pembuatan UU, penentuan anggaran negara (budgeting), pengawasan (oversight), hingga pengangkatan pimpinan lembaga-lembaga negara. Maka, orang yang ada di dalamnya seharusnya menjalankan tugas mulia, tidak berperilaku busuk. Bila mereka jahat, produk-produknya pun tak bisa dibenarkan. Kendati demikian, upaya memberantas korupsi atau penyalahgunaan jabatan di DPR bukan hal mudah. Setidaknya ada dua faktor penghambat. Pertama, diakui atau tidak, praktik seperti itu cenderung menjadi budaya dan sistem. Pihak eksekutif sebagai mitra kerja, dalam membahas RUU apalagi yang terkait persetujuan anggaran, âsudah mengertiâ atau âtahu sama tahuâ perlunya uang pelicin untuk diberikan di bawah tangan kepada para operator anggota DPR atau melalui penghubung. Jika tidak melibatkan diri dalam kebiasaan itu, jangan harap permintaannya akan disahuti alias diendapkan tanpa waktu pasti meski agenda yang diusulkan itu amat penting bagi keperluan masyarakat. Maka, daripada tak dikabulkan, lebih baik mengikuti kehendak pragmatis-materi para politikus. Padahal, semua agenda DPR juga sudah ada anggaran resminya. Artinya, meski bisa dikatakan terjebak sistem, dapat dikatakan para mitra kerja DPR (termasuk pihak daerah) juga turut berkontribusi dalam menciptakan dan memelihara kerusakan di lembaga wakil rakyat dari unsur parpol itu. Kedua, para anggota DPR ada dalam tekanan parpol asal. Bahkan, kalau mau jujur, sebagian anggota DPR âkhusus ditugaskanâ untuk mendapat dana parpol dengan berbagai cara, mulai dari strategi kasar dengan âvokal di dalam rapat dan media, lalu diatur secara damai di tempat tertentuâ, hingga cara-cara halus. Maka, posisi strategis seperti pimpinan fraksi dan komisi biasanya diperebutkan dan merupakan porsi dari figur yang lihai mencari uang. Jika tidak memenuhi target setoran, jangan harap yang bersangkutan bisa bertahan pada posisi strategisnya karena sederet anggota lainnya siap menggantikan. Hanya dengan cara itu, parpol bisa eksis, termasuk membantu âmemakmurkanâ pejabat penting di parpolnya. Tidak jera Tampaknya, kondisi seperti itu yang kemudian menjadikan sejumlah anggota DPR kini di kursi pesakitan. Namun, sebagian tampaknya belum jera, bahkan diduga kuat masih menjalankan kebiasaan buruk dan jahat, memanfaatkan kesempatan untuk memperoleh keuntungan materi secara pribadi, dan memperkaya diri selama menjadi anggota DPR. Jika masih ingin dicalonkan lagi oleh parpolnya, faktor uang amat menentukan, selain untuk ke parpol, juga membiayai dukungan konstituen dan berbagai atribut yang diperlukan untuk sosialisasi dalam proses-proses kampanye seperti sekarang. Semua keperluan itu tak mungkin dipenuhi hanya oleh pendapatan resmi, apalagi gaji mereka tiap bulan dipotong oleh parpol asal. Apa yang harus dilakukan? Diperlukan ketegasan presiden terhadap seluruh
[Forum Pembaca KOMPAS] Pintar Saja Tidak Cukup, Pekerja Pun Dituntut Kreatif
Jakarta, Kompas - Pintar saja tak cukup bagi seorang pekerja. Saat ini pekerja juga dituntut kreatif. Kreativitas membuat pekerja mampu mencari solusi dari setiap tantangan yang dihadapi perusahaan. Hal ini disampaikan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Sofyan Djalil di hadapan sekitar 800 peserta The Asia Human Resources Development (HRD) Congress 2008 di Jakarta, Rabu (23/7). Kongres yang diselenggarakan oleh SMR Group Malaysia dan PPM Manajemen ini dibuka Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla. âKreativitas sangat dibutuhkan untuk menciptakan nilai tambah sehingga kita akan lebih unggul dari pesaing lainnya. Pintar saja tidak cukup saat ini, kita harus kreatif,â kata Sofyan Djalil. Berdasarkan pengalaman membina BUMN, menurut Sofyan, mengelola perusahaan negara berbeda dengan perusahaan swasta karena banyak aturan yang harus ditaati. Hal yang lazim dilakukan pengusaha belum tentu cocok diterapkan di BUMN. Menurut Managing Director The Indo Rama Group Indonesia Amit Lohia, hubungan pimpinan dan bawahan menjadi penyebab sebagian besar kegagalan pengembangan SDM. Sikap pemimpin yang otoriter sangat berpeluang menghambat kaderisasi sumber daya manusia. Direktur PPM Manajemen Tjahjono Oerjodibroto berpendapat, lingkungan kerja yang belum terbuka terhadap persaingan kompetensi juga turut menghambat kreativitas. Berkaitan dengan HRD Congress 2008, Menteri Tenaga Kerja Malaysia S Subramaniam dan Mensesneg Hatta Rajasa menyerahkan The Asia HRD Congress Awards kepada 49 orang atas kontribusinya membangun perubahan terhadap organisasi, komunitas sumber daya manusia, masyarakat, dan upaya terhadap masyarakat selama hidup. Penerima penghargaan, antara lain, adalah CEO Kompas Gramedia Agung Adiprasetyo untuk kategori kontribusi bagi organisasi, Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nafsiah Mboi kategori kontribusi terhadap masyarakat, dan Saparinah Sadli menerima penghargaan upaya terhadap masyarakat selama hidup. (ham) http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/07/24/01552841/pintar.saja.tidak.cukup.pekerja.pun.dituntut.kreatif
[Forum Pembaca KOMPAS] SBY Nyawah di Sukamandi
Laporan Wartawan Kompas Wisnu Nugraha A http://www.kompas.com/read/xml/2008/07/24/13271529/sby.nyawah.di.sukamandi SUBANG,KAMIS - Usai membuka pekan padi nasional, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan rombongan mengelilingi areal persawahan di Balai Besar Penelitian Pertanian, Sukamandi, Subang, Jawa Barat, Kamis (23/7). Berkendaraan mobil, Presiden melintasi jalan tidak beraspal di antara demplot padi beragam jenis. Dalam perjalanan sekitar empat kilometer dengan arah berkeliling itu, Presiden dan rombongan pejabat menyempatkan diri turun meninjau demplot padi jenis bernas yang dikembangkan Sumber Alam Sutera yang disponsori Grup Arta Graha. Sebelum meninjau demplot padi bernas, Presiden mampir ke stan pameran Sumber Alam Sutera yang selain memamerkan benih unggulan mereka juga memamerkan sejumlah foto Tommy Winata bersama sejumlah pejabat termasuk Wakil Presiden Jusuf Kalla. Usai meninjau sawah berkeliling dan mampir ke demplot padi bernas, Presiden beristirahat di tengah danau buatan yang dikelilingi sawah. Presiden dan rombongan makan siang menu khas Jawa Barat diiringi alunan musik pasundan yang khas dengan sulingnya. INU Sent from my BlackBerry © Wireless device from XL GPRS/EDGE/3G Network
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Ratna Sarumpaet Maju Jadi Capres 2009
Meminjam istilah Sukardi Rinakit, Mendadak Mesias 2008/7/24 Christiono Hendrawan [EMAIL PROTECTED]: Bukan latah bung roni, tapi saat ini banyak yang terpanggil jadi penyelamat Bangsa, jujur saya respek kepada para calon indenpenden dari pada para calon dari partai besar. 2008/7/24 Roni Febrianto [EMAIL PROTECTED]roni_febrianto%40yahoo.com : Wah makin latah saja mau jadi Capres ada RM ,BS,FR,RS kalo semua mau jadi Capres nanti siapa yang bisa kritik penguasa . [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Ratna Sarumpaet Maju Jadi Capres 2009
Saya pilih Capres yang BERANI mennghapuskan KOLOM AGAMA di KTP! Salam, Mubarik 2008/7/24 Christiono Hendrawan [EMAIL PROTECTED]: Bukan latah bung roni, tapi saat ini banyak yang terpanggil jadi penyelamat Bangsa, jujur saya respek kepada para calon indenpenden dari pada para calon dari partai besar. 2008/7/24 Roni Febrianto [EMAIL PROTECTED]roni_febrianto%40yahoo.com : Wah makin latah saja mau jadi Capres ada RM ,BS,FR,RS kalo semua mau jadi Capres nanti siapa yang bisa kritik penguasa . [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Setelah Ketemu JK, TW Ketemu SBY
http://www.kompas.com/read/xml/2008/07/24/14223417/setelah.ketemu.jk.tw.ketemu.sby SUBANG, KAMIS-Setelah bertemu dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla di sela-sela kunjungan kerjanya di Sulawesi Selatan, April 2008, pengusaha Tomy Winata bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di sela-sela kunjungan kerjanya di Sukamandi, Subang, Jawa Barat, Kamis (24/7). Tomy Winata yang dalam beberapa tahun terakhir aktif berusaha mengembangkan dan memproduksi beras bertemu Presiden Yudhoyono di akhir kunjungan kerja menghadiri pekan padi nasional. Kehadiran Tomy Winata baru terlihat setelah Presiden Yudhoyono meninjau demplot padi jenis Bernas yang dikembangkan Sumber Alam Sutera tempat Tomy Winata mengembangkan pertanianya. Tomy juga terlihat saat Presiden Yudhoyono dan rombongannya makan siang usai meninjau demplot. Tommy mengantar Presiden dan rombongan meninggalkan Sukamandi.(INU) Wisnu Nugroho A Sent from my BlackBerry © Wireless device from XL GPRS/EDGE/3G Network
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua
Kalau 75% saja anggota millis ini mendukung saya, pilih saya aja deh jadi calon president. Dijamin saya akan bangun negeri semakmur-makmurnya. Nanti saya akan angkat Mas Agus Hamonangan jadi sekretaris saya, Mas Anton Djakarta jadi menteri keuangan. Siapa bersedia jadi wakil saya ? Sedikit tentang diri saya : Saya wanita berpendirian teguh, menguasai 4 bahasa : Inggris, Sunda, Palembang dan Jawa. Jadi kalau saya melakukan kunjungan ke daerah tsb kerja gak perlu pake jubir. Kata suami, saya cantik dan menarik. Pendidikan saya juga S3 ( SD, SMP, SMA ) Gimana ? Dukung saya gak ? RN - Original Message - From: Agus Hamonangan To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Sent: Thursday, July 24, 2008 2:41 AM Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua A Personal Letter to All (Rizal Mallarangeng) Saya ingin mengucapkan terima kasih atas perhatian dan simpati Anda semua, baik yang berada di tanah air maupun yang di luar negri. Dalam waktu singkat, lewat Facebook, milis-milis di internet, maupun media massa konvensional di tanah air, begitu banyak yang memberi komentar, salam persahabatan, dukungan, pertanyaan, keraguan, hingga kritik yang tajam terhadap saya. Teknologi membuka berbagai kemungkinan baru, termasuk dalam menyatukan perhatian beragam komunitas dari berbagai belahan dunia untuk menyampaikan pendapat secara cepat dan personal. Hal ini tentu perlu disambut dengan tangan terbuka. Saya minta maaf sebab tidak mungkin membalas satu persatu sapaan yang datang kepada saya. Dalam kesempatan ini, saya hanya ingin menyampaikan bahwa alasan utama bagi saya untuk tampil sekarang adalah untuk memberi alternatif baru dalam proses pemilihan kepemimpinan nasional. Sebenarnya, soal ini bukanlah soal saya sebagai pribadi, tetapi persoalan sebuah generasi dan sebuah bangsa yang harus terus bergerak maju. Sejak 10 tahun terakhir, pilihan-pilihan kepemimpinan nasional tidak banyak berubah. Gus Dur dan Amien Rais tampaknya masih ingin ikut pemilihan presiden tahun depan, mendampingi Presiden SBY dan Wapres Kalla serta Megawati. Begitu juga Jenderal (purn) Wiranto dan Letjen (purn) Probowo. Mungkin Sultan Hemengkubuwono X dan Letjen (purn) Sutiyoso juga akan turut serta. Saya menghormati tokoh-tokoh senior tersebut. Tapi apakah pilihan kepemimpinan nasional harus berkisar hanya di seputar mereka, sebagaimana yang terjadi setelah Soeharto lengser? Apakah di Indonesia terjadi stagnasi dalam sirkulasi kepemimpinan nasional, sehingga wajah-wajah baru tidak mungkin muncul sama sekali? Jika di Amerika Serikat muncul Obama (47 tahun) dan di Rusia ada Medvedev (44 tahun), mengapa kita tidak? Bukankah Republik Indonesia sebenarnya dipelopori oleh para tokoh yang saat itu berusia muda, seperti dr. Tjipto Mangunkusumo, HOS Tjokroaminoto, Sukarno, Hatta, Sjahrir? Somebody has to do something. Kita harus menunjukkan bahwa Indonesia adalah bangsa besar yang dinamis, berjalan mengikuti perubahan zaman dengan membuka diri terhadap berbagai kemungkinan baru. Kita harus berkata kepada para senior tersebut, we respect you, Sir and Madam. But please give some space to our new generation. Sudah saatnya generasi baru kepemimpinan di Indonesia turut serta dalam penentuan kehidupan bersama pada level politik yang tertinggi. Pemikiran seperti itulah yang memberanikan saya untuk tampil sekarang. Dengan segala kelemahan yang ada, saya bersyukur mendapat kesempatan untuk melakukannya. Memang, kalau dipikir-pikir, kata beberapa kawan dekat saya, keputusan itu agak gila sedikit. Lebih banyak beraninya ketimbang pertimbangan yang dingin dan rasional. Saya bukan menteri atau mantan menteri. Saya bukan ketua umum partai, bukan presiden atau mantan presiden, bukan jenderal berbintang, bukan anak proklamator, bukan pejabat tinggi, bukan bekas panglima TNI, bukan pula orang kaya raya atau anak orang kaya raya. â?oRizal,â? kata kawan-kawan dekat saya itu, â?oyou are a bit crazy. No, damn crazy!â? Bahkan, bukan hanya kawan-kawan saya saja, bekas guru besar saya di Columbus, AS, yang sangat saya sayangi pun, Prof. Bill Liddle, berkomentar lirih, â?othe time is not yours yet. My dear Celli (nama kecil saya), you donâ?Tt have any chance whatsoever.â? Terhadap semua itu, saya hanya bisa menjawab, â?omungkin anda benar.â? Semboyan kampanye saya pun bunyinya rada mirip, If there is a will, there is a way. Pada tahap awal ini, yang ada hanyalah kehendak, kemauan, keberanian, and almost nothing else. Terhadap Bill Liddle saya sempat membalas emailnya dengan kalimat ini: Pak Bill, the â?owillâ? is here, and I am working out the â?owayâ?. Mungkin saya akan berhasil, mungkin pula tidak. But let me say this: soalnya bukanlah kalah dan menang, sukses atau tidak. Bahkan sebenarnya, seperti saya telah saya singgung tadi, soalnya bukanlah tentang Rizal
[Forum Pembaca KOMPAS] Kejahatan Cyber Tinggi
Jakarta, Kompas - Kejahatan cyber di Indonesia masih cenderung tinggi meskipun aturan perundangan mengenai informasi teknologi telah dibuat. Pengaduan soal kejahatan cyber di Indonesia datang dari sejumlah negara di dunia. Praktik kejahatan cyber telah menjadi sumber pendapatan utama bagi pelakunya. âInternet bagi masyarakat telah menjadi second life. Dan, segala bentuk kejahatan pun terus bertransformasi menjadi kejahatan cyber, mulai penipuan, kejahatan seksual pornografi anak, sampai terorisme,â kata Komisaris Besar Petrus Reinhard Golose, Kepala Unit Cyber Crime, Direktorat Ekonomi Khusus, Badan Reserse Kriminal Mabes Polri, Rabu (23/7). Berdasarkan data Unit Cyber Crime Mabes Polri, pada kurun waktu 2006-2008 telah masuk 55 laporan kejahatan cyber dari 17 negara. Kerap kali, laporan sulit diproses karena korban tidak dapat datang ke Indonesia untuk membuat laporan resmi secara langsung dan menjalani pemeriksaan sebagai saksi korban. Golose menambahkan, gejala kejahatan cyber ini bisa makin merebak dengan mudah karena jenis kejahatan itu tidak menimbulkan fear of crime, rasa ketakutan yang menghantui masyarakat. Meskipun begitu, kerugiannya bisa sangat besar. Jadi sumber nafkah Kasus terbaru yang ditangani polisi, yaitu penipuan melalui situs berkedok penjualan barang. Kasus ini menimpa Chumpon Korp Phaibun, warga negara Thailand. Chumpon tertipu oleh sebuah situs Indonesia, yakni www.henbing.com. Melalui situs itu Chumpon bertransaksi membeli sebuah jet ski seharga 19.520 dollar Amerika. Namun, setelah mengirimkan uang ke dua rekening di Bank Mandiri, jet ski pesanannya tidak juga datang. Penyidik Polri akhirnya mendatangi Chumpon ke Bangkok setelah dia bersedia menjalani pemeriksaan. Dari penyelidikan dan penyidikan polisi di internet, akhirnya polisi berhasil menangkap tersangka pelaku Ronal Lubis (28) dan Bayu (26) awal Juli. âRonal, operator situs itu, berpenghasilan utama dari praktik cyber crime karena hasilnya sangat besar. Satu korban saja bisa ribuan dollar (AS). Dia punya usaha kecil-kecilan fotokopi, tapi itu cuma kedok. Dari usaha fotokopi itu tidak mungkin dia bisa sering berlibur ke luar negeri,â kata Golose. Penyidik meyakini korban Ronal sudah cukup banyak karena dia memiliki enam situs lainnya yang digunakan untuk menipu. Menurut Golose, salah satu kendala yang selalu dihadapi polisi dalam mengungkap perkara adalah pelaku mudah membuat KTP palsu untuk membuka rekening bank. Setiap pelaku kejahatan penipuan di internet selalu memiliki rekening bank. Bahkan, Ronal memiliki enam rekening di Bank Mandiri dan satu rekening di Bank Niaga. Oleh karena itu, masyarakat diimbau lebih berhati-hati melakukan transaksi melalui internet sekalipun telah lahir Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik. âTetap harus think before click, pikir dulu sebelum klik transaksi,â ujar Golose. (SF) http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/07/24/02111461/kejahatan.cyber.tinggi
[Forum Pembaca KOMPAS] Lima PNS Bea dan Cukai Dipecat
Jakarta, Kompas - Lima pegawai negeri sipil atau PNS di Kantor Pelayanan Umum Bea dan Cukai Tanjung Priok di berhentikan dari statusnya sebagai PNS. Mereka kedapatan menerima uang suap saat inspeksi mendadak Komisi Pemberantasan Korupsi di Kantor Pelayanan Umum Bea dan Cukai Tanjung Priok pada 30 Mei lalu. âItu adalah sanksi yang terkait dengan administrasi kepegawaian. Adapun sanksi yang terkait pidana akan diteruskan oleh KPK,â ujar Inspektur Jenderal Departemen Keuangan Permana Agung di Jakarta, Rabu (23/7). Dalam inspeksi mendadak tersebut, petugas KPK menemukan sejumlah amplop berisi uang senilai Rp 500 juta. Uang tersebut diduga sebagai dana suap yang diberikan pengguna jasa kepabeanan di Tanjung Priok kepada petugas Kantor Pelayanan Umum (KPU) Tanjung Priok. Terkait temuan itu, empat pejabat fungsional pemeriksa dokumen (PFPD) KPU Tanjung Priok dibebastugaskan. Namun, dalam pemeriksaan, akhirnya ditetapkan lima tersangka. Hingga kini, tak satu pun pejabat Depkeu yang bersedia menyebutkan identitas lima orang tersebut. Namun, ada lima orang yang sedang diperiksa KPK. Mereka adalah PI, EI, N, E dan M. âHasil pemeriksaan kami (Inspektorat Jenderal Depkeu) sudah diserahkan kepada Menteri Keuangan pada 25 Juni 2008. Kemudian Menteri Keuangan menindaklanjuti ke Sekretariat Jenderal untuk dibuatkan surat keputusan resmi,â ujar Permana. Surat pemberhentian, kata Permana, saat ini masih diproses di Biro Kepegawaian Depkeu. Diberhentikannya lima PFPD tersebut, menurut Dirjen Bea dan Cukai Anwar Suprijadi, tidak akan mengganggu pelayanan di Tanjung Priok. âSebab, sejak awal, mereka sudah dibebastugaskan. Posisinya sudah diganti pegawai lain. Saat ini saya menunggu berita acara hasil pemeriksaan Itjen,â ujar Anwar. (OIN) http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/07/24/01535266/lima.pns.bea.dan.cukai.dipecat
[Forum Pembaca KOMPAS] Adhie Massardi Diperiksa Polisi Terkait Ferry Yuliantono
http://www.kompas.com/read/xml/2008/07/24/14252514/adhie.massardi.diperiksa.polisi.terkait.ferry.yuliantono JAKARTA, KAMIS-Adhie Massardi, mantan juru bicara kepresidenan di era pemerintahan Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, diperiksa penyidik polisi di Badan Reserse Kriminal Mabes Polri, Kamis siang (24/7). Adhie diperiksa sebagai saksi terkait tersangka Ferry Yuliantono, Sekjen Komite Bangkit Indonesia (KBI), yang disangka polisi terlibat dalam aksi unjuk rasa anarkis Mei-Juni 2008 lalu. Saya ditanya soal kegiatan KBI. KBI ini kan gerakan intelektual. Pekerjaannya seminar, diskusi, bikin artikel yang sehubungan dengan gagasan Rizal Ramli, tutur Adhie, di sela-sela jeda waktu pemeriksaan di Bareskrim. Adhie menambahkan, dirinya di KBI tidak masuk dalam struktur namun hanya sebatas deklarator organisasi tersebut. Adhie bersedia sebagai deklarator karena menurutnya pemikiran Gus Dur sama dengan pemikiran Rizal Ramli. Ketika ada upaya mengaitkan KBI dengan aksi-aksi demo ya enggak akan ketemu karena memang kegiatan kami kegiatan intelektual, ujar Adhie. Adhie mengaku, penyidik polisi juga mengajukan pertanyaan sejak kapan dirinya mengenal Rizal Ramli. Sehingga saya menyimpulkan bahwa sebenarnya kan yang ditarget ini Pak Rizal Ramli karena dia sekarang ini tokoh oposisi paling dikenal. Dengan munculnya pertanyaan itu apa hubungannya, saya kan sebagai saksi untuk Ferry. Tapi kenapa pertanyaannya kapan kenal Rizal, ujar Adhie. Adhie saat ini masih menjalani proses pemeriksaan sejak pukul 11.00. Selain Adhie, polisi juga memeriksa saksi Hendri Saparini, Direktur Pelaksana ECONIT, suatu lembaga penelitian ekonomi yang juga dibentuk Rizal Ramli. (SF) Sarie Febriane Sent from my BlackBerry © Wireless device from XL GPRS/EDGE/3G Network
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Track Record Rizal Mallarangeng: Calon Presiden Save Our Nation?
Karena kedekatan antara Rizal Malarangeng dan Aburrizal Bakrie, apakah bisa diprediksi seandainya RM terpilih sebagai pemimpin, maka masyarakat korban lumpur Lapindo akan semakin terkalahkan? Mampukah RM melepaskan diri dari jeratan sikap balas budi pada AB? riyanto - Original Message From: Satrio Arismunandar From: A Nizami [EMAIL PROTECTED] com Date: Thursday, July 24, 2008, 9:01 AM Rizal Mallarangeng mencalonkan diri jadi Capres? Iklannya Save our Nation sering muncul di Metro TV dengan nada simpatik seolah-olah peduli pada rakyat. Padahal dari berbagai berita di media massa, Rizal Mallarangeng jadi tim perunding rebutan blok Migas Cepu antara Pertamina dengan Exxon Mobil yang berakhir dengan penyerahan Blok Cepu ke Exxon. Kemudian Rizal Mallarangeng turut dalam iklan mendukung kenaikan harga BBM tahun 2005 yang mencapai 125%. Itukah cara Rizal untuk mensejahterakan rakyat Indonesia? Menyelamatkan bangsa Indonesia? Save our Nation?
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Essay - Kurangi pergi haji dan umroh....
iya sih, intinya saya setuju sekali. meskipun masih ada toleransi dalam hati saya kalau beliau2 itu naik haji kembali setelah bertahun2 kemudian. soalnya kata yang pernah naik haji nih, kalau udah pernah ke sana tuh akan selalu timbul kerinduan untuk kembali lagi...(iya gak pak dan bu haji?) nah yang lebih perlu di'sentil' juga adalah mereka2 yang sok wira-wiri ke luar negeri yang tidak urgent urusannya... liburan sekolah ke luar negri,� beli baju ke singapura, beli parfum k prancis,... jangan2 mau dinner janjian d luar negri pula... betul gak � --- On Thu, 7/24/08, Lasma siregar [EMAIL PROTECTED] wrote: From: Lasma siregar [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Essay - Kurangi pergi haji dan umroh. To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Date: Thursday, July 24, 2008, 4:33 AM Essay ini menarik sekali buat direnungkan saat ini! Tuhan tak bakal merubah nasib kalau kita ini kerjanya cuma wira wiri naik haji, umroh saja Perlu kerja keras membuat sesuatu yang nyata yang bisa berguna dalam kehidupan bangsa! Bagaimana pendapat atau pengalaman kalian tentang naik haji, umroh berkali-kali? Apakah semacam addiction atau bagaimana sih? Setuju sekali dengan penulis essay Satrio Arismunandar! Salam Las = Pojok Milis Forum Pembaca KOMPAS : 1.Milis FPK dibuat dan diurus oleh pembaca setia KOMPAS 2.Topik bahasan disarankan bersumber dari KOMPAS dan KOMPAS On-Line (KCM) 3.Moderator berhak mengedit/menolak E-mail sebelum diteruskan ke anggota 4.Moderator E-mail: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] 5.Untuk bergabung: [EMAIL PROTECTED] KOMPAS LINTAS GENERASI = Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Balasan: [Forum Pembaca KOMPAS] Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua From: Adyanto Aditomo
Mana yg kadar ragunya lbh tinggi, tokoh HAMLET-nya Shakespeare atau tokoh yg bapak sebutkan di bwh ini? Bahwa SBY ternyata seorang peragu dalam mengambil keputusan yang sangat strategis, bukanlah penyebab utama ketidak efektifan pemerintahhannya, tetapi hanya memperburuk situasi saja. ED Sent from my BlackBerry® wireless device from XL GPRS network = Pojok Milis Forum Pembaca KOMPAS : 1.Milis FPK dibuat dan diurus oleh pembaca setia KOMPAS 2.Topik bahasan disarankan bersumber dari KOMPAS dan KOMPAS On-Line (KCM) 3.Moderator berhak mengedit/menolak E-mail sebelum diteruskan ke anggota 4.Moderator E-mail: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] 5.Untuk bergabung: [EMAIL PROTECTED] KOMPAS LINTAS GENERASI = Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Essay - Kurangi pergi haji dan umroh....
kalau saran saya malah sebaliknya. pergilah haji setiap tahun. Ini penting untuk mencucian dosa. bukan begitu bu nur? btw perasaan saya kenal deh dengan bu nur. kita pernah ketemu di mana ya? gs --- On Thu, 7/24/08, Nurani Guntoro [EMAIL PROTECTED] wrote: From: Nurani Guntoro [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Essay - Kurangi pergi haji dan umroh To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Date: Thursday, July 24, 2008, 3:55 AM iya sih, intinya saya setuju sekali. meskipun masih ada toleransi dalam hati saya kalau beliau2 itu naik haji kembali setelah bertahun2 kemudian. soalnya kata yang pernah naik haji nih, kalau udah pernah ke sana tuh akan selalu timbul kerinduan untuk kembali lagi...(iya gak pak dan bu haji?) nah yang lebih perlu di'sentil' juga adalah mereka2 yang sok wira-wiri ke luar negeri yang tidak urgent urusannya... liburan sekolah ke luar negri,� beli baju ke singapura, beli parfum k prancis,... jangan2 mau dinner janjian d luar negri pula... betul gak
[Forum Pembaca KOMPAS] Undangan 13th Ultah Jurnal Perempuan Diskusi Merayakan Keberagaman
FYI UNDANGAN 13tahun Yayasan Jurnal Perempuan (25 Juli 1995-25 Juli 2008) “Merayakan Keberagaman” Yayasan Jurnal Perempuan mengundang Anda dalam Diskusi Publik dengan tema “Merayakan Keberagaman” yang akan diselenggarakan pada: Hari/tanggal : Jumat, 25 Juli 2008 Waktu : 18.00 WIB (diawali makan malam) Tempat : Le Mereiden Hotel, Jl. Jenderal Sudirman Kav. 18-20, Jakarta Narasumber : KH Abdurrahman Wahid, Nia Dinata, Ignas Kleden, Gadis Arivia, Mohamad Guntur Romli, Lies Marcoes-Natsir (Moderator) Indonesia adalah negeri yang terbentuk dari keberagaman: budaya, agama, kepercayaan, etnik, adat-istiadat, tradisi dan bahasa. Elemen-elemen yang beragam ini bediri dalam posisi yang setara. Tidak satu pun, satu etnik, agama atau adat yang menjadi dominan dan berkuasa. Menyebut Indonesia, tidak bisa merujuk pada satu daerah, satu adat, atau satu agama. Indonesia adalah kumpulan dari keberagaman itu yang berjajar secara rapi, saling melindungi dan menghormati. Indonesia tersusun dari warisan historis yang telah membentang sejak lama, dari warisan kepercayaan kuno; percaya pada kekuatan alam dan arwah, Hindu, Budha, Islam, Kristen, di setiap warisan itu pula, budaya hingga peradaban yang berdasarkan keyakinan, kepercayaan dan agama berdiri di Nusantara. Warisan geografis juga memperkaya budaya dan adat istiadat Indonesia. Dengan sebutan Nusantara yang berarti “antara pulau-pulau (nusa)”, setiap kawasan dan daerah memberikan corak dan karakter tradisi yang bermacam-macam. Setiap daerah yang sering kali hidup suatu etnik, memiliki pandangan hidup, adat-istiadat, sistem sosial dan kepercayaan yang berbeda dari daerah yang lain. Inilah pengaruh alam dan lingkungan terhadap manusia yang menjadikan mereka berbeda-beda. Begitu pula konteks kesetaraan dalam gender, hubungan antara lelaki dan perempuan yang dapat dikatakan sebagai keragaman jenis kelamin. Konteks ini memiliki korelasi yang sangat erat bagaimana kebudayaan yang tidak menghormati keberagaman akan berefek pada penindasan terhadap perempuan. Perempuan-perempuan lokal misalnya akibat peraturan yang menyeragamkan dalam cara berbusana dan menganggap tubuh perempuan adalah sumber maksiat, mereka menjadi pihak yang terstigmatisasi atau dianggap bersalah karena cara berpakaian mereka yang lokal, yang tidak mengikuti mainstream kebijakan. Ini baru salah satu persoalan hubungan antara menghormati keberagaman dengan posisi perempuan. Dalam rangka menyukuri 13 tahun berdirinya Yayasan Jurnal Perempuan, kami ingin menggali kembali nilai-nilai keberagaman tersebut yang kami wujudkan dalam bentuk Diskusi Publik yang mengambil tema “Merayakan Keragaman”, sebagai bentuk syukur kita terhadap keberagaman yang sudah hidup di Indonesia, dan 13 tahun usia Yayasan Jurnal Perempuan. Kontak Azizah: 0818-064-88- 463 [EMAIL PROTECTED] uan.com www.jurnalperempuan .com Not happy with your email address? Get the one you really want - millions of new email addresses available now at Yahoo! __ Not happy with your email address?. Get the one you really want - millions of new email addresses available now at Yahoo! http://uk.docs.yahoo.com/ymail/new.html [Non-text portions of this message have been removed]
RE: [Forum Pembaca KOMPAS] Ratna Sarumpaet Maju Jadi Capres 2009
yang ini .. track record dan apa yg ditulisnya ..cukup baikutk dipertimbangkan ayo rinci terus rencanamu , kita tunggu blue printnya kalau rm mah mempertimbangkan aja ogah,trackrecornya gak mantap.. HS At 02:28 AM 7/24/2008, you wrote: Kawan-kawan di FPK, Berikut isi pidato politik yang saya bacakan tadi malam di Galery Cemara6 seperti diberitakan di Kompas. Mohon doa dan dukungannya. Partai yang kami undang memang tidak ada yang hadir. tapintelnya banyak sekali. bersaing dengan jumlah pers + tamu, hehehe Salam, Ratna Sarumpaet. INDONESIA YANG PUNYA HARGA DIRI Apakah kehilangan terbesar bangsa Indonesia dalam kondisinya yang seburuk sekarang, terjajah oleh kekuatan asing, terpuruk secara ekonomi, korup, menuai hutang dan melahirkan kemiskinan? Hilangnya �harga diri bangsa�. Kegagalan Negara memahami dan menberdayakan kekayaan dan kekuatan bangsa, serta kesalahan Negara memaknai kebudayaan, adalah indikator kegagalan Negara memerdekakan rakyat dari belenggu ketidak adilan dan menjadi penyebab gagalnya Negara membendung terjadinya pergeseran budaya, tersingkirnya kearifan lokal, hilangnya nilai�nilai moral, harga diri, harkat dan martabat bangsa. Kebenaran menjadi sesuatu yang langka. Tatanan ideal yang dicita - citakan para pendiri bangsa bergeser dari akar (substansi) yang seharusnya, tercerabut dari tempatnya. Agama, media massa, dunia kampus yang seharusnya berdiri sebagai tonggak penjaga nilai, menjadi rancu, ditekan oleh desakkan kekuatan modal, menjadi komoditas politik ekonomi dan menjadi wahana selebritas. Tempat ibadah tak lagi menjadi tempat memperoleh kedamaian. Secara umum masyarakat menyikapi acuh tak acuh terhadap moral, namun sekaligus emosional. Penghormatan pada perbedaan yang menjadi salah satu prinsip agama pudar. Stabilitas nasional serta solidaritas berbangsa terancam. Kemajuaan teknologi komunikasi dan media massa yang di satu sisi kita butuhkan untuk kemajuan bangsa, justru mempercepat proses disintegrasi dan merangsang bermunculannya kecurigaan antar kaum. Masyarakat tak lagi menyadari perubahan perilakunya yang telah tercerabut dari akar budayanya sendiri. Budaya instan, konsumtif, budaya saling curiga dan budaya kekerasan seolah menjadi ciri masyarakat kita dan korban yang paling tragis dari merebaknya budaya kekerasan adalah kaum perempuan dan anak-anak. Seluruh kenyataan itu secara tragis ikut menabrak kepatutan tatanan politik dan menodai demokrasi. Demokrasi yang diperjuangkan dengan susah payah itu pada ahkirnya tidak lebih hanya menjadi alat melegitimasi kepentingan-kepentingan pemodal kuat dan kekuatan politik masa lalu yang dulu menyengsarakan rakyat. Demokrasi hanya menghasilkan negosiasi politik (uang) yang berimbas pada pelemahan hukum dan keadilan. Atas nama demokrasi orang-orang yang diduga terlibat dalam kejahatan ekonomi, hukum dan HAM - bebas mengejar puncak kekuasaan. Para konglomerat hitam bebas memasuki kebijakan-kebijakan pemerintah dan parlemen, Dan Pemilu pada akhirnya hanya menjadi ajang pesta pora elite yang memberikan mimpi dan janji - janji, tidak menjadi media aspirasi keinginan tertinggi rakyat - dan menyakitkan. Untuk itu, bagi seluruh bangsa Indonesia yang menginginkan bangsa ini kembali berdiri tegak dengan harga diri yang utuh, tidak ada jalan selain bangkit bersama. Bersama-sama kita koreksi semua kesalahan yang telah dilakukan selama ini, untuk tidak kembali terulang. Bersama-sama mendudukkan apa yang kedepan menjadi dasar kita berbangsa serta menegaskan bagaimana dan oleh siapa bangsa ini layak di kelola. Untuk itu harus ada keberanian dari semua pihak untuk menghentikan segala bentuk ke�aku�an, egoisme pribadi dan kelompok. Berhenti merasa diri paling kuat dan paling benar dan mau dengan rendah hati membuka mata betapa kenyataan bangsa yang kita cintai ini sudah terlalu buruk untuk seseorang atau sekelompok orang merasa pantas menepuk dada menganggap diri mampu menyelesaikan semua persoalan. Dan siapapun diatara anak-anak bangsa yang berniat maju untuk memimpin bangsa ini kedepan, siapapun, apapun sukunya, agamanya, tua atau muda, laki-laki atau perempuan, dia harus memiliki beberapa standart keberanian : 1. Keberanian untuk berhenti menjual dan menjaja-jajakan kemiskinan rakyat sebagai alat meraih kekuasaan - tanpa kemauan mengakui kalau kemiskinan yang menyudutkan mereka bermula dari miskinnya kemauan para penyelenggara Negara menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang mandiri. 2. Keberanian mengakui kalau kemiskinan kita secara ekonomi yang membuat kita sekarang ini menjadi bangsa yang kehilangan harga diri bermula dari kemiskinan moral, pupusnya nilai-nilai budaya, tersingkirnya kearifan local, miskinnya kesadaran para pemimpin bangsa menghargai kekayaan dan kekuatan kita sebagai bangsa. 3. Keberanian mengakui kalau selama puluhan tahun para penyelenggara negara bangsa ini sadar atau tidak telah mengabaikan kewajibannya tunduk pada UUD45 dan filosofi bangsa, Pancasila. Dalam pembukaan UUD45 jelas teruang
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua
anda benar rekan Sohib. tidak perlu jauh-jauh, dalam perusahaan saja banyak stigma begini. memang tidak semua, tapi mayoritas dan kecenderungannya ada. kalau boss atau pemilik perusahaan orang dari suatu suku, biasanya posisi direktur, manager dan supervisor dan posisi kuncinya dari suku yang sama. nah .. bagian posisi-posisi yang tidak penting dan tidak punya wewenang apa-apa baru diisi oleh suku lainnya. kalau ada dari suku lain yang menonjol dan cocok atau bisa menduduki posisi kunci, pasti tidak dimuluskan jalannya. salam, djs - Original Message From: sohibmachmud [EMAIL PROTECTED] To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Sent: Thursday, 24 July, 2008 7:36:49 AM Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua membaca ide rizal ini sangat positif, keberanian generasi muda secara terbuka mencalonkan diri patut diacungi dua jempol. ini akan memberi inspirasi generasi muda lainnya utk tampil. hanya satu point yg ingin saya sampaikan khusus utk rizal maupun kandidat lainnya. berandai2 jika anda jadi ri 1 apakah anda bisa melepaskan stigma bahwa pemimpin dari daerah sangat kental kesukuan dan nepotisme. fakta ini bisa dilihat dari pendahulu2 spt JK sampai ada istilah the makassar connections. ini mungkin bisa menjadikan point kampanye anda bahwa anda berjanji mampu membebaskan diri dari kesukuan atau daerahisme. sohib
RE: [Forum Pembaca KOMPAS] Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua
Janganlah hanya karena kita suntuk dengan para tokoh tua, lalu kita terlena dengan yang muda-muda. Kita lihat dulu isinya apa. Salam Mulyadi --- On Wed, 7/23/08, Binny Buchori [EMAIL PROTECTED] wrote: From: Binny Buchori [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [Forum Pembaca KOMPAS] Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Date: Wednesday, July 23, 2008, 9:33 PM Wah, dahsyat betul surat dari bung Celi. Kok argumennya sama pas dengan rekan kita yang lain: Fadjroel, saatnya orang muda� nah buat saya dilematis nih, kalau saya setuju dengan kredo orang muda, maka dua-duanya harus saya dukung, demi agar aken halnya orang tua tidak kita permungkinkan lagi untuk maju�.nah padahal kita akhirnya harus pilih salah satu kan? Siapa ya? = Pojok Milis Forum Pembaca KOMPAS : 1.Milis FPK dibuat dan diurus oleh pembaca setia KOMPAS 2.Topik bahasan disarankan bersumber dari KOMPAS dan KOMPAS On-Line (KCM) 3.Moderator berhak mengedit/menolak E-mail sebelum diteruskan ke anggota 4.Moderator E-mail: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] 5.Untuk bergabung: [EMAIL PROTECTED] KOMPAS LINTAS GENERASI = Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: Balasan: [Forum Pembaca KOMPAS] Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua
SBY bukan peragu tetapi hati2 agar tidak terjadi gejolak yang lebih besar. Misalnya soal Pilkada Maluku, SBY harus bijaksana menentukan pemenang tampa melihat kecurangan kedua belah pihak, karena memilih salah satu akan menyebabkan terjadi protes yang bisa mengorbankan jiwa ( beberapa jiwa), lebih baik menunda sampai kedua belah pihak tenang atau ditenangkan. rzain --- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote: Mana yg kadar ragunya lbh tinggi, tokoh HAMLET-nya Shakespeare atau tokoh yg bapak sebutkan di bwh ini? Bahwa SBY ternyata seorang peragu dalam mengambil keputusan yang sangat strategis, bukanlah penyebab utama ketidak efektifan pemerintahhannya, tetapi hanya memperburuk situasi saja. ED Sent from my BlackBerry� wireless device from XL GPRS network
RE: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Catatan Pinggir Goenawan Mohammad (Majalah Tempo, Edisi. 22/XXXVII/21 - 27 Juli 2008)
Saya hargai GM dan Tempo saat benar2 berjuang utk kebaikan. Tetapi saya kurang bisa menghargai sikap ambivale majalah Tempo yg tak bisa menolak kesadaran dirinya sebagai penerima kemasan kebohongan Lapindo dalam iklannya. Sampai DR. Andang Bachtiar yg dipelintir ucapannya protes tapi tdk digubris. Bahwa kemasan indah para pembohong juga menjadikan pers sebagai bungkusnya. Maka kemudian hari ini yg tersisa hanya sekeping harapan keajaiban Tuhan. Belum tentu Fadjroel dan Budiman akan menjadi seperti mimpi rakyat negeri ini. Dahulu banyak harapan kepada Mega atau Gus Dur, tapi akhirnya harapan itu hancur juga ketika mereka berkuasa.
[Forum Pembaca KOMPAS] BERBURU PAJAK BERBASIS DATA PBB
Rasanya sangat berlebihan bila otoritas pajak menguber orang hingga ke rumah. Tanpa harus menguber hingga ke rumah-rumah pun, rakyat sudah dibebani 1001 macam pajak. Beli barang kena pajak, makan di rumah makan kena pajak, punya properti kena pajak, simpanan Bank kena pajak, gaji kena pajak, dan masih bejibun pajak lain yang harus ditanggung rakyat. Seorang teman nyeletuk, mungkin tinggal, maaf, kentut saja yang bebas pajak. Lha kok masih saja masih saja nguber-nguber rakyat supaya bayar pajak? Pajak apa lagi? Janganlah rakyat ini diperas habis-habisan hingga tinggal tulang dan kentut thok. Jangan hanya agar para elit kekuasaan bisa tetap menikmati standar kemewahan yang telah dinikmati saat ini, rakyat dipaksa membayar 1001 macam pajak. Kalau cuma untuk mengisi pundi-pundi emas negara, masih banyak alternatif lain. Menyita harta koruptor, menuntaskan Megakorupsi BLBI, mereformasi KK Migas, menghemat fasilitas bagi para elit kekuasaan, misalnya. Rezim baru hasil pemilu 2009 harus bisa mengembalikan skema wajib pajak seperti era Soeharto. Nomor Pokok cukup dimiliki para profesional dan usahawan, sementara kaum pegawai tidak perlu Nomor Pokok karena toh sudah otomatis dipotong PPh lewat slip gaji. Skema pajak Orba ini lebih adil dan menentramkan, menyederhanakan administrasi, menghemat SDM, dan mengurangi potensi pemerasan oknum pajak terhadap rakyat. Rezim baru pasca 2009 nanti juga harus mau merombak angka PTKP yang sungguh tidak manusiawi. Setidaknya PTKP harus berkisar pada angka minimal 5 juta rupiah perbulan. Wassalam [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua
Buat aja aturan begini: Presiden tidak mendapat gaji dan fasilitas apapun dari negara. Kerja mereka sukarela. Untuk biaya hidup mereka harus kerja yang lain lagi. Presiden sama seperti Pak atau Bu RT yang tidak dapat apa-apa dari kerjanya, meskipun sudah bekerja setengah hidup ngurus negara. Kalau ada aturan begitu, masih mau gak mereka berebut jadi presiden? Kalau masih mau, baru kelihatan deh bahwa mereka benar-benar ingin jadi presiden hanya untuk memajukan negara. Salam Mulyadi --- On Thu, 7/24/08, Rizka [EMAIL PROTECTED] wrote: From: Rizka [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Date: Thursday, July 24, 2008, 1:28 AM Bagi saya tua atau muda gak perduli. Yang penting punya misi ikhlas yang betul-betul keluar dari hati nurani untuk membangun bangsa ini. Jangka pendek yang saya harapkan saat ini adalah bagaimana caranya kemiskinan dinegeri ini lenyap. Hilangkan para gepeng dengan cara manusiawi dan tempatkan mereka ditempat yang layak. Tidak ada lagi anak-anak kecil berkeliaran dijalan raya. Rizal Mallarangeng cocoknya jadi sekertaris RT aja. Orang bijak biasanya banyak kerja, bukan banyak omong. Salam RN
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua
iya kalau presidennya ga digaji terus dia ngerjain semuanya dengan ikhlas? kalau kayak gini gimana? ga pa pa ga digaji, yang penting obyekan sana sini lancar, anak obyekannya lancar, istri maju terus, konco konco kroni kroni semuanya kenyang. nah lho hehehehehehe Aryo Satyo Ramadhani http://ramagoo.blogspot.com 2008/7/24 stephanus Mulyadi [EMAIL PROTECTED]: Buat aja aturan begini: Presiden tidak mendapat gaji dan fasilitas apapun dari negara. Kerja mereka sukarela. Untuk biaya hidup mereka harus kerja yang lain lagi. Presiden sama seperti Pak atau Bu RT yang tidak dapat apa-apa dari kerjanya, meskipun sudah bekerja setengah hidup ngurus negara. Kalau ada aturan begitu, masih mau gak mereka berebut jadi presiden? Kalau masih mau, baru kelihatan deh bahwa mereka benar-benar ingin jadi presiden hanya untuk memajukan negara. Salam Mulyadi [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Anindya: No Comment Soal Pernikahan Mewah Sepupunya
AKARTA, KAMIS - Menanggapi kritikan yang beredar seputar pernikahan sepupunya, Adinda Bakrie-Seng-Hoo Ong , Anindya Novyan Bakrie memilih no comment ketika ditanya Kompas.com, Kamis (24/7) di Jakarta. Saya no comment deh, tutur Anindya. Menurutnya, apa pun yang ia katakan mengenai seputar pernikahan Adinda akan menjadi polemik. Yang jelas, pernikahan adalah hal yang sakral, dan merupakan hal pribadi dan internal bagi setiap keluarga, tutur anak pertama Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Aburizal Bakrie ini. C9-08 http://kompas.com/index.php/read/xml/2008/07/24/18125939/anindya.no.comment.soal.pernikahan.mewah.sepupunya..
[Forum Pembaca KOMPAS] Celly yang (pernah) saya kenal
Salam, Saya pengagum Celly (Rizal Mallarangeng) sejak dia masih menjadi mahasiswa komunikasi Fisipol UGM pertengahan 1980-an. Tapi setelah dia balik usai merantau 8 tahun di Amerika dia berubah, dia bukan Celly yang dulu lagi. Mantan dosennya Celly, Ashadi Siregar, termasuk orang 'yang sangat kaget' oleh perubahan Celly. Mantan mentor Celly lainnya, Arief Budiman, lebih arif menyikapi perubahan Celly. Ketika diberi penghargaan Bakrie Award oleh Freedom Institute bikinan Celly, Arief berkata dengan guyon bahwa dia merasa aneh, karena dia sosialis yang 'mendidik' Celly supaya menjadi sosialis tapi setelah Celly pinter malah menjadi liberalis dan memberi penghargaan kepada mantan mentornya yang masih tetap sosialis... Meski tidak sampai seperti Ashadi Siregar, saya termasuk yang kaget terhadap perubahan Celly. saya tidak tahu dia masih ingat apa tidak, tapi suatu ketika dia pinjam buku tipis berbahasa Inggris mengenai Mao Zedong dari saya. Saya lihat dia sangat tertarik oleh ide-ide sejenis Mao. Ketika dia mengembalikan buku itu, saya silakan dia menyimpannya. Kebetulan saya punya dua kopi. Ide-ide itu yang mendasari Celly ketika kemudian terjun ke gerakan mahasiswa. Saya lamat-lamat ingat dalam sebuah diskusi dengan seorang menteri, Celly mengkritik kebijakan pemerintah dengan sangat tajam. Menteri yang agak sewot itu lalu emosional berkata, ''saya akan lihat bagaimana anda nanti kalau sudah punya jabatan''. Setelah Celly pulang dari Amerika saya sering menyaksikannya di Metro TV. Saya kemudian membaca bukunya 'Mendobrak Sentralisme Ekonomi' hasil desertasi doktoralnya. Buku yang bagus sekali, enak dibaca dan jernih. Dia memaparkan dengan detail jaringan liberal di Indonesia hasil didikan Amerika dan pasang surut ide-ide liberalisme di Indonesia. Yang menarik bagi saya antara lain adalah ketika Celly menulis mengenai Kompas dan Tempo dalam kaitan dengan dukungan terhadap liberalisasi ekonomi Indonesia. Menurut Celly, sebagai pribadi Jakob Oetama dan Goenawan Mohammad lebih dekat ke ide-ide sosialisme. Tapi ternyata media mereka mendukung liberalisme. Ketika Celly mendirikan Freedom Institute yang mendapat sokongan sepenuhnya dari Kelompok Bakrie saya melihat lebih jelas lagi perubahan Celly yang baru. Dia pendukung yang sangat bersemangat ide-ide ekonomi liberal. Keterlibatannya menerbitkan dan membayar iklan di Kompas yang mendukung kenaikan harga BBM memperkuat posisi Celly sebagai liberal muda yang menonjol. Saya masih menduga-duga seberapa liberal pemikiran Celly, karena sampai sekarang saya belum pernah baca bukunya yang baru mengenai gagasan-gagasannya. Ketika saya mendengar dia mencalonkan diri sebagai presiden saya sangat senang. Dia tetap punya nyali seperti ketika masih mahasiswa dulu. Bahwa banyak pro dan kontra itu biasa. Saya masih menunggu bagaimana sebenarnya visi Celly mengenai bangsa ini. Amien Rais sudah menulis risalah pendek 'Selamatkan Indonesia' yang marah tetapi bertenaga. Buku ini menunjukkan sikap Amien yang tegas mengenai neoliberalisme yang melanda Indonesia sekarang ini. Saurip Kadi juga menulis buku (meski dituliskan orang lain) mengenai pandangan-pandangannya terhadap berbagai persoalan bangsa Indonesia. Saya bisa sedikit membayangkan bagaimana nanti kalau Amien atau Saurip jadi presiden. Tapi terhadap Celly saya belum punya bayangan karena dia belum merumuskan pemikirannya mengenai kondisi aktual bangsa ini. Membaca artikel-artikelnya saja tidak cukup karena hanya sepotong-sepotong dan tidak utuh. Saya tetap menunggu buku Celly. Saya khawatir karena sudah menjadi selebriti media dia tidak sempat lagi menulis dan dia akan menambah deretan ilmuwan selebritis Indonesia yang tidak punya karya yang monumental tapi namanya terkenal sebagai selebriti media. Saya ingin tahu seberapa liberal Celly sekarang. Bagaimana dia menyikapi globalisasi yang tidak adil terhadap Indonesia, bagaimana ia menanggapi isu-isu nasionalisasi, dominasi multinasional seperti exxon dan Freeport dan isu-isu lain. Ketika Obama mencalonkan diri dia sudah menyiapkan bukunya sehingga orang tahu bagaimana visinya. Sebagai ahli komunikasi Celly tahu betul kekuatan media terutama televisi. Kebetulan juga dia punya akses ke televisi nasional dan kelihatannya cukup punya uang untuk pasang iklan di televisi nasional. Perusahaannya Vox Media rupanya cukup menguntungkan karena punya klien besar seperti Soetrisno Bachir, dari situ kelihatan bahwa Celly pintar juga berbisnis. Televisi memang bisa membesar-besarkan realitas menjadi hiperrealitas dan orang bisa terdongkrak popularitasnya karena televisi. Apa yang dinasihatkan Celly kepada Soetrisno dipraktikkan sendiri oleh Celly. Tapi tentu saja Celly tahu popularitas dari televisi itu tidak nyata karena hanya hiperrealitas. Saya masih menunggu kiprahnya sebagai penerbit melalui media online KanalOne. Celly berhasil mengumpulkan wartawan-wartawan bagus jebolan Tempo seperti Karania, Nezar Patria dan beberapa lainnya untuk membuat new media yang berkualitas. Lebih dari
[Forum Pembaca KOMPAS] MEMANTAPKAN AGROPOLITAN MENUJU METROPOLITAN (Surat Untuk Ami Fadel)
MEMANTAPKAN AGROPOLITAN MENUJU METROPOLITAN (Surat untuk Ami Fadel) Otonomi Daerah, tidak dipungkiri, cukup berjasa mengantarkan Gorontalo bergerak maju relatif lebih cepat dibanding daerah pemekaran baru lainnya, baik dari aspek ekonomi, sosial, budaya, hukum dan politik. Ada keberhasilan, namun masih terselip kekurangan. Pujian atau sebaliknya hujatan bukanlah hal yang bijak. Tetapi sebagai sesama putera Gorontalo (atau lebih tepatnya, rasa memiliki Gorontalo) alangkah baiknya kita saling mendoakan dan memotivasi, yang kurang dibenahi, yang berhasil dipertahankan dan ditingkatkan. Pembangunan Provinsi Gorontalo dengan tiga program unggulan; peningkatan kualitas sumber daya manusia, pengembangan sektor pertanian dan kelautan dengan agropolitan (maize economy) dan etalase perikanan sebagai penggerak utama perlu dipertajam menuju perbaikan kesejahteraan masyarakat. Dalam jangka pendek dan menengah, program ini harus mampu menggairahkan iklim investasi didaerah, menyediakan infrastruktur, memperluas kesempatan kerja, redistribusi pendapatan dan mendorong partisipasi publik dalam pembangunan. Visi Gorontalo Maju 2020 hendaknya mengintensifkan usaha-usaha menjadikan Kota Gorontalo (dan Kota Limboto / Kota Telaga kelak) sebagai Kota Metropolitan di jazirah Sulawesi, selain Makasar dan Manado. Kota Gorontalo disiapkan menjadi kota perdagangan dan jasa, serta pendidikan sebagai penyeimbang. Daerah hinterland, Bone Bolango dan Isimu menjadi daerah penyangga dan kawasan industri sehingga perlu dikembangkan eco-tourisme. Boalemo dan Pohuwato yang berbasis pertanian dan kebaharian serta Gorontalo Utara yang potensial menjadi Kota Pelabuhan. Lebih detilnya, hal ini bisa dilihat dalam masterplan Tata Ruang Wilayah Gorontalo. Kita punya kekayaan alam yang indah dan melimpah. Budaya lokal yang positif (seperti Huyula dll). Kita punya teladan (mongowutato waw mongodula’a) yang arif dan bijaksana. Kita punya generasi muda yang cerdas dan energik. Ada yang sedang membangun daerah, ada pula yang mengabdi diperantauan. Banyak yang menimba ilmu, bahkan sampai ke mancanegara. Semua bisa menjadi sumberdaya (resources) yang tidak ternilai harganya. Ringkasnya, kita punya modal fisik (physical capital), modal alam (natural capital), modal manusia (human capital), modal uang (financial capital) dan modal sosial (social capital). Rasanya tidak berlebihan jika kita sepakat untuk memantapkan agropolitan menuju Gorontalo yang metropolitan. Salam, Herwin Mopangga Darmaga, Bogor ___ Dapatkan alamat Email baru Anda! Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan sebelum diambil orang lain! http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/
[Forum Pembaca KOMPAS] 400.000 Unit Apartemen di Australia Milik WNI
http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/07/24/02065959/400.000.unit.apartemen.di.australia.milik.wni Jakarta, Kompas - Pengamat properti, Panangian Simanungkalit, Rabu (23/7) di Jakarta, mengungkapkan, pembelian apartemen di luar negeri oleh warga negara Indonesia cukup besar. Di Singapura, terdapat sekitar 100.000 apartemen yang dimiliki warga negara Indonesia (WNI). Di Malaysia sekitar 25.000 unit dan di Australia sebanyak 400.000 unit. Di Indonesia, sebagian pengembang skala besar saat ini gencar mendorong pembangunan dan pemasaran rumah dan apartemen menengah ke atas untuk warga negara asing (WNA) Saat ini hak pemilikan rumah bagi WNA ditetapkan 25 tahun, dapat diperpanjang 20 tahun dan diperbarui selama 25 tahun. Ketentuan itu tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 Tahun 1996 tentang pemilikan rumah, tempat tinggal, atau hunian untuk orang asing yang berkedudukan di Indonesia. Ketua Dewan Pimpinan Pusat Real Estat Indonesia (REI) Teguh Satria mengatakan, pihaknya telah mengajukan rancangan (draf) usulan hak pemilikan rumah atau hunian bagi WNA selama 70 tahun sebagai usulan revisi terhadap PP No 41/1996. Perpanjangan waktu pemilikan rumah menjadi 70 tahun dinilai Teguh akan memberikan kepastian bagi WNA untuk bertempat tinggal dan berusaha di Indonesia. Sebaliknya, ketentuan batas waktu pemilikan rumah bagi WNA yang berlaku sekarang belum kompetitif dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara yang rata-rata mencapai 70 tahun. Dicontohkan, Malaysia memberikan hak pemilikan rumah bagi WNA selama 99 tahun dan Vietnam selama 70 tahun. Dalam draf usulan tersebut, REI mensyaratkan agar pengembang perumahan bagi warga negara asing adalah pengusaha nasional serta berkewajiban membangun rumah sederhana sehat (RSH) atau rumah susun sederhana. Deputi Menteri Negara Perumahan Rakyat bidang Perumahan Formal Zulfi Syarif Koto mengatakan, pihaknya hingga kini belum menerima draf usulan dari REI tentang revisi pemilikan hunian bagi WNA itu. Meski demikian, lanjut Koto, pihaknya setuju dengan usulan REI agar pengembang apartemen dan rumah bagi WNA diwajibkan untuk membangun hunian bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah, seperti RSH dan rusuna. Menurut Panangian, ketentuan pembangunan hunian bagi WNA dan perumahan bagi masyarakat menengah ke bawah harus berbanding 1 : 3. Artinya, setiap pembangunan satu unit hunian bagi WNA harus disertai pembangunan tiga unit RSH atau rusuna. (LKT)
Bls: [Forum Pembaca KOMPAS] Artikel: POLITIK KAUM MUDA DAN IDEOLOGI NASIONAL
Budiman yg menunggangi PDIP atau Megawati dan Budiman yg ditunggangi RAND, hayo? Yg pasti, presiden RI yg pertama berhasil dijatuhkan oleh operasi CIA dan ujung-ujungnya pembantaian wong cilik yg dianggap pro komunis. Arief Rachman Pendukung Rational Choice Theory - Pesan Asli Dari: anton_djakarta [EMAIL PROTECTED] Kepada: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Terkirim: Kamis, 24 Juli, 2008 10:14:43 Topik: Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Artikel: POLITIK KAUM MUDA DAN IDEOLOGI NASIONAL Ngapain keluar dari PDIP, justru dengan menunggangi massa PDIP Budiman akan menang. ANTON Pendukung Budiman Djatmiko
[Forum Pembaca KOMPAS] IDI: Ada Kejanggalan Pada RUU Rumah Sakit
JAKARTA, KAMIS - Tim Pengkaji Rancangan Undang-Undang Rumah Sakit Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) melihat adanya kejanggalan dalam draf RUU tentang peyelenggaraan rumah sakit yang sedang dibahas Panitia Khusus (Pansus) di Komisi IX DPR RI. Di dalamnya tidak ada tanggung jawab sosial rumah sakit kepada orang miskin atau saat keadaan gawat darurat. Naskah akademik dan uraian pasalnya juga tidak relevan dan tidak nyambung, kata Dr. Muh. Nasser, Sp.KK,D.Law, Wakil Ketua Tim Pengkaji Rancangan Undang-Undang Rumah Sakit PB IDI dalam diskusi bulanan PB IDI di Jakarta, Rabu. Pembuatan undang-undang tersebut, menurut dia, juga bertentangan dengan pasal 53 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 karena tidak memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berperan serta dalam penyiapan undang-undang. Draf RUU itu juga tidak mengakomodir doktrin âSamaritan Lawâ, pihak yang terlibat dalam rumah sakit tidak diberi ruang untuk berfikir apapun kecuali untuk menghasilkan uang bagi rumah sakit, katanya. Nasser menjelaskan pula bahwa penyelenggaraan rumah sakit sebenarnya juga tidak layak diatur dengan undang-undang yang berdiri sendiri karena alasan-alasannya tidak cukup memenuhi persyaratan penerbitan sebuah undang-undang. Ini memang harus diatur, tapi peraturan penyelenggaraannya cukup diatur dalam peraturan perundangan di bawah undang-undang, katanya. Apalagi, ia melanjutkan, pasal-pasal strategis pengaturan penyelenggaraan rumah sakit juga bisa dimasukkan ke dalam amandemen Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan. Lain dengan Nasser, Ketua Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Dr.Adib A Yahya, MARS, mengatakan bahwa UU tentang rumah sakit sudah sangat mendesak untuk diterbitkan. Karena masalah rumah sakit sudah semakin besar dan kompleks, jadi harus diatur. Secara yuridis ini juga diamanatkan dalam undang-undang, salah satunya pasal 28 H Undang-Undang Dasar 1945, katanya. Ia menambahkan, undang-undang itu juga diperlukan sebagai payung hukum yang tegas bagi pasien dan pengelola rumah sakit.Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Husna Zahir juga berpendapat, UU tentang rumah sakit perlu diterbitkan untuk memberikan kejelasan mengenai pembagian tanggung jawab antara negara dan pengelola sarana pelayanan kesehatan. Di samping itu, penetapan badan hukum rumah sakit juga mesti diatur karena itu berdampak langsung terhadap pelayanan, katanya.Namun Adib dan Husna sepakat, penyusunan rancangan undang-undang tentang rumah sakit harus dilakukan secara teliti dan hati-hati dengan mempertimbangkan dinamika perkembangan teknologi perumasakitan dan kedokteran. Adib menjelaskan, draf RUU tentang rumah sakit seharusnya antara lain memuat batasan dan fungsi rumah sakit, klasifikasi dan jenis rumah sakit, kepemilikan dan pengalihan kepemilikan rumah sakit, sarana minimal/esensial yang harus ada pada rumah sakit. Selain itu juga memuat persyaratan tenaga dan hubungan kerjanya dengan rumah sakit, ketentuan tentang hak dan kewajiban rumah sakit, tanggung jawab hukum, akreditasi dan penjagaan mutu layanan, fungsi sosial, prosedur perijinan dan prosedur pencabutan ijin, pembinaan rumah sakit dan sanksi-sanksi. Sumber : Antara http://kompas.com/index.php/read/xml/2008/07/24/17174527/idi.ada.kejanggalan.pada.ruu.rumah.sakit
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Naik sepeda, yuk! Hayuk Urang Naik Sapeda!
Semoga acara ini sukses, guna mewujudkan bogor yang lebih bersih... 2 tahun ini saya mulai lagi ber- bike to work, dari sukasari ke cibinong via sentul 2 atau 3 kali seminggu sejauh kuang lebih 40 km PP, dengan usia menginjak 40 tahun badan saya tambah segar, awalnya memang agak melelahkan, tapi sejalan dengan waktu, sekarang Offroad denan sepeda saat weekend pun saya jalanin. ayo bersepedalah...selain badan bugar udarapun jadi segar... Oni di bogor Pada tanggal 24/07/08, Aquino Hayunta [EMAIL PROTECTED] menulis: Hayuk Urang Naik Sapeda! Naik sepeda, yuk! Siswa sekolah, guru, orang tua, anak muda, warga Bogor dan sekitarnya, SILAKAN BERGABUNG KELILING BOGOR. Jangan lupa bawa botol minum sendiri, ya. Bogor, 2 Agustus 2008 Start dari depan SMKN 1 Bogor jam 08.00 pagi Jalan Heulang no. 6 Bogor Didukung oleh: Pemkot Bogor Bike2Work Bogor WWF-Indonesia Change Magazine - Jurnal Perempuan Akan dilanjutkan dengan: Dialog Bike2School oleh siswa sekolah, Pemkot Bogor, Bike2Work, WWF-Indonesia, Change Magazine - Jurnal Perempuan jam 11.00. Ayo dukung! Untuk Bogor yang lebih ramah bagi pengguna sepeda. Terutama siswa sekolah. Acara ini diselenggarakan sebagai bagian dari kampanye Protect Our Planet di SMKN 1: 1. Kurangi kendaraan bermotor untuk kurangi emisi 2. Pilih tempat tinggal dekat dengan sekolah/tempat kerja 3. Pilih tempat belanja dekat dengan tempat tinggal 4. Jalan kaki atau bersepeda untuk jarak dekat 5. Gunakan kendaraan umum untuk jarak jauh 6. Pilih dan operasikan kendaraan bermotor dengan ramah lingkungan [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua
Waktu itu belum ada iklan dan TV, oleh sebab itu perjoangan kemerdekaan lama sekali karena rakyat tdk tahu siapa pemimpin sesungguhnya, sekarang cukup nonton TV kita dapat memilih pemimpin yang kita sukai. rzain --- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, Maulana Raja Aisyana [EMAIL PROTECTED] wrote: Kaum muda yang bernafsu untuk berkuasa sering menjual tokoh-tokoh muda masa lalu, tanpa menyadari apa yang telah diperbuat oleh dirinya. Para tokoh tanah air masa lalu tidak lahir dari iklan dengan dana miliaran, tapi melalui cucuran keringat keikhlasan bekerja untuk rakyat. salam � raja muak nonton teve yang disesaki iklan para petualang politik
RE: [Forum Pembaca KOMPAS] Naik sepeda, yuk! Hayuk Urang Naik Sapeda!
Menarik sekali kalau kegiatan ini sudah didukung oleh pemda... Hanyasangat perlu sosialisasi yang menyeluruh... Saya pernah ngantor pakai sepeda, awal adanya Mountain Bike Federal. Sedeng juga sih ngayuhnya..dari jalan merak ke jalan siliwangi. Pulangnya lewat jalan pajajaran karena nggak kuat naik di empang. Saat itu motor belum sebanyak sekarang. Lama2 sih berhenti juga, karena sering di pepet angkot. Nah dengan kondisi yang sudah lebih parah dari beberapa tahun yang lalu. Apakah pemda kota Bogor akan menetapkan hierarchy bertransportasi di kota Bogor. Kalau sudah mampu menetapkan hierarchy bertransportasi, maka prioritas penggunaan jalan akan dapat diatur. Sampai saat ini belum ada kota di Indonesia yang menetapkan prioritas bertransportasi di kotanya. Kenapa kota Bogor tidak memulainya... Kalau ini sudah ditetapkan, maka bike 2 work atau bike 2 school untuk anak2 kita bisa dipopulerkan. Kalau tidak..apa kita tega mempopulerkan kegiatan yang akan membahayakan anak2 kita. Atau...kegiatan ini disosialisasikan dan dianjurkan hanya untuk anak orang lain, asal jangan anak kita. Silahkan..teman2 dari DPRD kota Bogor menginisiasi Perda nya...knapa nggak..siapa takut... .? Rudy Th
[Forum Pembaca KOMPAS] Polisi Incar Rizal Ramli
http://kompas.com/read/xml/2008/07/24/18513473/polisi.incar.rizal.ramli JAKARTA, KAMIS - Kepolisian tak membantah bahwa penyidikan terhadap tersangka Ferry Yuliantono terkait demonstrasi anarkis Mei-Juni 2008 telah mengarah pada pihak lain yakni Rizal Ramli. Dalam pemeriksaan terhadap Adhie Massardi sebagai saksi, penyidik polisi menanyakan soal Rizal Ramli. Ditanya wartawan apakah polisi menyasar Rizal Ramli dalam perkara tersebut, Kepala Direktorat I Badan Reserse Kriminal Mabes Polri Brigadir Jenderal (Pol) Badroddin Haiti, Kamis (24/7) menjawab, Karena dia kan Ketua Umum KBI (Komite Bangkit Indonesia). Saat ditanya lagi apakah polisi akan memeriksa Rizal Ramli, Badroddin menjawab, Belumlah, nanti itu bertahap. Sebelumnya Adie Massardi juga mengatakan bahwa dirinya merasa polisi mengincar Rizal Ramli. Sebab, meskipun diriya memberi keterangan sebagai saksi untuk tersangka Ferry, penyidik polisi menyinggung-nyinggung soal Rizal Ramli dalam pertanyaannya. Penyidik misalnya, menanyai Adhie soal sejak kapan mengenal Rizal Ramli. Badroddin juga mengatakan, polisi meyakini telah memiliki bukti adanya aliran dana KBI untuk berbagai aksi unjuk rasa menentang kenaikan harga BBM. Namun, sebelumnya Adhie Massardi mengatakan, dana KBI hanya untuk kegiatan seminar atau diskusi. Itupun jumlahnya tidak banyak-banyak amat, ujar Adhie. SF Sent from my BlackBerry © Wireless device from XL GPRS/EDGE/3G Network
[Forum Pembaca KOMPAS] Google Luncurkan Knol, Pesaing Wikipedia?
-- Salam Ggle, Agus Hamonangan http://groups.google.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/ http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/ SAN FRANSISCO, RABU - Tujuh bulan setelah memperkenalkan secara terbatas, Google akhirnya meluncurkan secara resmi layanan barunya yang diberi nama Knol. Layanan ini mirip dengan Wikipedia di mana pengguna yang telah mendaftar dapat memublikasikan tulisannya di web. Sejak dirilis Desember tahun lalu, akses Knol hanya terbatas melalui undangan. Namun, saat ini, semua orang dapat mendaftar bahkan menggunakan user ID layanan Google lain yang telah dimiliki. Meski pendekatan kontennya sama dengan format mirip ensiklopedia, Knol berbeda dengan Wikipedia. Knol mendorong pengguna untuk menampilkan identitas asli di balik artikel yang ditulisnya. Tujuannya, meningkatkan tingkat kepercayaan terhadap artikel tersebut. Sebagai iming-iming, Google menawarkan sumber pemasukan dari jaringan iklannya AdSense yang akan disebarkan di halaman-halaman artikel tersebut. Tidak harus dengan nama asli, tapi data pengguna harus diverifikasi dengan data kartu kredit atau melalui telepon jika ingin mendapatkan pembagian keuntungan dari iklan. Setiap Knol akan memiliki penulis atau kelompok grup yang menampilkan namanya di balik konten tersebut. Itulah Knol mereka, suara mereka, opini mereka, tulis Cedric Dupont, manajer produk Knol dalam blog resmi Google yang ditulisnya bersama Michael McNally. Mereka menjelaskan, akan semakin bagus saat banyak Knol dengan subyek yang sama. Pendekatan tersebut berbeda dengan Wikipedia yang cenderung anonim. Penyunting di Wikipedia jarang sekali yang menggunakan nama asli dan tanpa ada iklan satu pun di halaman artikel. Perbedaan lain adalah dalam hal pengaturan isi artikel. Pada Wikipedia, setiap pengguna dengan bebas mengedit asal memiliki hak akses. Pada Knol, setiap orang juga bebas memberikan masukan atau koreksi, tapi keputusan untuk mengedit tetap pada penulis asli. Namun, pembaca dapat memberi rating atau review terhadap setiap artikel. Hal tersebut memungkinkan penulis mendapat saran dari semua orang, tapi tetap dapat mengendalikan artikelnya. Jadi, artikel tersebut selalu melekat pada penulis. Google sendiri memastikan tidak akan melakukan editorial terhadap konten yang dipublikasikan penulis dan pengguna. Pelengkap Dengan karakteristik yang agak berbeda, Google tak mau disebut pesaing Wikipedia, tapi pelengkap. Dupont menyatakan, penulis Wikipedia mungkin dapat menggunakannya untuk mengembangkan materi tulisannya lebih lengkap. Halaman-halaman artikel memang didesain agar terlihat lebih profesional. Saat ini Knol sudah berisi ratusan artikel, masih jauh lebih sedikit daripada Wikipedia yang telah berisi 2,5 juta artikel dalam bahasa Inggris saja dan jutaan lain dalam berbagai bahasa. Salah satu topik adalah tentang konstipasi (sembelit) yang ditulis profesor gastroenterologi dari Universitas San Fransisco dan saran untuk backpacker dari software engineer yang bekerja di Google. Knol dapat diakses di http://knol.google.com WAH http://tekno.kompas.com/read/xml/2008/07/24/0754156/google.luncurkan.knol.pesaing.wikipedia
[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Indonesia Kekurangan 10.000 Guru SMK
Paling gampang ya akhiri saja kolusi antara Diknas, penerbit buku paket, dan sekolahan. Soalnya, institusi yang disebut pertama itu suka tutup mata sama ulah penerbit yang kongkalikong sama sekolahan, sebab Diknas-nya juga kecipratan rejeki, makanya demen ganti kurikulum tiap tahun biar ada alasan ganti buku. Institusi yang disebut kedua, yah namanya juga dagang; di mana ada peluang, di situ dia masuk. Institusi ketiga, demi cipratan tambahan rezeki, rela main mata sama penerbit buat bikin laris buku di sekolahnya dan tiap tahun mewajibkan murid beli buku baru lewat sekolahan. � Mata rantai jahat ini yang mesti diputus sebab dialah yang menyengsarakan murid, orang tua, dan seluruh masyarakat. � manneke Presiden RI (Republik Impian) --- On Wed, 7/23/08, stephanus Mulyadi [EMAIL PROTECTED] wrote: From: stephanus Mulyadi [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Indonesia Kekurangan 10.000 Guru SMK To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Received: Wednesday, July 23, 2008, 4:56 AM Benar Tuan Presiden, nampaknya akan ada titik cerah. Mudah-mudahan saja tidak lalu datang lagi mendung dan badai, seperti kasus guru yang sudah lolos sertifikasi tapi tak kunjung dapat tunjangan. Masalahnya nampaknya masih berat di situ. Soal penggajian. alih-alih untuk membantu menggaji guru, dana yang ada malah dialokasikan untuk membuat buku elektronik. Iki piye? Nampaknya para pejabat tinggi negara masih berat untuk merelakan uang itu mengalir ke guru. Kita lihat saja, apakah keprihatinan kekurangan tanaga guru untuk sekolah kejuruan ini sungguh merupakan keprihatinan (artinya setelah itu lalu diupayakan ketersediaan guru untuk sekolah kejuruan), ataukah keprihatinan ini sekedar untuk melegitimasi sebuah ancang-ancang baru untuk membuat proyek pelatihan guru untuk sekolah kejuruan. Bukankah modus sertifikasi dulu seperti itu, tuan Presiden? Mohon tuan Presiden, hal seperti ini janganlah terjadi di negeri impian kita. Salam Mulyadi
[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Ratna Sarumpaet Maju Jadi Capres 2009 menyoal lapindo
Baru satu capres ini yang menyoal lapindo dengan terbuka, terus terang. Apreciate. salam, robama. --- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, Roni Febrianto [EMAIL PROTECTED] wrote: Wah makin latah saja mau jadi Capres ada RM ,BS,FR,RS kalo semua mau jadi Capres nanti siapa yang bisa kritik penguasa .
[Forum Pembaca KOMPAS] Belajar dari KUNGFU PANDA....
KUNG FU PANDA Po , si Panda jantan, yang sehari-hari bekerja di toko mie ayahnya, memiliki impian untuk menjadi seorang pendekar Kung Fu. Tak disangka, dalam pemilihan Pendekar Naga, Po dinobatkan sebagai Pendekar Naga yangdinanti-nantikan kehadirannya untuk melindungi desa dari balas dendam Tai Lung. Saat menonton film animasi ini, kita seperti diingatkan tentang beberapa hal: 1. The secret to be special is you have to believe you're special. Po hampir putus asa karena tidak mampu memecahkan rahasia Kitab Naga, yang hanya berupa lembaran kosong. Wejangan dari ayahnya-lah yang akhirnya membuatnya kembali bersemangat dan memandang positif dirinya sendiri. Kalau kita berpikir diri kita adalah spesial, unik, berharga kita pun akan punya daya dorong untuk melakukan hal-hal yang spesial. Kita akan bisa, kalau kita berpikir kita bisa. Seperti kata Master Oogway, You just need to believe 2. Teruslah kejar impianmu. Po , panda gemuk yang untuk bergerak saja susah akhirnya bisa menguasai ilmu Kung Fu. Berapa banyak dari kita yang akhirnya menyerah, gagal mencapai impian karena terhalang oleh pikiran negatif diri kita sendiri? Seperti kata Master Oogway, kemarin adalah sejarah, esok adalah misteri, saat ini adalah anugerah, makanya disebut Present hadiah. Jangan biarkan diri kita dihalangi oleh kegagalan masa lalu dan ketakutan masa depan. Ayo berjuanglah di masa sekarang yang telah dianugerahkan Tuhan padamu. 3. Kamu tidak akan bisa mengembangkan orang lain, sebelum kamu percaya dengan kemampuan orang itu, dan kemampuan dirimu sendiri. Master ShiFu ogah-ogahan melatih Po . Ia memandang Po tidak berbakat. Kalaupun Po bisa, mana mungkin ia melatih Po dalam waktu sekejap. Kondisi ini berbalik seratus delapan puluh derajat, setelah ShiFu diyakinkan Master Oogway -gurunya- bahwa Po sungguh-sungguh adalah Pendekar Naga dan Shi Fu satu-satunya orang yang mampu melatihnya. Sebagai guru atau orang tua, hal yang paling harus dihindari adalah memberi label bahwa anak ini tidak punya peluang untuk berubah. Sangatlah mudah bagi kita untuk menganggap orang lain tidak punya masa depan. Kesulitan juga acap kali membuat kita kehilangan percaya diri, bahwa kita masih mampu untuk membimbing mereka. 4.Tiap individu belajar dengan cara dan motivasinya sendiri. Shi Fu akhirnya menemukan bahwa Po baru termotivasi dan bisa mengeluarkan semua kemampuannya, bila terkait dengan makanan. Po tidak bisa menjalani latihan seperti 5 murid jagoannya yang lain. Demikian juga dengan setiap anak. Kita ingat ada 3 gaya belajar yang kombinasi ketiganya membuat setiap orang punya gaya belajar yang unik. Hal yang menjadi motivasi tiap orang juga berbeda-beda. Ketika kita memaksakan keseragaman proses belajar, dipastikan akan ada anak-anak yang dirugikan. 5. Kebanggaan berlebihan atas anak/murid/diri sendiri bisa membutakan mata kita tentang kondisi sebenarnya, bahkan bisa membawa mereka ke arah yang salah. Master ShiFu sangat menyayangi Tai Lung, seekor macan tutul, murid pertamanya, yang ia asuh sejak bayi. Ia membentuk Tai Lung sedemikian rupa agar sesuai dengan harapannya. Memberikan impian bahwa Tai Lung akan menjadi Pendekar Naga yang mewarisi ilmu tertinggi. Sayangnya Shi Fu tidak melihat sisi jahat dari Tai Lung dan harus membayar mahal, bahkan nyaris kehilangan nyawanya. Seringkali kita memiliki image yang keliru tentang diri sendiri/anak/murid kita. Parahnya, ada pula yang dengan sengaja mempertebal tembok kebohongan ini dengan hanya mau mendengar informasi dan konfirmasi dari orang-orang tertentu. Baru-baru ini saya bertemu seorang ibu yang selama 14 tahun masih sibuk membohongi diri bahwa anaknya tidak autis. Ia lebih senang berkonsultasi dengan orang yang tidak ahli di bidang autistik. Mendeskreditkan pandangan ahli-ahli di bidang autistik. Dengan sengaja memilih terapis yang tidak kompeten, agar bisa disetir sesuai keinginannya. Akibatnya proses terapi 11 tahun tidak membuahkan hasil yang signifikan. Ketika kita punya image yang keliru, kita akan melangkah ke arah yang keliru. 6. Hidup memang penuh kepahitan, tapi jangan biarkan kepahitan tinggal dalam hatimu. Setelah dikhianati oleh Tai Lung, Shi Fu tidak pernah lagi menunjukkan kebanggaan dan kasih sayang pada murid-muridnya. Sisi terburuk dari kepahitan adalah kita tidak bisa merasakan kasih sayang dan tidak bisa berbagi kasih sayang. 7. Keluarga sangatlah penting. Di saat merasa terpuruk, Po disambut hangat oleh sang ayah. Berkat ayahnya pula Po dapat memecahkan rahasia Kitab Naga dan menjadi Pendekar nomor satu. Sudahkah kita memberi dukungan pada anggota keluarga kita? [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua
rizal telah melempar dadu, mari kita lihat bagaimana peruntungannya. apakah manuvernya dia serius maju ke ri 1 atau hanya untuk menaikkan bargaining position sebagai anggota tim sukses suatu kandidat utk menuju jabatan menteri atau paling tidak posisi jubir kepresidenan. sohib = --- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] wrote: Entah ya ... sebagai rakyat biasa saya koq merasa tertipu dengan para intelektual yang ternyata cuma partisan yang mengejar jumlah uang besar. Bayangkan kita percaya bahwa hasil survey yang diekspose menjelang Pemilu tentang popularitas tampil seolah-olah dilakukan oleh lembaga independent, tak tahunya dibayar oleh presiden terpilih. Analisa-analisa politik yang dilakukan oleh seolah-olah presenter independent bagi tujuan mencerdaskan bangsa, ternyata dilakukan oleh bagian pemoles citra. Mereka bertingakh bal selebrities saat membohongi publik. Tindakan mereka benar-benar membawa rakyat yang tidak mengerti tertipu. Lalu mengapa sok bicara dengan menjual Bung Karno dan bapak bangsa yang pasti pantang melakukan itu. wass, Triyatni
[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua
ckckck, gile, kayaknya mas celi sukses merebut hati banyak miliser FPK. satu komentar dari saya, nggak ditanggepi juga nggak apa2; dr. Tjipto telah membuktikan pengabdian bagi rakyatnya, dan begitulah menurut saya anda harus melakukannya juga, selama belum ada pembuktian konkrit, saya pikir anda tetaplah kucing dalam karung. tidak cukup bung untuk sekedar menawarkan alternatif. salam, bangkit. --- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, Agus Hamonangan [EMAIL PROTECTED] wrote: A Personal Letter to All (Rizal Mallarangeng) Saya ingin mengucapkan terima kasih atas perhatian dan simpati Anda semua, baik yang berada di tanah air maupun yang di luar negri. Dalam waktu singkat, lewat Facebook, milis-milis di internet, maupun media massa konvensional di tanah air, begitu banyak yang memberi komentar, salam persahabatan, dukungan, pertanyaan, keraguan, hingga kritik yang tajam terhadap saya. Teknologi membuka berbagai kemungkinan baru, termasuk dalam menyatukan perhatian beragam komunitas dari berbagai belahan dunia untuk menyampaikan pendapat secara cepat dan personal. Hal ini tentu perlu disambut dengan tangan terbuka. Saya minta maaf sebab tidak mungkin membalas satu persatu sapaan yang datang kepada saya. Dalam kesempatan ini, saya hanya ingin menyampaikan bahwa alasan utama bagi saya untuk tampil sekarang adalah untuk memberi alternatif baru dalam proses pemilihan kepemimpinan nasional. Sebenarnya, soal ini bukanlah soal saya sebagai pribadi, tetapi persoalan sebuah generasi dan sebuah bangsa yang harus terus bergerak maju. Sejak 10 tahun terakhir, pilihan-pilihan kepemimpinan nasional tidak banyak berubah. Gus Dur dan Amien Rais tampaknya masih ingin ikut pemilihan presiden tahun depan, mendampingi Presiden SBY dan Wapres Kalla serta Megawati. Begitu juga Jenderal (purn) Wiranto dan Letjen (purn) Probowo. Mungkin Sultan Hemengkubuwono X dan Letjen (purn) Sutiyoso juga akan turut serta. Saya menghormati tokoh-tokoh senior tersebut. Tapi apakah pilihan kepemimpinan nasional harus berkisar hanya di seputar mereka, sebagaimana yang terjadi setelah Soeharto lengser? Apakah di Indonesia terjadi stagnasi dalam sirkulasi kepemimpinan nasional, sehingga wajah-wajah baru tidak mungkin muncul sama sekali? Jika di Amerika Serikat muncul Obama (47 tahun) dan di Rusia ada Medvedev (44 tahun), mengapa kita tidak? Bukankah Republik Indonesia sebenarnya dipelopori oleh para tokoh yang saat itu berusia muda, seperti dr. Tjipto Mangunkusumo, HOS Tjokroaminoto, Sukarno, Hatta, Sjahrir? Somebody has to do something. Kita harus menunjukkan bahwa Indonesia adalah bangsa besar yang dinamis, berjalan mengikuti perubahan zaman dengan membuka diri terhadap berbagai kemungkinan baru. Kita harus berkata kepada para senior tersebut, we respect you, Sir and Madam. But please give some space to our new generation. Sudah saatnya generasi baru kepemimpinan di Indonesia turut serta dalam penentuan kehidupan bersama pada level politik yang tertinggi. Pemikiran seperti itulah yang memberanikan saya untuk tampil sekarang. Dengan segala kelemahan yang ada, saya bersyukur mendapat kesempatan untuk melakukannya. Memang, kalau dipikir-pikir, kata beberapa kawan dekat saya, keputusan itu agak gila sedikit. Lebih banyak beraninya ketimbang pertimbangan yang dingin dan rasional. Saya bukan menteri atau mantan menteri. Saya bukan ketua umum partai, bukan presiden atau mantan presiden, bukan jenderal berbintang, bukan anak proklamator, bukan pejabat tinggi, bukan bekas panglima TNI, bukan pula orang kaya raya atau anak orang kaya raya. âRizal,â kata kawan-kawan dekat saya itu, âyou are a bit crazy. No, damn crazy!â Bahkan, bukan hanya kawan-kawan saya saja, bekas guru besar saya di Columbus, AS, yang sangat saya sayangi pun, Prof. Bill Liddle, berkomentar lirih, âthe time is not yours yet. My dear Celli (nama kecil saya), you donât have any chance whatsoever.â Terhadap semua itu, saya hanya bisa menjawab, âmungkin anda benar.â Semboyan kampanye saya pun bunyinya rada mirip, If there is a will, there is a way. Pada tahap awal ini, yang ada hanyalah kehendak, kemauan, keberanian, and almost nothing else. Terhadap Bill Liddle saya sempat membalas emailnya dengan kalimat ini: Pak Bill, the âwillâ is here, and I am working out the âwayâ. Mungkin saya akan berhasil, mungkin pula tidak. But let me say this: soalnya bukanlah kalah dan menang, sukses atau tidak. Bahkan sebenarnya, seperti saya telah saya singgung tadi, soalnya bukanlah tentang Rizal Mallarangeng atau siapa pun. Soalnya adalah soal sebuah generasi dan sebuah negri yang kita cintai yang harus bergerak maju, membuka peluang dan kemungkinan-kemungkinan baru. If what I do will not fly anywhere, saya secara pribadi sudah cukup puas karena saya sudah mencoba menunjukkan
[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Celly yang (pernah) saya kenal
wah, saya malah lebih bisa memahami mas celi dari tulisan ini ketimbang dari tanggapan dia sebelumnya. masalah liberal-sosialis memang sudah menjadi perdebatan artifisial, yg penting seperti kata Deng Xiaoping, tidak peduli kucing hitam atau kucing putih, yg penting kucing yg bisa menangkap tikus, atau dengan kata lain yg penting output kebijakannya pada kemajuan bangsa. --- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote: Salam, Saya pengagum Celly (Rizal Mallarangeng) sejak dia masih menjadi mahasiswa komunikasi Fisipol UGM pertengahan 1980-an. Tapi setelah dia balik usai merantau 8 tahun di Amerika dia berubah, dia bukan Celly yang dulu lagi. Mantan dosennya Celly, Ashadi Siregar, termasuk orang 'yang sangat kaget' oleh perubahan Celly. Mantan mentor Celly lainnya, Arief Budiman, lebih arif menyikapi perubahan Celly. Ketika diberi penghargaan Bakrie Award oleh Freedom Institute bikinan Celly, Arief berkata dengan guyon bahwa dia merasa aneh, karena dia sosialis yang 'mendidik' Celly supaya menjadi sosialis tapi setelah Celly pinter malah menjadi liberalis dan memberi penghargaan kepada mantan mentornya yang masih tetap sosialis... Meski tidak sampai seperti Ashadi Siregar, saya termasuk yang kaget terhadap perubahan Celly. saya tidak tahu dia masih ingat apa tidak, tapi suatu ketika dia pinjam buku tipis berbahasa Inggris mengenai Mao Zedong dari saya. Saya lihat dia sangat tertarik oleh ide-ide sejenis Mao. Ketika dia mengembalikan buku itu, saya silakan dia menyimpannya. Kebetulan saya punya dua kopi. Ide-ide itu yang mendasari Celly ketika kemudian terjun ke gerakan mahasiswa. Saya lamat-lamat ingat dalam sebuah diskusi dengan seorang menteri, Celly mengkritik kebijakan pemerintah dengan sangat tajam. Menteri yang agak sewot itu lalu emosional berkata, ''saya akan lihat bagaimana anda nanti kalau sudah punya jabatan''. Setelah Celly pulang dari Amerika saya sering menyaksikannya di Metro TV. Saya kemudian membaca bukunya 'Mendobrak Sentralisme Ekonomi' hasil desertasi doktoralnya. Buku yang bagus sekali, enak dibaca dan jernih. Dia memaparkan dengan detail jaringan liberal di Indonesia hasil didikan Amerika dan pasang surut ide-ide liberalisme di Indonesia. Yang menarik bagi saya antara lain adalah ketika Celly menulis mengenai Kompas dan Tempo dalam kaitan dengan dukungan terhadap liberalisasi ekonomi Indonesia. Menurut Celly, sebagai pribadi Jakob Oetama dan Goenawan Mohammad lebih dekat ke ide-ide sosialisme. Tapi ternyata media mereka mendukung liberalisme. Ketika Celly mendirikan Freedom Institute yang mendapat sokongan sepenuhnya dari Kelompok Bakrie saya melihat lebih jelas lagi perubahan Celly yang baru. Dia pendukung yang sangat bersemangat ide-ide ekonomi liberal. Keterlibatannya menerbitkan dan membayar iklan di Kompas yang mendukung kenaikan harga BBM memperkuat posisi Celly sebagai liberal muda yang menonjol. Saya masih menduga-duga seberapa liberal pemikiran Celly, karena sampai sekarang saya belum pernah baca bukunya yang baru mengenai gagasan-gagasannya. Ketika saya mendengar dia mencalonkan diri sebagai presiden saya sangat senang. Dia tetap punya nyali seperti ketika masih mahasiswa dulu. Bahwa banyak pro dan kontra itu biasa. Saya masih menunggu bagaimana sebenarnya visi Celly mengenai bangsa ini. Amien Rais sudah menulis risalah pendek 'Selamatkan Indonesia' yang marah tetapi bertenaga. Buku ini menunjukkan sikap Amien yang tegas mengenai neoliberalisme yang melanda Indonesia sekarang ini. Saurip Kadi juga menulis buku (meski dituliskan orang lain) mengenai pandangan-pandangannya terhadap berbagai persoalan bangsa Indonesia. Saya bisa sedikit membayangkan bagaimana nanti kalau Amien atau Saurip jadi presiden. Tapi terhadap Celly saya belum punya bayangan karena dia belum merumuskan pemikirannya mengenai kondisi aktual bangsa ini. Membaca artikel-artikelnya saja tidak cukup karena hanya sepotong-sepotong dan tidak utuh. Saya tetap menunggu buku Celly. Saya khawatir karena sudah menjadi selebriti media dia tidak sempat lagi menulis dan dia akan menambah deretan ilmuwan selebritis Indonesia yang tidak punya karya yang monumental tapi namanya terkenal sebagai selebriti media. Saya ingin tahu seberapa liberal Celly sekarang. Bagaimana dia menyikapi globalisasi yang tidak adil terhadap Indonesia, bagaimana ia menanggapi isu-isu nasionalisasi, dominasi multinasional seperti exxon dan Freeport dan isu-isu lain. Ketika Obama mencalonkan diri dia sudah menyiapkan bukunya sehingga orang tahu bagaimana visinya. Sebagai ahli komunikasi Celly tahu betul kekuatan media terutama televisi. Kebetulan juga dia punya akses ke televisi nasional dan kelihatannya cukup punya uang untuk pasang iklan di televisi nasional. Perusahaannya Vox Media rupanya cukup menguntungkan karena punya klien besar seperti Soetrisno Bachir, dari situ kelihatan bahwa Celly pintar juga berbisnis. Televisi memang bisa membesar-besarkan
[Forum Pembaca KOMPAS] ETAN Urges New Rights Commissioner to Advocate for Justice for East Timorese Victims
ETAN Congratulates Judge Pillay on Nomination to UN Human Rights Post Urges Her to Vigorously Advocate for Justice for East Timorese Victims For Immediate Release July 24 -- The East Timor and Indonesian Action Network (ETAN) today congratulated Navanethem Pillay on her nomination as UN High Commissioner for Human Rights. As human rights commissioner, Judge Pillay will become the international community's chief advocate for human rights and accountability, and we expect that she will vigorously continue the United Nations calls for justice and accountability for the many human violations committed in Timor-Leste during the Indonesian occupation, said John M. Miller, National Coordinator of ETAN. We especially urge her to follow-up on the recommendations of the UNs Commission of Experts, which called for the creation of an international criminal tribunal within six months if Indonesia fails to ensure that accountability is secured for those responsible for grave human rights violations and human suffering on a massive scale . The COE report was completed in mid-2005. A tribunal is long overdue. The recently completed joint Indonesia/Timor-Leste Commission on Truth and Friendship must not be the last word on justice and accountability for the serious crimes committed in Timor-Leste during Indonesias illegal occupation, Miller added. Timor-Leste's leaders have often said it is the international community's responsibility to work for justice for past human rights violations committed in their country. Timor-Leste, they have said, is too near and economically dependent to press its huge neighbor on the issue. The UN has refused to cooperate with the joint Indonesia/Timor-Leste CTF, which recently handed over its report to the presidents of the two countries. In a statement in response to the hand over of the CTF report, UN Secretary-General Ban Ki-moon on July 15 encourage[d] the Governments of Indonesia and Timor-Leste to take concrete steps to ensure full accountability, to end impunity and to provide reparations to victims in accordance with international human rights standards. Judge Pillays nomination requires the approval of the General Assembly. ETAN was formed in 1991. The U.S.-based organization advocates for democracy, justice and human rights for Timor-Leste and Indonesia. For more information see ETAN's web site: http://www.etan.org/http://www.etan.org. John M. Miller Internet: [EMAIL PROTECTED] 48 Duffield St., Brooklyn, NY 11201 USA Phone: (718)596-7668 Mobile: (917)690-4391 Skype: john.m.miller
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Lagu Yang Mistis
bagi saya alinea kedua ini justeru enak didengar tapi dangkal makna. Itu hanya cerita pengalaman pribadi si pengarang. Apakah seseorang lahir di Indonesia atau diluar negeri bukan sebuah perkara yang perlu diperdebatkan apalagi dihubung-hubungkan dengan nasionalisme! SH On 7/23/08, Made Papua [EMAIL PROTECTED] wrote: Betul, lagu ini memang betul-betul dahsyat. Khususnya di bait ini: * Di sana tempat lahir beta Dibuai dibesarkan bunda Tempat berlindung di hari tua Tempat akhir menutup mata * Langsung ingat ama Ibu, bapak.. dan negeri dimana kita mencari nafkah, cari uang bwt keluarga.. tapi nasibnya sekarang seperti ini.. /MP [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Re:Pernikahan Adinda Bakrie Diprotes, Keluarga Emoh Komentar
PERKAWINAN DI KELUARGA BAKRI Di Indonesia ini, perkawinan itu adalah sesuatu yang sakral. Apakah itu perkawinan anak tukang rokok, tukang baso atau pedagang maupun anak Presiden. Kalau memang benar Walhi mengaitkan perkawinan dikeluarga Bakrie dengan kasus Lapindo, kok rasanya kurang pas. Pernikahan anak atau keluarga petinggi Walhi sekalipun, hatta itu terlaksana dengan donasi luar negeri, ,juga tidak pantas kalau dikomentari negatif. Mari kita mendudukkan masalah pada tempatnya. salamsori, Opung [Non-text portions of this message have been removed]