[Forum Pembaca KOMPAS] Pernikahan Adinda Bakrie Diprotes, Keluarga Emoh Komentar

2008-07-24 Terurut Topik firdaus cahyadi
Mohon maaf, bukan bersumber dari Kompas.

Rabu, 23/07/2008 14:45 WIB

Pernikahan Adinda Bakrie Diprotes, Keluarga Emoh Komentar

Irwan Nugroho - detikNews



Jakarta - Pesta perkawinan mewah salah satu anggota keluarga Bakrie diprotes 
oleh Wahana Lingkungan Hidup (Walhi). Sebab kasus lumpur Lapindo di Sidoarjo, 
Jawa Timur, yang melibatkan grup Bakrie belum juga tuntas.

Menanggapi hal itu, keluarga Bakrie enggan berkomentar banyak. Soal itu saya 
enggak mau ngomong. Orang menikah itu soal kewajiban agama, kata juru bicara 
keluarga Bakrie, Lalu Mara Satria Wangsa.

Hal itu dikatakan Lalu Mara yang juga menjabat sebagai staf khusus Menko Kesra 
Aburizal Bakrie saat dikonfirmasi detikcom, Rabu (23/7/2008).

Namun, Lalu Mara membenarkan Adinda Bakrie, putri Indra Bakrie, mantan pemilik 
saham PT Lapindo Brantas akan menikah pada Jumat 25 Juli 2008 mendatang. 
Pernikahan keponakan Aburizal itu akan digelar di Hotel Sahid, Jakarta.

Mengenai aksi yang dilakukan Walhi di depan kantor Menko Kesra, Lalu Mara 
mengatakan, aktivis Walhi tidak menyingung-nyinggung pernikahan Adinda. Aksi 
itu adalah aksi solidaritas terhadap anak-anak korban lumpur Sidoarjo.

Tadi topiknya soal hari anak, terus soal anak-anak di Porong (Sidoarjo), kata 
Lalu Mara.

Sebelumnya, koordinator aksi Walhi M Teguh Surya memprotes pernikahan Adinda 
saat melakukan aksi di kantor Menko Kesra sekitar pukul 11.00 WIB.

Pernikahan itu kabarnya menghabiskan dana sekitar 2 digit miliar rupiah. 
Sementara ribuan orang menghirup gas metan di Sidoarjo, kata M Teguh kepada 
wartawan.(irw/ana)

http://www.detiknews.com/read/2008/07/23/144527/976581/10/pernikahan-adinda-bakrie-diprotes-keluarga-emoh-komentar




  

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Kejagung: Koruptor Bisa Dihukum Mati

2008-07-24 Terurut Topik evi douren
KORUPTOR KELAS PAUS pun punya hak u/TIDAK DIHUKUM MATI!  Hanya Tuhannya yg 
punya hak mengambil nyawanya, bukan sesama manusia.
 
Berikan hukuman terberat kpd pelaku kejahatan sistimatis dan struktural yg 
telah menyengsarakan kehidupan bangsa ini, tapi tidak hukuman mati!
 
 
ED


  

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Erwin Aksa Jadi Ketua Umum Hipmi - Anton

2008-07-24 Terurut Topik Achmad Jauzi
Setuju Bro...Kadang-kadang gue setuju juga ama elo...Lebih parah lagi kalau 
uang dari bank itu dikemplang...Sekitar dua tahun lalu Agus Martowardojo sempet 
keukeuh nagih utang Group Bosowa yang udah macet sejak Bank Mandiri belum 
merger...Gue denger Agus Martowardojo sempat hampir diganti...
�


--- On Tue, 7/22/08, anton_djakarta [EMAIL PROTECTED] wrote:

From: anton_djakarta [EMAIL PROTECTED]
Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Erwin Aksa Jadi Ketua Umum Hipmi
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Date: Tuesday, July 22, 2008, 1:26 PM






Saya tidak pernah dibantu sepeserpun dana dari orangtua saya, tapi
alhamdullilah saya bisa mendirikan perusahaan keuangan walaupun
kecil, semestinya saya yang dipilih sebagai ketua umum HIPMI karena
saya seorang made himself sejati hehehehe, bukan cuman nebeng duit
orang tua atau keturunan. Dan banyak pengusaha yang benar-benar
lahir dari beceknya pasar, bukan pengusaha banyak gaya yang lahir
dari timbunan dana bank milik orangtua.

Pengusaha muda sejati selalu lahir dari kesunyian dan kerja keras,
bukan gegap gempita pengusaha berkualitas salon yang cengeng minta
tambahan modal.

ANTON


[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua

2008-07-24 Terurut Topik Satria Dharma
+ Kalimat yang indah, semangat yang membara. Terbang... terbanglah,
Celli!
Salam
Satria



--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, Agus Hamonangan
[EMAIL PROTECTED] wrote:
A Personal Letter to All

(Rizal Mallarangeng)


Saya ingin mengucapkan terima kasih atas perhatian dan simpati
Anda semua, baik yang berada di tanah air maupun yang di luar negri.
Dalam waktu singkat, lewat Facebook, milis-milis di internet, maupun
media massa konvensional di tanah air, begitu banyak yang memberi
komentar, salam persahabatan, dukungan, pertanyaan, keraguan, hingga
kritik yang tajam terhadap saya.





[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua

2008-07-24 Terurut Topik sohibmachmud

membaca ide rizal ini sangat positif, keberanian generasi muda 
secara terbuka mencalonkan diri patut diacungi dua jempol. 
ini akan memberi inspirasi generasi muda lainnya utk tampil. 
hanya satu point yg ingin saya sampaikan khusus utk rizal maupun 
kandidat lainnya. 
berandai2 jika anda jadi ri 1 apakah anda bisa melepaskan stigma 
bahwa pemimpin dari daerah sangat kental kesukuan dan nepotisme.
fakta ini bisa dilihat dari pendahulu2 spt JK sampai ada istilah the 
makassar connections.  
ini mungkin bisa menjadikan point kampanye anda bahwa anda berjanji 
mampu membebaskan diri dari kesukuan atau daerahisme. 

sohib


=

--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, Agus Hamonangan 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 A Personal Letter to All 
 
 (Rizal Mallarangeng) 
  
 
   Saya ingin mengucapkan terima kasih atas perhatian dan 
simpati
 Anda semua, baik yang berada di tanah air maupun yang di luar 
negri.
 Dalam waktu singkat, lewat Facebook, milis-milis di internet, 
maupun
 media massa konvensional di tanah air, begitu banyak yang  memberi
 komentar, salam persahabatan, dukungan, pertanyaan, keraguan, 
hingga
 kritik yang tajam terhadap saya.  
 
   Teknologi membuka berbagai kemungkinan baru, termasuk dalam
 menyatukan perhatian beragam komunitas dari berbagai belahan dunia
 untuk menyampaikan pendapat secara cepat dan personal. Hal ini 
tentu
 perlu disambut dengan tangan terbuka. 
 
   Saya minta maaf sebab tidak mungkin membalas satu persatu 
sapaan
 yang datang kepada saya.  
 
   Dalam kesempatan ini, saya hanya ingin menyampaikan bahwa 
alasan
 utama bagi saya untuk tampil sekarang adalah untuk memberi 
alternatif
 baru dalam proses pemilihan kepemimpinan nasional. Sebenarnya, soal
 ini bukanlah soal saya sebagai pribadi, tetapi persoalan sebuah
 generasi dan sebuah bangsa yang harus terus bergerak maju.  
 




Re: [Forum Pembaca KOMPAS] PIS Capreskan Sutiyoso

2008-07-24 Terurut Topik kapri yojo
Hmm, jangan2 nama parpol ini, PIS,�emang isinya cuma Ponakan dan Istri 
Sutiyoso. Selamat deh, Bang Yos! Setidaknya para Senat Guru Besar Undip yang 
mengegolkan sampeyan untuk dapat Doctor Honoris Causa masih setia di ketiak 
sampeyan untuk mendukung jadi presiden...
salam,
kuss indarto



- Original Message 
From: ali andre [EMAIL PROTECTED]
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, July 22, 2008 11:24:35 AM
Subject: Re: [Forum Pembaca KOMPAS] PIS Capreskan Sutiyoso


BTW partai ini dapat berapa yah dari si Suti . yah itulah realita yang 
ada di Indo ini... para pejabat yang megang kekuasaan lama akan punya duit 
banyak untuk digunakan dalam perang pemilu 2009 ini. kasihan banget 
calon-calon muda seperti Bang Fadjroel dan Budiman, ga punya danan, dan 
bakanalan kalah ama SBY Mega n Suti yang punya duit segudang hasil majak kanan 
kiri...he.he. ...
Ton... gimana nehmasa si Mega mau maju jadi presiden lagi, yah si Budiman 
bakalan di parkir dulu ampe Mega ga dapat jatah lagi baru dah giliran 
Budiman...hehe. .. itupun kalu dapat ijin dari Tk n Mega.


RE: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Erwin Aksa Jadi Ketua Umum Hipmi

2008-07-24 Terurut Topik Eric Soesilo
Itu hanya masalah nasib... Bagus kalau ada yang benar2 berusaha dari nol, tapi 
tidak berarti jelek juga kalau kebetulan meneneruskan perusahaan keluarga dan 
berhasil.

Eric Soesilo
[EMAIL PROTECTED]

Sent from my BlackBerry�
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: anton_djakarta [EMAIL PROTECTED]

Date: Tue, 22 Jul 2008 17:26:41
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Erwin Aksa Jadi Ketua Umum Hipmi


Saya tidak pernah dibantu sepeserpun dana dari orangtua saya, tapi
alhamdullilah saya bisa mendirikan perusahaan keuangan walaupun
kecil, semestinya saya yang dipilih sebagai ketua umum HIPMI karena
saya seorang made himself sejati hehehehe, bukan cuman nebeng duit
orang tua atau keturunan. Dan banyak pengusaha yang benar-benar
lahir dari beceknya pasar, bukan pengusaha banyak gaya yang lahir
dari timbunan dana bank milik orangtua.

Pengusaha muda sejati selalu lahir dari kesunyian dan kerja keras,
bukan gegap gempita  pengusaha berkualitas salon yang cengeng minta
tambahan modal.

ANTON




RE: [Forum Pembaca KOMPAS] Ratna Sarumpaet Maju Jadi Capres 2009

2008-07-24 Terurut Topik ratna sarumpaet
Kawan-kawan di FPK, Berikut isi pidato politik yang saya bacakan tadi malam di 
Galery Cemara6 seperti diberitakan di Kompas. Mohon doa dan  dukungannya. 
Partai yang kami undang memang tidak ada yang hadir. tapintelnya banyak sekali. 
bersaing dengan jumlah pers + tamu, hehehe 
Salam, Ratna Sarumpaet. 

INDONESIA YANG PUNYA HARGA DIRI
Apakah kehilangan terbesar bangsa Indonesia dalam kondisinya yang seburuk 
sekarang,  terjajah oleh kekuatan asing, terpuruk secara ekonomi, korup, menuai 
hutang dan melahirkan kemiskinan? Hilangnya �harga diri bangsa�. 

Kegagalan Negara memahami dan menberdayakan kekayaan dan kekuatan bangsa,  
serta kesalahan Negara memaknai kebudayaan, adalah indikator kegagalan Negara 
memerdekakan rakyat dari belenggu ketidak adilan dan menjadi penyebab gagalnya 
Negara membendung terjadinya pergeseran budaya, tersingkirnya kearifan lokal, 
hilangnya nilai�nilai moral, harga diri, harkat dan martabat bangsa. 
Kebenaran menjadi sesuatu yang langka. Tatanan ideal yang dicita - citakan para 
pendiri bangsa bergeser dari akar (substansi) yang seharusnya, tercerabut dari 
tempatnya. Agama, media massa, dunia kampus yang seharusnya berdiri sebagai 
tonggak penjaga nilai, menjadi rancu, ditekan oleh desakkan kekuatan modal, 
menjadi komoditas politik ekonomi dan menjadi wahana selebritas. Tempat ibadah 
tak lagi menjadi tempat memperoleh kedamaian. Secara umum masyarakat menyikapi 
acuh tak acuh terhadap moral, namun sekaligus emosional. Penghormatan pada 
perbedaan yang menjadi salah satu prinsip agama pudar. Stabilitas nasional 
serta solidaritas berbangsa terancam. Kemajuaan teknologi komunikasi dan media 
massa yang di satu sisi kita butuhkan untuk kemajuan bangsa, justru mempercepat 
proses disintegrasi dan merangsang bermunculannya kecurigaan antar kaum. 
Masyarakat tak lagi menyadari perubahan perilakunya yang telah tercerabut dari 
akar budayanya sendiri. Budaya instan, konsumtif, budaya saling curiga dan 
budaya kekerasan seolah menjadi ciri masyarakat kita dan korban yang paling 
tragis dari merebaknya budaya kekerasan adalah kaum perempuan dan anak-anak. 

Seluruh kenyataan itu secara tragis ikut menabrak kepatutan tatanan politik dan 
menodai demokrasi. Demokrasi yang diperjuangkan dengan susah payah itu pada 
ahkirnya tidak lebih hanya menjadi alat melegitimasi kepentingan-kepentingan 
pemodal kuat dan kekuatan politik masa lalu yang dulu menyengsarakan rakyat. 
Demokrasi hanya menghasilkan negosiasi politik (uang) yang berimbas pada 
pelemahan hukum dan keadilan. Atas nama demokrasi orang-orang yang diduga 
terlibat dalam kejahatan ekonomi, hukum dan HAM - bebas mengejar puncak 
kekuasaan. Para konglomerat hitam bebas memasuki kebijakan-kebijakan pemerintah 
dan parlemen, Dan Pemilu pada akhirnya hanya menjadi ajang pesta pora elite 
yang memberikan mimpi dan janji - janji, tidak menjadi media aspirasi keinginan 
tertinggi rakyat - dan menyakitkan.  
 
Untuk itu, bagi seluruh bangsa Indonesia yang menginginkan bangsa ini kembali 
berdiri tegak dengan harga diri yang utuh, tidak ada jalan selain bangkit 
bersama.  Bersama-sama kita koreksi semua kesalahan yang telah dilakukan selama 
ini,  untuk tidak kembali terulang. Bersama-sama mendudukkan apa yang kedepan 
menjadi dasar kita berbangsa serta menegaskan bagaimana dan oleh siapa bangsa 
ini layak di kelola. 

Untuk itu harus ada keberanian dari semua pihak untuk menghentikan segala 
bentuk ke�aku�an, egoisme pribadi dan kelompok. Berhenti merasa diri paling 
kuat dan paling benar dan mau dengan rendah hati membuka mata betapa kenyataan 
bangsa yang kita cintai ini sudah terlalu buruk untuk seseorang atau sekelompok 
orang  merasa pantas menepuk dada menganggap diri mampu menyelesaikan semua 
persoalan. Dan siapapun diatara anak-anak bangsa yang berniat maju untuk 
memimpin bangsa ini kedepan,  siapapun, apapun sukunya, agamanya, tua atau 
muda, laki-laki atau perempuan, dia harus memiliki beberapa standart keberanian 
:   

1. Keberanian untuk berhenti menjual dan menjaja-jajakan kemiskinan rakyat 
sebagai alat meraih kekuasaan - tanpa kemauan mengakui kalau kemiskinan yang 
menyudutkan mereka bermula dari miskinnya kemauan para penyelenggara Negara 
menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang mandiri.
2. Keberanian mengakui kalau kemiskinan kita secara ekonomi yang membuat kita 
sekarang ini menjadi bangsa yang kehilangan harga diri bermula dari kemiskinan 
moral, pupusnya nilai-nilai budaya, tersingkirnya kearifan local, miskinnya 
kesadaran para pemimpin bangsa menghargai kekayaan dan kekuatan kita sebagai 
bangsa.
3. Keberanian mengakui kalau selama puluhan tahun para penyelenggara negara 
bangsa ini sadar atau tidak telah mengabaikan kewajibannya tunduk pada UUD45 
dan filosofi bangsa, Pancasila. Dalam pembukaan UUD45 jelas teruang 
�Melindungi seluruh bangsa Indonesia� bukan melindungi sekelompok bangsa 
Indonesia. �Melindungi seluruh tumpah darah Indonesia�, bukan menjual dan 
menggadaikannya ke 

Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Artikel: POLITIK KAUM MUDA DAN IDEOLOGI NASIONAL

2008-07-24 Terurut Topik Suhaimi
Dear Bung Hudan,

Saya dukung posisi anda sebagai Manager Tim Kemenangan Bung Fadjroel Rachman 
so, kapan anda akan merealisasikan idenya Mbak Yuli (buka rekening bank guna 
menampung sumbangan Rp 10.000,- per orang untuk biaya kampanye) Bung Fadjroel ? 
please Asap !

Kembali ke Bung Budiman Sudjatmiko, saya menghargai pendapat dan pendiriannya, 
meskipun saya tidak sependapat dengan pendapat dan pendiriannya itu, kenapa dan 
apa alasan saya ? yaitu sbb :
1. Bung BS percaya dengan institusi parpol, saya tidak.
2. Bung BS berpendapat, untuk memperbaiki parpol, maka dia harus nyemplung 
kedalammnya. saya tidak, sebab saya berkaca dari Bung Karno  Bung Hatta yang 
tidak harus menjadi pegawai kolonial Belanda terlebih dahulu untuk memerdekakan 
Indonesia tercinta toh ?
3. Bung BS berpendapat (tersirat) untuk menempa leadershipnya sekaligus batu 
loncatan dia merasa kudu magang terlebih dulu sebagai anggota DPR RI, saya 
tidak, sebab posisi seorang anggota DPR RI itu, jika dia katakanlah orang yang 
mulia, maka kemuliaannya itu tidak akan terasa oleh rakyat banyak (ibarat 
setetes embun di sahara barat, kaya dah kesana aja dech gw...he he he) so, 
sementara itu seorang anggota DPR RI yang sontoloyo, maka tak ubahnya bagaikan 
seekor singa kelaparan yang dilepaskan sahara barat, dia akan membuat 
ketakutan,kecemasan,kepanikan, kesengsaraan dll bagi para  penghuni lainnya 
disitu.  

Untuk dinegeri Republik Impian, saya mengusulkan pada Bapak Presiden Manneke 
Budiman agar mengangkat anda menjadi Menteri Kebudayaan  Pariwisata.

Salam hangat,
Suhaimi

  - Original Message - 
  From: Hudan Hidayat 
  To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com 
  Cc: [EMAIL PROTECTED] ; Apresiasi Sastra 
  Sent: Wednesday, July 23, 2008 6:59 PM
  Subject: Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Artikel: POLITIK KAUM MUDA DAN IDEOLOGI 
NASIONAL


  bung suhaimi, bung anton pemikir kita itu tak akan kecewa: dia tahu betul 
sistem kepartaian kita, yang dalam sistem itu tak mungkin banget bung budiman 
itu maju sebagai capres tahun 2009. 

  nah maksud bung anton itu, artinya kan bisa kita tebak sendiri apa di balik 
kata-katanya.

  kalau bung fadjroel rachman memang sangat mungkin karena dia pemain bebas 
yang tidak harus menikung kayak bung budiman itu kalau hendak maju.

  jadi sepakat fadjroel dan kawan-kawannya kan?

  he he he

  hudan hidayat 
  - manager kampanye m. fadjroel rachman untuk presiden 2009 dari memo 
indonesia. sedikit menentang ruu pornografi. penganjur kebebasan berpikir tanpa 
batas kecuali batasnya adalah imajinasi itu sendiri. karena pemikiran yang 
tanpa batas itulah pra-syarat dari kreatifitas yang memungkinkan bangsa ini 
bergerak maju ke depan - seperti negara maju lainnya yang sudah di hadapan kita.

  


Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Artikel: POLITIK KAUM MUDA DAN IDEOLOGI NASIONAL

2008-07-24 Terurut Topik Haniwar Syarif
menurut pengamatan saya sih Bu Mega legowo aja.., tapi anak buahnya 
nggak. Dalam artian utksata ini belum ada pemimpin lain yg   dominan 
shg takut ada perprecahan.

lepas dari tu , saran saya jangan tentukan lepas atau tidaknya ke gol 
put an anda  dgn legowo atau tidaknya Bu Mega.

Cari aj apilihan lainkan banyak..Kalau pelru dorong calon lain.

Masa golput hanya krn Mega nggak legowo.


nggak sound  ahh.

Urusna kita hari ini,memperteajam inra k7 kita utk memilih yang 
terbaik.., juga mempertajam ilmu memilih yg rasional agar tidka salah pilih..

nggak ada hubungannya dgn seseorang legowo atau tidak.


Masa siapapun ..asal bukan Mega .. lau mau dipilih.. ini alasan yg 
100 persen salah..


Mas   menurut saya  memilih ' ASAL BUKANbetul betul bukanalsan cerdas...


At 02:10 PM 23-07-08, you wrote:
Sepakat dengan Pak Arief Adityawan,

Bila Ibu Mega legowo  PDIP memiliki capres baru asal bukan Mega,
kegolputan saya juga akan saya tanggalkan.

Lebih dari itu, PDIP memang perlu pembaharuan!
Cukuplah PDIP yang masih mengandalkan karisma Ibu Mega, berubahlah PDIP!

Salam,

Patrick Hutapea


Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua

2008-07-24 Terurut Topik | masboi |
Saya mendukung langkah Mas Rizal! Paling tidak ini merupakan jalan untuk
meretas kebekuan transisi kepemimpinan di Indoneisa. Saya coba untuk forward
email ini ke milis-milis yang saya ikuti. Semoga sukses.

Salam dari kampung Wageningen, The Netherlands.

-- 
masboi | yohanes widodo
e/ym: [EMAIL PROTECTED]
e/gt: [EMAIL PROTECTED]
www.masboi.com


[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Essay - Kurangi pergi haji dan umroh....

2008-07-24 Terurut Topik Awang BinSaS

Dear Yth.� Pak Satriyo,,,

Saya sangat sepaham dgn tulisan bapak dibawah. Hal seperti itulah yg terus 
mengendap di pikiran saya, dan saya hanya bisa selalu berharap dan berharap 
akan lebih banyak orang yang mau berbuat demikian. Tapi bukan berarti karena 
saya ada maksud ingin dibantu, enggak sama sekali, karena walaupun gak 
berlebih, saya masih bisa hidup cukup.

Bapak Satriyo, bapak sebagai orang dalam Trans TV, apakah bapak bisa 
mengusulkan ke Trans TV untuk bisa berperan serta dengan mengkampanyekan hal 
demikian...? Karena media TV sangat EFEKTIF untuk sosialisasi dalam mengajak 
masyarakat berbuat sesuatu. Media TV pengaruhnya sangat besar.

Jika bapak dan Trans TV bisa menjadi PIONER dlm hal yg mulia ini, insya Allah 
akan mempunyai pengaruh yg luas� dan positif di seluruh Indonesia.

Pak Satriyo dan Trans tv, berbuatlah sesuatu untuk bangsa ini. Segera.

Maturnuwun
===






--- On Wed, 7/23/08, Satrio Arismunandar [EMAIL PROTECTED] wrote:
From: Satrio Arismunandar [EMAIL PROTECTED]
Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Essay - Kurangi pergi haji dan umroh

Essay - KURANGI PERGI HAJI DAN UMROH�
 
Oleh Satrio Arismunandar
 
Saya bukan ahli agama, dan tidak pernah secara khusus belajar tentang ajaran
agama saya, Islam, kecuali di sekolah umum, mulai dari SD sampai universitas.
Membaca Al Quran pun saya tidak fasih. Maka, saya jelas jauh dari kriteria
seorang ulama. Jadi, mohon tulisan saya ini lebih dipahami sebagai cetusan
pemikiran seorang awam, yang berusaha menggali hal-hal yang mungkin bisa
dilakukan untuk kebaikan masyarakat.
 
Dalam Islam, setahu saya, ada dua macam amal ibadah. Pertama, jenis ibadah yang
lebih berfokus dan berdampak pada individu yang melaksanakannya, seperti:
sholat, naik haji, umroh, puasa, dan sebagainya. Kedua, jenis ibadah yang
memiliki implikasi sosial yang lebih luas. Seperti: zakat, infaq, sedekah, dan
sebagainya. 
 
Kedua macam ibadah ini sama-sama penting. Namun, dalam kondisi tertentu, orang
harus memilih dan membuat skala prioritas. Misalnya: Saya punya uang lebih Rp
40 juta. Apa yang akan saya lakukan dengan uang itu? Saya bisa gunakan untuk
naik haji atau umroh, yang artinya saya nikmati sendiri. Tetapi, uang itu juga
bisa saya manfaatkan untuk menyantuni anak yatim, membiayai sekolah mereka,
membantu orang miskin dan korban bencana alam, yang berarti saya ikut
memperbaiki kondisi sosial masyarakat. 
 
Bayangkan, berapa banyak orang miskin yang akan tertolong nasibnya dengan uang
sebanyak itu. Berapa banyak anak yang sekarang drop out, karena orang tuanya
tak sanggup membayar SPP, akan bisa mengenyam bangku sekolah lagi. Berapa
banyak bayi kurang gizi, yang terancam lumpuh atau kehilangan masa depan, akan
tumbuh sebagai anak-anak yang sehat dan cerdas.
 
Dalam kondisi sosial-ekonomi saat ini, jutaan rakyat Indonesia makin terpuruk
tingkat kesejahteraannya, akibat kebijakan ekonomi neoliberal yang tidak
prorakyat, yang menghasilkan kenaikan harga BBM dan berbagai kebutuhan pokok
lainnya. Dalam kondisi krisis semacam ini, alangkah baiknya jika umat Islam
memberi perhatian lebih besar pada ibadah yang berimplikasi sosial meluas,
seperti: zakat, infaq dan sedekah.  
 
Kalau Anda sudah pernah satu kali naik haji, kewajiban berhaji ke tanah suci
Mekkah sebetulnya sudah lunas. Maka, jika Anda masih punya kelebihan uang,
sebaiknya tidak dipakai untuk berkali-kali pergi haji atau umroh. Uang itu
seyogyanya dialihkan untuk membantu masyarakat lain, yang masih sangat
membutuhkan. Ada jutaan rakyat miskin dan susah, di berbagai pelosok Tanah Air,
yang sangat membutuhkan uluran tangan Anda. Sering kali, mereka bahkan bisa
ditemukan di lingkungan sekitar, tak jauh dari rumah Anda. 
 
Saya dan siapapun juga memang tidak berhak melarang Anda pergi haji dan umroh
berkali-kali. Toh, yang Anda gunakan itu adalah uang Anda sendiri. Namun, saya
hanya mengimbau, tolong lihatlah kondisi masyarakat kita sekarang, dan ubahlah
sedikit skala prioritas Anda dalam beribadah. Saya percaya, doa tulus yang
disertai rasa syukur dari orang-orang yang telah Anda bantu itu �InsyaAllah--
akan membantu Anda memperoleh ridla dan ampunan Allah SWT. 
 
Jakarta, 23 Juli 2008
 




Satrio Arismunandar 
Executive Producer
News Division, Trans TV, Lantai 3
Jl. Kapten P. Tendean Kav. 12 - 14 A, Jakarta 12790 
Phone: 7917-7000, 7918-4544 ext. 4023,  Fax: 79184558, 79184627
 
http://satrioarismunandar6.blogspot.com
http://satrioarismunandar.multiply.com  
 







=
Pojok Milis Forum Pembaca KOMPAS :

1.Milis FPK dibuat dan diurus oleh pembaca setia KOMPAS
2.Topik bahasan disarankan bersumber dari KOMPAS dan KOMPAS On-Line (KCM)
3.Moderator berhak mengedit/menolak E-mail sebelum diteruskan ke anggota
4.Moderator E-mail: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
5.Untuk bergabung: [EMAIL PROTECTED]

KOMPAS LINTAS GENERASI
=
Yahoo! Groups Links

* To visit 

Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua

2008-07-24 Terurut Topik Deddy Mansyur
Dear Bung Rizal,

Semenjak Bung Rizal tamatan USA dari Ohio State University (BTW, kawan saya 
di BI juga tamatan dari Ohio State U - Dr. Mulya E. Siregar), ijinkanlah 
saya berbicara lewat email dengan cara kita berkomunikasi di USA, open 
with respect.

Saya respect dengan Bung Rizal yang sangat care sekali dengan masalah NKRI 
yang sangat amburadur, messed up big time.

I don't really care whether young or older persons to lead the NKRI.

One thing for sure:
Please TAKE CARE OF OUR RAKYAT KECIL yang sangat SENGSARA sekali.

I've been so fortunate living in Houston, Texas for the last 31 years.

Everytime I go to JKT, I cry. I cry to see kids begging for food, money 
anything. They need our love.

In short:
We have to work together to find the best solution to our NKRI's problems. 
Insya Allah.

KKN MUST GO from the NKRI forever.

Salam,
sensei deddy mansyur
university of houston
www.uh.edu/shotokan


- Original Message - 
From: Agus Hamonangan [EMAIL PROTECTED]
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, July 23, 2008 12:41 PM
Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua


A Personal Letter to All

(Rizal Mallarangeng)


  Saya ingin mengucapkan terima kasih atas perhatian dan simpati
Anda semua, baik yang berada di tanah air maupun yang di luar negri.
Dalam waktu singkat, lewat Facebook, milis-milis di internet, maupun
media massa konvensional di tanah air, begitu banyak yang  memberi
komentar, salam persahabatan, dukungan, pertanyaan, keraguan, hingga
kritik yang tajam terhadap saya.

  Teknologi membuka berbagai kemungkinan baru, termasuk dalam
menyatukan perhatian beragam komunitas dari berbagai belahan dunia
untuk menyampaikan pendapat secara cepat dan personal. Hal ini tentu
perlu disambut dengan tangan terbuka.

  Saya minta maaf sebab tidak mungkin membalas satu persatu sapaan
yang datang kepada saya.

  Dalam kesempatan ini, saya hanya ingin menyampaikan bahwa alasan
utama bagi saya untuk tampil sekarang adalah untuk memberi alternatif
baru dalam proses pemilihan kepemimpinan nasional. Sebenarnya, soal
ini bukanlah soal saya sebagai pribadi, tetapi persoalan sebuah
generasi dan sebuah bangsa yang harus terus bergerak maju.

  Sejak 10 tahun terakhir, pilihan-pilihan kepemimpinan nasional
tidak banyak berubah. Gus Dur dan Amien Rais tampaknya masih ingin
ikut pemilihan presiden tahun depan, mendampingi Presiden SBY dan
Wapres Kalla serta Megawati. Begitu juga Jenderal (purn) Wiranto dan
Letjen (purn) Probowo. Mungkin Sultan Hemengkubuwono X dan Letjen
(purn) Sutiyoso juga akan turut serta.

  Saya menghormati tokoh-tokoh senior tersebut. Tapi apakah
pilihan kepemimpinan nasional harus berkisar hanya di seputar mereka,
sebagaimana yang terjadi setelah Soeharto lengser? Apakah di Indonesia
terjadi stagnasi dalam sirkulasi kepemimpinan nasional, sehingga
wajah-wajah baru tidak mungkin muncul sama sekali? Jika di Amerika
Serikat muncul Obama (47 tahun) dan di Rusia ada Medvedev (44 tahun),
mengapa kita tidak? Bukankah Republik Indonesia sebenarnya dipelopori
oleh para tokoh yang saat itu berusia muda, seperti dr. Tjipto
Mangunkusumo, HOS Tjokroaminoto, Sukarno, Hatta, Sjahrir?

  Somebody has to do something. Kita harus menunjukkan bahwa
Indonesia adalah bangsa besar yang dinamis, berjalan mengikuti
perubahan zaman dengan membuka diri terhadap berbagai kemungkinan
baru. Kita harus berkata kepada para senior tersebut, we respect you,
Sir and Madam. But please give some space to our new generation. Sudah
saatnya generasi baru kepemimpinan di Indonesia turut serta dalam
penentuan kehidupan bersama pada level politik yang tertinggi.

  Pemikiran seperti itulah yang memberanikan saya untuk tampil
sekarang. Dengan segala kelemahan yang ada, saya bersyukur mendapat
kesempatan untuk melakukannya. Memang, kalau dipikir-pikir, kata
beberapa kawan dekat saya, keputusan itu agak gila sedikit. Lebih
banyak beraninya ketimbang pertimbangan yang dingin dan rasional.

  Saya bukan menteri atau mantan menteri. Saya bukan ketua umum
partai, bukan presiden atau mantan presiden, bukan jenderal
berbintang, bukan anak proklamator, bukan pejabat tinggi, bukan bekas
panglima TNI, bukan pula orang kaya raya atau anak orang kaya raya.
�?oRizal,�?� kata kawan-kawan dekat saya itu, �?oyou are a bit crazy. 
No,
damn crazy!�?�

  Bahkan, bukan hanya kawan-kawan saya saja, bekas guru besar saya
di Columbus, AS, yang sangat saya sayangi pun, Prof. Bill Liddle,
berkomentar lirih, �?othe time is not yours yet. My dear Celli (nama
kecil saya), you don�?Tt have any chance whatsoever.�?�

  Terhadap semua itu, saya hanya bisa menjawab, �?omungkin anda
benar.�?� Semboyan kampanye saya pun bunyinya rada mirip, If there is a
will, there is a way. Pada tahap awal ini, yang ada hanyalah kehendak,
kemauan, keberanian, and almost nothing else.  Terhadap Bill Liddle
saya sempat membalas emailnya dengan kalimat ini: Pak Bill, the 

Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Essay - Kurangi pergi haji dan umroh....

2008-07-24 Terurut Topik prabowo bobbie
Mas Aris,
Menarik, saya sependapat - Semoga bisa menjadi bahan renungan.
(Bangsa kita semakin Agamis, tetapi juga semakin Individualis)
Salam,
Kastubie.


- Original Message 
From: Satrio Arismunandar [EMAIL PROTECTED]

Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Essay - Kurangi pergi haji dan umroh

Essay - KURANGI PERGI HAJI DAN UMROH…

Oleh Satrio Arismunandar

Saya bukan ahli agama, dan tidak pernah secara khusus belajar tentang ajaran 
agama saya, Islam, kecuali di sekolah umum, mulai dari SD sampai universitas. 
Membaca Al Quran pun saya tidak fasih. Maka, saya jelas jauh dari kriteria 
seorang ulama. Jadi, mohon tulisan saya ini lebih dipahami sebagai cetusan 
pemikiran seorang awam, yang berusaha menggali hal-hal yang mungkin bisa 
dilakukan untuk kebaikan masyarakat.

Dalam Islam, setahu saya, ada dua macam amal ibadah. Pertama, jenis ibadah yang 
lebih berfokus dan berdampak pada individu yang melaksanakannya, seperti: 
sholat, naik haji, umroh, puasa, dan sebagainya. Kedua, jenis ibadah yang 
memiliki implikasi sosial yang lebih luas. Seperti: zakat, infaq, sedekah, dan 
sebagainya.

Kedua macam ibadah ini sama-sama penting. Namun, dalam kondisi tertentu, orang 
harus memilih dan membuat skala prioritas. Misalnya: Saya punya uang lebih Rp 
40 juta. Apa yang akan saya lakukan dengan uang itu? Saya bisa gunakan untuk 
naik haji atau umroh, yang artinya saya nikmati sendiri. Tetapi, uang itu juga 
bisa saya manfaatkan untuk menyantuni anak yatim, membiayai sekolah mereka, 
membantu orang miskin dan korban bencana alam, yang berarti saya ikut 
memperbaiki kondisi sosial masyarakat.

Bayangkan, berapa banyak orang miskin yang akan tertolong nasibnya dengan uang 
sebanyak itu. Berapa banyak anak yang sekarang drop out, karena orang tuanya 
tak sanggup membayar SPP, akan bisa mengenyam bangku sekolah lagi. Berapa 
banyak bayi kurang gizi, yang terancam lumpuh atau kehilangan masa depan, akan 
tumbuh sebagai anak-anak yang sehat dan cerdas.

Dalam kondisi sosial-ekonomi saat ini, jutaan rakyat Indonesia makin terpuruk 
tingkat kesejahteraannya, akibat kebijakan ekonomi neoliberal yang tidak 
prorakyat, yang menghasilkan kenaikan harga BBM dan berbagai kebutuhan pokok 
lainnya. Dalam kondisi krisis semacam ini, alangkah baiknya jika umat Islam 
memberi perhatian lebih besar pada ibadah yang berimplikasi sosial meluas, 
seperti: zakat, infaq dan sedekah.

Kalau Anda sudah pernah satu kali naik haji, kewajiban berhaji ke tanah suci 
Mekkah sebetulnya sudah lunas. Maka, jika Anda masih punya kelebihan uang, 
sebaiknya tidak dipakai untuk berkali-kali pergi haji atau umroh. Uang itu 
seyogyanya dialihkan untuk membantu masyarakat lain, yang masih sangat 
membutuhkan. Ada jutaan rakyat miskin dan susah, di berbagai pelosok Tanah Air, 
yang sangat membutuhkan uluran tangan Anda. Sering kali, mereka bahkan bisa 
ditemukan di lingkungan sekitar, tak jauh dari rumah Anda.

Saya dan siapapun juga memang tidak berhak melarang Anda pergi haji dan umroh 
berkali-kali. Toh, yang Anda gunakan itu adalah uang Anda sendiri. Namun, saya 
hanya mengimbau, tolong lihatlah kondisi masyarakat kita sekarang, dan ubahlah 
sedikit skala prioritas Anda dalam beribadah. Saya percaya, doa tulus yang 
disertai rasa syukur dari orang-orang yang telah Anda bantu itu –InsyaAllah-- 
akan membantu Anda memperoleh ridla dan ampunan Allah SWT.

Jakarta, 23 Juli 2008





Satrio Arismunandar
Executive Producer
News Division, Trans TV, Lantai 3
Jl. Kapten P. Tendean Kav. 12 - 14 A, Jakarta 12790
Phone: 7917-7000, 7918-4544 ext. 4023,  Fax: 79184558, 79184627

http://satrioarismunandar6.blogspot.com
http://satrioarismunandar.multiply.com





Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Berakhir Sudah Perburuan Selama Hampir 13 Tahun

2008-07-24 Terurut Topik Bambang Riyanto
Ibu Reni,
apakah China maju karena faktor banyaknya penjahat yang dihukum mati? 
rasanya kok tidak secara jelas relasinya. 
Kenapa di negara kita korupsi tidak bisa berkurang? Karena hukumannya tidak 
sebanding. Lihat saja Ayin yang hanya dituntut 5th, Rusdiharjo cuma kena 2th, 
dll. Ini tidak sebanding dengan apa yang telah mereka rampok. Selain itu, di 
tembok derita pun mereka tidak betul2 menderita karena uang masih berkuasa. 
Artinya? Sistem itulah yang mesti berani diubah. Hukum koruptor seberat2nya, 
hingga maksimal seumur hidup. Atau kalau perlu ide Pak Arief dengan memasukkan 
koruptor ke sumur tinja perlu dipraktekkan. Selain itu, bersihkan LP yang ada 
dari petugas2 yang kotor. Sita aset2 koruptor dan gunakan itu untuk 
kesejahteraan rakyat.
Nah, beranikah pemerintah? 
Sekalipun ada hukuman mati, kalau sistem di kejaksaan, pengadilan dan LP masih 
penuh suap bisa dipastikan koruptor udah kabur ke Singapore.

riyanto


- Original Message 
From: reni renata [EMAIL PROTECTED]


Kalau dihukum seumur hidup menusahkan negara harus memberi makan dia di penjara 
sampai dia mati. Apa alasan Pak maneke tidak setuju hukuman mati? Cina telah 
mempraktekan hukum tembak dan berhasil membawa cina menjadi negara maju. 
Biarkan Indonesia maju dan sejahtera tanpa ada koruptor yang selalu membuat 
rakyat sengsara. Indonesia sangat kaya raya . 

  

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Sebagian Lulusan S2 dan S3 Tidak Penuhi Standar Kompetensi

2008-07-24 Terurut Topik Hendra Kusumah
Ada sih yang sesuai standar... standar yang di bawah standar maksudnya.



2008/7/23 Teguh Santoso [EMAIL PROTECTED]:

   Alenia pertama menyebutkan Sebagian Program S2 dan S3 di tanah air
 mutunya
 masih di bawah standar. Artinya TIDAK SEMUANYA. Mohon jika ada datanya
 sekalian saja diumumkan lulusan S2 dan S3 mana yang masih di bawah standar
 agar memudahkan lulusan S1 tidak salah pilih jika ingin ambil S2 dan S3 di
 tanah air.

 udah susah2 ambil S2 atau S3 eh masih di bawah standar. Karena saya yakin
 tentunya adalah Program S2 dan S3 di tanah air yang masih sesuai standar.

 salam
 teguh santoso


RE: [Forum Pembaca KOMPAS] Utang Bertambah, Tetapi Aset Negara Tidak Makin Kaya

2008-07-24 Terurut Topik Haniwar Syarif
pemerintah termasuk   menkeu memangsuka bipu

kjesannya sudha hebat bangetbela rakyat dgn subsidi ( yg kata KKG boongan

lihat dong tuh daftar gratisan di Perancis dan
ASustralian yg di posting teman teman disini

eh O(mong oming , mbak Binny sudha klarifikasi
belum ya soal bergabung ke Golkar.


entah kenapa saya selalu sedih kalau ornag ornag
sebaik  Bu Binny mausk Golkar...

HS

At 03:14 PM 23-07-08, you wrote:
Walah, ibu menteri ini kok lucu, subsidi agara rakyatnya makmur dan
sejahtera dibilang pemborosan. Lha BLT itu apa dong? Kalau subisidi BBM itu
pemborosan, BLT apa? Kok gak konsisten, lantas, apa urusannya USAID dengan
Asia Foundation? Kok dibawa-bawa, apa dia mulai dimarahin sama kedua lembaga
ini? Salam, binny


Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua

2008-07-24 Terurut Topik Hendra Kusumah
Lihat... nampak sekali menara gadingnya, untuk sekadar menulis sebait kata
di FPK saja, dia tak mampu... Bung Celi, Anda tertinggal satu langkah dari
Budiman Sujatmiko dalam soal ini!



2008/7/24 Agus Hamonangan [EMAIL PROTECTED]:

   A Personal Letter to All

 (Rizal Mallarangeng)


 Saya ingin mengucapkan terima kasih atas perhatian dan simpati
 Anda semua, baik yang berada di tanah air maupun yang di luar negri.
 Dalam waktu singkat, lewat Facebook, milis-milis di internet, maupun
 media massa konvensional di tanah air, begitu banyak yang memberi
 komentar, salam persahabatan, dukungan, pertanyaan, keraguan, hingga
 kritik yang tajam terhadap saya.

 Teknologi membuka berbagai kemungkinan baru, termasuk dalam
 menyatukan perhatian beragam komunitas dari berbagai belahan dunia
 untuk menyampaikan pendapat secara cepat dan personal. Hal ini tentu
 perlu disambut dengan tangan terbuka.

 Saya minta maaf sebab tidak mungkin membalas satu persatu sapaan
 yang datang kepada saya.

 Dalam kesempatan ini, saya hanya ingin menyampaikan bahwa alasan
 utama bagi saya untuk tampil sekarang adalah untuk memberi alternatif
 baru dalam proses pemilihan kepemimpinan nasional. Sebenarnya, soal
 ini bukanlah soal saya sebagai pribadi, tetapi persoalan sebuah
 generasi dan sebuah bangsa yang harus terus bergerak maju.

 Sejak 10 tahun terakhir, pilihan-pilihan kepemimpinan nasional
 tidak banyak berubah. Gus Dur dan Amien Rais tampaknya masih ingin
 ikut pemilihan presiden tahun depan, mendampingi Presiden SBY dan
 Wapres Kalla serta Megawati. Begitu juga Jenderal (purn) Wiranto dan
 Letjen (purn) Probowo. Mungkin Sultan Hemengkubuwono X dan Letjen
 (purn) Sutiyoso juga akan turut serta.

 Saya menghormati tokoh-tokoh senior tersebut. Tapi apakah
 pilihan kepemimpinan nasional harus berkisar hanya di seputar mereka,
 sebagaimana yang terjadi setelah Soeharto lengser? Apakah di Indonesia
 terjadi stagnasi dalam sirkulasi kepemimpinan nasional, sehingga
 wajah-wajah baru tidak mungkin muncul sama sekali? Jika di Amerika
 Serikat muncul Obama (47 tahun) dan di Rusia ada Medvedev (44 tahun),
 mengapa kita tidak? Bukankah Republik Indonesia sebenarnya dipelopori
 oleh para tokoh yang saat itu berusia muda, seperti dr. Tjipto
 Mangunkusumo, HOS Tjokroaminoto, Sukarno, Hatta, Sjahrir?

 Somebody has to do something. Kita harus menunjukkan bahwa
 Indonesia adalah bangsa besar yang dinamis, berjalan mengikuti
 perubahan zaman dengan membuka diri terhadap berbagai kemungkinan
 baru. Kita harus berkata kepada para senior tersebut, we respect you,
 Sir and Madam. But please give some space to our new generation. Sudah
 saatnya generasi baru kepemimpinan di Indonesia turut serta dalam
 penentuan kehidupan bersama pada level politik yang tertinggi.

 Pemikiran seperti itulah yang memberanikan saya untuk tampil
 sekarang. Dengan segala kelemahan yang ada, saya bersyukur mendapat
 kesempatan untuk melakukannya. Memang, kalau dipikir-pikir, kata
 beberapa kawan dekat saya, keputusan itu agak gila sedikit. Lebih
 banyak beraninya ketimbang pertimbangan yang dingin dan rasional.

 Saya bukan menteri atau mantan menteri. Saya bukan ketua umum
 partai, bukan presiden atau mantan presiden, bukan jenderal
 berbintang, bukan anak proklamator, bukan pejabat tinggi, bukan bekas
 panglima TNI, bukan pula orang kaya raya atau anak orang kaya raya.
 Rizal, kata kawan-kawan dekat saya itu, you are a bit crazy. No,
 damn crazy!

 Bahkan, bukan hanya kawan-kawan saya saja, bekas guru besar saya
 di Columbus, AS, yang sangat saya sayangi pun, Prof. Bill Liddle,
 berkomentar lirih, the time is not yours yet. My dear Celli (nama
 kecil saya), you don't have any chance whatsoever.

 Terhadap semua itu, saya hanya bisa menjawab, mungkin anda
 benar. Semboyan kampanye saya pun bunyinya rada mirip, If there is a
 will, there is a way. Pada tahap awal ini, yang ada hanyalah kehendak,
 kemauan, keberanian, and almost nothing else. Terhadap Bill Liddle
 saya sempat membalas emailnya dengan kalimat ini: Pak Bill, the will
 is here, and I am working out the way.

 Mungkin saya akan berhasil, mungkin pula tidak. But let me say
 this: soalnya bukanlah kalah dan menang, sukses atau tidak. Bahkan
 sebenarnya, seperti saya telah saya singgung tadi, soalnya bukanlah
 tentang Rizal Mallarangeng atau siapa pun. Soalnya adalah soal sebuah
 generasi dan sebuah negri yang kita cintai yang harus bergerak maju,
 membuka peluang dan kemungkinan-kemungkinan baru.

 If what I do will not fly anywhere, saya secara pribadi sudah
 cukup puas karena saya sudah mencoba menunjukkan bahwa Indonesia tidak
 membeku, stagnan dengan pilihan-pilihan yang itu-itu saja selama
 bertahun-tahun.

 Namun, kalau toh ada sedikit harapan yang bisa dikatakan saat
 ini, saya sebenarnya menangkap sebuah isyarat, bahwa dalam masyarakat
 kita ada sebuah kerinduan terhadap sesuatu yang baru dan segar. But it
 is much too early to bet on this.

 Untuk sementara, saya sudah merasa senang bahwa sekarang 

Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Diminta Tetap Dampingi SBY, JK Tak Mau Jawab

2008-07-24 Terurut Topik Hendra Kusumah
Sikap JK ini mengandung dua makna:

1. JK sadar bahwa popularitasnya sebagai Cawapres 2009 terus jatuh menukik,
sehingga cukup tau diri bahwa SBY tak kan memilih dia sebagai pendamping.

2. JK juga tau bahwa popularitas SBY semakin nyungsep, tentu ia tak mau
mendampingi orang yang kans kalahnya semakin besar pada Pemilu 2009
mendatang.



2008/7/23 Agus Hamonangan [EMAIL PROTECTED]:


 http://www.kompas.com/read/xml/2008/07/23/13473140/diminta.tetap.dampingi.sby.jk.tak.mau.jawab

 JAKARTA, RABU - Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla tak mau menjawab
 pertanyaan pengurus Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Generasi Muda Partai
 Demokrat yang menginginkan dirinya mendampingi Presiden Susilo Bambang
 Yudhoyono sebagai calon Wakil Presiden RI periode kedua tahun
 2009-2014 dalam pemilihan presiden dan wapres 2009.

 Dalam sowan tadi, kami minta SBY-JK tetap berpasangan sebagai calon
 presiden dan wapres periode ke-2. Akan tetapi, beliaunya (Jusuf Kalla)
 tidak mau berbicara soal dia mau maju atau tidak. Katanya, 'kalau saya
 menjawab, saya salah'. Karena, dirinya sudah komitmen akan membahas
 masalah ini dulu dengan partainya setelah Pemilu Legislatif, April
 2009, ujar Ketua Umum DPP Gema Demokrat Lucky P Sastawiria saat
 bertemu dengan Wapres Kalla di Istana Wapres, Jakarta, Rabu (23/7).

 Menurut Ketua Dewan Penasihat DPP Gema Partai Demokrat Alex
 Asmasoebrata, yang bersama pengurus DPP Gema Partai Demokrat
 mendampingi Lucky, pihaknya merekomendasikan Presiden Yudhoyono dan
 Wapres Kalla sebagai presiden dan wapres untuk kedua kalinya.

 Beliau (Wapres Kalla) memang belum mau bicara soal (pencalonan
 presiden dan wapres). Karena, kalau dia mau maju sebagai orang kedua,
 bagaimana dengan Partai Golkar yang dipimpinnya? Apa gila luh kalau
 Partai Golkar mau mencalonkan sebagai presiden, tetapi Partai Demokrat
 hanya mencalonkan sebagai calon wapres? Nah, inilah persoalannya,
 kata Alex.

 Meski begitu, tambah Alex, DPP Gema Partai Demokrat dalam Rapat
 Koordinasi Nasional (Rakornas) yang akan diselenggarakan pada akhir
 Agustus mendatang di Jakarta, tetap akan mengajukan Wapres Kalla
 sebagai pendamping Presiden Yudhoyono.

 Bukan kami mengecilkan kemampuan beliau kalau kami mencalonkan Wapres
 Kalla sebagai wapres RI periode berikutnya, akan tetapi karena
 berdasarkan animo masyarakat lewat pesan layanan singkat yang
 disampaikan ke kami, semuanya berharap Wapres Kalla mendampingi
 Presiden Yudhoyono, jelas Alex.

 Alex menegaskan, Jadi, kami mengimbau Wapres Kalla untuk mendampingi
 Presiden Yudhoyono dalam Pemilu 2009 nanti. Menurut saya, kalau mereka
 bercerai, saya kira mereka tidak akan lagi menjadi Presiden dan Wapres
 RI. (HAR)

 Suhartono
 Sent from my BlackBerry (c) Wireless device from XL GPRS/EDGE/3G Network



[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Artikel: POLITIK KAUM MUDA DAN IDEOLOGI NASIONAL

2008-07-24 Terurut Topik Haniwar Syarif
jawaban bagus  !!


bagaimanana bisa jaidppeminpin yg baik kalaunggakbisa jadi pengikut yg baik.

Tapi ya harus jadi pengikut dr pemimpinyg baiklho..

moga2 aja PDIPyg sekarang adaah kelompok yg tepat bagi anda ..

semoga out put dari mengukur diri   anda yg
menyimpulkan lebih baik jadi  anggota dpr dulu ,
sbg tindakan benar.., bahkan sul saya , kalau
PDIP memerintah..seklaian deh minta jadi menteri...

Tapi tentunya menangkan dulu ..

Buat teman lain, ya udah deh jangan ganggu ukuran
yg sudah ditetapkan   Budiman, toh ada Fajrul dan Ratna Sarumpaet..,

kebanyakan tokoh sejenis bikin pusing milih lho..


Saya sendiri suka juga tuh dgn tokoh spt Fajrul
dan  Ratna.., walau bukan musthail tetap pilih
Mega... lihat aja thn 2009 setelah kita menagamatyi dgn cerdas ..calon yg ada..

Jangan pilih yg cuma banyak janji dan atau cuma
ganteng lho..atau cuma karena lain  dan belum
pernah terlihat gagal..( lha memang belum pernah kerja apa apa..)

Persoalan kita bukan hanya memperbanyak
calon..atau hrs punya calon muda  tapi juga apa
pertimbangan yg benar dan bagaimana menetukan pilihan  yg tepat..

atau kita pilih lagi berdasar alasan yg salah..dan kecewa lagi...

HS

At 11:38 PM 23-07-08, you wrote:
Bung Anton, maaf kalau anda kecewa karena saya
'cuma' mencalonkan diri jd anggota legislatif.
Ini kalau apa yg dikatakan bung Suhaimi benar...
Saya 'mengukur diri' (ini dua kata yang mungkin
paling tepat)..Tapi bukan berarti saya tidak
mengapresiasi�jika ada anak-anak muda mencalonkan diri jadi presiden.
Saya pernah memimpin sebuah partai (walau
kecil), nah sekarang saya sedang belajar untuk
jadi anak buah/untuk dipimpin. Saya menikmati
proses ini, yakni merasakan proses� pernah�memimpin dan dipimpin.
Let the history reveals itself before our visionary eyes...
�
wassalam
�
Budiman Sudjatmiko


RE: [Forum Pembaca KOMPAS] Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua

2008-07-24 Terurut Topik Binny Buchori
Wah, dahsyat betul surat dari bung Celi. Kok argumennya sama pas dengan rekan 
kita yang lain: Fadjroel, saatnya orang muda… nah buat saya dilematis nih, 
kalau saya setuju dengan kredo orang muda, maka dua-duanya harus saya dukung, 
demi agar aken halnya orang tua tidak kita permungkinkan lagi untuk maju….nah 
padahal kita akhirnya harus pilih salah satu kan? Siapa ya?



  _

From: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf 
Of Agus Hamonangan
Sent: Thursday, July 24, 2008 12:42 AM
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua



A Personal Letter to All

(Rizal Mallarangeng)


Saya ingin mengucapkan terima kasih atas perhatian dan simpati
Anda semua, baik yang berada di tanah air maupun yang di luar negri.
Dalam waktu singkat, lewat Facebook, milis-milis di internet, maupun
media massa konvensional di tanah air, begitu banyak yang memberi
komentar, salam persahabatan, dukungan, pertanyaan, keraguan, hingga
kritik yang tajam terhadap saya.

Teknologi membuka berbagai kemungkinan baru, termasuk dalam
menyatukan perhatian beragam komunitas dari berbagai belahan dunia
untuk menyampaikan pendapat secara cepat dan personal. Hal ini tentu
perlu disambut dengan tangan terbuka.

Saya minta maaf sebab tidak mungkin membalas satu persatu sapaan
yang datang kepada saya.

Dalam kesempatan ini, saya hanya ingin menyampaikan bahwa alasan
utama bagi saya untuk tampil sekarang adalah untuk memberi alternatif
baru dalam proses pemilihan kepemimpinan nasional. Sebenarnya, soal
ini bukanlah soal saya sebagai pribadi, tetapi persoalan sebuah
generasi dan sebuah bangsa yang harus terus bergerak maju.

Sejak 10 tahun terakhir, pilihan-pilihan kepemimpinan nasional
tidak banyak berubah. Gus Dur dan Amien Rais tampaknya masih ingin
ikut pemilihan presiden tahun depan, mendampingi Presiden SBY dan
Wapres Kalla serta Megawati. Begitu juga Jenderal (purn) Wiranto dan
Letjen (purn) Probowo. Mungkin Sultan Hemengkubuwono X dan Letjen
(purn) Sutiyoso juga akan turut serta.

Saya menghormati tokoh-tokoh senior tersebut. Tapi apakah
pilihan kepemimpinan nasional harus berkisar hanya di seputar mereka,
sebagaimana yang terjadi setelah Soeharto lengser? Apakah di Indonesia
terjadi stagnasi dalam sirkulasi kepemimpinan nasional, sehingga
wajah-wajah baru tidak mungkin muncul sama sekali? Jika di Amerika
Serikat muncul Obama (47 tahun) dan di Rusia ada Medvedev (44 tahun),
mengapa kita tidak? Bukankah Republik Indonesia sebenarnya dipelopori
oleh para tokoh yang saat itu berusia muda, seperti dr. Tjipto
Mangunkusumo, HOS Tjokroaminoto, Sukarno, Hatta, Sjahrir?

Somebody has to do something. Kita harus menunjukkan bahwa
Indonesia adalah bangsa besar yang dinamis, berjalan mengikuti
perubahan zaman dengan membuka diri terhadap berbagai kemungkinan
baru. Kita harus berkata kepada para senior tersebut, we respect you,
Sir and Madam. But please give some space to our new generation. Sudah
saatnya generasi baru kepemimpinan di Indonesia turut serta dalam
penentuan kehidupan bersama pada level politik yang tertinggi.

Pemikiran seperti itulah yang memberanikan saya untuk tampil
sekarang. Dengan segala kelemahan yang ada, saya bersyukur mendapat
kesempatan untuk melakukannya. Memang, kalau dipikir-pikir, kata
beberapa kawan dekat saya, keputusan itu agak gila sedikit. Lebih
banyak beraninya ketimbang pertimbangan yang dingin dan rasional.

Saya bukan menteri atau mantan menteri. Saya bukan ketua umum
partai, bukan presiden atau mantan presiden, bukan jenderal
berbintang, bukan anak proklamator, bukan pejabat tinggi, bukan bekas
panglima TNI, bukan pula orang kaya raya atau anak orang kaya raya.
“Rizal,” kata kawan-kawan dekat saya itu, “you are a bit crazy. No,
damn crazy!”

Bahkan, bukan hanya kawan-kawan saya saja, bekas guru besar saya
di Columbus, AS, yang sangat saya sayangi pun, Prof. Bill Liddle,
berkomentar lirih, “the time is not yours yet. My dear Celli (nama
kecil saya), you don’t have any chance whatsoever.”

Terhadap semua itu, saya hanya bisa menjawab, “mungkin anda
benar.” Semboyan kampanye saya pun bunyinya rada mirip, If there is a
will, there is a way. Pada tahap awal ini, yang ada hanyalah kehendak,
kemauan, keberanian, and almost nothing else. Terhadap Bill Liddle
saya sempat membalas emailnya dengan kalimat ini: Pak Bill, the “will”
is here, and I am working out the “way”.

Mungkin saya akan berhasil, mungkin pula tidak. But let me say
this: soalnya bukanlah kalah dan menang, sukses atau tidak. Bahkan
sebenarnya, seperti saya telah saya singgung tadi, soalnya bukanlah
tentang Rizal Mallarangeng atau siapa pun. Soalnya adalah soal sebuah
generasi dan sebuah negri yang kita cintai yang harus bergerak maju,
membuka peluang dan kemungkinan-kemungkinan baru.

If what I do will not fly anywhere, saya secara pribadi sudah
cukup puas karena saya sudah mencoba menunjukkan bahwa Indonesia tidak
membeku, stagnan 

Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua

2008-07-24 Terurut Topik Haniwar Syarif
makin mantap bilang tidak ! utk Rizal..

cima anak buah Ical aja bis abikin iklan ber seri seri..,ngaku nggak kaya lagi


HS

At 12:41 AM 24-07-08, you wrote:
A Personal Letter to All

(Rizal Mallarangeng)


   Saya ingin mengucapkan terima kasih atas perhatian dan simpati
Anda semua, baik yang berada di tanah air maupun yang di luar negri.
Dalam waktu singkat, lewat Facebook, milis-milis di internet, maupun
media massa konvensional di tanah air, begitu banyak yang  memberi
komentar, salam persahabatan, dukungan, pertanyaan, keraguan, hingga
kritik yang tajam terhadap saya.

   Teknologi membuka berbagai kemungkinan baru, termasuk dalam
menyatukan perhatian beragam komunitas dari berbagai belahan dunia
untuk menyampaikan pendapat secara cepat dan personal. Hal ini tentu
perlu disambut dengan tangan terbuka.

   Saya minta maaf sebab tidak mungkin membalas satu persatu sapaan
yang datang kepada saya.

   Dalam kesempatan ini, saya hanya ingin menyampaikan bahwa alasan
utama bagi saya untuk tampil sekarang adalah untuk memberi alternatif
baru dalam proses pemilihan kepemimpinan nasional. Sebenarnya, soal
ini bukanlah soal saya sebagai pribadi, tetapi persoalan sebuah
generasi dan sebuah bangsa yang harus terus bergerak maju.

   Sejak 10 tahun terakhir, pilihan-pilihan kepemimpinan nasional
tidak banyak berubah. Gus Dur dan Amien Rais tampaknya masih ingin
ikut pemilihan presiden tahun depan, mendampingi Presiden SBY dan
Wapres Kalla serta Megawati. Begitu juga Jenderal (purn) Wiranto dan
Letjen (purn) Probowo. Mungkin Sultan Hemengkubuwono X dan Letjen
(purn) Sutiyoso juga akan turut serta.

   Saya menghormati tokoh-tokoh senior tersebut. Tapi apakah
pilihan kepemimpinan nasional harus berkisar hanya di seputar mereka,
sebagaimana yang terjadi setelah Soeharto lengser? Apakah di Indonesia
terjadi stagnasi dalam sirkulasi kepemimpinan nasional, sehingga
wajah-wajah baru tidak mungkin muncul sama sekali? Jika di Amerika
Serikat muncul Obama (47 tahun) dan di Rusia ada Medvedev (44 tahun),
mengapa kita tidak? Bukankah Republik Indonesia sebenarnya dipelopori
oleh para tokoh yang saat itu berusia muda, seperti dr. Tjipto
Mangunkusumo, HOS Tjokroaminoto, Sukarno, Hatta, Sjahrir?

   Somebody has to do something. Kita harus menunjukkan bahwa
Indonesia adalah bangsa besar yang dinamis, berjalan mengikuti
perubahan zaman dengan membuka diri terhadap berbagai kemungkinan
baru. Kita harus berkata kepada para senior tersebut, we respect you,
Sir and Madam. But please give some space to our new generation. Sudah
saatnya generasi baru kepemimpinan di Indonesia turut serta dalam
penentuan kehidupan bersama pada level politik yang tertinggi.

   Pemikiran seperti itulah yang memberanikan saya untuk tampil
sekarang. Dengan segala kelemahan yang ada, saya bersyukur mendapat
kesempatan untuk melakukannya. Memang, kalau dipikir-pikir, kata
beberapa kawan dekat saya, keputusan itu agak gila sedikit. Lebih
banyak beraninya ketimbang pertimbangan yang dingin dan rasional.

   Saya bukan menteri atau mantan menteri. Saya bukan ketua umum
partai, bukan presiden atau mantan presiden, bukan jenderal
berbintang, bukan anak proklamator, bukan pejabat tinggi, bukan bekas
panglima TNI, bukan pula orang kaya raya atau anak orang kaya raya.
“Rizal,” kata kawan-kawan dekat saya itu, “you are a bit crazy. No,
damn crazy!”

   Bahkan, bukan hanya kawan-kawan saya saja, bekas guru besar saya
di Columbus, AS, yang sangat saya sayangi pun, Prof. Bill Liddle,
berkomentar lirih, “the time is not yours yet. My dear Celli (nama
kecil saya), you don’t have any chance whatsoever.”

   Terhadap semua itu, saya hanya bisa menjawab, “mungkin anda
benar.” Semboyan kampanye saya pun bunyinya rada mirip, If there is a
will, there is a way. Pada tahap awal ini, yang ada hanyalah kehendak,
kemauan, keberanian, and almost nothing else.  Terhadap Bill Liddle
saya sempat membalas emailnya dengan kalimat ini: Pak Bill, the “will”
is here, and I am working out the “way”.

   Mungkin saya akan berhasil, mungkin pula tidak. But let me say
this: soalnya bukanlah kalah dan menang, sukses atau tidak. Bahkan
sebenarnya, seperti saya telah saya singgung tadi, soalnya bukanlah
tentang Rizal Mallarangeng atau siapa pun. Soalnya adalah soal sebuah
generasi dan sebuah negri yang kita cintai yang harus bergerak maju,
membuka peluang dan kemungkinan-kemungkinan baru.

   If what I do will not fly anywhere, saya secara pribadi sudah
cukup puas karena saya sudah mencoba menunjukkan bahwa Indonesia tidak
membeku, stagnan dengan pilihan-pilihan yang itu-itu saja selama
bertahun-tahun.

   Namun, kalau toh ada sedikit harapan yang bisa dikatakan saat
ini, saya sebenarnya menangkap sebuah isyarat, bahwa dalam masyarakat
kita ada sebuah kerinduan terhadap sesuatu yang baru dan segar. But it
is much too early to bet on this.

   Untuk sementara, saya sudah merasa senang bahwa sekarang sudah
mulai 

[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua

2008-07-24 Terurut Topik m4nunk
Kepada Pak Rizal Mallarangeng,

I got your point in your email.
Ya, calon2 presiden yg ada sekarang memang sebagian besar sudah 
kadaluwarsa,
Dan calon2 muda memang sudah saatnya tampil, yes I'm agree.
But, definitely it's not you. So, please step back, cause i don't 
see any difference between you and those old school fellow dalam 
hal, yang terutama, keberpihakan terhadap kepentingan nasional dan 
rakyat banyak.

Salam,
Manung


--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, Agus Hamonangan 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 A Personal Letter to All 
 
 (Rizal Mallarangeng) 
  
 
   Saya ingin mengucapkan terima kasih atas perhatian dan 
simpati
 Anda semua, baik yang berada di tanah air maupun yang di luar 
negri.
 Dalam waktu singkat, lewat Facebook, milis-milis di internet, 
maupun
 media massa konvensional di tanah air, begitu banyak yang  memberi
 komentar, salam persahabatan, dukungan, pertanyaan, keraguan, 
hingga
 kritik yang tajam terhadap saya.  
 
   Teknologi membuka berbagai kemungkinan baru, termasuk dalam
 menyatukan perhatian beragam komunitas dari berbagai belahan dunia
 untuk menyampaikan pendapat secara cepat dan personal. Hal ini 
tentu
 perlu disambut dengan tangan terbuka. 
 
   Saya minta maaf sebab tidak mungkin membalas satu persatu 
sapaan
 yang datang kepada saya.  
 
   Dalam kesempatan ini, saya hanya ingin menyampaikan bahwa 
alasan
 utama bagi saya untuk tampil sekarang adalah untuk memberi 
alternatif
 baru dalam proses pemilihan kepemimpinan nasional. Sebenarnya, soal
 ini bukanlah soal saya sebagai pribadi, tetapi persoalan sebuah
 generasi dan sebuah bangsa yang harus terus bergerak maju.  
 
   Sejak 10 tahun terakhir, pilihan-pilihan kepemimpinan 
nasional
 tidak banyak berubah. Gus Dur dan Amien Rais tampaknya masih ingin
 ikut pemilihan presiden tahun depan, mendampingi Presiden SBY dan
 Wapres Kalla serta Megawati. Begitu juga Jenderal (purn) Wiranto 
dan
 Letjen (purn) Probowo. Mungkin Sultan Hemengkubuwono X dan Letjen
 (purn) Sutiyoso juga akan turut serta. 
 
   Saya menghormati tokoh-tokoh senior tersebut. Tapi apakah
 pilihan kepemimpinan nasional harus berkisar hanya di seputar 
mereka,
 sebagaimana yang terjadi setelah Soeharto lengser? Apakah di 
Indonesia
 terjadi stagnasi dalam sirkulasi kepemimpinan nasional, sehingga
 wajah-wajah baru tidak mungkin muncul sama sekali? Jika di Amerika
 Serikat muncul Obama (47 tahun) dan di Rusia ada Medvedev (44 
tahun),
 mengapa kita tidak? Bukankah Republik Indonesia sebenarnya 
dipelopori
 oleh para tokoh yang saat itu berusia muda, seperti dr. Tjipto
 Mangunkusumo, HOS Tjokroaminoto, Sukarno, Hatta, Sjahrir? 
 
   Somebody has to do something. Kita harus menunjukkan bahwa
 Indonesia adalah bangsa besar yang dinamis, berjalan mengikuti
 perubahan zaman dengan membuka diri terhadap berbagai kemungkinan
 baru. Kita harus berkata kepada para senior tersebut, we respect 
you,
 Sir and Madam. But please give some space to our new generation. 
Sudah
 saatnya generasi baru kepemimpinan di Indonesia turut serta dalam
 penentuan kehidupan bersama pada level politik yang tertinggi. 
 
   Pemikiran seperti itulah yang memberanikan saya untuk tampil
 sekarang. Dengan segala kelemahan yang ada, saya bersyukur mendapat
 kesempatan untuk melakukannya. Memang, kalau dipikir-pikir, kata
 beberapa kawan dekat saya, keputusan itu agak gila sedikit. Lebih
 banyak beraninya ketimbang pertimbangan yang dingin dan rasional. 
 
   Saya bukan menteri atau mantan menteri. Saya bukan ketua umum
 partai, bukan presiden atau mantan presiden, bukan jenderal
 berbintang, bukan anak proklamator, bukan pejabat tinggi, bukan 
bekas
 panglima TNI, bukan pula orang kaya raya atau anak orang kaya raya.
 “Rizal,” kata kawan-kawan dekat saya itu, “you are a bit 
crazy. No,
 damn crazy!”  
 
   Bahkan, bukan hanya kawan-kawan saya saja, bekas guru besar 
saya
 di Columbus, AS, yang sangat saya sayangi pun, Prof. Bill Liddle,
 berkomentar lirih, “the time is not yours yet. My dear Celli 
(nama
 kecil saya), you don’t have any chance whatsoever.” 
 
   Terhadap semua itu, saya hanya bisa menjawab, “mungkin anda
 benar.” Semboyan kampanye saya pun bunyinya rada mirip, If there 
is a
 will, there is a way. Pada tahap awal ini, yang ada hanyalah 
kehendak,
 kemauan, keberanian, and almost nothing else.  Terhadap Bill Liddle
 saya sempat membalas emailnya dengan kalimat ini: Pak Bill, the 
“will”
 is here, and I am working out the “way”.  
 
   Mungkin saya akan berhasil, mungkin pula tidak. But let me 
say
 this: soalnya bukanlah kalah dan menang, sukses atau tidak. Bahkan
 sebenarnya, seperti saya telah saya singgung tadi, soalnya bukanlah
 tentang Rizal Mallarangeng atau siapa pun. Soalnya adalah soal 
sebuah
 generasi dan sebuah negri yang kita cintai yang harus bergerak 
maju,
 membuka peluang dan kemungkinan-kemungkinan baru. 
 
   If what I do will not fly anywhere, saya secara pribadi 

[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Berakhir Sudah Perburuan Selama Hampir 13 Tahun

2008-07-24 Terurut Topik R. H. Uno
Pak Manneke :MANUSIA BERADAB SAYANG KEHIDUPAN?
 
saya lebih setuju kalau dibilang :  banyak sekali manusia beradab
apalagi yang sok beradab,teramat sayang kepada kehidupan (karena pengen
hidup nikmat terus2an), sebb amat sangat ketakutan menghadapi
kematian, period.
 
salamsori,Opung


[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Artikel: POLITIK KAUM MUDA DAN IDEOLOGI NASIONAL

2008-07-24 Terurut Topik Adyanto Aditomo
Setuju !!!
  Pandangan Budiman memang sangat realistis.
  Contoh kemenangan SBY yang hanya didukung oleh Partai Gurem seperti Partai 
Demokrat, membuat jalannya pemerintahannya menjadi sangat tidak efektif akibat 
tekanan dari mayoritas anggota DPR (termasuk anggota DPR dari Golkar yang 
menggunakan strategi: Mendukung SBY dengan kritis).
  Akibatnya apa? Kondisi ekonomi cenderung makin memburuk.
   
  Kalau yang didukung Partai Gurem saja pemerintahannya tidak efektif, 
bagaimana bila tanpa dukungan partai politik sama sekali
   
  Rakyat pemilih akhirnya banyak yang sadar, bahwa memilih seorang Presiden itu 
tidak hanya dari penampilannya saja yang menanwan, tetapi juga harus bisa 
diprediksi efektifitas pemerintahannya jika terpilih kelak jadi Presiden.
   
  Jadi hal penting yang sangat diperhatikan oleh para pemilih saat ini adalah: 
Seberapa besar dukungan anggota DPR atas pemerintahan yang dia pimpin kelak ??
  Jika dukungannya lemah, rakyat pemilih akan ragu - ragu untuk membuat pilihan 
jatuh kepada yang bersangkutan.
   
  Salam,
   
   
  Adyanto Aditomo
   
  

Hendra Kusumah [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Budiman lebih realistis saja, toh tidak ada yang salah dengan PDIP dan
Megawati... Malah saat ini menurut survei yang ada merupakan partai dan
calon presiden paling populer... Kalau calon anda tidak dapat dukungan dari
rakyat ya jangan sinis dan jangan marah2... bekerjalah lebih giat lagi untuk
membuat rakyat percaya dan yakin dengan ide2 calon anda.. :D


[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Presiden Kaum Muda 2009 - google talk

2008-07-24 Terurut Topik anton_djakarta
Yang diandelin Yudi Latief tuh apa? kecuali tulisannya yang bikin
pening kepala.

ANTON


--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, Sidik Permana
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Berikut adalah popularitas para bakal calon presiden muda menurut
 google (googlefight), yakni hitungan google terhadap jumlah nama
 mereka muncul di internet. Di Indonesia, penghitungan google ini
 tidak menyajikan fakta yang signifikan terkait pilpres, semata-mata
 hanya seringnya nama mereka muncul di dunia maya.
 1. Yudi Latif : 42.100
 2. Rizal Mallarangeng : 16.400
 3. Fadjroel Rachman : 16.000
 4. Budiman Soejatmiko : 2.200

 Namun yang pasti, mereka masih jauh kalah populer dibanding para
 golongan tua,
 1. SBY : 1.520.000
 2. Gus Dur : 744.000
 3. Jusuf Kalla : 730.000
 4. Sutiyoso : 320.000
 5. Megawati : 303.000
 6. Wiranto : 301.000
 7. Amien Rais : 294.000
 8. Hidayat Nur Wahid : 242.000
 9. Akbar Tanjung : 101.000

 Any comment?

 Salam,
 Sidik




Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Artikel: POLITIK KAUM MUDA DAN IDEOLOGI NASIONAL

2008-07-24 Terurut Topik anton_djakarta
Ngapain keluar dari PDIP, justru dengan menunggangi massa PDIP
Budiman akan menang.

ANTON

Pendukung Budiman Djatmiko


--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, ARIEF RACHMAN
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Bung Budiman,
 Ide dan pemikiran-pemikiran anda itu sebenarnya bagus bila benar-
benar dapat di realisasikan di pemerintahan. Kenapa anda tidak
keluar saja dari PDIP dan mencontoh langkah politik independen
seperti apa yang dilakukan Bung Fadjrul Rachman? Saya kira hal itu
lebih baik ketimbang anda mengkampanyekan diri sebagai caleg. Terus
terang saya jadi ragu, apa sih sebenarnya yg membuat anda menjadi
sedemikian pesimis untuk maju sebagai calon presiden RI 2009? Apakah
karena Megawati sudah terlebih dahulu dicalonkan oleh PDIP sehingga
anda minder sama partai yg anda sendiri? Atau apakah ada hal-hal
lain dibelakang yang memberatkan anda? Seperti Jenkins Brian
Michael, maybe.

 Salam,
 Pendukung capres independen


[Forum Pembaca KOMPAS] Naik sepeda, yuk! Hayuk Urang Naik Sapeda!

2008-07-24 Terurut Topik Aquino Hayunta
Hayuk Urang Naik Sapeda!

Naik sepeda, yuk! 

 

Siswa sekolah, guru, orang tua, anak muda, warga Bogor dan sekitarnya,
SILAKAN BERGABUNG KELILING BOGOR.

 

Jangan lupa bawa botol minum sendiri, ya.

 

Bogor, 2 Agustus 2008

Start dari depan SMKN 1 Bogor jam 08.00 pagi

Jalan Heulang no. 6 Bogor

 

Didukung oleh:

Pemkot Bogor

Bike2Work Bogor

WWF-Indonesia

Change Magazine - Jurnal Perempuan

 

Akan dilanjutkan dengan:

Dialog Bike2School 

oleh siswa sekolah, Pemkot Bogor, Bike2Work, WWF-Indonesia, Change Magazine
- Jurnal Perempuan

jam 11.00.

 

Ayo dukung!

Untuk Bogor yang lebih ramah bagi pengguna sepeda.

Terutama siswa sekolah.

 

Acara ini diselenggarakan sebagai bagian dari kampanye Protect Our Planet
di SMKN 1:

1. Kurangi kendaraan bermotor untuk kurangi emisi

2. Pilih tempat tinggal dekat dengan sekolah/tempat kerja

3. Pilih tempat belanja dekat dengan tempat tinggal

4. Jalan kaki atau bersepeda untuk jarak dekat

5. Gunakan kendaraan umum untuk jarak jauh

6. Pilih dan operasikan kendaraan bermotor dengan ramah lingkungan

 

 



[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Re: WALHI: Menko Kesra Abaikan Hak Korban Lapindo

2008-07-24 Terurut Topik Arief Adityawan S
Untuk 2009 Jangan Pilih Pejabat negara dan partai yang tidak peduli, 
tidak bersikap adil, pada kasus lumpur Lapindo. 

 --- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, agushamonangan 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 JAKARTA, KAMIS - Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) mendesak Menteri
 Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Aburizal Bakrie
 melindungi hak-hak korban lumpur Lapindo yang sudah terabaikan dua
 tahun ini.
 
 Hal itu dikatakan Kepala Departemen Advokasi dan Jaringan Eksekutif
 WALHI M Teguh Surya saat menggelar aksi demonstrasi teatrikal di 
depan
 kantor Menko Kesra, Rabu (23/7), untuk memperingati Hari Anak
 Nasional. Sepertinya ada konspirasi jahat antara Lapindo, Menko 
Kesra
 dan Presiden yang sengaja membiarkan hak-hak korban lumpur terus
 diabaikan. Aburizal tak menjalankan tugasnya untuk melindungi hak-
hak
 korban justru sekarang sedang menggelar pesta besar untuk 
pernikahan
 keluarganya dengan dana miliaran, ucap Teguh.
 
 Ia menegaskan Presiden juga tak bertindak tegas dalam kasus ini dan
 terkesan mengulur-ulur waktu. Korban saat ini sedang menunggu 
ganti
 rugi setelah sertifikat tanah mereka diserahkan ke Lapindo, tapi 
dana
 ganti rugi belum juga turun. Perilaku seperti itu apa tetap 
dibiarkan
 begitu saja, mau jadi apa negeri ini, ungkapnya.
 
 Teguh menambahkan keberadaan Aburizal Bakrie sebagai pemilik Group
 Bakrie dan salah satu pemegang saham Lapindo Brantas tetap
 mempengaruhi kebijakan pemerintahan SBY-Kalla dalam pembiaran hak-
hak
 korban Lapindo.
 
 Teguh mengatakan WALHI melihat ada upaya sistematis dari aparat
 peradilan dan pemerintah untuk melindungi Lapindo 
Brantas. Kejaksaan
 menyatakan pandangan ahli yang berbeda tentang penyebab semburan
 sehingga menggagalkan proses hukum dilanjutkan ke pengadilan. Ini 
yang
 sedang kita desak, selain upaya pengajuan gugatan ke PN Jaksel dan 
PN
 Jakpus, tuturnya.
 
 Hingga Juli 2008 telah timbul 94 semburan yang mengakibatkan
 pemukiman yang hancur bertambah luas karena penurunan tanah. Yang
 paling berbahaya semburan gas metan muncul di tengah permukiman 
warga
 dan dilaporkan sudah ada beberapa warga yang meninggal karena 
pengaruh
 zat-zat tersebut, jelas Teguh.
 
 Pemerintah sudah melihat fakta penderitaan para korban seperti itu,
 dikatakannya, tapi masih tak mengambil langkah konkret untuk
 mengatasi. Siapa lagi yang bisa diharapkan rakyat, kalau bukan
 pemerintah, ujarnya (MYS)
 
 MYS
 Sent from my BlackBerry © Wireless device from XL GPRS/EDGE/3G 
Network
 
 
http://www.kompas.com/read/xml/2008/07/23/1402542/walhi.menko.kesra.a
baikan.hak.korban.lapindo





Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Presiden Kaum Muda 2009 - google talk

2008-07-24 Terurut Topik frater telo
wah, menurut kepopuleran di google tak bisa dijadikan indikator popularitas
capres
kalau mau tau yang lebih populer mungkin Miyabi lebih populer dari pada SBY


On 7/23/08, Hendra Kusumah [EMAIL PROTECTED] wrote:

   supaya Budiman Sujatmiko bisa menandingi popularitas SBY, dia harus
 mengubah
 inisialnya menjadi SBY alias Sujatmiko Budiman Yoai, hehehe pasti dapetnya
 1.520.000 juga!


Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Artikel: POLITIK KAUM MUDA DAN IDEOLOGI NASIONAL

2008-07-24 Terurut Topik anton_djakarta
Ngomong yang cakep2 sih enak aja ya, lha wong gampang. Kayak situ
pernah susah saja dalam memperjuangkan Indonesia. Tanya pada diri
kamu apa yang sudah kamu perjuangkan untuk idealisme kamu kemudian
kamu ukur pada diri Budiman Djatmiko.

Tidak main-main lho apa yang dilakukan Budiman, di usia muda disaat
yang laennya asik dengan duit Bapaknya foya2 dan nggak mikirin
negara, Budiman cs sudah berani ambil resiko demi sebuah negara yang
lebih baik. Setidak2nya Budiman atau Fajroel menunjukkan mereka
bukan pelacur intelektual, dan oportunis politik.

ANTON



--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, Barnabas Rahawarin
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 �
 Dear All,
 �
 Meski saya berempati benar dengan perjuangan Budiman yang menjadi
tumbal rusuh 27 Juli 1996, dan sekarang menjadi host politik PDIP,
saya mulai berhati-hati memuja-muji orang muda yang satu ini. Tugas
kami anggota masyarakat yang menjadi invisible part of Indonesian
politic, untuk mengimbangi seluruh�berita heboh�seputar�mas
Budiman.
 �
 Politik diskriminasi berdasarkan gender dan usia memang sudah
mulai menjadi bukan berita. Tulisan itu boleh jadi suatu remind
atau copy-paste riwayat politik Bung Karno. Tapi, dalam tatanan
praksis kabinet SBY saja ada yang berusia muda, lebih muda dari
Budiman, itu menteri Ketertinggalan dari PKB.� Wanita dan orang
muda telah mengisi pelbagai posisi strategis.
 �
 Politisi di pusat hingga daerah telah terjadi perubahan yang
banyak. Meski demikian, persoalan tertinggal sebenarnya sederhana,
bila membedakan politisi tua dan muda usia: orang-tua lebih banyak
duitnya dan menjadi politisi (atau karena berpolitik menjadi kaya
dst), sementara kaum muda yang berpolitik memang dibiayai atau
menjadi pesan sponsor dari pemilik modal.
 �
 Artinya, politisi muda intelektual nan ideal itu mudah
ditemukan�di Indonesia. Tetapi,�menjadi sangat kasat mata,
�politisi muda yang intelektual teruji, independensi teruji,
integritas teruji, ini masih ada dalam JERUJI aliran kapital politik
Kapitalisme. Ketika menyerahkan diri kedalam�JERUJI-
nya,�politisi muda menjadi politisi tua, karena dependensi dan
kepatuhan pada pragmatisme kerjanya Kapital.�Jadi, secara
teoritis, hanya Politisi Tua yang punya kemampuan dan komitmen
mengubah politik Indonesia yang menjadi mimpi kaum muda,
sejauh�politisi gaek tetap bersikap�demokratis seberapapun biaya
yang harus dialirkanny kepada kaum muda.
 �
 Sistem ekonomi kita telah menjadikan politisi muda, (apakah saya
harus mengecualikan� Budiman?), berada dalam tali-temali serat
raksasa�aroma�pengikat dari pemodal (politik). Bagaimana Anda,
Orang muda berusaha untuk keluar dari situasi itu? Bersiap
untuk�menderita�untuk menempatkan independensi, integritas,
etika politik di atas semua nilai mata uang.�Alasan apa pun yang
Anda buat untuk meyakinkan orang tentang pilihan politik, hanya akan
menjadi retorika untuk menyelamarkan muka untuk sementara waktu,
tetapi mungkin belum�dalam lembaran sejarah orang terhormat.�
 �
 wassalam,
 �
 berthy barnabas rahawarin


[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Artikel: POLITIK KAUM MUDA DAN IDEOLOGI NASIONAL

2008-07-24 Terurut Topik anton_djakarta
Kalo dipaksakan asal Bukan Mega, yang paling cocok adalah Pak
Permadi karena dengan kekuatan supranaturalnya bisa merubah
Indonesia yang miskin menjadi Indonesia yang gemah ripah loh jinawi.

ANTON


--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, pahalahutabarat
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Nah... itu.
 Saya sampai sekarang tidak habis pikir mengapa Budiman sampai
 mematahkan kesempatan itu dengan tangannya sendiri (ungkapan yang
 tepat !!)
 Padahal kalu dia konsisten dulu, kita2 hitung dia akan jadi
presiden
 pada usia 45 - 50. Masuk di akal kan ?. Tapi dia tidak sabar.

 Bagi saya masuknya Budiman ke PDI-P jadi berbau patgulipat
intelijen
 lagi deh.

 Mungkin perlu belajar ke Evo Morales ya.

 Selamat berjuang deh bung Budiman, diam2 saya sebenarnya simpatisan
 pemikiran2 Anda. Makanya saya banyak menghabiskan harta untuk
 mendukung gerakan Anda dulu. Sekarang saya sudah jadi Golput, ya
gara2
 Anda juga ..he..he..he.

 Ide menggalakkan pertanian itu sepertinya sudah dijalankan Suharto
 dengan warna berbeda, jadi bukan baru. Kemudian ditekankan lagi
oleh
 Bungaran Saragih, tapi nggak jalan karena moral sudah terlanjur
kacau.


[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Fadjroel Rachman Serius Calonkan Diri Sebagai Capres

2008-07-24 Terurut Topik anton_djakarta
Orang lupa, Andi Hakim Nasution kerap menyerang Dr. Hidayat seorang
penulis filsafat jebolan IPB juga sebagai 'orang gila' setidak2nya
Andi Hakim Nasution ini adalah seorang yang arogan, walaupun memang
pintarnya luar biasa, saya sangat suka sekali dengan
bukunya Landasan Matematika.

ANTON


--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, evi douren
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Semasa hidupnya dulu Pak Andi Hakim Nasution, sang pendidik sejati
itu, menyatakan bhw tak jarang dia melihat dirinya spt DON QUIXOTE,
terkait harapannya akan dunia pendidikan di Indonesia.� Miguel de
Cervantes menggambarkan tokoh novel�nasionalisme satirnya,�Don
Quixote, sbg org yg dipenuhi dg jiwa luhur�dan�idealis, yang juga
sangat bersemangat serta setia�mengagumi segala hal yg baik dan
agung, meski juga 'berwatak gila'.� Novel yg sangat filosofis.
 �
 Mungkin juga Fadjroel pun mirip dg Don Quixote dlm beberapa
hal� Tapi kita perlu orang yg berani 'bermimpi idealis' dan
menanggung rsiko spt dia!� Kali ini Fadjroel juga harus berani
u/menapakkan langkahnya ke arah kemenangan, tidak u/' mati' spt Don
Quixote.
 �
 Kata pembuka� whose name I do not want to remember di novel tsb
menjadi sangat terkenal,
 In a place at La Mancha, which name I do not want to remember,
not very long ago lived a country squire, one of those squires who
keep a lance in the lance-rack, an ancient shield, a skinny old
horse, and a fast greyhound.
 �
 �Fadjroel juga harus 'menjadi sangat terkenal lagi' kali ini,
dengan meraih kemenangan!
 �Di suatu masa, di bumi bernama Indonesia, pernah lahir seorang
putera bangsa yang memiliki mimpi u/ perbaikan negerinya dan tidak
lagi membuat Ibu Pertiwi bersusah hati dan berlinang airmata, dst,
dst en dst deh!�
 �
 �
 As long as u will fight for the best of Indonesian people, u got
my vote, Fadjroel!� My pray always be w/u
 �
 �
 ED


Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua

2008-07-24 Terurut Topik [EMAIL PROTECTED]
Entah ya ... sebagai rakyat biasa saya koq merasa tertipu dengan para 
intelektual yang ternyata cuma partisan yang mengejar jumlah uang 
besar. Bayangkan kita percaya bahwa hasil survey yang diekspose 
menjelang Pemilu tentang popularitas tampil seolah-olah dilakukan oleh 
lembaga independent, tak tahunya dibayar oleh presiden terpilih. 
Analisa-analisa politik yang dilakukan oleh seolah-olah presenter 
independent bagi tujuan mencerdaskan bangsa, ternyata dilakukan oleh 
bagian pemoles citra. Mereka bertingakh bal selebrities saat membohongi 
publik. Tindakan mereka benar-benar membawa rakyat yang tidak mengerti 
tertipu. Lalu mengapa sok bicara dengan menjual Bung Karno dan bapak 
bangsa yang pasti pantang melakukan itu.

wass,
Triyatni


[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Catatan Pinggir Goenawan Mohammad (Majalah Tempo, Edisi. 22/XXXVII/21 - 27 Juli 2008)

2008-07-24 Terurut Topik anton_djakarta
Di suatu Pagi Mao Tse Tung bilang pada DN Aidit di beranda taman 
yang banyak pohon Willow-nya. Partai Komunis bukan Partai 
Kelontong, Buka dasimu dan turunlah ke sawah-wawah dekati rakyat

Tahun 1996 saya masih kuliah semester delapan kalo nggak salah, dan 
saya memajang foto Budiman Djatmiko di kamar saya. Ada tiga foto 
aktivis yang saya pajang dibawah foto Karl Marx dan Bung Karno. 
Budiman Soedjatmiko, Fajroel Rahman, dan Hariman Siregar yang saya 
pasang di balik pintu agar bisa saya lihat tiap mau keluar. Dan saya 
bersjukur bila Budiman atau Fajroel bisa tampil ke muka. 

Sementara Catatan Pinggir GM adalah kitab suci saya untuk menghayati 
hidup. Dalam keberanian intelektual mari kita nyalakan kembali suar 
Indonesia agar berjaya seperti jaman Bung Karno.

Hidup Bung Karno, Hadjablah Suharto!

ANTON


--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, Rudi Hartono 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 CATATAN PINGGIR MAJALAH TEMPO
 
  Gerai Juli 21, 2008
 
 Goenawan Mohamad
 
 Mungkinkah Indonesia akhirnya hanya sederet
 partai?
 
 Sekitar seabad yang lalu, kita tak akan
 berkeberatan dengan itu. Indische Partij, Partai Komunis, Partai 
Sarekat Islam,
 PNI, dan lain-lain lahir. Mereka datang dengan keyakinan.
 
 Pada masa itu, politik adalah gugatan.
 Politik adalah usaha membongkar sebuah wacana yang dianggap 
cacat, tapi
 dijejalkan oleh mesin kekuasaan kolonial sebagai konstruksi yang 
final.
 Menghadapi itulah politik adalah pergerakan.
 
 
 Berarti, di dalamnya ada kehendak mengubah
 keadaan, ke arah emansipasi sosial dan musnahnya ketidakadilan. 
Dengan kata
 lain, ada social imaginary: sebuah gambaran yang menggerakkan hati 
tentang
 sebuah kehidupan masyarakat yang lain, walaupun gambaran itu bukan 
sebuah
 desain yang siap.
 
 
 Konon, pada awal abad ke-20, di asrama
 mereka, para murid STOVIA—yang kemudian jadi bara pertama 
perlawanan
 antikolonialisme— tiap malam menyanyikan lagu revolusi Prancis 
dengan
 berkobar-kobar: Kita lawan tirani!
 
 Berkobar-kobar— Chantal Mouffe menyebut arti
 passion dalam politik: fantasi, hasrat, semua hal yang tak dapat 
diringkus
 jadi kepentinga,n dan rasionalitas , semua hal yang membentuk 
subyektivitas
 manusia. Dengan catatan: subyektivitas itu bukan tentang aku. 
Ia justru
 timbul karena ada sesuatu yang universal yang datang mengimbau, 
sesuatu yang
 berarti bukan cuma buatku, tapi bagi engkau, bagi sesama, sebuah 
dunia yang
 melampaui jagat kecilku.
 
 Dari situlah passion, atau gelora hati,
 terbit. Mouffe bahkan menyebut perlunya mobilisasi gelora hati. 
Sebab politik
 sebuah partai yang menganggap dirinya bagian dari pergerakan, 
sebuah partai
 dengan imajinari sosial yang menggugah passion—partai politik 
yang seperti
 itu bukanlah tanda nafsi-nafsi.
 
 Justru sebaliknya: didirikan hanya segelintir
 orang pun—seperti halnya Indische Partij—partai seperti itu pada 
dasarnya ingin
 menjangkau liyan, mereka yang lain yang juga sesama. PNI yang 
berangkat atas
 nama kaum marhaen dan PKI yang atas nama kaum buruh keduanya 
membayangkan
 sebuah masyarakat di mana marhaen dan proletar akan lenyap, sebab 
tak akan ada
 kelas sosial lagi: manusia akan sama rata, sama rasa.
 
 
 Tapi adakah partai yang seperti itu sekarang?
 
 Kini sejumlah partai baru muncul bagaikan
 lapak dan gerai, kios dan show-room. Inilah zaman ketika 
advertensi tak
 henti-hentinya menyusupi ruang kehidupan. Inilah masa ketika hasil 
jajak
 pendapat umum jadi ukuran yang lebih penting ketimbang kebenaran, 
ketika
 penampilan yang atraktif dan riuh-rendah di televisi lebih efektif 
ketimbang
 prestasi dan gagasan sosial yang menggugah. Berangsur-angsur, 
dalam lapak dan
 gerai itu yang lebih menentukan bukanlah benda yang ditawarkan. 
Yang lebih
 penting: kemasan.
 
 Sebuah parodi yang tak disengaja naik pentas:
 politik jadi pekan raya. Tiap tauke kios akan berusaha mendapatkan 
pembeli
 sebanyak-banyaknya. Tapi ketegangan hanya terbatas di situ: tak 
akan ada yang
 menggugat wacana yang mendukung (dan didukung) pekan raya itu 
sendiri.
 
 
 Jika dulu lahirnya partai politik adalah
 isyarat tentang apa yang berlubang dalam situasi di mana ia lahir, 
kini partai
 berdiri sebagai indikator sebaliknya: terbukanya peluang untuk 
investasi—yang
 hanya bisa dilakukan mereka dengan kekayaan yang surplus.
 
 
 Di sini memang politik tampak sebagai jalan
 yang aman. Partai tak akan jadi pembelot. Tapi saya kira 
sebetulnya sebuah
 fragmentasi diam-diam berlangsung. Sebab inilah politik 
tanpa imajinari
 sosial, tanpa gelora hati, tanpa militansi. Inilah politik yang 
tak membentuk
 subyektivitas yang lahir karena terpanggil oleh yang universal.
 
 
 Memang ada niat menjangkau pelanggan di mana
 saja, kapan saja. Tapi ini cuma universalitas sebagai façade. Dalam
 percakapan para juru kampanye partai, seperti di kantor 
perdagangan, orang
 bicara bukan jangkauan yang tanpa batas, melainkan tentang segmen 
pasar.
 
 Tentu, di pekan raya, para tauke memang bisa
 membuat usaha patungan. Tapi pada awal 

[Forum Pembaca KOMPAS] Catatan Pinggir Goenawan Mohammad (Majalah Tempo, Edisi. 22/XXXVII/2 From: Rudi Hartono

2008-07-24 Terurut Topik my_tiger_swan
Katanya  HERMAN HESSE, penulis puisi dan novelis Jerman:

We kill at every step, not only in wars, riots, and executions. We kill when 
we close our eyes to poverty, suffering, and shame. In the same way all 
disrespect for life, all hard-heartedness, all indifference, all contempt is 
nothing else than killing.

 With just a little witty skepticism we can kill a good deal of the future in a 
young person. Life is waiting everywhere, the future is flowering everywhere, 
but we only see a small part of it and step on much of it with our feet. 


Jadi, MARI DUKUNG CALON yg TIDAK AKAN MEMBUNUH RAKYAT KITA, calon yg MATANYA 
TIDAK TERTUTUP o/BELITAN PERSOALAN KEMISKINAN dan KESENGSARAAN serta HARGA DIRI 
ANAK BANGSANYA!

ED
Sent from my BlackBerry® wireless device from XL GPRS network


=
Pojok Milis Forum Pembaca KOMPAS :

1.Milis FPK dibuat dan diurus oleh pembaca setia KOMPAS
2.Topik bahasan disarankan bersumber dari KOMPAS dan KOMPAS On-Line (KCM)
3.Moderator berhak mengedit/menolak E-mail sebelum diteruskan ke anggota
4.Moderator E-mail: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
5.Untuk bergabung: [EMAIL PROTECTED]

KOMPAS LINTAS GENERASI
=
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua

2008-07-24 Terurut Topik anton_djakarta
Saya tidak percaya dengan anda, anda adalah orang yang tidak lahir 
dari kancah sejarah Indonesia yang berdebu. Anda adalah anak manis 
reformasi, bukan bidan reformasi yang bertarung nyawa dan melewati 
hidup di penjara.

Silahkan bermanis-manis intelektual di kelas kampus sokongan Bakrie, 
ketimbang anda bermain dalam perubahan sejarah Indonesia. Ini mainan 
serius bung, bukan meni-pedi intelektual.

ANTON

Hidup Budiman!


--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, Agus Hamonangan 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 A Personal Letter to All 
 
 (Rizal Mallarangeng) 
  
 
   Saya ingin mengucapkan terima kasih atas perhatian dan 
simpati
 Anda semua, baik yang berada di tanah air maupun yang di luar 
negri.
 Dalam waktu singkat, lewat Facebook, milis-milis di internet, 
maupun
 media massa konvensional di tanah air, begitu banyak yang  memberi
 komentar, salam persahabatan, dukungan, pertanyaan, keraguan, 
hingga
 kritik yang tajam terhadap saya.  
 
   Teknologi membuka berbagai kemungkinan baru, termasuk dalam
 menyatukan perhatian beragam komunitas dari berbagai belahan dunia
 untuk menyampaikan pendapat secara cepat dan personal. Hal ini 
tentu
 perlu disambut dengan tangan terbuka. 
 
   Saya minta maaf sebab tidak mungkin membalas satu persatu 
sapaan
 yang datang kepada saya.  
 
   Dalam kesempatan ini, saya hanya ingin menyampaikan bahwa 
alasan
 utama bagi saya untuk tampil sekarang adalah untuk memberi 
alternatif
 baru dalam proses pemilihan kepemimpinan nasional. Sebenarnya, soal
 ini bukanlah soal saya sebagai pribadi, tetapi persoalan sebuah
 generasi dan sebuah bangsa yang harus terus bergerak maju.  
 
   Sejak 10 tahun terakhir, pilihan-pilihan kepemimpinan 
nasional
 tidak banyak berubah. Gus Dur dan Amien Rais tampaknya masih ingin
 ikut pemilihan presiden tahun depan, mendampingi Presiden SBY dan
 Wapres Kalla serta Megawati. Begitu juga Jenderal (purn) Wiranto 
dan
 Letjen (purn) Probowo. Mungkin Sultan Hemengkubuwono X dan Letjen
 (purn) Sutiyoso juga akan turut serta. 
 
   Saya menghormati tokoh-tokoh senior tersebut. Tapi apakah
 pilihan kepemimpinan nasional harus berkisar hanya di seputar 
mereka,
 sebagaimana yang terjadi setelah Soeharto lengser? Apakah di 
Indonesia
 terjadi stagnasi dalam sirkulasi kepemimpinan nasional, sehingga
 wajah-wajah baru tidak mungkin muncul sama sekali? Jika di Amerika
 Serikat muncul Obama (47 tahun) dan di Rusia ada Medvedev (44 
tahun),
 mengapa kita tidak? Bukankah Republik Indonesia sebenarnya 
dipelopori
 oleh para tokoh yang saat itu berusia muda, seperti dr. Tjipto
 Mangunkusumo, HOS Tjokroaminoto, Sukarno, Hatta, Sjahrir? 
 
   Somebody has to do something. Kita harus menunjukkan bahwa
 Indonesia adalah bangsa besar yang dinamis, berjalan mengikuti
 perubahan zaman dengan membuka diri terhadap berbagai kemungkinan
 baru. Kita harus berkata kepada para senior tersebut, we respect 
you,
 Sir and Madam. But please give some space to our new generation. 
Sudah
 saatnya generasi baru kepemimpinan di Indonesia turut serta dalam
 penentuan kehidupan bersama pada level politik yang tertinggi. 
 
   Pemikiran seperti itulah yang memberanikan saya untuk tampil
 sekarang. Dengan segala kelemahan yang ada, saya bersyukur mendapat
 kesempatan untuk melakukannya. Memang, kalau dipikir-pikir, kata
 beberapa kawan dekat saya, keputusan itu agak gila sedikit. Lebih
 banyak beraninya ketimbang pertimbangan yang dingin dan rasional. 
 
   Saya bukan menteri atau mantan menteri. Saya bukan ketua umum
 partai, bukan presiden atau mantan presiden, bukan jenderal
 berbintang, bukan anak proklamator, bukan pejabat tinggi, bukan 
bekas
 panglima TNI, bukan pula orang kaya raya atau anak orang kaya raya.
 “Rizal,” kata kawan-kawan dekat saya itu, “you are a bit 
crazy. No,
 damn crazy!”  
 
   Bahkan, bukan hanya kawan-kawan saya saja, bekas guru besar 
saya
 di Columbus, AS, yang sangat saya sayangi pun, Prof. Bill Liddle,
 berkomentar lirih, “the time is not yours yet. My dear Celli 
(nama
 kecil saya), you don’t have any chance whatsoever.” 
 
   Terhadap semua itu, saya hanya bisa menjawab, “mungkin anda
 benar.” Semboyan kampanye saya pun bunyinya rada mirip, If there 
is a
 will, there is a way. Pada tahap awal ini, yang ada hanyalah 
kehendak,
 kemauan, keberanian, and almost nothing else.  Terhadap Bill Liddle
 saya sempat membalas emailnya dengan kalimat ini: Pak Bill, the 
“will”
 is here, and I am working out the “way”.  
 
   Mungkin saya akan berhasil, mungkin pula tidak. But let me 
say
 this: soalnya bukanlah kalah dan menang, sukses atau tidak. Bahkan
 sebenarnya, seperti saya telah saya singgung tadi, soalnya bukanlah
 tentang Rizal Mallarangeng atau siapa pun. Soalnya adalah soal 
sebuah
 generasi dan sebuah negri yang kita cintai yang harus bergerak 
maju,
 membuka peluang dan kemungkinan-kemungkinan baru. 
 
   If what I do will not fly anywhere, saya secara pribadi 

[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Essay - Kurangi pergi haji dan umroh....

2008-07-24 Terurut Topik Roni Febrianto
Kalo melarang orang ibadah nanti diprotes melanggar HAM dan ingkar
Konstitusi UUD 1945 ,Jadi patutnya biaya umroh khususnya pajak Fiskal
di naikkan saja jadi 10 % dari total biaya umroh dan kelola tuh uang
dengan baik oleh negara untuk fakir miskin ,orang tidak mampu dllJuga
untuk biaya OHN kalo Depag masih ada yang korup patut di laporkan ke
KPK dan Malaikat Jibril agar dapat sanksi dunia akhirat. 


--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, Satrio Arismunandar
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Essay - KURANGI PERGI HAJI DAN UMROH…
  
 Oleh Satrio Arismunandar
  
 Saya bukan ahli agama, dan tidak pernah secara khusus belajar
tentang ajaran agama saya, Islam, kecuali di sekolah umum, mulai dari
SD sampai universitas. Membaca Al Quran pun saya tidak fasih. Maka,
saya jelas jauh dari kriteria seorang ulama. Jadi, mohon tulisan saya
ini lebih dipahami sebagai cetusan pemikiran seorang awam, yang
berusaha menggali hal-hal yang mungkin bisa dilakukan untuk kebaikan
masyarakat.
  
 Dalam Islam, setahu saya, ada dua macam amal ibadah. Pertama, jenis
ibadah yang lebih berfokus dan berdampak pada individu yang
melaksanakannya, seperti: sholat, naik haji, umroh, puasa, dan
sebagainya. Kedua, jenis ibadah yang memiliki implikasi sosial yang
lebih luas. Seperti: zakat, infaq, sedekah, dan sebagainya. 
  
 Kedua macam ibadah ini sama-sama penting. Namun, dalam kondisi
tertentu, orang harus memilih dan membuat skala prioritas. Misalnya:
Saya punya uang lebih Rp 40 juta. Apa yang akan saya lakukan dengan
uang itu? Saya bisa gunakan untuk naik haji atau umroh, yang artinya
saya nikmati sendiri. Tetapi, uang itu juga bisa saya manfaatkan untuk
menyantuni anak yatim, membiayai sekolah mereka, membantu orang miskin
dan korban bencana alam, yang berarti saya ikut memperbaiki kondisi
sosial masyarakat. 
  
 Bayangkan, berapa banyak orang miskin yang akan tertolong nasibnya
dengan uang sebanyak itu. Berapa banyak anak yang sekarang drop out,
karena orang tuanya tak sanggup membayar SPP, akan bisa mengenyam
bangku sekolah lagi. Berapa banyak bayi kurang gizi, yang terancam
lumpuh atau kehilangan masa depan, akan tumbuh sebagai anak-anak yang
sehat dan cerdas.
  
 Dalam kondisi sosial-ekonomi saat ini, jutaan rakyat Indonesia makin
terpuruk tingkat kesejahteraannya, akibat kebijakan ekonomi neoliberal
yang tidak prorakyat, yang menghasilkan kenaikan harga BBM dan
berbagai kebutuhan pokok lainnya. Dalam kondisi krisis semacam ini,
alangkah baiknya jika umat Islam memberi perhatian lebih besar pada
ibadah yang berimplikasi sosial meluas, seperti: zakat, infaq dan
sedekah.  
  
 Kalau Anda sudah pernah satu kali naik haji, kewajiban berhaji ke
tanah suci Mekkah sebetulnya sudah lunas. Maka, jika Anda masih punya
kelebihan uang, sebaiknya tidak dipakai untuk berkali-kali pergi haji
atau umroh. Uang itu seyogyanya dialihkan untuk membantu masyarakat
lain, yang masih sangat membutuhkan. Ada jutaan rakyat miskin dan
susah, di berbagai pelosok Tanah Air, yang sangat membutuhkan uluran
tangan Anda. Sering kali, mereka bahkan bisa ditemukan di lingkungan
sekitar, tak jauh dari rumah Anda. 
  
 Saya dan siapapun juga memang tidak berhak melarang Anda pergi haji
dan umroh berkali-kali. Toh, yang Anda gunakan itu adalah uang Anda
sendiri. Namun, saya hanya mengimbau, tolong lihatlah kondisi
masyarakat kita sekarang, dan ubahlah sedikit skala prioritas Anda
dalam beribadah. Saya percaya, doa tulus yang disertai rasa syukur
dari orang-orang yang telah Anda bantu itu –InsyaAllah-- akan membantu
Anda memperoleh ridla dan ampunan Allah SWT. 
  
 Jakarta, 23 Juli 2008
  
 
 
 
 
 Satrio Arismunandar 
 Executive Producer
 News Division, Trans TV, Lantai 3
 Jl. Kapten P. Tendean Kav. 12 - 14 A, Jakarta 12790 
 Phone: 7917-7000, 7918-4544 ext. 4023,  Fax: 79184558, 79184627
  
 http://satrioarismunandar6.blogspot.com
 http://satrioarismunandar.multiply.com  
  
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
   
 
 [Non-text portions of this message have been removed]





[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Ratna Sarumpaet Maju Jadi Capres 2009

2008-07-24 Terurut Topik Roni Febrianto
Wah makin latah saja mau jadi Capres ada RM ,BS,FR,RS kalo semua mau
jadi Capres nanti siapa yang bisa kritik penguasa .


--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, Agus Hamonangan
[EMAIL PROTECTED] wrote:


http://www.kompas.com/read/xml/2008/07/23/22243623/ratna.sarumpaet.maju.jadi.capres.2009

 JAKARTA, RABU - Seniman Teater Ratna Sarumpaet mendeklarasikan diri
 untuk maju menjadi calon presiden dalam pemilihan umum presiden tahun
 2009. Acara deklarasi Ratna diselenggarakan di Galery Cemara, Jakarta,
 Rabu (22/7) malam.

 Dalam orasi politiknya, Ratna bicara soal Indonesia yang menurutnya
 tidak punya harga diri. Banyak aset rakyat yang dijual ke pihak asing.
 Hal ini membuat Ratna gelisah.

 Untuk itu,  bersama Akar Indonesia, organisasi masyarakat yang
 dipimpinnya, ia sedang menggodok pedoman atau cetak biru pengeloaan
 negara. Nantinya, cetak biru versi Ratna ini akan diterbitkan dalam
 bentuk buku yang akan dipublikasikan sesegera mungkin.

 Sahabat Ratna sesama seniman, Jajang C Noor, tampil membacakan puisi.
 Di atas panggung Jajang berujar, ia sebetulnya tidak setuju sahabatnya
 maju mencalonkan diri. Namun, melihat kondiri negara yang amburadul,
 saya melihat dia memiliki integritas, niat, tenaga yang akan membawa
 negara kembali ke jalan yang benar, tutur Jajang.

 Selanjutnya, ketika ditanya mengenai kendaaraan politik yang akan
 digunakan, Ratna mengatakan masih terlalu pagi untuk menjawabnya
 sekarang. Namun saya percaya, ditengah lemahnya kepercayaan rakyat
 terhadap partai-partai yang ada, diantara mereka pasti ada partai yang
 bersih yang punya ketulusan ingin membangun bangsa dan menghormati
 rakyat, ujarnya.

 Dalam acara tersebut, Ratna sebenarnya mengundang sejumlah pimpinan
 partai politik, namun tidak ada satu pun yang datang.  (C8-08)




 Sent from my BlackBerry © Wireless device from XL GPRS/EDGE/3G Network




[Forum Pembaca KOMPAS] Menikah di Atas Genangan Air Mata..........

2008-07-24 Terurut Topik firdaus cahyadi


Menikah di Atas Genangan Air Mata..

 

Bagi umat manusia, menikah adalah salah satu cara untuk
mengungkapkan cinta dan kasih sayang kepada pasangannya. Cinta dan kasih sayang
adalah hal yang manusiawi. Namun menjadi sebuah ironi bila ketika kita
mengekspresikan rasa cinta dan kasih sayang kepada pasangan kita, nun jauh di 
sana ada ribuan orang
yang bergelimang air mata karena ulah para leluhur kita yang mencari kekayaan
untuk kehidupan kita bahkan juga mungkin untuk biaya pernikahan kita itu.
Alangkah tragisnya pernikahan seperti itu..

 

Klik di: 
http://berantaslapindo.wordpress.com/2008/07/24/menikah-di-atas-genangan-air-mata/




  

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Berakhir Sudah Perburuan Selama Hampir 13 Tahun

2008-07-24 Terurut Topik rzain
Pelaksanaan hukum mati jangan lama2, paling lama 3 bulan sebaiknya
sudah dilaksanakan, pada masa itu semua masih setuju tertuduh
dihukum berat termasuk hukum mati. Kalau harus menunggu ber tahun2
tertuduh ybs bisa bertobat dan menuai simpati dari masyarkat. Contoh
pengedar narkoba (dituduh) ybs tidak perna diakui, bertahun-tahun
dia berbuat baik di penjara termasuk mengajar bhs Inggeris, kenalan
barunya semua mengatakan dia orang baik, tiba2 kasasinya ditolak
karena kesalahan yang dilakukan puluhan tahun yang lalu ketika
tuduhan itu dilupakan orang dan yang teringat hanya kebaikannya,
mengapa dia harus dihukum mati?.
Sumiasih dan anaknya Sugeng dihukum mati setelah 20 tahun, selama
itu dia bertobat dan menjadi oramg baik menurut orang2 sekitarnya,
mengapa mereka harus dihukum mati?
Saidina Umar adalah pembunuh paling kejam lalu bertobat dan menjadi
sahabat Nabi Muhammad yang kemudian ditujuk sebagai pengganti atau
Khalifah malah oleh Nabi ditetapkan sebagai calon penghuni sorga,
meskipun akhir hidupnya dia juga terbunuh.

rzain


--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, manneke budiman
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Bu Reni,
 �
 Masak sih kita membuat keputusan pro atau kontra hukuman mati
berdasarkan repot tidaknya kasih makan napi di penjara? Apa nyawa
manusia semurah itu? Jangan sampailah cara pikir kita tentang harga
sebuah nyawa ternyata sama saja dengan cara pikir para pembunuh
berdarah dingin yang demen mencabut nyawa orang lain. Mereka juga
menganggap nyawa manusia harganya murah lho.
 �
 Apa yang membedakan seorang pembunuh dengan seorang manusia
beradab? Cuma satu, Bu Reni: manusia beradab sayang pada kehidupan
dan akan melakukan apa saja demi memastikan tak ada satupun nyawa
manusia yang harus tercabut karena alasan apapun di luar sebab-sebab
alami.
 �
 Indonesia punya ribuan pulau kosong yang nganggur dan selalu
dilirik Malaysia dan Singapura, sebab kita tak becus mengelolanya.
kalau kita mau mengurung ribuan korputor seumur hidup, pulau-pulau
nganggur itu bisa kok dijadikan penjara mcam Alcatraz. Kalo soal
kasih makan napi, itu memang TUGAS pemerintah. Nggak boleh karena
males kasih makan, atau dengan alsan pemerintah miskin, maka lalu
napinya dihukum mati aja semua biar kaga repot.
 �
 Cina maju? Saya masih belum yakin apa kemajuan ini betul mengakar
atau cuma di permukaan. Cina mengobral diri dengan mengundang masuk
neoliberalisme di atas keringat rakyat kecil yang dibayar murah dan
nyaris tak punya jaminan keselamatan kerja apa-apa. Lihat itu berita
setiap kali tentang kecelakaan di tambang yang selalu makan korban
para penambang. Kemajuan yang didasari oleh prinsip
developmentalisme yang dikembangkan kaum neolib pada akhirnya hanya
membuat jurang antara kaya dan miskin makin lebar. Kemajuan, dengan
kata lain, hanya dinikmati sebagian kecil elit berduit. Lihat juga
polusi yang diakibatkan industrialisasi besar-besaran tanpa batas.
Anda pasti sering nonton kan siaran-siaran tivi tentang Cina
menjelang Olimpiade? Terakhir soal Cina ini, Bu Reni, saya ragu
apakah ada korelasi langsung antara kemajuan ekonomi Cina dengan
ditembak matinya para koruptor. Belum ada buktinya.
 �
 Mengenai Malaysia, saya mau tanya Anda, berapa banyak kasus
hukuman mati di Malaysia yang menimpa para koruptor, pejabat negara
yang maling, kaum elit kaya raya? Setiap kali saya dengar hukuman
mati di Malaysia, pasti sangkutannya ke penyelundup narkoba kok,
bukan koruptor. Atau Anda mau bilang di malaysia tak ada korupsi?
 �
 manneke


Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Artikel: POLITIK KAUM MUDA DAN IDEOLOGI NASIONAL

2008-07-24 Terurut Topik Anna Marsiana



 Bung Budiman,
 Ide dan pemikiran-pemikiran anda itu sebenarnya bagus bila benar-benar dapat 
 di realisasikan di pemerintahan. Kenapa anda tidak keluar saja dari PDIP dan 
 mencontoh langkah politik independen seperti apa yang dilakukan Bung Fadjrul 
 Rachman? Saya kira hal itu lebih baik ketimbang anda mengkampanyekan diri 
 sebagai caleg. Terus terang saya jadi ragu, apa sih sebenarnya yg membuat 
 anda menjadi sedemikian pesimis untuk maju sebagai calon presiden RI 2009? 
 Apakah karena Megawati sudah terlebih dahulu dicalonkan oleh PDIP sehingga 
 anda minder sama partai yg anda sendiri? Atau apakah ada hal-hal lain 
 dibelakang yang memberatkan anda? Seperti Jenkins Brian Michael, maybe.

 Salam,
 Pendukung capres independen
 
Bung Budiman,
Saya kagum dengan jawaban-jawaban dan argumentasi Anda atas pilihan
Anda bergabung dengan parpol, dalam hal ini PDIP.  Secara prinsip saya
setuju dengan argumentasi Anda mengenai pentingnya sebuah proses
pengenalan konstelasi politik dalam bahasa Anda dari hulu ke hilir.
Proses seperti ini memang akan mematangkan seseorang. namun saya kira
Anda pun paham, bahwa dengan sepak terjang parpol dan orang-orang di
dalamnya selama ini telah membuat banyak orang --termasuk saya
didalamnya-- cukup pesimistis. Apakah masih mungkin seorang individu
--maaf, tidak mengecilkan Anda-- akan bisa mendatangkan pencerahan
dalam sebuahparpol yang mesin-mesinnya sudah established. Demikian
pula mereka yang menjalankan mesin-mesin itu?

keoptimisan Anda layak diacungi jempol. Saya yakin kalau ANda berhasil
mengubah wajah PDIP dan mengambalikannya kepada pemiliknya yang sah,
seperti kata Anda, Rakyat-marhaen, 40% rakyat yang selama ini golput,
khususnya yang kaum mudanya, akan berbondong-bondong kembali
berpartisipasi secara lebih aktif dalam proses berdemokrasi melalui
penggunaan hak suara.

Mungkin akan berguna loh kalau Anda menguraikan sedikit gambaran
peluang Anda utnuk berhasil di PDIP? Minimal, bisa jadi pemilu 2009
saya berhenti golput dan akan ikut vote buat Anda!

However, maju terus buat Anda!!
Salam,
Anna


[Forum Pembaca KOMPAS] PUISI UNTUK BUDIMAN

2008-07-24 Terurut Topik anton_djakarta
PUISI UNTUK BUDIMAN

Pada sebuah sore di punggung sejarah Indonesia yang berdebu
Ketika kuntum bunga bangsa masih di rubung kupu-kupu
Malam menanti waktu
Sejarah yang berderak-derak


Ketika api pikiran Njoto bangkit
Maka suara Sukarno bergetar dan buat merinding anak kecil yang 
menonton diatas pohon depan Istana
Maka begitulah lancarnya bait-bait Tan Malaka yang disusun pada 
jalan becek di Cililitan sana
Atau gemulai alam pikiran Yunani gaya Hatta.

Aidit yang turun ke sawah
Isa Anshori si Napoleon yang bergeliat di Lapangan Akbar 
Maka jatuhlah ungkapan puitis 
Yang kerap ditulis
Pada Rukiah Isteri Kertapati :
Jalan Indonesia, adalah Jalan Penderitaan

BudimanBudiman 
Anak sejarah
yang lahir dari luka sejarah

Menyambung sejarah

Pada api aksara pikiran Bung Karno
Pada kesetiaan Nasakom
Dan konsepsi Persatuan Indonesia
Yang benar-benar bersatu.

Lamat-lamat kudengarkan
Suara Indah Bing Slamet
Genjer-Genjer Pathing Keleler
Dan bangsa ini tetap seperti dulu kala
Menjadi pemangsa genjer-genjer
Kemiskinan dan air mata
Menjadi sahabat di tanah yang kaya.

Budiman Sujatmiko
Anak muda pemberani
Yang berdada Tetuko
Dengan semangat Bung Karno
Maju ke depan menghancurkan Tirani Status Quo.

Majulah Budiman
Karena Kaum Jelata
Berada di belakang pikiran anda yang sekuat baja

Dan merah putih tak lagi menjadi bendera penuh nanah

Karena bendera merah putih yang kita naikkan
Adalah bendera yang dibayangkan 
Oleh tiga ratus orang yang menyaksikan
Di Jalan Pegangsaan pada 17 agustus tahun showa
Bendera yang di imajinasikan
Akan mempersatukan Indonesia
Membawa kita pada cita-cita
Negara makmur tanpa cela.

Dan sebuah sore bercerita
Tentang Budiman, anak jaman yang dilahirkan jaman..

Semoga


ANTON





Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Essay - Kurangi pergi haji dan umroh....

2008-07-24 Terurut Topik Made Papua
Setuju dengan tulisan Anda, mas.

Dalam satu riwayat Rasulullah SAW pernah menceritakan tentang seseorang yang
hendak pergi Haji, namun dalam perjalanan, orang tersebut didatangi
tetangganya yang akan meminjam uang untuk memberi menghidupi keluarganya.
Akhirnya uang yang ada diserahkan semua kepada orang miskin tersebut dan
membatalkan hajinya. Rasulullah SAW berkata, karena hal tersebut, dermawan
tersebut dianugerahi pahala yang setara dengan haji mabrur.

Hikmahnya, ibadah sosial jauh lebih penting dan ternyata memiliki keutamaan
yang tinggi dibandingkan ibadah atau ritual yang bersifat pribadi.

Terimakasih untuk tulisannya mas, mengingatkan saya juga :)

/MP


[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua

2008-07-24 Terurut Topik Maulana Raja Aisyana
Kaum muda yang bernafsu untuk berkuasa sering menjual tokoh-tokoh muda masa 
lalu, tanpa menyadari apa yang telah diperbuat oleh dirinya. Para tokoh tanah 
air masa lalu tidak lahir dari iklan dengan dana miliaran, tapi melalui cucuran 
keringat keikhlasan bekerja untuk rakyat.

salam
 
raja
muak nonton teve yang disesaki iklan para petualang politik

--- On Wed, 7/23/08, Agus Hamonangan [EMAIL PROTECTED] wrote:

From: Agus Hamonangan [EMAIL PROTECTED]
Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Date: Wednesday, July 23, 2008, 5:41 PM






A Personal Letter to All 

(Rizal Mallarangeng) 


Saya ingin mengucapkan terima kasih atas perhatian dan simpati
Anda semua, baik yang berada di tanah air maupun yang di luar negri.
Dalam waktu singkat, lewat Facebook, milis-milis di internet, maupun
media massa konvensional di tanah air, begitu banyak yang memberi
komentar, salam persahabatan, dukungan, pertanyaan, keraguan, hingga
kritik yang tajam terhadap saya. 

Teknologi membuka berbagai kemungkinan baru, termasuk dalam
menyatukan perhatian beragam komunitas dari berbagai belahan dunia
untuk menyampaikan pendapat secara cepat dan personal. Hal ini tentu
perlu disambut dengan tangan terbuka. 

Saya minta maaf sebab tidak mungkin membalas satu persatu sapaan
yang datang kepada saya. 

Dalam kesempatan ini, saya hanya ingin menyampaikan bahwa alasan
utama bagi saya untuk tampil sekarang adalah untuk memberi alternatif
baru dalam proses pemilihan kepemimpinan nasional. Sebenarnya, soal
ini bukanlah soal saya sebagai pribadi, tetapi persoalan sebuah
generasi dan sebuah bangsa yang harus terus bergerak maju. 

Sejak 10 tahun terakhir, pilihan-pilihan kepemimpinan nasional
tidak banyak berubah. Gus Dur dan Amien Rais tampaknya masih ingin
ikut pemilihan presiden tahun depan, mendampingi Presiden SBY dan
Wapres Kalla serta Megawati. Begitu juga Jenderal (purn) Wiranto dan
Letjen (purn) Probowo. Mungkin Sultan Hemengkubuwono X dan Letjen
(purn) Sutiyoso juga akan turut serta. 

Saya menghormati tokoh-tokoh senior tersebut. Tapi apakah
pilihan kepemimpinan nasional harus berkisar hanya di seputar mereka,
sebagaimana yang terjadi setelah Soeharto lengser? Apakah di Indonesia
terjadi stagnasi dalam sirkulasi kepemimpinan nasional, sehingga
wajah-wajah baru tidak mungkin muncul sama sekali? Jika di Amerika
Serikat muncul Obama (47 tahun) dan di Rusia ada Medvedev (44 tahun),
mengapa kita tidak? Bukankah Republik Indonesia sebenarnya dipelopori
oleh para tokoh yang saat itu berusia muda, seperti dr. Tjipto
Mangunkusumo, HOS Tjokroaminoto, Sukarno, Hatta, Sjahrir? 

Somebody has to do something. Kita harus menunjukkan bahwa
Indonesia adalah bangsa besar yang dinamis, berjalan mengikuti
perubahan zaman dengan membuka diri terhadap berbagai kemungkinan
baru. Kita harus berkata kepada para senior tersebut, we respect you,
Sir and Madam. But please give some space to our new generation. Sudah
saatnya generasi baru kepemimpinan di Indonesia turut serta dalam
penentuan kehidupan bersama pada level politik yang tertinggi. 

Pemikiran seperti itulah yang memberanikan saya untuk tampil
sekarang. Dengan segala kelemahan yang ada, saya bersyukur mendapat
kesempatan untuk melakukannya. Memang, kalau dipikir-pikir, kata
beberapa kawan dekat saya, keputusan itu agak gila sedikit. Lebih
banyak beraninya ketimbang pertimbangan yang dingin dan rasional. 

Saya bukan menteri atau mantan menteri. Saya bukan ketua umum
partai, bukan presiden atau mantan presiden, bukan jenderal
berbintang, bukan anak proklamator, bukan pejabat tinggi, bukan bekas
panglima TNI, bukan pula orang kaya raya atau anak orang kaya raya.
“Rizal,” kata kawan-kawan dekat saya itu, “you are a bit crazy. No,
damn crazy!” 

Bahkan, bukan hanya kawan-kawan saya saja, bekas guru besar saya
di Columbus, AS, yang sangat saya sayangi pun, Prof. Bill Liddle,
berkomentar lirih, “the time is not yours yet. My dear Celli (nama
kecil saya), you don’t have any chance whatsoever.” 

Terhadap semua itu, saya hanya bisa menjawab, “mungkin anda
benar.” Semboyan kampanye saya pun bunyinya rada mirip, If there is a
will, there is a way. Pada tahap awal ini, yang ada hanyalah kehendak,
kemauan, keberanian, and almost nothing else. Terhadap Bill Liddle
saya sempat membalas emailnya dengan kalimat ini: Pak Bill, the “will”
is here, and I am working out the “way”. 

Mungkin saya akan berhasil, mungkin pula tidak. But let me say
this: soalnya bukanlah kalah dan menang, sukses atau tidak. Bahkan
sebenarnya, seperti saya telah saya singgung tadi, soalnya bukanlah
tentang Rizal Mallarangeng atau siapa pun. Soalnya adalah soal sebuah
generasi dan sebuah negri yang kita cintai yang harus bergerak maju,
membuka peluang dan kemungkinan- kemungkinan baru. 

If what I do will not fly anywhere, saya secara pribadi sudah
cukup puas karena saya sudah mencoba menunjukkan bahwa Indonesia tidak
membeku, stagnan dengan pilihan-pilihan yang itu-itu 

[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Lagu Yang Mistis from Anton

2008-07-24 Terurut Topik cynthapd
Dimana sawah luas menghijau
Dimana bukit biru menghimbau
Itu tanahku, tumpah darahku
Tanah yang subur, kaya dan makmur
Harum namanya
I n d o n e s i a

Seingat saya syair lagunya memang demikian, hanya saja saya tidak
ingat apabila syairnya lebih panjang dari itu. Saya juga tidak ingat
lagi judul lagunya apalagi pengarangnya.  Ada satu lagu lagi yang
bagi saya terasa menyentuh, syairnya sbb :

Nyiur hijau di tepi pantai
Siar siur daunnya melambai
Padi mengembang kuning merayu
Burung-burung menyanyi gembira
Tanah airku, tumpah darahku
Tanah yang subur, kaya, makmur
Tanah airku, tumpah darahku
Tanah yang mulia permai nyata

Lagu-lagu yang indah, tapi sayangnya sampai 63 tahun kemerdekaan RI,
lagu-lagu itu  kenyataannya hanya sebatas menjadi screen saver
saja.


--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, Yuliati Soebeno
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Ada lagi lagu yang bisa membuat saya bisa menitik-kan air mata,
apalagi jika sudah tinggal lama diluar negri, lalu gak bisa pulang
karena belum punya uang untuk ongkos perjalanan.
 nah sewaktu 17 Agustusan di kediaman Duta Besar, biasanya ada
upacara dan menyanyikan lagu-lagi Indonesia. Ada salah satu lagu
yang membuat saya trenyuh.
 Lagu tersebut selalu membuat saya merinding dan mata
jadi mbrabak (bergenang air mata tiba-tiba). Lagi tersebut
syairnya begini:

 Diamana sawah, luas menghijau
 Dimana bukit biru menghimbau
 Itu tanahku, tumpah darahku
 Tanah yang subur dan kaya makmur
 Harum namanya .Indnesia.

 etc...etc...

 Benar gak ya syairna? Udah lupa banget, apalagi pengarangnya, gak
tahu juga. Jika ada yang ingat syairnya, tolong dikirim buat daku,
ya?

 Salam,
 Yuli


[Forum Pembaca KOMPAS] Lumpur Lapindo, Cermin Retak Republik Indonesia

2008-07-24 Terurut Topik firdaus cahyadi


Lumpur Lapindo, Cermin Retak
Republik Indonesia

 

SatuDunia, Jakarta. Selalu ada fakta baru yang menjadi petunjuk awal
bahwa kasus semburan lumpur Lapindo merupakan sebuah mega skandal yang
melibatkan pemilik modal dan penyelanggara negara. Melalui bukunya yang
berjudul “Lapindogate, Skandal Industri Migas”, Wahyudin Munawir, seorang
politisi dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mencoba mengurai skandal lumpur
Lapindo tersebut. Berikut resensi bukunya.

 

Klik di: http://satudunia.net/node/2615

 




  

[Non-text portions of this message have been removed]




=
Pojok Milis Forum Pembaca KOMPAS :

1.Milis FPK dibuat dan diurus oleh pembaca setia KOMPAS
2.Topik bahasan disarankan bersumber dari KOMPAS dan KOMPAS On-Line (KCM)
3.Moderator berhak mengedit/menolak E-mail sebelum diteruskan ke anggota
4.Moderator E-mail: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
5.Untuk bergabung: [EMAIL PROTECTED]

KOMPAS LINTAS GENERASI
=
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua

2008-07-24 Terurut Topik Merdy Ervina
wah--- isinya boleh dipinjam u diposting buat blog saya nggak mas?? 
abis biar dibaca ganks and teman2 di luar, itung2 nambah suara, 

salam kenal u Bung Rizal, tadinya liat di Metro aja

--melan--



  --- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, Agus Hamonangan 
  [EMAIL PROTECTED] wrote:
  A Personal Letter to All 

  (Rizal Mallarangeng) 

  Saya ingin mengucapkan terima kasih atas perhatian dan simpati
  Anda semua, baik yang berada di tanah air maupun yang di luar negri.
  Dalam waktu singkat, lewat Facebook, milis-milis di internet, maupun
  media massa konvensional di tanah air, begitu banyak yang memberi
  komentar, salam persahabatan, dukungan, pertanyaan, keraguan, hingga
  kritik yang tajam terhadap saya. 



   

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Ratna Sarumpaet Maju Jadi Capres 2009

2008-07-24 Terurut Topik Teguh Santoso
Wah semakin seru aja nih, makin banyak pilihan (meskipun baru sekedar
pilihan).

Rekan2 FPK, mohon pencerahannya, Kalo mau nyalonin jadi Calon Presiden, itu
Daftarinnya ke mana? Trus apa ya syarat2 agar bisa nyalonin jadi calon
Presiden?

Sekarang ini kok sudah banyak bener orang2 yang nyalonin jadi Presiden?
Siapa yg nyalonin ya? Nyalonin diri sendiri, begitu pemilihan yg nyoblos
cuman dia sendiri + istri/suami+ anak+ponakan, tetangga kanan kiri.

salam
teguh santoso

2008/7/24 Agus Hamonangan [EMAIL PROTECTED]:


 http://www.kompas.com/read/xml/2008/07/23/22243623/ratna.sarumpaet.maju.jadi.capres.2009

 JAKARTA, RABU - Seniman Teater Ratna Sarumpaet mendeklarasikan diri
 untuk maju menjadi calon presiden dalam pemilihan umum presiden tahun
 2009. Acara deklarasi Ratna diselenggarakan di Galery Cemara, Jakarta,
 Rabu (22/7) malam.

 Dalam orasi politiknya, Ratna bicara soal Indonesia yang menurutnya
 tidak punya harga diri. Banyak aset rakyat yang dijual ke pihak asing.
 Hal ini membuat Ratna gelisah.

 Untuk itu, bersama Akar Indonesia, organisasi masyarakat yang
 dipimpinnya, ia sedang menggodok pedoman atau cetak biru pengeloaan
 negara. Nantinya, cetak biru versi Ratna ini akan diterbitkan dalam
 bentuk buku yang akan dipublikasikan sesegera mungkin.

 Sahabat Ratna sesama seniman, Jajang C Noor, tampil membacakan puisi.
 Di atas panggung Jajang berujar, ia sebetulnya tidak setuju sahabatnya
 maju mencalonkan diri. Namun, melihat kondiri negara yang amburadul,
 saya melihat dia memiliki integritas, niat, tenaga yang akan membawa
 negara kembali ke jalan yang benar, tutur Jajang.

 Selanjutnya, ketika ditanya mengenai kendaaraan politik yang akan
 digunakan, Ratna mengatakan masih terlalu pagi untuk menjawabnya
 sekarang. Namun saya percaya, ditengah lemahnya kepercayaan rakyat
 terhadap partai-partai yang ada, diantara mereka pasti ada partai yang
 bersih yang punya ketulusan ingin membangun bangsa dan menghormati
 rakyat, ujarnya.

 Dalam acara tersebut, Ratna sebenarnya mengundang sejumlah pimpinan
 partai politik, namun tidak ada satu pun yang datang. (C8-08)

 Sent from my BlackBerry (c) Wireless device from XL GPRS/EDGE/3G Network


[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Fadjroel Rachman Serius Calonkan Diri Sebagai Capres

2008-07-24 Terurut Topik aizz
Mas Fadroel Rachman apa Fadjroel Falaakh?

Powered by Telkomsel BlackBerry�

-Original Message-
From: anton_djakarta [EMAIL PROTECTED]

Date: Thu, 24 Jul 2008 03:35:46
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Fadjroel Rachman Serius Calonkan Diri 
Sebagai Capres


Orang lupa, Andi Hakim Nasution kerap menyerang Dr. Hidayat seorang
penulis filsafat jebolan IPB juga sebagai 'orang gila' setidak2nya
Andi Hakim Nasution ini adalah seorang yang arogan, walaupun memang
pintarnya luar biasa, saya sangat suka sekali dengan
bukunya Landasan Matematika.

ANTON



Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua

2008-07-24 Terurut Topik Rizka
Bagi saya tua atau muda gak perduli. Yang penting punya misi ikhlas yang 
betul-betul keluar dari hati nurani untuk membangun bangsa ini. Jangka pendek 
yang saya harapkan saat ini adalah bagaimana caranya kemiskinan dinegeri ini 
lenyap. Hilangkan para gepeng dengan cara manusiawi dan tempatkan mereka 
ditempat yang layak. Tidak ada lagi anak-anak kecil berkeliaran dijalan raya.

Rizal Mallarangeng cocoknya jadi sekertaris RT aja.

Orang bijak biasanya banyak kerja, bukan banyak omong.


Salam
RN
  - Original Message - 
  From: Agus Hamonangan 
  To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com 
  Sent: Thursday, July 24, 2008 2:41 AM
  Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua


  A Personal Letter to All 

  (Rizal Mallarangeng) 


  Saya ingin mengucapkan terima kasih atas perhatian dan simpati
  Anda semua, baik yang berada di tanah air maupun yang di luar negri.
  Dalam waktu singkat, lewat Facebook, milis-milis di internet, maupun
  media massa konvensional di tanah air, begitu banyak yang memberi
  komentar, salam persahabatan, dukungan, pertanyaan, keraguan, hingga
  kritik yang tajam terhadap saya. 

  Teknologi membuka berbagai kemungkinan baru, termasuk dalam
  menyatukan perhatian beragam komunitas dari berbagai belahan dunia
  untuk menyampaikan pendapat secara cepat dan personal. Hal ini tentu
  perlu disambut dengan tangan terbuka. 

  Saya minta maaf sebab tidak mungkin membalas satu persatu sapaan
  yang datang kepada saya. 

  Dalam kesempatan ini, saya hanya ingin menyampaikan bahwa alasan
  utama bagi saya untuk tampil sekarang adalah untuk memberi alternatif
  baru dalam proses pemilihan kepemimpinan nasional. Sebenarnya, soal
  ini bukanlah soal saya sebagai pribadi, tetapi persoalan sebuah
  generasi dan sebuah bangsa yang harus terus bergerak maju. 

  Sejak 10 tahun terakhir, pilihan-pilihan kepemimpinan nasional
  tidak banyak berubah. Gus Dur dan Amien Rais tampaknya masih ingin
  ikut pemilihan presiden tahun depan, mendampingi Presiden SBY dan
  Wapres Kalla serta Megawati. Begitu juga Jenderal (purn) Wiranto dan
  Letjen (purn) Probowo. Mungkin Sultan Hemengkubuwono X dan Letjen
  (purn) Sutiyoso juga akan turut serta. 

  Saya menghormati tokoh-tokoh senior tersebut. Tapi apakah
  pilihan kepemimpinan nasional harus berkisar hanya di seputar mereka,
  sebagaimana yang terjadi setelah Soeharto lengser? Apakah di Indonesia
  terjadi stagnasi dalam sirkulasi kepemimpinan nasional, sehingga
  wajah-wajah baru tidak mungkin muncul sama sekali? Jika di Amerika
  Serikat muncul Obama (47 tahun) dan di Rusia ada Medvedev (44 tahun),
  mengapa kita tidak? Bukankah Republik Indonesia sebenarnya dipelopori
  oleh para tokoh yang saat itu berusia muda, seperti dr. Tjipto
  Mangunkusumo, HOS Tjokroaminoto, Sukarno, Hatta, Sjahrir? 

  Somebody has to do something. Kita harus menunjukkan bahwa
  Indonesia adalah bangsa besar yang dinamis, berjalan mengikuti
  perubahan zaman dengan membuka diri terhadap berbagai kemungkinan
  baru. Kita harus berkata kepada para senior tersebut, we respect you,
  Sir and Madam. But please give some space to our new generation. Sudah
  saatnya generasi baru kepemimpinan di Indonesia turut serta dalam
  penentuan kehidupan bersama pada level politik yang tertinggi. 

  Pemikiran seperti itulah yang memberanikan saya untuk tampil
  sekarang. Dengan segala kelemahan yang ada, saya bersyukur mendapat
  kesempatan untuk melakukannya. Memang, kalau dipikir-pikir, kata
  beberapa kawan dekat saya, keputusan itu agak gila sedikit. Lebih
  banyak beraninya ketimbang pertimbangan yang dingin dan rasional. 

  Saya bukan menteri atau mantan menteri. Saya bukan ketua umum
  partai, bukan presiden atau mantan presiden, bukan jenderal
  berbintang, bukan anak proklamator, bukan pejabat tinggi, bukan bekas
  panglima TNI, bukan pula orang kaya raya atau anak orang kaya raya.
  â?oRizal,â? kata kawan-kawan dekat saya itu, â?oyou are a bit crazy. No,
  damn crazy!� 

  Bahkan, bukan hanya kawan-kawan saya saja, bekas guru besar saya
  di Columbus, AS, yang sangat saya sayangi pun, Prof. Bill Liddle,
  berkomentar lirih, â?othe time is not yours yet. My dear Celli (nama
  kecil saya), you donâ?Tt have any chance whatsoever.â? 

  Terhadap semua itu, saya hanya bisa menjawab, â?omungkin anda
  benar.� Semboyan kampanye saya pun bunyinya rada mirip, If there is a
  will, there is a way. Pada tahap awal ini, yang ada hanyalah kehendak,
  kemauan, keberanian, and almost nothing else. Terhadap Bill Liddle
  saya sempat membalas emailnya dengan kalimat ini: Pak Bill, the â?owillâ?
  is here, and I am working out the â?owayâ?. 

  Mungkin saya akan berhasil, mungkin pula tidak. But let me say
  this: soalnya bukanlah kalah dan menang, sukses atau tidak. Bahkan
  sebenarnya, seperti saya telah saya singgung tadi, soalnya bukanlah
  tentang Rizal Mallarangeng atau siapa pun. Soalnya adalah soal sebuah
  generasi dan sebuah negri yang kita cintai 

[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Utang Bertambah, Tetapi Aset Negara Tidak Makin Kaya

2008-07-24 Terurut Topik Ana Dyah Sari
Gimana aset negara mau bertambah? lha wong udah banyak yang di lelang
kok..bukanya privatisasi itu kata lain dari menjual set negara kepada
swasta?
Kemudian akalu aset dijual dari mana negara akan mandapatkan uang
untuk operasional negara selanjutnya? ya tentu saja berutang. kemudian
untuk membayar utang aset negara di jual lagi..
jadi ya seperti itu lah..utang..jual aset..utang..jual aset..aset  nya
habis, orangnya yang di jual :)
Negara berutang hanya untuk menutup biaya operasional negara, bukan
untuk membeli aset baru...
So, coba tebak, setealah ini apa aset yang akan di jual? Pelabuhan aja
pelan-pelan mulai di jual..
Salam,

Ana


   _

 From: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
 [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Lasma siregar
 Sent: Wednesday, July 23, 2008 11:34 AM
 To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
 Subject: Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Utang Bertambah, Tetapi Aset Negara
 Tidak Makin Kaya



 Utang bertambah tapi aset negara tidak bertambah atau dengan
 kata lain tidak makin kaya.
 Apakah ada kemungkinan aset negara bukan hanya tidak bertambah
 malah berkurang?
 Bukannya tidak makin kaya malah sebaliknya.
 Bagaimana kalau begini, perlu dijelaskan apa yang terjadi atau
 apa yang tidak pernah terjadi.

 Salam
 Las


Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Ratna Sarumpaet Maju Jadi Capres 2009

2008-07-24 Terurut Topik Christiono Hendrawan
Bukan latah bung roni,

tapi saat ini banyak yang terpanggil jadi penyelamat Bangsa,

jujur saya respek kepada para calon indenpenden dari pada para calon dari
partai besar.



2008/7/24 Roni Febrianto [EMAIL PROTECTED]:

   Wah makin latah saja mau jadi Capres ada RM ,BS,FR,RS kalo semua mau
 jadi Capres nanti siapa yang bisa kritik penguasa .


Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Artikel: POLITIK KAUM MUDA DAN IDEOLOGI NASIONAL

2008-07-24 Terurut Topik Hendra Kusumah
Ayo Bung Budiman, segera dijawab!

PS: Jangan bikin surat macem Celi ya... hehehe



2008/7/24 Anna Marsiana [EMAIL PROTECTED]:

 Bung Budiman,
 Saya kagum dengan jawaban-jawaban dan argumentasi Anda atas pilihan
 Anda bergabung dengan parpol, dalam hal ini PDIP. Secara prinsip saya
 setuju dengan argumentasi Anda mengenai pentingnya sebuah proses
 pengenalan konstelasi politik dalam bahasa Anda dari hulu ke hilir.
 Proses seperti ini memang akan mematangkan seseorang. namun saya kira
 Anda pun paham, bahwa dengan sepak terjang parpol dan orang-orang di
 dalamnya selama ini telah membuat banyak orang --termasuk saya
 didalamnya-- cukup pesimistis. Apakah masih mungkin seorang individu
 --maaf, tidak mengecilkan Anda-- akan bisa mendatangkan pencerahan
 dalam sebuahparpol yang mesin-mesinnya sudah established. Demikian
 pula mereka yang menjalankan mesin-mesin itu?

 keoptimisan Anda layak diacungi jempol. Saya yakin kalau ANda berhasil
 mengubah wajah PDIP dan mengambalikannya kepada pemiliknya yang sah,
 seperti kata Anda, Rakyat-marhaen, 40% rakyat yang selama ini golput,
 khususnya yang kaum mudanya, akan berbondong-bondong kembali
 berpartisipasi secara lebih aktif dalam proses berdemokrasi melalui
 penggunaan hak suara.

 Mungkin akan berguna loh kalau Anda menguraikan sedikit gambaran
 peluang Anda utnuk berhasil di PDIP? Minimal, bisa jadi pemilu 2009
 saya berhenti golput dan akan ikut vote buat Anda!

 However, maju terus buat Anda!!
 Salam,
 Anna



[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Press Release: Menolak Stigmatisasi terhadap Homoseksual dalam Kasus Mutilasi

2008-07-24 Terurut Topik MGR




Press Release

 

Menolak Stigmatisasi
terhadap Homoseksual dan Biseksual dalam Kasus Mutilasi yang Merendahkan
Martabat Kemanusiaan

 

Kasus pembunuhan yang diduga dilakukan oleh Very Idam
Henyansah atau Ryan terhadap Heri Santoso pada tanggal 17 Juli 2008 di Depok
menjadi berita ‘panas’. Berita semakin kuat setelah tersangka melakukan
pembunuhan karena rasa marah yang berlebihan terhadap korban. Dari pengakuan
tersangka juga bahwa dirinya adalah seorang gay telah dimanfaatkan oleh media 
massa dan banyak pihak
untuk memuat berita secara bias pada persoalan orientasi seksual. 

 

Pemberitaan-pemberitaan tersebut dan opini dari para ‘ahli’
(umumnya psikolog dan kriminolog) yang dimintai pendapat tidak lagi berfokus
pada kasus kriminal yang dilakukan tersangka tetapi mengkaitkan persoalan
kriminal (mutilasi) dengan sikap emosi dari kelompok homoseksual, maka pandangan
negatif terhadap Lesbian, Gay, Biseksual dan Transeksual/Transgender (LGBT)
semakin berkembang di masyarakat secara luas.

 

Terlebih judul dan isi berita yang diangkat tampak tidak
mengerti dan menyatakan kebencian terhadap homoseksual (homofobia). Padahal
tindakan melawan hukum dalam hal ini mutilasi dapat saja dilakukan oleh siapa
pun. Tetapi karena tersangkanya adalah seorang homoseksual maka yang lebih
dikedepankan justru orientasi seksualnya bukan tindakan melawan hukumnya.
Kejadian ini akan berbeda apabila yang melakukan tindakan sama adalah
heteroseksual. 

 

Situasi ini jelas sangat merugikan keberadaan kelompok
homoseksual maupun biseksual secara khusus dan LGBT secara umum, di mana mereka
semakin sulit untuk dapat hidup aman dan bebas dari stimanisasi dari
masyarakat. Kondisi ini diperparah oleh pendapat sebagian  psikolog maupun 
kriminolog yang ikut
memperkuat stigma terhadap homoseksual dengan mengatakan kelompok ini
menyimpang, tidak sehat, sehingga layak disembuhkan. 

 

Analisa ini jelas sangat bertentangan sekali dengan
perkembangan ilmu pengetahuan yang ada sekarang dalam melihat orientasi
seksual. 

 

Menurut Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III (1993) yang sudah tidak
lagi menyebutkan homoseksualitas sebagai gangguan jiwa. Dalam PPDGJ II (1983) 
hanya homoseksualitas
ego-distonik (di mana orangnya merasa terganggu oleh homoseksualitasnya) yang
digolongkan sebagai gangguan jiwa.

 

Untuk itu kami dari gabungan masyarakat sipil yang
peduli  terhadap penghormatan keberagaman
seksual sebagai bagian dari hak asasi manusia menyampaikan sikap sebagai
berikut:

 

1. Rasa bela sungkawa yang sedalam-dalamnya
dan turut berduka cita kepada
keluarga yang menjadi korban pembunuhan dan Mutilasi.

 

2. Menghimbau
kepada semua pihak –khususnya media massa,
untuk dapat memberitakan kasus kriminal yang diduga dilakukan oleh Ryan tidak 
dihubungkan dengan orientasi seksual
yang akibatnya dapat memberikan stigmatisasi kepada kelompok homoseksual
dan biseksual secara khusus dan LGBT secara umum.

 

3. Kepada pihak
penyidik (kepolisian) yang menangani tersangka kasus Mutilasi (Ryan) untuk 
tetap menjunjung tinggi nilai–nilai
kemanusiaan dalam penanganan kasus dengan tidak  merendahkan pilihan
orientasi seksual seseorang.

 

4. Meminta
kepada masyarakat untuk dapat bersikap
adil dalam melihat persoalan kriminal dari aspek yang lebih luas tanpa
langsung menghubungkan orientasi seksual seseorang dengan tindakan yang
dilakukannya.

 

 

Jakarta,
24 Juli 2008

 

Masyarakat Sipil Peduli Penghapusan Stigmatisasi Kelompok
Homoseksual dan Biseksual :

 

Ardhanary Institute,
Arus Pelangi, Forum Komunikasi Waria, Institute Pelangi Perempuan, Yayasan
Jurnal Perempuan, Kalyanamitra, Kapal Perempuan, Kartini Networking, Koalisi
Perempuan Indonesia, LBH Masyarakat, Our Voice, Srikandi Sejati, Violet Grey

 

Kontak 

Toyo    0813-761-925-16

Agustine   0818-8080-76

 

 

 

 




  

[Non-text portions of this message have been removed]




=
Pojok Milis Forum Pembaca KOMPAS :

1.Milis FPK dibuat dan diurus oleh pembaca setia KOMPAS
2.Topik bahasan disarankan bersumber dari KOMPAS dan KOMPAS On-Line (KCM)
3.Moderator berhak mengedit/menolak E-mail sebelum diteruskan ke anggota
4.Moderator E-mail: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
5.Untuk bergabung: [EMAIL PROTECTED]

KOMPAS LINTAS GENERASI
=
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:

[Forum Pembaca KOMPAS] Kucilkan Pelaku Korupsi

2008-07-24 Terurut Topik Agus Hamonangan
http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/07/24/0153206/kucilkan.pelaku.korupsi

Jakarta, Kompas - Untuk menekan korupsi makin marak di negeri ini,
masyarakat bisa mengembangkan sanksi sosial bagi koruptor, seperti
mengucilkan dan mempermalukan mereka. Namun, pemberlakuan sanksi
sosial bagi koruptor dan keluarganya itu harus dijalankan secara
alamiah. Korupsi harus dijadikan aib masyarakat.

Sanksi sosial dapat dilaksanakan setelah sanksi pidana bagi pelaku
korupsi dituntaskan melalui pengadilan. Demikian diungkapkan sosiolog
dari Universitas Indonesia, Tamrin Amal Tomagola, Rabu (23/7) di Jakarta.

Sejumlah ulama, beberapa waktu lalu, menyerukan agar tak mendoakan
pelaku korupsi yang meninggal dunia. Pascaterungkapnya skandal
penyuapan di Kejaksaan Agung, sejumlah pegawai kejaksaan pun mengaku
malu jika memakai seragam mereka. Masyarakat di sekitar juga sering
mempertanyakan ”kinerja” kejaksaan.

Tamrin menegaskan, penerapan sanksi sosial tak bisa dipaksakan. Sanksi
sosial yang diserukan tokoh informal di lingkungan sekitar lebih
efektif. ”Setiap lingkungan punya mekanisme sendiri untuk
mengungkapkan ketidaksukaannya kepada seseorang yang berbuat salah,”
ujarnya.

Sanksi sosial yang paling berat adalah pengucilan pelaku korupsi dari
kehidupan sosial. ”Masyarakat umumnya menghindari mempermalukan orang
di depan umum. Namun, masyarakat meski di depan pelaku korupsi
bersikap baik, tetapi di belakang mereka menolaknya,” kata Tamrin.

Juru Bicara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Johan Budi SP, Rabu,
menambahkan, penangkapan terhadap tersangka pelaku korupsi adalah
langkah untuk membuat jera. KPK tidak pernah memikirkan mempermalukan
seseorang yang diduga melakukan korupsi.

Rasa malu, kata Johan, mungkin akan timbul sebagai dampak sosial dari
penangkapan atas diri seseorang. Namun, itu bukan tujuan KPK. Demikian
juga dengan pemutaran rekaman pembicaraan antara terdakwa dan orang
lain juga bukan dilakukan untuk mempermalukan.

Momentum Pemilu 2009

Ahli hukum Universitas Gadjah Mada, Zainal Arifin Mochtar, di
Yogyakarta menyatakan, masyarakat bisa memanfaatkan momentum Pemilu
2009 untuk menekan korupsi di negeri ini. Sebab itu, rakyat harus
memilih calon yang jujur, bukan politisi busuk.

Anggota Komisi II DPR, Agus Condro Prayitno, Rabu, meminta Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono memberikan contoh percepatan penyidikan
korupsi. Jangan terlalu lama menahan izin pemeriksaan terhadap
tersangka korupsi. (mzw/jos/ana/dik)



[Forum Pembaca KOMPAS] Pemimpin Pilihan Iklan

2008-07-24 Terurut Topik Agus Hamonangan
Oleh M Alfan Alfian
http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/07/24/01130236/pemimpin.pilihan.iklan



Menjelang Pemilu 2009, frekuensi iklan politik melonjak. Iklan-iklan
itu tidak hanya memperkenalkan partai-partai politik, tetapi juga
sosok-sosok individu politik.

Tidak ada salahnya kandidat politik memasang iklan. Tujuannya agar
publik mengenal dan populer. Derajat popularitas seseorang ditentukan
dengan jawaban ”ya saya tahu” saat ada pertanyaan dari lembaga survei.
Namun, popularitas tidak sama dengan elektabilitas. Jadi, memasang
iklan saja belum cukup. Inilah tinjauan dari sisi lembaga atau sosok
individu.

Perlu legitimasi

Bagaimana dari sisi publik? Respons beragam. Di tengah situasi ekonomi
yang belum membaik, publik bertanya berapa besar dan dari mana biaya
iklannya. Pertanyaan itu yang sering muncul pertama kali, bukan
substansi atau materi iklan.

Demokrasi langsung memang mahal. Namun, biasanya psikologi publik amat
dipengaruhi kondisi sosio-ekonominya. Sayang, jika uang
dihambur-hamburkan untuk ongkos politik.

Publik seolah dalam lautan janji saat menatap iklan-iklan politik.
Janji-janji itu kerap amat hiperbolik, kurang realistis. Kalau bukan
janji, pengiklan politik memosisikan diri sebagai ”dewa penyelamat”,
mesias, yang bisa mengatasi semua persoalan. Karena itu, mereka
memerlukan dukungan dan legitimasi.

Partai dan sosok individu dalam politik perlu pencitraan. Karena itu,
mereka sibuk ”berdandan” agar publik terpikat. Dalam ilmu komunikasi
politik modern, penggunaan iklan hanya sebagian dari teknik komunikasi
yang komprehensif. Dari sisi publik yang ”sadar”, iklan politik
sebenarnya sekadar ”artifisial” atau permukaan. Ibaratnya, iklan baru
sebatas label alias pengenalan merek. Karena ”artifisial”, maka yang
ditawarkan belum tentu otentik. Iklan belum tentu menghasilkan
pemimpin sejati.

Kepemimpinan otentik

Jika pemasang iklan dikatakan bukan calon pemimpin otentik, tidak 100
persen benar. Otentik atau tidak otentik pemimpin tidak terkait apakah
ia memasang iklan atau tidak. Iklan hanya cara, sedangkan otentisitas
kepemimpinan adalah proses. Pemimpin yang otentik terlihat dari proses
panjang (track record) yang dialami sang calon. Publik yang ”sadar”
akan melihat pemimpin otentik secara keseluruhan, menghitung
plus-minusnya.

Menurut pakar manajemen Donald H McGannon, leadership is action, not
position. Pemimpin yang tidak bisa berbuat dan hanya mengandalkan
”posisi”-nya sebagaiâ€misalnyaâ€ketua partai, ekonom- sukses, ilmuwan
berpengaruh, atau elite aktivis yang banyak akses tak bisa diharapkan.
Kepada mereka perlu ditanyakan, pernah berbuat apa dan bisa melakukan
apa? Pengalaman dan prestasi kerja sebelumnya amat penting diketahui,
baik pemimpin tua maupun muda.

Secara ekstrem, pemimpin otentik tidak dibuat-buat. Ia mampu merespons
banyak masalah secara tepat melalui aneka improvisasi yang indah dan
jitu. Para pelawak yang lebih mengandalkan improvisasi mungkin lebih
otentik dibandingkan yang mengandalkan teks. Kualitas kelucuan pelawak
ditentukan oleh kepandaian improvisasi yang cerdas ketimbang pembaca
dan penghafal teks.

Dengan demikian, kepemimpinan otentik bersifat komprehensif dan
holistik. Pemimpin otentik adalah manusia pembelajar. Publik tidak
boleh terjebak pada ”gincu” iklan-iklan politik, tetapi mau bersusah
menyelami apa dan siapa yang diiklankan itu, berikut ”kegunaannya”.

Level-level publik

Masalahnya, kita lemah dalam menimbang dan memilih pemimpin yang
otentik. Namun, mereka tak dapat disalahkan saat pilihannya terbatas.
Ada yang terpaksa memilih pemimpin yang dianggap ”paling baik di
antara yang baik” atau ”yang dianggap baik, di antara yang tidak
baik”. Namun, pemimpin yang ”baik” belum tentu otentik. Katakan,
mereka yang mampu memilih pemimpin sejati adalah kualifikasi publik
level satu.

Level kedua, diisi publik primordial, kerap mengabaikan otentisitas.
Kualifikasi kepemimpinan yang panjang dan kompleks dilewatkan begitu
saja. Primordialitas ini kerap amat fatal, mengerucut pada pola
”pejah-gesang”. Level ketiga, diisi publik yang suka
kemasan-artifisial ketimbang isi-substansi. Di sinilah partai dan
sosok individu politik berpeluang meraup pendukung.

Level keempat, diisi publik yang tak berdaya dan terjebak pola
masokis. Sebenarnya, publik jenis ini cukup kritis, mampu mengeluh
atas keadaan dan kepemimpinan, tetapi tidak sanggup untuk tidak
memilih selain partai atau sosok yang pernah ”menyakitinya” itu.

Level kelima, publik yang apatis, yang sudah tidak percaya lagi pada
institusi atau sosok politik siapa pun dapat memperbaiki keadaan.
Mereka tidak sekadar golput (non-votters) teknis.

Idealnya, pendidikan politik terus dilancarkan agar publik juga
berkualitas dalam iklim politik demokrasi langsung. Media massa juga
bertanggung jawab dan berperan dalam proses pendidikan publik.
Iklan-iklan politik boleh ditayangkan, tetapi ulasan media harus
mencerdaskan. Pemasang iklan harus memenuhi 

[Forum Pembaca KOMPAS] Rusaknya DPR

2008-07-24 Terurut Topik Agus Hamonangan
Oleh Laode Ida
http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/07/24/01124178/rusaknya.dpr



Ditahannya Yusuf Emir Faisal (mantan Ketua Komisi IV DPR dari Fraksi
PKB) menambah jumlah politisi yang terbukti melakukan penyalahgunaan
jabatan untuk mendapat uang secara ilegal dalam alih fungsi hutan
Bagan Siapi-api (Sumut).

Sebelumnya, yang sudah masuk ruang pesakitan adalah Al Amin Nasution
(PPP) kasus alih fungsi hutan Pulau Bintan (Kepri); Bulyan Royan (PBR)
kasus pengadaan kapal patroli Dephub; sejumlah mantan anggota DPR dan
mantan anggota DPR yang kini menjadi pejabat negara yang terindikasi
penerima aliran dana Bank Indonesia (BI).

Kenyataan itu menunjukkan adanya kebusukan yang mengisi ruang-ruang di
lembaga wakil rakyat. Sinyalemen bau busuk itu, yang diperkuat hasil
survei lembaga Transparency Internasional Indonesia (TII) yang
menempatkan DPR sebagai salah satu lembaga terkorup di Indonesia.
Bukti itu tak terbantahkan. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dengan
menggunakan metode dan teknologi canggih, berhasil mengungkap bagian
demi bagian dari gunung es itu.

Membersihkan DPR

Upaya membersihkan DPR merupakan bagian dari tugas mulia dan wajib
hukumnya. Mengapa? Pertama, lembaga itu merupakan salah satu simbol
dari wajah bangsa ini, wajah rakyat Indonesia. Padahal, masyarakat
bangsa ini, dari suku dan agama apa pun, tidak ada yang menghalalkan
korupsi.

Jika para politikus itu melakukan tindakan korupsi, sebenarnya mereka
keluar dari habitat budaya dan kearifan asli rakyat yang diwakilinya.
Tepatnya, mereka bukan wakil rakyat bangsa, tetapi wakil penjahat.

Kedua, anggota DPR sudah mendapat cukup banyak uang, jauh di atas
rata-rata pendapatan rakyat yang diwakili. Berbagai pendapatan
diterima setiap bulan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,
yakni gaji pokok, tunjangan kehormatan, uang representasi, tunjangan
komunikasi, uang rapat, hingga biaya reses atau kunjungan kerja. Hanya
mereka yang kehilangan nurani dan moralitas yang mau mencari tambahan
dengan merampok uang negara atau pihak terkait.

Ketiga, DPR merupakan penentu utama kebijakan negeri ini. Anggota DPR
memiliki posisi dan kewenangan yang kuat, baik dalam pembuatan UU,
penentuan anggaran negara (budgeting), pengawasan (oversight), hingga
pengangkatan pimpinan lembaga-lembaga negara. Maka, orang yang ada di
dalamnya seharusnya menjalankan tugas mulia, tidak berperilaku busuk.
Bila mereka jahat, produk-produknya pun tak bisa dibenarkan.

Kendati demikian, upaya memberantas korupsi atau penyalahgunaan
jabatan di DPR bukan hal mudah. Setidaknya ada dua faktor penghambat.

Pertama, diakui atau tidak, praktik seperti itu cenderung menjadi
budaya dan sistem. Pihak eksekutif sebagai mitra kerja, dalam membahas
RUU apalagi yang terkait persetujuan anggaran, ”sudah mengerti” atau
”tahu sama tahu” perlunya uang pelicin untuk diberikan di bawah tangan
kepada para operator anggota DPR atau melalui penghubung.

Jika tidak melibatkan diri dalam kebiasaan itu, jangan harap
permintaannya akan disahuti alias diendapkan tanpa waktu pasti meski
agenda yang diusulkan itu amat penting bagi keperluan masyarakat.
Maka, daripada tak dikabulkan, lebih baik mengikuti kehendak
pragmatis-materi para politikus. Padahal, semua agenda DPR juga sudah
ada anggaran resminya. Artinya, meski bisa dikatakan terjebak sistem,
dapat dikatakan para mitra kerja DPR (termasuk pihak daerah) juga
turut berkontribusi dalam menciptakan dan memelihara kerusakan di
lembaga wakil rakyat dari unsur parpol itu.

Kedua, para anggota DPR ada dalam tekanan parpol asal. Bahkan, kalau
mau jujur, sebagian anggota DPR ”khusus ditugaskan” untuk mendapat
dana parpol dengan berbagai cara, mulai dari strategi kasar dengan
”vokal di dalam rapat dan media, lalu diatur secara damai di tempat
tertentu”, hingga cara-cara halus.

Maka, posisi strategis seperti pimpinan fraksi dan komisi biasanya
diperebutkan dan merupakan porsi dari figur yang lihai mencari uang.
Jika tidak memenuhi target setoran, jangan harap yang bersangkutan
bisa bertahan pada posisi strategisnya karena sederet anggota lainnya
siap menggantikan. Hanya dengan cara itu, parpol bisa eksis, termasuk
membantu ”memakmurkan” pejabat penting di parpolnya.

Tidak jera

Tampaknya, kondisi seperti itu yang kemudian menjadikan sejumlah
anggota DPR kini di kursi pesakitan. Namun, sebagian tampaknya belum
jera, bahkan diduga kuat masih menjalankan kebiasaan buruk dan jahat,
memanfaatkan kesempatan untuk memperoleh keuntungan materi secara
pribadi, dan memperkaya diri selama menjadi anggota DPR.

Jika masih ingin dicalonkan lagi oleh parpolnya, faktor uang amat
menentukan, selain untuk ke parpol, juga membiayai dukungan konstituen
dan berbagai atribut yang diperlukan untuk sosialisasi dalam
proses-proses kampanye seperti sekarang. Semua keperluan itu tak
mungkin dipenuhi hanya oleh pendapatan resmi, apalagi gaji mereka tiap
bulan dipotong oleh parpol asal.

Apa yang harus dilakukan? Diperlukan ketegasan presiden terhadap
seluruh 

[Forum Pembaca KOMPAS] Pintar Saja Tidak Cukup, Pekerja Pun Dituntut Kreatif

2008-07-24 Terurut Topik Agus Hamonangan
Jakarta, Kompas - Pintar saja tak cukup bagi seorang pekerja. Saat ini
pekerja juga dituntut kreatif. Kreativitas membuat pekerja mampu
mencari solusi dari setiap tantangan yang dihadapi perusahaan.

Hal ini disampaikan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Sofyan Djalil di hadapan sekitar 800 peserta The Asia Human Resources
Development (HRD) Congress 2008 di Jakarta, Rabu (23/7). Kongres yang
diselenggarakan oleh SMR Group Malaysia dan PPM Manajemen ini dibuka
Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla.

”Kreativitas sangat dibutuhkan untuk menciptakan nilai tambah sehingga
kita akan lebih unggul dari pesaing lainnya. Pintar saja tidak cukup
saat ini, kita harus kreatif,” kata Sofyan Djalil.

Berdasarkan pengalaman membina BUMN, menurut Sofyan, mengelola
perusahaan negara berbeda dengan perusahaan swasta karena banyak
aturan yang harus ditaati. Hal yang lazim dilakukan pengusaha belum
tentu cocok diterapkan di BUMN.

Menurut Managing Director The Indo Rama Group Indonesia Amit Lohia,
hubungan pimpinan dan bawahan menjadi penyebab sebagian besar
kegagalan pengembangan SDM. Sikap pemimpin yang otoriter sangat
berpeluang menghambat kaderisasi sumber daya manusia.

Direktur PPM Manajemen Tjahjono Oerjodibroto berpendapat, lingkungan
kerja yang belum terbuka terhadap persaingan kompetensi juga turut
menghambat kreativitas.

Berkaitan dengan HRD Congress 2008, Menteri Tenaga Kerja Malaysia S
Subramaniam dan Mensesneg Hatta Rajasa menyerahkan The Asia HRD
Congress Awards kepada 49 orang atas kontribusinya membangun perubahan
terhadap organisasi, komunitas sumber daya manusia, masyarakat, dan
upaya terhadap masyarakat selama hidup.

Penerima penghargaan, antara lain, adalah CEO Kompas Gramedia Agung
Adiprasetyo untuk kategori kontribusi bagi organisasi, Sekretaris
Komisi Penanggulangan AIDS Nafsiah Mboi kategori kontribusi terhadap
masyarakat, dan Saparinah Sadli menerima penghargaan upaya terhadap
masyarakat selama hidup. (ham)

http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/07/24/01552841/pintar.saja.tidak.cukup.pekerja.pun.dituntut.kreatif



[Forum Pembaca KOMPAS] SBY Nyawah di Sukamandi

2008-07-24 Terurut Topik Agus Hamonangan
Laporan Wartawan Kompas Wisnu Nugraha A

http://www.kompas.com/read/xml/2008/07/24/13271529/sby.nyawah.di.sukamandi

SUBANG,KAMIS -  Usai membuka pekan padi nasional, Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono dan rombongan mengelilingi areal persawahan di Balai
Besar Penelitian Pertanian, Sukamandi, Subang, Jawa Barat, Kamis
(23/7). Berkendaraan mobil, Presiden melintasi jalan tidak beraspal di
antara demplot padi beragam jenis.

Dalam perjalanan sekitar empat kilometer dengan arah berkeliling itu,
Presiden dan rombongan pejabat menyempatkan diri turun meninjau
demplot padi jenis bernas yang dikembangkan Sumber Alam Sutera yang
disponsori Grup Arta Graha.

Sebelum meninjau demplot padi bernas, Presiden mampir ke stan pameran
Sumber Alam Sutera yang selain memamerkan benih unggulan mereka juga
memamerkan sejumlah foto Tommy Winata bersama sejumlah pejabat
termasuk Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Usai meninjau sawah berkeliling dan mampir ke demplot padi bernas,
Presiden beristirahat di tengah danau buatan yang dikelilingi sawah.
Presiden dan rombongan makan siang menu khas Jawa Barat diiringi
alunan musik pasundan yang khas dengan sulingnya.

INU

Sent from my BlackBerry © Wireless device from XL GPRS/EDGE/3G Network



Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Ratna Sarumpaet Maju Jadi Capres 2009

2008-07-24 Terurut Topik Hendra Kusumah
Meminjam istilah Sukardi Rinakit, Mendadak Mesias




2008/7/24 Christiono Hendrawan [EMAIL PROTECTED]:

   Bukan latah bung roni,

 tapi saat ini banyak yang terpanggil jadi penyelamat Bangsa,

 jujur saya respek kepada para calon indenpenden dari pada para calon dari
 partai besar.

 2008/7/24 Roni Febrianto [EMAIL PROTECTED]roni_febrianto%40yahoo.com
 :


  Wah makin latah saja mau jadi Capres ada RM ,BS,FR,RS kalo semua mau
  jadi Capres nanti siapa yang bisa kritik penguasa .
  



[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Ratna Sarumpaet Maju Jadi Capres 2009

2008-07-24 Terurut Topik A. Mubarik Ahmad
Saya pilih Capres yang BERANI mennghapuskan KOLOM AGAMA di KTP!
Salam, Mubarik


2008/7/24 Christiono Hendrawan [EMAIL PROTECTED]:

   Bukan latah bung roni,

 tapi saat ini banyak yang terpanggil jadi penyelamat Bangsa,

 jujur saya respek kepada para calon indenpenden dari pada para calon dari
 partai besar.

 2008/7/24 Roni Febrianto [EMAIL PROTECTED]roni_febrianto%40yahoo.com
 :


  Wah makin latah saja mau jadi Capres ada RM ,BS,FR,RS kalo semua mau
  jadi Capres nanti siapa yang bisa kritik penguasa .
  



[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Setelah Ketemu JK, TW Ketemu SBY

2008-07-24 Terurut Topik Agus Hamonangan
http://www.kompas.com/read/xml/2008/07/24/14223417/setelah.ketemu.jk.tw.ketemu.sby

SUBANG, KAMIS-Setelah bertemu dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla di
sela-sela kunjungan kerjanya di Sulawesi Selatan, April 2008,
pengusaha Tomy Winata bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di
sela-sela kunjungan kerjanya di Sukamandi, Subang, Jawa Barat, Kamis
(24/7).

Tomy Winata yang dalam beberapa tahun terakhir aktif berusaha
mengembangkan dan memproduksi beras bertemu Presiden Yudhoyono di
akhir kunjungan kerja menghadiri pekan padi nasional. Kehadiran Tomy
Winata baru terlihat setelah Presiden Yudhoyono meninjau demplot padi
jenis Bernas yang dikembangkan Sumber Alam Sutera tempat Tomy Winata
mengembangkan pertanianya.

Tomy juga terlihat saat Presiden Yudhoyono dan rombongannya makan
siang usai meninjau demplot. Tommy mengantar Presiden dan rombongan
meninggalkan Sukamandi.(INU)

Wisnu Nugroho A


Sent from my BlackBerry © Wireless device from XL GPRS/EDGE/3G Network



Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua

2008-07-24 Terurut Topik Rizka
Kalau 75% saja anggota millis ini mendukung saya, pilih saya aja deh jadi calon 
president. Dijamin saya akan bangun negeri semakmur-makmurnya. Nanti saya akan 
angkat Mas Agus Hamonangan jadi sekretaris saya, Mas Anton Djakarta jadi 
menteri keuangan. Siapa bersedia jadi wakil saya ?
Sedikit tentang diri saya :
Saya wanita berpendirian teguh, menguasai 4 bahasa : Inggris, Sunda, Palembang 
dan Jawa. Jadi kalau saya melakukan kunjungan ke daerah tsb kerja gak perlu 
pake jubir. Kata suami, saya cantik dan menarik. Pendidikan saya juga S3 ( SD, 
SMP, SMA )

Gimana ? Dukung saya gak ?

RN
  - Original Message - 
  From: Agus Hamonangan 
  To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com 
  Sent: Thursday, July 24, 2008 2:41 AM
  Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua


  A Personal Letter to All 

  (Rizal Mallarangeng) 


  Saya ingin mengucapkan terima kasih atas perhatian dan simpati
  Anda semua, baik yang berada di tanah air maupun yang di luar negri.
  Dalam waktu singkat, lewat Facebook, milis-milis di internet, maupun
  media massa konvensional di tanah air, begitu banyak yang memberi
  komentar, salam persahabatan, dukungan, pertanyaan, keraguan, hingga
  kritik yang tajam terhadap saya. 

  Teknologi membuka berbagai kemungkinan baru, termasuk dalam
  menyatukan perhatian beragam komunitas dari berbagai belahan dunia
  untuk menyampaikan pendapat secara cepat dan personal. Hal ini tentu
  perlu disambut dengan tangan terbuka. 

  Saya minta maaf sebab tidak mungkin membalas satu persatu sapaan
  yang datang kepada saya. 

  Dalam kesempatan ini, saya hanya ingin menyampaikan bahwa alasan
  utama bagi saya untuk tampil sekarang adalah untuk memberi alternatif
  baru dalam proses pemilihan kepemimpinan nasional. Sebenarnya, soal
  ini bukanlah soal saya sebagai pribadi, tetapi persoalan sebuah
  generasi dan sebuah bangsa yang harus terus bergerak maju. 

  Sejak 10 tahun terakhir, pilihan-pilihan kepemimpinan nasional
  tidak banyak berubah. Gus Dur dan Amien Rais tampaknya masih ingin
  ikut pemilihan presiden tahun depan, mendampingi Presiden SBY dan
  Wapres Kalla serta Megawati. Begitu juga Jenderal (purn) Wiranto dan
  Letjen (purn) Probowo. Mungkin Sultan Hemengkubuwono X dan Letjen
  (purn) Sutiyoso juga akan turut serta. 

  Saya menghormati tokoh-tokoh senior tersebut. Tapi apakah
  pilihan kepemimpinan nasional harus berkisar hanya di seputar mereka,
  sebagaimana yang terjadi setelah Soeharto lengser? Apakah di Indonesia
  terjadi stagnasi dalam sirkulasi kepemimpinan nasional, sehingga
  wajah-wajah baru tidak mungkin muncul sama sekali? Jika di Amerika
  Serikat muncul Obama (47 tahun) dan di Rusia ada Medvedev (44 tahun),
  mengapa kita tidak? Bukankah Republik Indonesia sebenarnya dipelopori
  oleh para tokoh yang saat itu berusia muda, seperti dr. Tjipto
  Mangunkusumo, HOS Tjokroaminoto, Sukarno, Hatta, Sjahrir? 

  Somebody has to do something. Kita harus menunjukkan bahwa
  Indonesia adalah bangsa besar yang dinamis, berjalan mengikuti
  perubahan zaman dengan membuka diri terhadap berbagai kemungkinan
  baru. Kita harus berkata kepada para senior tersebut, we respect you,
  Sir and Madam. But please give some space to our new generation. Sudah
  saatnya generasi baru kepemimpinan di Indonesia turut serta dalam
  penentuan kehidupan bersama pada level politik yang tertinggi. 

  Pemikiran seperti itulah yang memberanikan saya untuk tampil
  sekarang. Dengan segala kelemahan yang ada, saya bersyukur mendapat
  kesempatan untuk melakukannya. Memang, kalau dipikir-pikir, kata
  beberapa kawan dekat saya, keputusan itu agak gila sedikit. Lebih
  banyak beraninya ketimbang pertimbangan yang dingin dan rasional. 

  Saya bukan menteri atau mantan menteri. Saya bukan ketua umum
  partai, bukan presiden atau mantan presiden, bukan jenderal
  berbintang, bukan anak proklamator, bukan pejabat tinggi, bukan bekas
  panglima TNI, bukan pula orang kaya raya atau anak orang kaya raya.
  â?oRizal,â? kata kawan-kawan dekat saya itu, â?oyou are a bit crazy. No,
  damn crazy!� 

  Bahkan, bukan hanya kawan-kawan saya saja, bekas guru besar saya
  di Columbus, AS, yang sangat saya sayangi pun, Prof. Bill Liddle,
  berkomentar lirih, â?othe time is not yours yet. My dear Celli (nama
  kecil saya), you donâ?Tt have any chance whatsoever.â? 

  Terhadap semua itu, saya hanya bisa menjawab, â?omungkin anda
  benar.� Semboyan kampanye saya pun bunyinya rada mirip, If there is a
  will, there is a way. Pada tahap awal ini, yang ada hanyalah kehendak,
  kemauan, keberanian, and almost nothing else. Terhadap Bill Liddle
  saya sempat membalas emailnya dengan kalimat ini: Pak Bill, the â?owillâ?
  is here, and I am working out the â?owayâ?. 

  Mungkin saya akan berhasil, mungkin pula tidak. But let me say
  this: soalnya bukanlah kalah dan menang, sukses atau tidak. Bahkan
  sebenarnya, seperti saya telah saya singgung tadi, soalnya bukanlah
  tentang Rizal 

[Forum Pembaca KOMPAS] Kejahatan Cyber Tinggi

2008-07-24 Terurut Topik Agus Hamonangan
Jakarta, Kompas - Kejahatan cyber di Indonesia masih cenderung tinggi
meskipun aturan perundangan mengenai informasi teknologi telah dibuat.
Pengaduan soal kejahatan cyber di Indonesia datang dari sejumlah
negara di dunia. Praktik kejahatan cyber telah menjadi sumber
pendapatan utama bagi pelakunya.

”Internet bagi masyarakat telah menjadi second life. Dan, segala
bentuk kejahatan pun terus bertransformasi menjadi kejahatan cyber,
mulai penipuan, kejahatan seksual pornografi anak, sampai terorisme,”
kata Komisaris Besar Petrus Reinhard Golose, Kepala Unit Cyber Crime,
Direktorat Ekonomi Khusus, Badan Reserse Kriminal Mabes Polri, Rabu
(23/7).

Berdasarkan data Unit Cyber Crime Mabes Polri, pada kurun waktu
2006-2008 telah masuk 55 laporan kejahatan cyber dari 17 negara. Kerap
kali, laporan sulit diproses karena korban tidak dapat datang ke
Indonesia untuk membuat laporan resmi secara langsung dan menjalani
pemeriksaan sebagai saksi korban.

Golose menambahkan, gejala kejahatan cyber ini bisa makin merebak
dengan mudah karena jenis kejahatan itu tidak menimbulkan fear of
crime, rasa ketakutan yang menghantui masyarakat. Meskipun begitu,
kerugiannya bisa sangat besar.

Jadi sumber nafkah

Kasus terbaru yang ditangani polisi, yaitu penipuan melalui situs
berkedok penjualan barang. Kasus ini menimpa Chumpon Korp Phaibun,
warga negara Thailand. Chumpon tertipu oleh sebuah situs Indonesia,
yakni www.henbing.com. Melalui situs itu Chumpon bertransaksi membeli
sebuah jet ski seharga 19.520 dollar Amerika. Namun, setelah
mengirimkan uang ke dua rekening di Bank Mandiri, jet ski pesanannya
tidak juga datang.

Penyidik Polri akhirnya mendatangi Chumpon ke Bangkok setelah dia
bersedia menjalani pemeriksaan. Dari penyelidikan dan penyidikan
polisi di internet, akhirnya polisi berhasil menangkap tersangka
pelaku Ronal Lubis (28) dan Bayu (26) awal Juli.

”Ronal, operator situs itu, berpenghasilan utama dari praktik cyber
crime karena hasilnya sangat besar. Satu korban saja bisa ribuan
dollar (AS). Dia punya usaha kecil-kecilan fotokopi, tapi itu cuma
kedok. Dari usaha fotokopi itu tidak mungkin dia bisa sering berlibur
ke luar negeri,” kata Golose.

Penyidik meyakini korban Ronal sudah cukup banyak karena dia memiliki
enam situs lainnya yang digunakan untuk menipu.

Menurut Golose, salah satu kendala yang selalu dihadapi polisi dalam
mengungkap perkara adalah pelaku mudah membuat KTP palsu untuk membuka
rekening bank. Setiap pelaku kejahatan penipuan di internet selalu
memiliki rekening bank. Bahkan, Ronal memiliki enam rekening di Bank
Mandiri dan satu rekening di Bank Niaga.

Oleh karena itu, masyarakat diimbau lebih berhati-hati melakukan
transaksi melalui internet sekalipun telah lahir Undang-Undang
Informasi dan Transaksi Elektronik. ”Tetap harus think before click,
pikir dulu sebelum klik transaksi,” ujar Golose. (SF)

http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/07/24/02111461/kejahatan.cyber.tinggi



[Forum Pembaca KOMPAS] Lima PNS Bea dan Cukai Dipecat

2008-07-24 Terurut Topik Agus Hamonangan
Jakarta, Kompas - Lima pegawai negeri sipil atau PNS di Kantor
Pelayanan Umum Bea dan Cukai Tanjung Priok di berhentikan dari
statusnya sebagai PNS. Mereka kedapatan menerima uang suap saat
inspeksi mendadak Komisi Pemberantasan Korupsi di Kantor Pelayanan
Umum Bea dan Cukai Tanjung Priok pada 30 Mei lalu.

”Itu adalah sanksi yang terkait dengan administrasi kepegawaian.
Adapun sanksi yang terkait pidana akan diteruskan oleh KPK,” ujar
Inspektur Jenderal Departemen Keuangan Permana Agung di Jakarta, Rabu
(23/7).

Dalam inspeksi mendadak tersebut, petugas KPK menemukan sejumlah
amplop berisi uang senilai Rp 500 juta. Uang tersebut diduga sebagai
dana suap yang diberikan pengguna jasa kepabeanan di Tanjung Priok
kepada petugas Kantor Pelayanan Umum (KPU) Tanjung Priok.

Terkait temuan itu, empat pejabat fungsional pemeriksa dokumen (PFPD)
KPU Tanjung Priok dibebastugaskan. Namun, dalam pemeriksaan, akhirnya
ditetapkan lima tersangka.

Hingga kini, tak satu pun pejabat Depkeu yang bersedia menyebutkan
identitas lima orang tersebut. Namun, ada lima orang yang sedang
diperiksa KPK. Mereka adalah PI, EI, N, E dan M.

”Hasil pemeriksaan kami (Inspektorat Jenderal Depkeu) sudah diserahkan
kepada Menteri Keuangan pada 25 Juni 2008. Kemudian Menteri Keuangan
menindaklanjuti ke Sekretariat Jenderal untuk dibuatkan surat
keputusan resmi,” ujar Permana.

Surat pemberhentian, kata Permana, saat ini masih diproses di Biro
Kepegawaian Depkeu.

Diberhentikannya lima PFPD tersebut, menurut Dirjen Bea dan Cukai
Anwar Suprijadi, tidak akan mengganggu pelayanan di Tanjung Priok.

”Sebab, sejak awal, mereka sudah dibebastugaskan. Posisinya sudah
diganti pegawai lain. Saat ini saya menunggu berita acara hasil
pemeriksaan Itjen,” ujar Anwar. (OIN)

http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/07/24/01535266/lima.pns.bea.dan.cukai.dipecat



[Forum Pembaca KOMPAS] Adhie Massardi Diperiksa Polisi Terkait Ferry Yuliantono

2008-07-24 Terurut Topik Agus Hamonangan
http://www.kompas.com/read/xml/2008/07/24/14252514/adhie.massardi.diperiksa.polisi.terkait.ferry.yuliantono

JAKARTA, KAMIS-Adhie Massardi, mantan juru bicara kepresidenan di era
pemerintahan Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, diperiksa penyidik polisi
di Badan Reserse Kriminal Mabes Polri, Kamis siang (24/7).

Adhie diperiksa sebagai saksi terkait tersangka Ferry Yuliantono,
Sekjen Komite Bangkit Indonesia (KBI), yang disangka polisi terlibat
dalam aksi unjuk rasa anarkis Mei-Juni 2008 lalu. Saya ditanya soal
kegiatan KBI. KBI ini kan gerakan intelektual. Pekerjaannya seminar,
diskusi, bikin artikel yang sehubungan dengan gagasan Rizal Ramli,
tutur Adhie, di sela-sela jeda waktu pemeriksaan di Bareskrim.

Adhie menambahkan, dirinya di KBI tidak masuk dalam struktur namun
hanya sebatas deklarator organisasi tersebut. Adhie bersedia sebagai
deklarator karena menurutnya pemikiran Gus Dur sama dengan pemikiran
Rizal Ramli. Ketika ada upaya mengaitkan KBI dengan aksi-aksi demo ya
enggak akan ketemu karena memang kegiatan kami kegiatan intelektual,
ujar Adhie.

Adhie mengaku, penyidik polisi juga mengajukan pertanyaan sejak kapan
dirinya mengenal Rizal Ramli. Sehingga saya menyimpulkan bahwa
sebenarnya kan yang ditarget ini Pak Rizal Ramli karena dia sekarang
ini tokoh oposisi paling dikenal. Dengan munculnya pertanyaan itu apa
hubungannya, saya kan sebagai saksi untuk Ferry. Tapi kenapa
pertanyaannya kapan kenal Rizal, ujar Adhie.

Adhie saat ini masih menjalani proses pemeriksaan sejak pukul 11.00.
Selain Adhie, polisi juga memeriksa saksi Hendri Saparini, Direktur
Pelaksana ECONIT, suatu lembaga penelitian ekonomi yang juga dibentuk
Rizal Ramli. (SF)

Sarie Febriane


Sent from my BlackBerry © Wireless device from XL GPRS/EDGE/3G Network



Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Track Record Rizal Mallarangeng: Calon Presiden Save Our Nation?

2008-07-24 Terurut Topik Bambang Riyanto
Karena kedekatan antara Rizal Malarangeng dan Aburrizal Bakrie, apakah bisa 
diprediksi seandainya RM terpilih sebagai pemimpin, maka masyarakat korban 
lumpur Lapindo akan semakin terkalahkan?
Mampukah RM melepaskan diri dari jeratan sikap balas budi pada AB?
riyanto


- Original Message 
From: Satrio Arismunandar



From: A Nizami [EMAIL PROTECTED] com
Date: Thursday, July 24, 2008, 9:01 AM

Rizal Mallarangeng mencalonkan diri jadi Capres? Iklannya
Save our Nation sering muncul di Metro TV dengan nada simpatik seolah-olah
peduli pada rakyat. Padahal dari berbagai berita di media massa, Rizal 
Mallarangeng jadi tim perunding
rebutan blok Migas Cepu antara Pertamina dengan Exxon Mobil yang berakhir
dengan penyerahan Blok Cepu ke Exxon.

Kemudian Rizal Mallarangeng turut dalam iklan mendukung
kenaikan harga BBM tahun 2005 yang mencapai 125%. Itukah cara Rizal untuk
mensejahterakan rakyat Indonesia?
Menyelamatkan bangsa Indonesia?
Save our Nation?


Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Essay - Kurangi pergi haji dan umroh....

2008-07-24 Terurut Topik Nurani Guntoro
iya sih, intinya saya setuju sekali. meskipun masih ada toleransi dalam hati 
saya kalau beliau2 itu naik haji kembali setelah bertahun2 kemudian. 
soalnya kata yang pernah naik haji nih, kalau udah pernah ke sana tuh akan 
selalu timbul kerinduan untuk kembali lagi...(iya gak pak dan bu haji?)
nah yang lebih perlu di'sentil' juga adalah mereka2 yang sok wira-wiri ke luar 
negeri yang tidak urgent urusannya...
liburan sekolah ke luar negri,� beli baju ke singapura, beli parfum k 
prancis,...
jangan2 mau dinner janjian d luar negri pula...
betul gak
�


--- On Thu, 7/24/08, Lasma siregar [EMAIL PROTECTED] wrote:
From: Lasma siregar [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Essay - Kurangi pergi haji dan umroh.
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Date: Thursday, July 24, 2008, 4:33 AM











Essay ini menarik sekali buat direnungkan saat ini!

Tuhan tak bakal merubah nasib kalau kita ini kerjanya

cuma wira wiri naik haji, umroh saja

Perlu kerja keras membuat sesuatu yang nyata yang bisa

berguna dalam kehidupan bangsa!



Bagaimana pendapat atau pengalaman kalian tentang naik

haji, umroh berkali-kali?

Apakah semacam addiction atau bagaimana sih?

Setuju sekali dengan penulis essay Satrio Arismunandar!



Salam

Las




=
Pojok Milis Forum Pembaca KOMPAS :

1.Milis FPK dibuat dan diurus oleh pembaca setia KOMPAS
2.Topik bahasan disarankan bersumber dari KOMPAS dan KOMPAS On-Line (KCM)
3.Moderator berhak mengedit/menolak E-mail sebelum diteruskan ke anggota
4.Moderator E-mail: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
5.Untuk bergabung: [EMAIL PROTECTED]

KOMPAS LINTAS GENERASI
=
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



Balasan: [Forum Pembaca KOMPAS] Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua From: Adyanto Aditomo

2008-07-24 Terurut Topik my_tiger_swan
Mana yg kadar ragunya lbh tinggi, tokoh HAMLET-nya Shakespeare atau tokoh yg 
bapak sebutkan di bwh ini?

 Bahwa SBY ternyata seorang peragu dalam mengambil keputusan yang sangat 
strategis, bukanlah penyebab utama ketidak efektifan pemerintahhannya, tetapi 
hanya memperburuk situasi saja.


ED
Sent from my BlackBerry® wireless device from XL GPRS network


=
Pojok Milis Forum Pembaca KOMPAS :

1.Milis FPK dibuat dan diurus oleh pembaca setia KOMPAS
2.Topik bahasan disarankan bersumber dari KOMPAS dan KOMPAS On-Line (KCM)
3.Moderator berhak mengedit/menolak E-mail sebelum diteruskan ke anggota
4.Moderator E-mail: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
5.Untuk bergabung: [EMAIL PROTECTED]

KOMPAS LINTAS GENERASI
=
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Essay - Kurangi pergi haji dan umroh....

2008-07-24 Terurut Topik guntoro soewarno
kalau saran saya malah sebaliknya. pergilah haji setiap tahun. Ini
penting untuk mencucian dosa. bukan begitu bu nur? btw perasaan saya
kenal deh dengan bu nur. kita pernah ketemu di mana ya?



gs

--- On Thu, 7/24/08, Nurani Guntoro [EMAIL PROTECTED] wrote:
From: Nurani Guntoro [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Essay - Kurangi pergi haji dan umroh
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Date: Thursday, July 24, 2008, 3:55 AM

iya sih, intinya saya setuju sekali. meskipun masih ada toleransi dalam hati
saya kalau beliau2 itu naik haji kembali setelah bertahun2 kemudian.
soalnya kata yang pernah naik haji nih, kalau udah pernah ke sana tuh akan
selalu timbul kerinduan untuk kembali lagi...(iya gak pak dan bu haji?)
nah yang lebih perlu di'sentil' juga adalah mereka2 yang sok wira-wiri
ke luar negeri yang tidak urgent urusannya...
liburan sekolah ke luar negri,� beli baju ke singapura, beli parfum k
prancis,...
jangan2 mau dinner janjian d luar negri pula...
betul gak


[Forum Pembaca KOMPAS] Undangan 13th Ultah Jurnal Perempuan Diskusi Merayakan Keberagaman

2008-07-24 Terurut Topik Nong Mahmada
FYI













UNDANGAN
13tahun Yayasan Jurnal Perempuan (25 Juli 1995-25 Juli 2008)
“Merayakan Keberagaman”
 
Yayasan Jurnal Perempuan mengundang Anda dalam Diskusi Publik dengan tema 
“Merayakan Keberagaman” yang akan diselenggarakan pada:
 
Hari/tanggal  : Jumat, 25 Juli 2008
Waktu      : 18.00 WIB (diawali makan malam) 
Tempat : Le Mereiden Hotel, Jl. Jenderal Sudirman Kav. 18-20, 
Jakarta
Narasumber : KH Abdurrahman Wahid, Nia Dinata, Ignas Kleden, Gadis Arivia, 
Mohamad Guntur Romli, Lies Marcoes-Natsir (Moderator)
 
Indonesia adalah negeri yang terbentuk dari keberagaman: budaya, agama, 
kepercayaan, etnik, adat-istiadat, tradisi dan bahasa. Elemen-elemen yang 
beragam ini bediri dalam posisi yang setara. Tidak satu pun, satu etnik, agama 
atau adat yang menjadi dominan dan berkuasa. Menyebut Indonesia, tidak bisa 
merujuk pada satu daerah, satu adat, atau satu agama. Indonesia adalah kumpulan 
dari keberagaman itu yang berjajar secara rapi, saling melindungi dan 
menghormati.
 
Indonesia tersusun dari warisan historis yang telah membentang sejak lama, dari 
warisan kepercayaan kuno; percaya pada kekuatan alam dan arwah, Hindu, Budha, 
Islam, Kristen, di setiap warisan itu pula, budaya hingga peradaban yang 
berdasarkan keyakinan, kepercayaan dan agama berdiri di Nusantara.
 
Warisan geografis juga memperkaya budaya dan adat istiadat Indonesia. Dengan 
sebutan Nusantara yang berarti “antara pulau-pulau (nusa)”, setiap kawasan dan 
daerah memberikan corak dan karakter tradisi yang bermacam-macam. Setiap daerah 
yang sering kali hidup suatu etnik, memiliki pandangan hidup, adat-istiadat, 
sistem sosial dan kepercayaan yang berbeda dari daerah yang lain. Inilah 
pengaruh alam dan lingkungan terhadap manusia yang menjadikan mereka 
berbeda-beda. 
 
Begitu pula konteks kesetaraan dalam gender, hubungan antara lelaki dan 
perempuan yang dapat dikatakan sebagai keragaman jenis kelamin. Konteks ini 
memiliki korelasi yang sangat erat bagaimana kebudayaan yang tidak menghormati 
keberagaman akan berefek pada penindasan terhadap perempuan. 
Perempuan-perempuan lokal misalnya akibat peraturan yang menyeragamkan dalam 
cara berbusana dan menganggap tubuh perempuan adalah sumber maksiat, mereka 
menjadi pihak yang terstigmatisasi atau dianggap bersalah karena cara 
berpakaian mereka yang lokal, yang tidak mengikuti mainstream kebijakan. Ini 
baru salah satu persoalan hubungan antara menghormati keberagaman dengan posisi 
perempuan.
 
Dalam rangka menyukuri 13 tahun berdirinya Yayasan Jurnal Perempuan, kami ingin 
menggali kembali nilai-nilai keberagaman tersebut yang kami wujudkan dalam 
bentuk Diskusi Publik yang mengambil tema “Merayakan Keragaman”, sebagai bentuk 
syukur kita terhadap keberagaman yang sudah hidup di Indonesia, dan 13 tahun 
usia Yayasan Jurnal Perempuan.
 
Kontak Azizah: 0818-064-88- 463
[EMAIL PROTECTED] uan.com
 
www.jurnalperempuan .com




Not happy with your email address? 
Get the one you really want - millions of new email addresses available now at 
Yahoo!
 














  __
Not happy with your email address?.
Get the one you really want - millions of new email addresses available now at 
Yahoo! http://uk.docs.yahoo.com/ymail/new.html

[Non-text portions of this message have been removed]



RE: [Forum Pembaca KOMPAS] Ratna Sarumpaet Maju Jadi Capres 2009

2008-07-24 Terurut Topik Haniwar Syarif
yang ini .. track record dan apa yg ditulisnya ..cukup baikutk dipertimbangkan


ayo  rinci terus rencanamu , kita tunggu blue printnya


kalau rm  mah mempertimbangkan aja ogah,trackrecornya gak mantap..


HS

At 02:28 AM 7/24/2008, you wrote:
Kawan-kawan di FPK, Berikut isi pidato politik
yang saya bacakan tadi malam di Galery Cemara6
seperti diberitakan di Kompas. Mohon doa
dan  dukungannya. Partai yang kami undang memang
tidak ada yang hadir. tapintelnya banyak sekali.
bersaing dengan jumlah pers + tamu, hehehe 
Salam, Ratna Sarumpaet.

INDONESIA YANG PUNYA HARGA DIRI
Apakah kehilangan terbesar bangsa Indonesia
dalam kondisinya yang seburuk
sekarang,  terjajah oleh kekuatan asing,
terpuruk secara ekonomi, korup, menuai hutang
dan melahirkan kemiskinan? Hilangnya �harga diri bangsa�.

Kegagalan Negara memahami dan menberdayakan
kekayaan dan kekuatan bangsa,  serta kesalahan
Negara memaknai kebudayaan, adalah indikator
kegagalan Negara memerdekakan rakyat dari
belenggu ketidak adilan dan menjadi penyebab
gagalnya Negara membendung terjadinya pergeseran
budaya, tersingkirnya kearifan lokal, hilangnya
nilai�nilai moral, harga diri, harkat dan
martabat bangsa. Kebenaran menjadi sesuatu yang
langka. Tatanan ideal yang dicita - citakan para
pendiri bangsa bergeser dari akar (substansi)
yang seharusnya, tercerabut dari tempatnya.
Agama, media massa, dunia kampus yang seharusnya
berdiri sebagai tonggak penjaga nilai, menjadi
rancu, ditekan oleh desakkan kekuatan modal,
menjadi komoditas politik ekonomi dan menjadi
wahana selebritas. Tempat ibadah tak lagi
menjadi tempat memperoleh kedamaian. Secara umum
masyarakat menyikapi acuh tak acuh terhadap
moral, namun sekaligus emosional. Penghormatan
pada perbedaan yang menjadi salah satu prinsip
agama pudar. Stabilitas nasional serta
solidaritas berbangsa terancam. Kemajuaan
teknologi komunikasi dan media massa yang di
satu sisi kita butuhkan untuk kemajuan bangsa,
justru mempercepat proses disintegrasi dan
merangsang bermunculannya kecurigaan antar kaum.
Masyarakat tak lagi menyadari perubahan
perilakunya yang telah tercerabut dari akar
budayanya sendiri. Budaya instan, konsumtif,
budaya saling curiga dan budaya kekerasan seolah
menjadi ciri masyarakat kita dan korban yang
paling tragis dari merebaknya budaya kekerasan
adalah kaum perempuan dan anak-anak.

Seluruh kenyataan itu secara tragis ikut
menabrak kepatutan tatanan politik dan menodai
demokrasi. Demokrasi yang diperjuangkan dengan
susah payah itu pada ahkirnya tidak lebih hanya
menjadi alat melegitimasi
kepentingan-kepentingan pemodal kuat dan
kekuatan politik masa lalu yang dulu
menyengsarakan rakyat. Demokrasi hanya
menghasilkan negosiasi politik (uang) yang
berimbas pada pelemahan hukum dan keadilan. Atas
nama demokrasi orang-orang yang diduga terlibat
dalam kejahatan ekonomi, hukum dan HAM - bebas
mengejar puncak kekuasaan. Para konglomerat
hitam bebas memasuki kebijakan-kebijakan
pemerintah dan parlemen, Dan Pemilu pada
akhirnya hanya menjadi ajang pesta pora elite
yang memberikan mimpi dan janji - janji, tidak
menjadi media aspirasi keinginan tertinggi rakyat - dan menyakitkan.

Untuk itu, bagi seluruh bangsa Indonesia yang
menginginkan bangsa ini kembali berdiri tegak
dengan harga diri yang utuh, tidak ada jalan
selain bangkit bersama.  Bersama-sama kita
koreksi semua kesalahan yang telah dilakukan
selama ini,  untuk tidak kembali terulang.
Bersama-sama mendudukkan apa yang kedepan
menjadi dasar kita berbangsa serta menegaskan
bagaimana dan oleh siapa bangsa ini layak di kelola.

Untuk itu harus ada keberanian dari semua pihak
untuk menghentikan segala bentuk ke�aku�an,
egoisme pribadi dan kelompok. Berhenti merasa
diri paling kuat dan paling benar dan mau dengan
rendah hati membuka mata betapa kenyataan bangsa
yang kita cintai ini sudah terlalu buruk untuk
seseorang atau sekelompok orang  merasa pantas
menepuk dada menganggap diri mampu menyelesaikan
semua persoalan. Dan siapapun diatara anak-anak
bangsa yang berniat maju untuk memimpin bangsa
ini kedepan,  siapapun, apapun sukunya,
agamanya, tua atau muda, laki-laki atau
perempuan, dia harus memiliki beberapa standart keberanian :

1. Keberanian untuk berhenti menjual dan
menjaja-jajakan kemiskinan rakyat sebagai alat
meraih kekuasaan - tanpa kemauan mengakui kalau
kemiskinan yang menyudutkan mereka bermula dari
miskinnya kemauan para penyelenggara Negara
menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang mandiri.
2. Keberanian mengakui kalau kemiskinan kita
secara ekonomi yang membuat kita sekarang ini
menjadi bangsa yang kehilangan harga diri
bermula dari kemiskinan moral, pupusnya
nilai-nilai budaya, tersingkirnya kearifan
local, miskinnya kesadaran para pemimpin bangsa
menghargai kekayaan dan kekuatan kita sebagai bangsa.
3. Keberanian mengakui kalau selama puluhan
tahun para penyelenggara negara bangsa ini sadar
atau tidak telah mengabaikan kewajibannya tunduk
pada UUD45 dan filosofi bangsa, Pancasila. Dalam
pembukaan UUD45 jelas teruang 

Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua

2008-07-24 Terurut Topik Samali Djono
anda benar rekan Sohib. tidak perlu jauh-jauh, dalam perusahaan saja banyak 
stigma begini.
memang tidak semua, tapi mayoritas dan kecenderungannya ada. kalau boss atau 
pemilik 
perusahaan orang dari suatu suku, biasanya posisi direktur, manager dan 
supervisor dan posisi
kuncinya dari suku yang sama. nah .. bagian posisi-posisi yang tidak penting 
dan tidak punya
wewenang apa-apa baru diisi oleh suku lainnya.
kalau ada dari suku lain yang menonjol dan cocok atau bisa menduduki posisi 
kunci, pasti tidak dimuluskan jalannya.

 
salam,
djs




- Original Message 
From: sohibmachmud [EMAIL PROTECTED]
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Sent: Thursday, 24 July, 2008 7:36:49 AM
Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua



membaca ide rizal ini sangat positif, keberanian generasi muda 
secara terbuka mencalonkan diri patut diacungi dua jempol. 
ini akan memberi inspirasi generasi muda lainnya utk tampil. 
hanya satu point yg ingin saya sampaikan khusus utk rizal maupun 
kandidat lainnya. 
berandai2 jika anda jadi ri 1 apakah anda bisa melepaskan stigma 
bahwa pemimpin dari daerah sangat kental kesukuan dan nepotisme.
fakta ini bisa dilihat dari pendahulu2 spt JK sampai ada istilah the 
makassar connections. 
ini mungkin bisa menjadikan point kampanye anda bahwa anda berjanji 
mampu membebaskan diri dari kesukuan atau daerahisme. 

sohib


RE: [Forum Pembaca KOMPAS] Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua

2008-07-24 Terurut Topik stephanus Mulyadi
Janganlah hanya karena kita suntuk dengan para tokoh tua, lalu kita terlena 
dengan yang muda-muda. Kita lihat dulu isinya apa.

Salam
Mulyadi

--- On Wed, 7/23/08, Binny Buchori [EMAIL PROTECTED] wrote:
From: Binny Buchori [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: [Forum Pembaca KOMPAS] Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Date: Wednesday, July 23, 2008, 9:33 PM











Wah, dahsyat betul surat dari bung Celi. Kok argumennya sama pas 
dengan rekan kita yang lain: Fadjroel, saatnya orang muda� nah buat saya 
dilematis nih, kalau saya setuju dengan kredo orang muda, maka dua-duanya harus 
saya dukung, demi agar aken halnya orang tua tidak kita permungkinkan lagi 
untuk maju�.nah padahal kita akhirnya harus pilih salah satu kan? Siapa ya? 






=
Pojok Milis Forum Pembaca KOMPAS :

1.Milis FPK dibuat dan diurus oleh pembaca setia KOMPAS
2.Topik bahasan disarankan bersumber dari KOMPAS dan KOMPAS On-Line (KCM)
3.Moderator berhak mengedit/menolak E-mail sebelum diteruskan ke anggota
4.Moderator E-mail: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
5.Untuk bergabung: [EMAIL PROTECTED]

KOMPAS LINTAS GENERASI
=
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



Re: Balasan: [Forum Pembaca KOMPAS] Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua

2008-07-24 Terurut Topik rzain
SBY bukan peragu tetapi hati2 agar tidak terjadi gejolak yang lebih
besar. Misalnya soal Pilkada Maluku, SBY harus bijaksana menentukan
pemenang tampa melihat kecurangan kedua belah pihak, karena memilih
salah satu akan menyebabkan terjadi protes yang bisa mengorbankan jiwa
( beberapa jiwa), lebih baik menunda sampai kedua belah pihak tenang
atau ditenangkan.

rzain


--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Mana yg kadar ragunya lbh tinggi, tokoh HAMLET-nya Shakespeare atau
tokoh yg bapak sebutkan di bwh ini?

  Bahwa SBY ternyata seorang peragu dalam mengambil keputusan yang
sangat strategis, bukanlah penyebab utama ketidak efektifan
pemerintahhannya, tetapi hanya memperburuk situasi saja.


 ED
 Sent from my BlackBerry� wireless device from XL GPRS network





RE: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Catatan Pinggir Goenawan Mohammad (Majalah Tempo, Edisi. 22/XXXVII/21 - 27 Juli 2008)

2008-07-24 Terurut Topik [EMAIL PROTECTED]
Saya hargai GM dan Tempo saat benar2 berjuang utk kebaikan. Tetapi saya kurang 
bisa menghargai sikap ambivale majalah Tempo yg tak bisa menolak kesadaran 
dirinya sebagai penerima kemasan kebohongan Lapindo dalam iklannya. Sampai DR. 
Andang Bachtiar yg dipelintir ucapannya protes tapi tdk digubris. Bahwa kemasan 
indah para pembohong juga menjadikan pers sebagai bungkusnya. Maka kemudian 
hari ini yg tersisa hanya sekeping harapan keajaiban Tuhan. Belum tentu 
Fadjroel dan Budiman akan menjadi seperti mimpi rakyat negeri ini. Dahulu 
banyak harapan kepada Mega atau Gus Dur, tapi akhirnya harapan itu hancur juga 
ketika mereka berkuasa.


[Forum Pembaca KOMPAS] BERBURU PAJAK BERBASIS DATA PBB

2008-07-24 Terurut Topik Joedhi
Rasanya sangat berlebihan bila otoritas pajak menguber orang hingga ke
rumah. Tanpa harus menguber hingga ke rumah-rumah pun, rakyat sudah dibebani
1001 macam pajak. Beli barang kena pajak, makan di rumah makan kena pajak,
punya properti kena pajak, simpanan Bank kena pajak, gaji kena pajak, dan
masih bejibun pajak lain yang harus ditanggung rakyat. Seorang teman
nyeletuk, mungkin tinggal, maaf, kentut saja yang bebas pajak. Lha kok masih
saja masih saja nguber-nguber rakyat supaya bayar pajak? Pajak apa lagi?

Janganlah rakyat ini diperas habis-habisan hingga tinggal tulang dan kentut
thok. Jangan hanya agar para elit kekuasaan bisa tetap menikmati standar
kemewahan yang telah dinikmati saat ini, rakyat dipaksa membayar 1001 macam
pajak. Kalau cuma untuk mengisi pundi-pundi emas negara, masih banyak
alternatif lain. Menyita harta koruptor, menuntaskan Megakorupsi BLBI,
mereformasi KK Migas, menghemat fasilitas bagi para elit kekuasaan,
misalnya.

Rezim baru hasil pemilu 2009 harus bisa mengembalikan skema wajib pajak
seperti era Soeharto. Nomor Pokok cukup dimiliki para profesional dan
usahawan, sementara kaum pegawai tidak perlu Nomor Pokok karena toh sudah
otomatis dipotong PPh lewat slip gaji. Skema pajak Orba ini lebih adil dan
menentramkan, menyederhanakan administrasi, menghemat SDM, dan mengurangi
potensi pemerasan oknum pajak terhadap rakyat. Rezim baru pasca 2009 nanti
juga harus mau merombak angka PTKP yang sungguh tidak manusiawi. Setidaknya
PTKP harus berkisar pada angka minimal 5 juta rupiah perbulan.

Wassalam


[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua

2008-07-24 Terurut Topik stephanus Mulyadi
Buat aja aturan begini:
Presiden tidak mendapat gaji dan fasilitas apapun dari negara. Kerja mereka 
sukarela. Untuk biaya hidup mereka harus kerja yang lain lagi.
Presiden sama seperti Pak atau Bu RT yang tidak dapat apa-apa dari kerjanya, 
meskipun sudah bekerja setengah hidup ngurus negara.
Kalau ada aturan begitu, masih mau gak mereka berebut jadi presiden?
Kalau masih mau, baru kelihatan deh bahwa mereka benar-benar ingin jadi 
presiden hanya untuk memajukan negara.

Salam
Mulyadi


--- On Thu, 7/24/08, Rizka [EMAIL PROTECTED] wrote:
From: Rizka [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Date: Thursday, July 24, 2008, 1:28 AM











Bagi saya tua atau muda gak perduli. Yang penting punya misi ikhlas 
yang betul-betul keluar dari hati nurani untuk membangun bangsa ini. Jangka 
pendek yang saya harapkan saat ini adalah bagaimana caranya kemiskinan dinegeri 
ini lenyap. Hilangkan para gepeng dengan cara manusiawi dan tempatkan mereka 
ditempat yang layak. Tidak ada lagi anak-anak kecil berkeliaran dijalan raya.



Rizal Mallarangeng cocoknya jadi sekertaris RT aja.



Orang bijak biasanya banyak kerja, bukan banyak omong.



Salam

RN


Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua

2008-07-24 Terurut Topik Ramadhani
iya kalau presidennya ga digaji terus dia ngerjain semuanya dengan ikhlas?
kalau kayak gini gimana? ga pa pa ga digaji, yang penting obyekan sana sini
lancar, anak obyekannya lancar, istri maju terus, konco konco kroni kroni
semuanya kenyang. nah lho
hehehehehehe



Aryo Satyo Ramadhani

http://ramagoo.blogspot.com

2008/7/24 stephanus Mulyadi [EMAIL PROTECTED]:

   Buat aja aturan begini:
 Presiden tidak mendapat gaji dan fasilitas apapun dari negara. Kerja mereka
 sukarela. Untuk biaya hidup mereka harus kerja yang lain lagi.
 Presiden sama seperti Pak atau Bu RT yang tidak dapat apa-apa dari
 kerjanya, meskipun sudah bekerja setengah hidup ngurus negara.
 Kalau ada aturan begitu, masih mau gak mereka berebut jadi presiden?
 Kalau masih mau, baru kelihatan deh bahwa mereka benar-benar ingin jadi
 presiden hanya untuk memajukan negara.

 Salam
 Mulyadi




[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Anindya: No Comment Soal Pernikahan Mewah Sepupunya

2008-07-24 Terurut Topik Agus Hamonangan
AKARTA, KAMIS - Menanggapi kritikan yang beredar seputar pernikahan
sepupunya, Adinda Bakrie-Seng-Hoo Ong , Anindya Novyan Bakrie memilih
no comment ketika ditanya Kompas.com, Kamis (24/7) di Jakarta.  

 

Saya no comment deh, tutur Anindya. Menurutnya, apa pun yang ia
katakan mengenai seputar pernikahan Adinda akan menjadi polemik.  

 

Yang jelas, pernikahan adalah hal yang sakral, dan merupakan hal
pribadi dan internal bagi setiap keluarga, tutur anak pertama Menteri
Koordinator Kesejahteraan Rakyat Aburizal Bakrie ini.

C9-08   

http://kompas.com/index.php/read/xml/2008/07/24/18125939/anindya.no.comment.soal.pernikahan.mewah.sepupunya..



[Forum Pembaca KOMPAS] Celly yang (pernah) saya kenal

2008-07-24 Terurut Topik ror
Salam,
Saya pengagum Celly (Rizal Mallarangeng) sejak dia masih menjadi mahasiswa
komunikasi Fisipol UGM pertengahan 1980-an. Tapi setelah dia balik usai
merantau 8 tahun di Amerika dia berubah, dia bukan Celly yang dulu lagi.
Mantan dosennya Celly, Ashadi Siregar, termasuk orang 'yang sangat kaget'
oleh perubahan Celly. Mantan mentor Celly lainnya, Arief Budiman, lebih
arif menyikapi perubahan Celly. Ketika diberi penghargaan Bakrie Award
oleh Freedom Institute bikinan Celly, Arief berkata dengan guyon bahwa dia
merasa aneh, karena dia sosialis yang 'mendidik' Celly supaya menjadi
sosialis tapi setelah Celly pinter malah menjadi liberalis dan memberi
penghargaan kepada mantan mentornya yang masih tetap sosialis...
Meski tidak sampai seperti Ashadi Siregar, saya termasuk yang kaget
terhadap perubahan Celly. saya tidak tahu dia masih ingat apa tidak, tapi
suatu ketika dia pinjam buku tipis berbahasa Inggris mengenai Mao Zedong
dari saya. Saya lihat dia sangat tertarik oleh ide-ide sejenis Mao. Ketika
dia mengembalikan buku itu, saya silakan dia menyimpannya. Kebetulan saya
punya dua kopi.
Ide-ide itu yang mendasari Celly ketika kemudian terjun ke gerakan
mahasiswa. Saya lamat-lamat ingat dalam sebuah diskusi dengan seorang
menteri, Celly mengkritik kebijakan pemerintah dengan sangat tajam.
Menteri yang agak sewot itu lalu emosional berkata, ''saya akan lihat
bagaimana anda nanti kalau sudah punya jabatan''.
Setelah Celly pulang dari Amerika saya sering menyaksikannya di Metro TV.
Saya kemudian membaca bukunya 'Mendobrak Sentralisme Ekonomi' hasil
desertasi doktoralnya. Buku yang bagus sekali, enak dibaca dan jernih. Dia
memaparkan dengan detail jaringan liberal di Indonesia hasil didikan
Amerika dan pasang surut ide-ide liberalisme di Indonesia. Yang menarik
bagi saya antara lain adalah ketika Celly menulis mengenai Kompas dan
Tempo dalam kaitan dengan dukungan terhadap liberalisasi ekonomi
Indonesia. Menurut Celly, sebagai pribadi Jakob Oetama dan Goenawan
Mohammad lebih dekat ke ide-ide sosialisme. Tapi ternyata media mereka
mendukung liberalisme.
Ketika Celly mendirikan Freedom Institute yang mendapat sokongan
sepenuhnya dari Kelompok Bakrie saya melihat lebih jelas lagi perubahan
Celly yang baru. Dia pendukung yang sangat bersemangat ide-ide ekonomi
liberal. Keterlibatannya menerbitkan dan membayar iklan di Kompas yang
mendukung kenaikan harga BBM memperkuat posisi Celly sebagai liberal muda
yang menonjol.
Saya masih menduga-duga seberapa liberal pemikiran Celly, karena sampai
sekarang saya belum pernah baca bukunya yang baru mengenai
gagasan-gagasannya. Ketika saya mendengar dia mencalonkan diri sebagai
presiden saya sangat senang. Dia tetap punya nyali seperti ketika masih
mahasiswa dulu. Bahwa banyak pro dan kontra itu biasa.
Saya masih menunggu bagaimana sebenarnya visi Celly mengenai bangsa ini.
Amien Rais sudah menulis risalah pendek 'Selamatkan Indonesia' yang marah
tetapi bertenaga. Buku ini menunjukkan sikap Amien yang tegas mengenai
neoliberalisme yang melanda Indonesia sekarang ini. Saurip Kadi juga
menulis buku (meski dituliskan orang lain) mengenai pandangan-pandangannya
terhadap berbagai persoalan bangsa Indonesia. Saya bisa sedikit
membayangkan bagaimana nanti kalau Amien atau Saurip jadi presiden. Tapi
terhadap Celly saya belum punya bayangan karena dia belum merumuskan
pemikirannya mengenai kondisi aktual bangsa ini. Membaca
artikel-artikelnya saja tidak cukup karena hanya sepotong-sepotong dan
tidak utuh. Saya tetap menunggu buku Celly. Saya khawatir karena sudah
menjadi selebriti media dia tidak sempat lagi menulis dan dia akan
menambah deretan ilmuwan selebritis Indonesia yang tidak punya karya yang
monumental tapi namanya terkenal sebagai selebriti media.
Saya ingin tahu seberapa liberal Celly sekarang. Bagaimana dia menyikapi
globalisasi yang tidak adil terhadap Indonesia, bagaimana ia menanggapi
isu-isu nasionalisasi, dominasi multinasional seperti exxon dan Freeport
dan isu-isu lain.
Ketika Obama mencalonkan diri dia sudah menyiapkan bukunya sehingga orang
tahu bagaimana visinya.
Sebagai ahli komunikasi Celly tahu betul kekuatan media terutama televisi.
Kebetulan juga dia punya akses ke televisi nasional dan kelihatannya cukup
punya uang untuk pasang iklan di televisi nasional. Perusahaannya Vox
Media rupanya cukup menguntungkan karena punya klien besar seperti
Soetrisno Bachir, dari situ kelihatan bahwa Celly pintar juga berbisnis.
Televisi memang bisa membesar-besarkan realitas menjadi hiperrealitas dan
orang bisa terdongkrak popularitasnya karena televisi. Apa yang
dinasihatkan Celly kepada Soetrisno dipraktikkan sendiri oleh Celly. Tapi
tentu saja Celly tahu popularitas dari televisi itu tidak nyata karena
hanya hiperrealitas.
Saya masih menunggu kiprahnya sebagai penerbit melalui media online
KanalOne. Celly berhasil mengumpulkan wartawan-wartawan bagus jebolan
Tempo seperti Karania, Nezar Patria dan beberapa lainnya untuk membuat new
media yang berkualitas.
Lebih dari 

[Forum Pembaca KOMPAS] MEMANTAPKAN AGROPOLITAN MENUJU METROPOLITAN (Surat Untuk Ami Fadel)

2008-07-24 Terurut Topik Herwin Mopangga
MEMANTAPKAN AGROPOLITAN MENUJU METROPOLITAN
(Surat untuk Ami Fadel)


Otonomi Daerah, tidak dipungkiri, cukup berjasa mengantarkan Gorontalo 
bergerak maju relatif lebih cepat dibanding daerah pemekaran baru lainnya, baik 
dari aspek ekonomi, sosial, budaya, hukum dan politik. Ada keberhasilan, namun 
masih terselip kekurangan. Pujian atau sebaliknya hujatan bukanlah hal yang 
bijak. Tetapi sebagai sesama putera Gorontalo (atau lebih tepatnya, rasa 
memiliki Gorontalo) alangkah baiknya kita saling mendoakan dan memotivasi, yang 
kurang dibenahi, yang berhasil dipertahankan dan ditingkatkan.
Pembangunan Provinsi Gorontalo dengan tiga program unggulan; 
peningkatan kualitas sumber daya manusia, pengembangan sektor pertanian dan 
kelautan dengan agropolitan (maize economy) dan etalase perikanan sebagai 
penggerak utama perlu dipertajam menuju perbaikan kesejahteraan masyarakat. 
Dalam jangka pendek dan menengah, program ini harus mampu menggairahkan iklim 
investasi didaerah, menyediakan infrastruktur, memperluas kesempatan kerja, 
redistribusi pendapatan dan mendorong partisipasi publik dalam pembangunan.
Visi Gorontalo Maju 2020 hendaknya mengintensifkan usaha-usaha 
menjadikan Kota Gorontalo (dan Kota Limboto / Kota Telaga kelak) sebagai Kota 
Metropolitan di jazirah Sulawesi, selain Makasar dan Manado. Kota Gorontalo 
disiapkan menjadi kota perdagangan dan jasa, serta pendidikan sebagai 
penyeimbang. Daerah hinterland, Bone Bolango dan Isimu menjadi daerah penyangga 
dan kawasan industri sehingga perlu dikembangkan eco-tourisme. Boalemo dan 
Pohuwato yang berbasis pertanian dan kebaharian serta Gorontalo Utara yang 
potensial menjadi Kota Pelabuhan. Lebih detilnya, hal ini bisa dilihat dalam 
masterplan Tata Ruang Wilayah Gorontalo.
Kita punya kekayaan alam yang indah dan melimpah. Budaya lokal yang 
positif (seperti Huyula dll). Kita punya teladan (mongowutato waw mongodula’a) 
yang arif dan bijaksana. Kita punya generasi muda yang cerdas dan energik. Ada 
yang sedang membangun daerah, ada pula yang mengabdi diperantauan. Banyak yang 
menimba ilmu, bahkan sampai ke mancanegara. Semua bisa menjadi sumberdaya 
(resources) yang tidak ternilai harganya. Ringkasnya, kita punya modal fisik 
(physical capital), modal alam (natural capital), modal manusia (human 
capital), modal uang (financial capital) dan modal sosial (social capital). 
Rasanya tidak berlebihan jika kita sepakat untuk memantapkan agropolitan menuju 
Gorontalo yang metropolitan.


Salam,
Herwin Mopangga
Darmaga, Bogor



  
___
Dapatkan alamat Email baru Anda!
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/


[Forum Pembaca KOMPAS] 400.000 Unit Apartemen di Australia Milik WNI

2008-07-24 Terurut Topik Agus Hamonangan
http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/07/24/02065959/400.000.unit.apartemen.di.australia.milik.wni

Jakarta, Kompas - Pengamat properti, Panangian Simanungkalit, Rabu
(23/7) di Jakarta, mengungkapkan, pembelian apartemen di luar negeri
oleh warga negara Indonesia cukup besar.

Di Singapura, terdapat sekitar 100.000 apartemen yang dimiliki warga
negara Indonesia (WNI). Di Malaysia sekitar 25.000 unit dan di
Australia sebanyak 400.000 unit.

Di Indonesia, sebagian pengembang skala besar saat ini gencar
mendorong pembangunan dan pemasaran rumah dan apartemen menengah ke
atas untuk warga negara asing (WNA)

Saat ini hak pemilikan rumah bagi WNA ditetapkan 25 tahun, dapat
diperpanjang 20 tahun dan diperbarui selama 25 tahun. Ketentuan itu
tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 Tahun 1996 tentang
pemilikan rumah, tempat tinggal, atau hunian untuk orang asing yang
berkedudukan di Indonesia.

Ketua Dewan Pimpinan Pusat Real Estat Indonesia (REI) Teguh Satria
mengatakan, pihaknya telah mengajukan rancangan (draf) usulan hak
pemilikan rumah atau hunian bagi WNA selama 70 tahun sebagai usulan
revisi terhadap PP No 41/1996.

Perpanjangan waktu pemilikan rumah menjadi 70 tahun dinilai Teguh akan
memberikan kepastian bagi WNA untuk bertempat tinggal dan berusaha di
Indonesia.

Sebaliknya, ketentuan batas waktu pemilikan rumah bagi WNA yang
berlaku sekarang belum kompetitif dibandingkan dengan negara-negara di
Asia Tenggara yang rata-rata mencapai 70 tahun.

Dicontohkan, Malaysia memberikan hak pemilikan rumah bagi WNA selama
99 tahun dan Vietnam selama 70 tahun.

Dalam draf usulan tersebut, REI mensyaratkan agar pengembang perumahan
bagi warga negara asing adalah pengusaha nasional serta berkewajiban
membangun rumah sederhana sehat (RSH) atau rumah susun sederhana.

Deputi Menteri Negara Perumahan Rakyat bidang Perumahan Formal Zulfi
Syarif Koto mengatakan, pihaknya hingga kini belum menerima draf
usulan dari REI tentang revisi pemilikan hunian bagi WNA itu.

Meski demikian, lanjut Koto, pihaknya setuju dengan usulan REI agar
pengembang apartemen dan rumah bagi WNA diwajibkan untuk membangun
hunian bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah, seperti RSH
dan rusuna.

Menurut Panangian, ketentuan pembangunan hunian bagi WNA dan perumahan
bagi masyarakat menengah ke bawah harus berbanding 1 : 3.

Artinya, setiap pembangunan satu unit hunian bagi WNA harus disertai
pembangunan tiga unit RSH atau rusuna. (LKT)



Bls: [Forum Pembaca KOMPAS] Artikel: POLITIK KAUM MUDA DAN IDEOLOGI NASIONAL

2008-07-24 Terurut Topik ARIEF RACHMAN
Budiman yg menunggangi PDIP atau Megawati dan Budiman yg ditunggangi RAND, 
hayo? Yg pasti, presiden RI yg pertama berhasil dijatuhkan oleh operasi CIA dan 
ujung-ujungnya pembantaian wong cilik yg dianggap pro komunis. 

Arief Rachman
Pendukung Rational Choice Theory



- Pesan Asli 
Dari: anton_djakarta [EMAIL PROTECTED]
Kepada: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Terkirim: Kamis, 24 Juli, 2008 10:14:43
Topik: Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Artikel: POLITIK KAUM MUDA DAN IDEOLOGI 
NASIONAL


Ngapain keluar dari PDIP, justru dengan menunggangi massa PDIP 
Budiman akan menang. 

ANTON

Pendukung Budiman Djatmiko



[Forum Pembaca KOMPAS] IDI: Ada Kejanggalan Pada RUU Rumah Sakit

2008-07-24 Terurut Topik Agus Hamonangan
JAKARTA, KAMIS - Tim Pengkaji Rancangan Undang-Undang Rumah Sakit
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) melihat adanya
kejanggalan dalam draf RUU tentang peyelenggaraan rumah sakit yang
sedang dibahas Panitia Khusus (Pansus) di Komisi IX DPR RI.  

Di dalamnya tidak ada tanggung jawab sosial rumah sakit kepada orang
miskin atau saat keadaan gawat darurat.  Naskah akademik dan uraian
pasalnya juga tidak relevan dan tidak nyambung, kata Dr. Muh. Nasser,
Sp.KK,D.Law, Wakil Ketua Tim Pengkaji Rancangan Undang-Undang Rumah
Sakit PB IDI dalam diskusi bulanan PB IDI di Jakarta, Rabu.

Pembuatan undang-undang tersebut, menurut dia, juga bertentangan
dengan pasal 53 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 karena tidak
memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berperan serta dalam
penyiapan undang-undang.

Draf RUU itu juga tidak mengakomodir doktrin ’Samaritan Law’, pihak
yang terlibat dalam rumah sakit tidak diberi ruang untuk berfikir
apapun kecuali untuk menghasilkan uang bagi rumah sakit, katanya.

Nasser menjelaskan pula bahwa penyelenggaraan rumah sakit sebenarnya
juga tidak layak diatur dengan undang-undang yang berdiri sendiri
karena alasan-alasannya tidak cukup memenuhi persyaratan penerbitan
sebuah undang-undang.

Ini memang harus diatur, tapi peraturan penyelenggaraannya cukup
diatur dalam peraturan perundangan di bawah undang-undang, katanya.
Apalagi, ia melanjutkan, pasal-pasal strategis pengaturan
penyelenggaraan rumah sakit juga bisa dimasukkan ke dalam amandemen
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan.

Lain dengan Nasser, Ketua Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia
(PERSI) Dr.Adib A Yahya, MARS, mengatakan bahwa UU tentang rumah sakit
sudah sangat mendesak untuk diterbitkan.

Karena masalah rumah sakit sudah semakin besar dan kompleks, jadi
harus diatur.  Secara yuridis ini juga diamanatkan dalam
undang-undang, salah satunya pasal 28 H Undang-Undang Dasar 1945,
katanya.

Ia menambahkan, undang-undang itu juga diperlukan sebagai payung hukum
yang tegas bagi pasien dan pengelola rumah sakit.Ketua Yayasan Lembaga
Konsumen Indonesia (YLKI) Husna Zahir juga berpendapat, UU tentang
rumah sakit perlu diterbitkan untuk memberikan kejelasan mengenai
pembagian tanggung jawab antara negara dan pengelola sarana pelayanan
kesehatan.

Di samping itu, penetapan badan hukum rumah sakit juga mesti diatur
karena itu berdampak langsung terhadap pelayanan, katanya.Namun Adib
dan Husna sepakat, penyusunan rancangan undang-undang tentang rumah
sakit harus dilakukan secara teliti dan hati-hati dengan
mempertimbangkan dinamika perkembangan teknologi perumasakitan dan
kedokteran.

Adib menjelaskan, draf RUU tentang rumah sakit seharusnya antara lain
memuat batasan dan fungsi rumah sakit, klasifikasi dan jenis rumah
sakit, kepemilikan dan pengalihan kepemilikan rumah sakit, sarana
minimal/esensial yang harus ada pada rumah sakit.

Selain itu juga memuat persyaratan tenaga dan hubungan kerjanya dengan
rumah sakit, ketentuan tentang hak dan kewajiban rumah sakit, tanggung
jawab hukum, akreditasi dan penjagaan mutu layanan, fungsi sosial,
prosedur perijinan dan prosedur pencabutan ijin, pembinaan rumah sakit
dan sanksi-sanksi.


Sumber : Antara

http://kompas.com/index.php/read/xml/2008/07/24/17174527/idi.ada.kejanggalan.pada.ruu.rumah.sakit



Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Naik sepeda, yuk! Hayuk Urang Naik Sapeda!

2008-07-24 Terurut Topik Oni
Semoga acara ini sukses, guna mewujudkan bogor yang lebih bersih...
2 tahun ini saya mulai lagi ber- bike to work, dari sukasari ke cibinong via
sentul 2 atau 3 kali seminggu sejauh kuang lebih 40 km PP, dengan usia
menginjak 40 tahun badan saya tambah segar, awalnya memang agak melelahkan,
tapi sejalan dengan waktu, sekarang Offroad denan sepeda saat weekend pun
saya jalanin.
ayo bersepedalah...selain badan bugar udarapun jadi segar...

Oni di bogor



Pada tanggal 24/07/08, Aquino Hayunta [EMAIL PROTECTED] menulis:

 Hayuk Urang Naik Sapeda!

 Naik sepeda, yuk!

 Siswa sekolah, guru, orang tua, anak muda, warga Bogor dan sekitarnya,
 SILAKAN BERGABUNG KELILING BOGOR.

 Jangan lupa bawa botol minum sendiri, ya.

 Bogor, 2 Agustus 2008

 Start dari depan SMKN 1 Bogor jam 08.00 pagi

 Jalan Heulang no. 6 Bogor

 Didukung oleh:

 Pemkot Bogor

 Bike2Work Bogor

 WWF-Indonesia

 Change Magazine - Jurnal Perempuan

 Akan dilanjutkan dengan:

 Dialog Bike2School

 oleh siswa sekolah, Pemkot Bogor, Bike2Work, WWF-Indonesia, Change Magazine
 - Jurnal Perempuan

 jam 11.00.

 Ayo dukung!

 Untuk Bogor yang lebih ramah bagi pengguna sepeda.

 Terutama siswa sekolah.

 Acara ini diselenggarakan sebagai bagian dari kampanye Protect Our Planet
 di SMKN 1:

 1. Kurangi kendaraan bermotor untuk kurangi emisi

 2. Pilih tempat tinggal dekat dengan sekolah/tempat kerja

 3. Pilih tempat belanja dekat dengan tempat tinggal

 4. Jalan kaki atau bersepeda untuk jarak dekat

 5. Gunakan kendaraan umum untuk jarak jauh

 6. Pilih dan operasikan kendaraan bermotor dengan ramah lingkungan

 [Non-text portions of this message have been removed]


Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua

2008-07-24 Terurut Topik rzain
Waktu itu belum ada iklan dan TV, oleh sebab itu perjoangan
kemerdekaan lama sekali karena rakyat tdk tahu siapa pemimpin
sesungguhnya, sekarang cukup nonton TV kita dapat memilih pemimpin
yang kita sukai.


rzain

--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, Maulana Raja Aisyana
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Kaum muda yang bernafsu untuk berkuasa sering menjual tokoh-tokoh
muda masa lalu, tanpa menyadari apa yang telah diperbuat oleh
dirinya. Para tokoh tanah air masa lalu tidak lahir dari iklan
dengan dana miliaran, tapi melalui cucuran keringat keikhlasan
bekerja untuk rakyat.

 salam
 �
 raja
 muak nonton teve yang disesaki iklan para petualang politik


RE: [Forum Pembaca KOMPAS] Naik sepeda, yuk! Hayuk Urang Naik Sapeda!

2008-07-24 Terurut Topik Rudy Thehamihardja
Menarik sekali kalau kegiatan ini sudah didukung oleh pemda...

Hanyasangat perlu sosialisasi yang menyeluruh...

 

Saya pernah ngantor pakai sepeda, awal adanya Mountain Bike Federal.

Sedeng juga sih ngayuhnya..dari jalan merak ke jalan siliwangi.

Pulangnya lewat jalan pajajaran karena nggak kuat naik di empang. 

Saat itu motor belum sebanyak sekarang.

Lama2 sih berhenti juga, karena sering di pepet angkot.

 

Nah dengan kondisi yang sudah lebih parah dari beberapa tahun yang lalu.

Apakah pemda kota Bogor akan menetapkan hierarchy bertransportasi di kota
Bogor.

Kalau sudah mampu menetapkan hierarchy bertransportasi, maka prioritas
penggunaan jalan akan dapat diatur.

Sampai saat ini belum ada kota di Indonesia yang menetapkan prioritas
bertransportasi di kotanya.

 

Kenapa kota Bogor tidak memulainya...

 

Kalau ini sudah ditetapkan, maka bike 2 work atau bike 2 school untuk anak2
kita bisa dipopulerkan.

Kalau tidak..apa kita tega mempopulerkan kegiatan yang akan membahayakan
anak2 kita.

Atau...kegiatan ini disosialisasikan dan dianjurkan hanya untuk anak orang
lain, asal jangan anak kita.

 

Silahkan..teman2 dari DPRD kota Bogor menginisiasi Perda nya...knapa
nggak..siapa takut... .?

 

 

 Rudy Th

 


[Forum Pembaca KOMPAS] Polisi Incar Rizal Ramli

2008-07-24 Terurut Topik Agus Hamonangan
http://kompas.com/read/xml/2008/07/24/18513473/polisi.incar.rizal.ramli

JAKARTA, KAMIS - Kepolisian tak membantah bahwa penyidikan terhadap
tersangka Ferry Yuliantono terkait demonstrasi anarkis Mei-Juni 2008
telah mengarah pada pihak lain yakni Rizal Ramli. Dalam pemeriksaan
terhadap Adhie Massardi sebagai saksi, penyidik polisi menanyakan soal
Rizal Ramli.

Ditanya wartawan apakah polisi menyasar Rizal Ramli dalam perkara
tersebut, Kepala Direktorat I Badan Reserse Kriminal Mabes Polri
Brigadir Jenderal (Pol) Badroddin Haiti, Kamis (24/7) menjawab,
Karena dia kan Ketua Umum KBI (Komite Bangkit Indonesia).

Saat ditanya lagi apakah polisi akan memeriksa Rizal Ramli, Badroddin
menjawab, Belumlah, nanti itu bertahap.

Sebelumnya Adie Massardi juga mengatakan bahwa dirinya merasa polisi
mengincar Rizal Ramli. Sebab, meskipun diriya memberi keterangan
sebagai saksi untuk tersangka Ferry, penyidik polisi
menyinggung-nyinggung soal Rizal Ramli dalam pertanyaannya. Penyidik
misalnya, menanyai Adhie soal sejak kapan mengenal Rizal Ramli.

Badroddin juga mengatakan, polisi meyakini telah memiliki bukti adanya
aliran dana KBI untuk berbagai aksi unjuk rasa menentang kenaikan
harga BBM. Namun, sebelumnya Adhie Massardi mengatakan, dana KBI hanya
untuk kegiatan seminar atau diskusi. Itupun jumlahnya tidak
banyak-banyak amat, ujar Adhie.

SF


Sent from my BlackBerry © Wireless device from XL GPRS/EDGE/3G Network



[Forum Pembaca KOMPAS] Google Luncurkan Knol, Pesaing Wikipedia?

2008-07-24 Terurut Topik Agus Hamonangan
-- 
Salam Ggle,

Agus Hamonangan

http://groups.google.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/
http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/


SAN FRANSISCO, RABU - Tujuh bulan setelah memperkenalkan secara
terbatas, Google akhirnya meluncurkan secara resmi layanan barunya
yang diberi nama Knol. Layanan ini mirip dengan Wikipedia di mana
pengguna yang telah mendaftar dapat memublikasikan tulisannya di web.

Sejak dirilis Desember tahun lalu, akses Knol hanya terbatas melalui
undangan. Namun, saat ini, semua orang dapat mendaftar bahkan
menggunakan user ID layanan Google lain yang telah dimiliki.

Meski pendekatan kontennya sama dengan format mirip ensiklopedia, Knol
berbeda dengan Wikipedia. Knol mendorong pengguna untuk menampilkan
identitas asli di balik artikel yang ditulisnya. Tujuannya,
meningkatkan tingkat kepercayaan terhadap artikel tersebut.

Sebagai iming-iming, Google menawarkan sumber pemasukan dari jaringan
iklannya AdSense yang akan disebarkan di halaman-halaman artikel
tersebut. Tidak harus dengan nama asli, tapi data pengguna harus
diverifikasi dengan data kartu kredit atau melalui telepon jika ingin
mendapatkan pembagian keuntungan dari iklan.

Setiap Knol akan memiliki penulis atau kelompok grup yang menampilkan
namanya di balik konten tersebut. Itulah Knol mereka, suara mereka,
opini mereka, tulis Cedric Dupont, manajer produk Knol dalam blog
resmi Google yang ditulisnya bersama Michael McNally. Mereka
menjelaskan, akan semakin bagus saat banyak Knol dengan subyek yang
sama.

Pendekatan tersebut berbeda dengan Wikipedia yang cenderung anonim.
Penyunting di Wikipedia jarang sekali yang menggunakan nama asli dan
tanpa ada iklan satu pun di halaman artikel.

Perbedaan lain adalah dalam hal pengaturan isi artikel. Pada
Wikipedia, setiap pengguna dengan bebas mengedit asal memiliki hak
akses. Pada Knol, setiap orang juga bebas memberikan masukan atau
koreksi, tapi keputusan untuk mengedit tetap pada penulis asli. Namun,
pembaca dapat memberi rating atau review terhadap setiap artikel.

Hal tersebut memungkinkan penulis mendapat saran dari semua orang,
tapi tetap dapat mengendalikan artikelnya. Jadi, artikel tersebut
selalu melekat pada penulis. Google sendiri memastikan tidak akan
melakukan editorial terhadap konten yang dipublikasikan penulis dan
pengguna.

Pelengkap

Dengan karakteristik yang agak berbeda, Google tak mau disebut pesaing
Wikipedia, tapi pelengkap. Dupont menyatakan, penulis Wikipedia
mungkin dapat menggunakannya untuk mengembangkan materi tulisannya
lebih lengkap. Halaman-halaman artikel memang didesain agar terlihat
lebih profesional.

Saat ini Knol sudah berisi ratusan artikel, masih jauh lebih sedikit
daripada Wikipedia yang telah berisi 2,5 juta artikel dalam bahasa
Inggris saja dan jutaan lain dalam berbagai bahasa. Salah satu topik
adalah tentang konstipasi (sembelit) yang ditulis profesor
gastroenterologi dari Universitas San Fransisco dan saran untuk
backpacker dari software engineer yang bekerja di Google. Knol dapat
diakses di http://knol.google.com

WAH

http://tekno.kompas.com/read/xml/2008/07/24/0754156/google.luncurkan.knol.pesaing.wikipedia


[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Indonesia Kekurangan 10.000 Guru SMK

2008-07-24 Terurut Topik manneke budiman
Paling gampang ya akhiri saja kolusi antara Diknas, penerbit buku paket, dan 
sekolahan. Soalnya, institusi yang disebut pertama itu suka tutup mata sama 
ulah penerbit yang kongkalikong sama sekolahan, sebab Diknas-nya juga 
kecipratan rejeki, makanya demen ganti kurikulum tiap tahun biar ada alasan 
ganti buku. Institusi yang disebut kedua, yah namanya juga dagang; di mana ada 
peluang, di situ dia masuk. Institusi ketiga, demi cipratan tambahan rezeki, 
rela main mata sama penerbit buat bikin laris buku di sekolahnya dan tiap tahun 
mewajibkan murid beli buku baru lewat sekolahan.
�
Mata rantai jahat ini yang mesti diputus sebab dialah yang menyengsarakan 
murid, orang tua, dan seluruh masyarakat.
�
manneke
Presiden RI (Republik Impian)

--- On Wed, 7/23/08, stephanus Mulyadi [EMAIL PROTECTED] wrote:

From: stephanus Mulyadi [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Indonesia Kekurangan 10.000 Guru SMK
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Received: Wednesday, July 23, 2008, 4:56 AM






Benar Tuan Presiden,

nampaknya akan ada titik cerah.
Mudah-mudahan saja tidak lalu datang lagi mendung dan badai, seperti kasus guru 
yang sudah lolos sertifikasi tapi tak kunjung dapat tunjangan.
Masalahnya nampaknya masih berat di situ. Soal penggajian.
alih-alih untuk membantu menggaji guru, dana yang ada malah dialokasikan untuk 
membuat buku elektronik. Iki piye?
Nampaknya para pejabat tinggi negara masih berat untuk merelakan uang itu 
mengalir ke guru.

Kita lihat saja, apakah keprihatinan kekurangan tanaga guru untuk sekolah 
kejuruan ini sungguh merupakan keprihatinan (artinya setelah itu lalu 
diupayakan ketersediaan guru untuk sekolah kejuruan), ataukah keprihatinan ini 
sekedar untuk melegitimasi sebuah ancang-ancang baru untuk membuat proyek 
pelatihan guru untuk sekolah kejuruan.
Bukankah modus sertifikasi dulu seperti itu, tuan Presiden?

Mohon tuan Presiden, hal seperti ini janganlah terjadi di negeri impian kita.

Salam

Mulyadi


[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Ratna Sarumpaet Maju Jadi Capres 2009 menyoal lapindo

2008-07-24 Terurut Topik elrobama
Baru satu capres ini yang menyoal lapindo dengan terbuka, terus
terang. Apreciate.
salam, robama.


--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, Roni Febrianto
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Wah makin latah saja mau jadi Capres ada RM ,BS,FR,RS kalo semua
mau
 jadi Capres nanti siapa yang bisa kritik penguasa .


[Forum Pembaca KOMPAS] Belajar dari KUNGFU PANDA....

2008-07-24 Terurut Topik Satrio Arismunandar

KUNG FU PANDA 

Po , si Panda jantan, yang sehari-hari bekerja di toko mie ayahnya, memiliki 
impian untuk menjadi seorang pendekar 
Kung Fu. Tak disangka, dalam pemilihan Pendekar Naga, Po dinobatkan sebagai 
Pendekar Naga yangdinanti-nantikan kehadirannya untuk melindungi desa dari 
balas dendam Tai Lung. 


Saat menonton film animasi ini, kita seperti diingatkan tentang beberapa hal:

1. The secret to be special is you have to believe you're special.
Po hampir putus asa karena tidak mampu memecahkan rahasia Kitab Naga, yang 
hanya berupa lembaran kosong. Wejangan dari ayahnya-lah yang akhirnya 
membuatnya kembali bersemangat dan memandang positif dirinya sendiri. Kalau 
kita berpikir diri kita adalah spesial, unik, berharga kita pun akan punya daya 
dorong untuk melakukan hal-hal yang spesial.

Kita akan bisa, kalau kita berpikir kita bisa. 
Seperti kata Master Oogway, You just need to believe 
 
2. Teruslah kejar impianmu. 
Po , panda gemuk yang untuk bergerak saja susah akhirnya bisa menguasai ilmu 
Kung Fu. Berapa banyak dari kita yang akhirnya menyerah, gagal mencapai impian 
karena terhalang oleh pikiran negatif diri kita sendiri? Seperti kata Master 
Oogway, kemarin adalah sejarah, esok adalah misteri, saat ini adalah anugerah, 
makanya disebut Present hadiah. Jangan biarkan diri kita dihalangi oleh 
kegagalan masa lalu dan ketakutan masa depan. Ayo berjuanglah di masa sekarang 
yang telah dianugerahkan Tuhan padamu. 
 
3. Kamu tidak akan bisa mengembangkan orang lain, sebelum kamu percaya dengan 
kemampuan orang itu, dan kemampuan dirimu sendiri. 

Master ShiFu ogah-ogahan melatih Po . Ia memandang Po tidak berbakat. Kalaupun 
Po bisa, mana mungkin ia melatih Po dalam waktu sekejap. Kondisi ini berbalik 
seratus delapan puluh derajat, setelah ShiFu diyakinkan Master Oogway -gurunya- 
bahwa Po sungguh-sungguh adalah Pendekar Naga dan Shi Fu satu-satunya orang 
yang mampu melatihnya. 

Sebagai guru atau orang tua, hal yang paling harus dihindari adalah memberi 
label bahwa anak ini tidak punya peluang untuk berubah.  Sangatlah mudah bagi 
kita untuk menganggap orang lain tidak punya masa depan. Kesulitan juga acap 
kali membuat kita kehilangan percaya diri, bahwa kita masih mampu untuk 
membimbing mereka. 
 
4.Tiap individu belajar dengan cara dan motivasinya sendiri. 
Shi Fu akhirnya menemukan bahwa Po baru termotivasi dan bisa mengeluarkan semua 
kemampuannya, bila terkait dengan makanan. Po tidak bisa menjalani latihan 
seperti 5 murid jagoannya yang lain.

Demikian juga dengan setiap anak. Kita ingat ada 3 gaya belajar yang kombinasi 
ketiganya membuat setiap orang punya gaya belajar yang unik. Hal yang menjadi 
motivasi tiap orang juga berbeda-beda. Ketika kita memaksakan keseragaman 
proses belajar, dipastikan akan ada anak-anak yang dirugikan. 

5. Kebanggaan berlebihan atas anak/murid/diri sendiri bisa membutakan mata kita 
tentang kondisi sebenarnya, bahkan bisa membawa mereka ke arah yang salah. 

Master ShiFu sangat menyayangi Tai Lung, seekor macan tutul, murid pertamanya, 
yang ia asuh sejak bayi. Ia membentuk Tai Lung sedemikian rupa agar sesuai 
dengan harapannya. Memberikan impian bahwa Tai Lung
akan menjadi Pendekar Naga yang mewarisi ilmu tertinggi. Sayangnya Shi Fu tidak 
melihat sisi jahat dari Tai Lung dan harus membayar mahal, bahkan nyaris 
kehilangan nyawanya.

Seringkali kita memiliki image yang keliru tentang diri sendiri/anak/murid 
kita. Parahnya, ada pula yang dengan sengaja
mempertebal tembok kebohongan ini dengan hanya mau mendengar informasi dan 
konfirmasi dari orang-orang tertentu. Baru-baru ini saya bertemu seorang ibu 
yang selama 14 tahun masih sibuk membohongi diri bahwa anaknya tidak autis. Ia 
lebih senang berkonsultasi dengan orang yang tidak ahli di bidang autistik. 
Mendeskreditkan pandangan
ahli-ahli di bidang autistik. Dengan sengaja memilih terapis yang tidak 
kompeten, agar bisa disetir sesuai keinginannya. Akibatnya proses terapi 11 
tahun tidak membuahkan hasil yang signifikan. Ketika kita punya image yang 
keliru, kita akan melangkah ke arah yang keliru. 

6. Hidup memang penuh kepahitan, tapi jangan biarkan kepahitan tinggal dalam 
hatimu. 
Setelah dikhianati oleh Tai Lung, Shi Fu tidak pernah lagi menunjukkan 
kebanggaan dan kasih sayang pada murid-muridnya. Sisi terburuk dari kepahitan 
adalah kita tidak bisa merasakan kasih sayang dan tidak bisa berbagi kasih 
sayang. 

7. Keluarga sangatlah penting. 
Di saat merasa terpuruk, Po disambut hangat oleh sang ayah. Berkat ayahnya pula 
Po dapat memecahkan rahasia Kitab Naga dan menjadi Pendekar nomor satu. 
Sudahkah kita memberi dukungan pada anggota keluarga kita? 
  


  

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua

2008-07-24 Terurut Topik sohibmachmud

rizal telah melempar dadu, mari kita lihat bagaimana peruntungannya.
apakah manuvernya dia serius maju ke ri 1 atau hanya untuk menaikkan 
bargaining position sebagai anggota tim sukses suatu kandidat utk 
menuju jabatan menteri atau paling tidak posisi jubir kepresidenan. 

sohib 


=
--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Entah ya ... sebagai rakyat biasa saya koq merasa tertipu dengan 
para 
 intelektual yang ternyata cuma partisan yang mengejar jumlah uang 
 besar. Bayangkan kita percaya bahwa hasil survey yang diekspose 
 menjelang Pemilu tentang popularitas tampil seolah-olah dilakukan 
oleh 
 lembaga independent, tak tahunya dibayar oleh presiden terpilih. 
 Analisa-analisa politik yang dilakukan oleh seolah-olah presenter 
 independent bagi tujuan mencerdaskan bangsa, ternyata dilakukan 
oleh 
 bagian pemoles citra. Mereka bertingakh bal selebrities saat 
membohongi 
 publik. Tindakan mereka benar-benar membawa rakyat yang tidak 
mengerti 
 tertipu. Lalu mengapa sok bicara dengan menjual Bung Karno dan 
bapak 
 bangsa yang pasti pantang melakukan itu.
 
 wass,
 Triyatni





[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Rizal Mallarangeng: Surat buat Semua

2008-07-24 Terurut Topik bangkit


ckckck, gile, kayaknya mas celi sukses merebut hati banyak miliser
FPK. satu komentar dari saya, nggak ditanggepi juga nggak apa2; dr.
Tjipto telah membuktikan pengabdian bagi rakyatnya, dan begitulah
menurut saya anda harus melakukannya juga, selama belum ada pembuktian
konkrit, saya pikir anda tetaplah kucing dalam karung. tidak cukup
bung untuk sekedar menawarkan alternatif.


salam,


bangkit.


--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, Agus Hamonangan
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 A Personal Letter to All 
 
 (Rizal Mallarangeng) 
  
 
   Saya ingin mengucapkan terima kasih atas perhatian dan simpati
 Anda semua, baik yang berada di tanah air maupun yang di luar negri.
 Dalam waktu singkat, lewat Facebook, milis-milis di internet, maupun
 media massa konvensional di tanah air, begitu banyak yang  memberi
 komentar, salam persahabatan, dukungan, pertanyaan, keraguan, hingga
 kritik yang tajam terhadap saya.  
 
   Teknologi membuka berbagai kemungkinan baru, termasuk dalam
 menyatukan perhatian beragam komunitas dari berbagai belahan dunia
 untuk menyampaikan pendapat secara cepat dan personal. Hal ini tentu
 perlu disambut dengan tangan terbuka. 
 
   Saya minta maaf sebab tidak mungkin membalas satu persatu sapaan
 yang datang kepada saya.  
 
   Dalam kesempatan ini, saya hanya ingin menyampaikan bahwa alasan
 utama bagi saya untuk tampil sekarang adalah untuk memberi alternatif
 baru dalam proses pemilihan kepemimpinan nasional. Sebenarnya, soal
 ini bukanlah soal saya sebagai pribadi, tetapi persoalan sebuah
 generasi dan sebuah bangsa yang harus terus bergerak maju.  
 
   Sejak 10 tahun terakhir, pilihan-pilihan kepemimpinan nasional
 tidak banyak berubah. Gus Dur dan Amien Rais tampaknya masih ingin
 ikut pemilihan presiden tahun depan, mendampingi Presiden SBY dan
 Wapres Kalla serta Megawati. Begitu juga Jenderal (purn) Wiranto dan
 Letjen (purn) Probowo. Mungkin Sultan Hemengkubuwono X dan Letjen
 (purn) Sutiyoso juga akan turut serta. 
 
   Saya menghormati tokoh-tokoh senior tersebut. Tapi apakah
 pilihan kepemimpinan nasional harus berkisar hanya di seputar mereka,
 sebagaimana yang terjadi setelah Soeharto lengser? Apakah di Indonesia
 terjadi stagnasi dalam sirkulasi kepemimpinan nasional, sehingga
 wajah-wajah baru tidak mungkin muncul sama sekali? Jika di Amerika
 Serikat muncul Obama (47 tahun) dan di Rusia ada Medvedev (44 tahun),
 mengapa kita tidak? Bukankah Republik Indonesia sebenarnya dipelopori
 oleh para tokoh yang saat itu berusia muda, seperti dr. Tjipto
 Mangunkusumo, HOS Tjokroaminoto, Sukarno, Hatta, Sjahrir? 
 
   Somebody has to do something. Kita harus menunjukkan bahwa
 Indonesia adalah bangsa besar yang dinamis, berjalan mengikuti
 perubahan zaman dengan membuka diri terhadap berbagai kemungkinan
 baru. Kita harus berkata kepada para senior tersebut, we respect you,
 Sir and Madam. But please give some space to our new generation. Sudah
 saatnya generasi baru kepemimpinan di Indonesia turut serta dalam
 penentuan kehidupan bersama pada level politik yang tertinggi. 
 
   Pemikiran seperti itulah yang memberanikan saya untuk tampil
 sekarang. Dengan segala kelemahan yang ada, saya bersyukur mendapat
 kesempatan untuk melakukannya. Memang, kalau dipikir-pikir, kata
 beberapa kawan dekat saya, keputusan itu agak gila sedikit. Lebih
 banyak beraninya ketimbang pertimbangan yang dingin dan rasional. 
 
   Saya bukan menteri atau mantan menteri. Saya bukan ketua umum
 partai, bukan presiden atau mantan presiden, bukan jenderal
 berbintang, bukan anak proklamator, bukan pejabat tinggi, bukan bekas
 panglima TNI, bukan pula orang kaya raya atau anak orang kaya raya.
 “Rizal,” kata kawan-kawan dekat saya itu, “you are a bit crazy. No,
 damn crazy!”  
 
   Bahkan, bukan hanya kawan-kawan saya saja, bekas guru besar saya
 di Columbus, AS, yang sangat saya sayangi pun, Prof. Bill Liddle,
 berkomentar lirih, “the time is not yours yet. My dear Celli (nama
 kecil saya), you don’t have any chance whatsoever.” 
 
   Terhadap semua itu, saya hanya bisa menjawab, “mungkin anda
 benar.” Semboyan kampanye saya pun bunyinya rada mirip, If there is a
 will, there is a way. Pada tahap awal ini, yang ada hanyalah kehendak,
 kemauan, keberanian, and almost nothing else.  Terhadap Bill Liddle
 saya sempat membalas emailnya dengan kalimat ini: Pak Bill, the “will”
 is here, and I am working out the “way”.  
 
   Mungkin saya akan berhasil, mungkin pula tidak. But let me say
 this: soalnya bukanlah kalah dan menang, sukses atau tidak. Bahkan
 sebenarnya, seperti saya telah saya singgung tadi, soalnya bukanlah
 tentang Rizal Mallarangeng atau siapa pun. Soalnya adalah soal sebuah
 generasi dan sebuah negri yang kita cintai yang harus bergerak maju,
 membuka peluang dan kemungkinan-kemungkinan baru. 
 
   If what I do will not fly anywhere, saya secara pribadi sudah
 cukup puas karena saya sudah mencoba menunjukkan 

[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Celly yang (pernah) saya kenal

2008-07-24 Terurut Topik bangkit

wah, saya malah lebih bisa memahami mas celi dari tulisan ini
ketimbang dari tanggapan dia sebelumnya. masalah liberal-sosialis
memang sudah menjadi perdebatan artifisial, yg penting seperti kata
Deng Xiaoping, tidak peduli kucing hitam atau kucing putih, yg
penting kucing yg bisa menangkap tikus, atau dengan kata lain yg
penting output kebijakannya pada kemajuan bangsa.



--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Salam,
 Saya pengagum Celly (Rizal Mallarangeng) sejak dia masih menjadi
mahasiswa
 komunikasi Fisipol UGM pertengahan 1980-an. Tapi setelah dia balik usai
 merantau 8 tahun di Amerika dia berubah, dia bukan Celly yang dulu lagi.
 Mantan dosennya Celly, Ashadi Siregar, termasuk orang 'yang sangat
kaget'
 oleh perubahan Celly. Mantan mentor Celly lainnya, Arief Budiman, lebih
 arif menyikapi perubahan Celly. Ketika diberi penghargaan Bakrie Award
 oleh Freedom Institute bikinan Celly, Arief berkata dengan guyon
bahwa dia
 merasa aneh, karena dia sosialis yang 'mendidik' Celly supaya menjadi
 sosialis tapi setelah Celly pinter malah menjadi liberalis dan memberi
 penghargaan kepada mantan mentornya yang masih tetap sosialis...
 Meski tidak sampai seperti Ashadi Siregar, saya termasuk yang kaget
 terhadap perubahan Celly. saya tidak tahu dia masih ingat apa tidak,
tapi
 suatu ketika dia pinjam buku tipis berbahasa Inggris mengenai Mao Zedong
 dari saya. Saya lihat dia sangat tertarik oleh ide-ide sejenis Mao.
Ketika
 dia mengembalikan buku itu, saya silakan dia menyimpannya. Kebetulan
saya
 punya dua kopi.
 Ide-ide itu yang mendasari Celly ketika kemudian terjun ke gerakan
 mahasiswa. Saya lamat-lamat ingat dalam sebuah diskusi dengan seorang
 menteri, Celly mengkritik kebijakan pemerintah dengan sangat tajam.
 Menteri yang agak sewot itu lalu emosional berkata, ''saya akan lihat
 bagaimana anda nanti kalau sudah punya jabatan''.
 Setelah Celly pulang dari Amerika saya sering menyaksikannya di
Metro TV.
 Saya kemudian membaca bukunya 'Mendobrak Sentralisme Ekonomi' hasil
 desertasi doktoralnya. Buku yang bagus sekali, enak dibaca dan
jernih. Dia
 memaparkan dengan detail jaringan liberal di Indonesia hasil didikan
 Amerika dan pasang surut ide-ide liberalisme di Indonesia. Yang menarik
 bagi saya antara lain adalah ketika Celly menulis mengenai Kompas dan
 Tempo dalam kaitan dengan dukungan terhadap liberalisasi ekonomi
 Indonesia. Menurut Celly, sebagai pribadi Jakob Oetama dan Goenawan
 Mohammad lebih dekat ke ide-ide sosialisme. Tapi ternyata media mereka
 mendukung liberalisme.
 Ketika Celly mendirikan Freedom Institute yang mendapat sokongan
 sepenuhnya dari Kelompok Bakrie saya melihat lebih jelas lagi perubahan
 Celly yang baru. Dia pendukung yang sangat bersemangat ide-ide ekonomi
 liberal. Keterlibatannya menerbitkan dan membayar iklan di Kompas yang
 mendukung kenaikan harga BBM memperkuat posisi Celly sebagai liberal
muda
 yang menonjol.
 Saya masih menduga-duga seberapa liberal pemikiran Celly, karena sampai
 sekarang saya belum pernah baca bukunya yang baru mengenai
 gagasan-gagasannya. Ketika saya mendengar dia mencalonkan diri sebagai
 presiden saya sangat senang. Dia tetap punya nyali seperti ketika masih
 mahasiswa dulu. Bahwa banyak pro dan kontra itu biasa.
 Saya masih menunggu bagaimana sebenarnya visi Celly mengenai bangsa ini.
 Amien Rais sudah menulis risalah pendek 'Selamatkan Indonesia' yang
marah
 tetapi bertenaga. Buku ini menunjukkan sikap Amien yang tegas mengenai
 neoliberalisme yang melanda Indonesia sekarang ini. Saurip Kadi juga
 menulis buku (meski dituliskan orang lain) mengenai
pandangan-pandangannya
 terhadap berbagai persoalan bangsa Indonesia. Saya bisa sedikit
 membayangkan bagaimana nanti kalau Amien atau Saurip jadi presiden. Tapi
 terhadap Celly saya belum punya bayangan karena dia belum merumuskan
 pemikirannya mengenai kondisi aktual bangsa ini. Membaca
 artikel-artikelnya saja tidak cukup karena hanya sepotong-sepotong dan
 tidak utuh. Saya tetap menunggu buku Celly. Saya khawatir karena sudah
 menjadi selebriti media dia tidak sempat lagi menulis dan dia akan
 menambah deretan ilmuwan selebritis Indonesia yang tidak punya karya
yang
 monumental tapi namanya terkenal sebagai selebriti media.
 Saya ingin tahu seberapa liberal Celly sekarang. Bagaimana dia menyikapi
 globalisasi yang tidak adil terhadap Indonesia, bagaimana ia menanggapi
 isu-isu nasionalisasi, dominasi multinasional seperti exxon dan Freeport
 dan isu-isu lain.
 Ketika Obama mencalonkan diri dia sudah menyiapkan bukunya sehingga
orang
 tahu bagaimana visinya.
 Sebagai ahli komunikasi Celly tahu betul kekuatan media terutama
televisi.
 Kebetulan juga dia punya akses ke televisi nasional dan kelihatannya
cukup
 punya uang untuk pasang iklan di televisi nasional. Perusahaannya Vox
 Media rupanya cukup menguntungkan karena punya klien besar seperti
 Soetrisno Bachir, dari situ kelihatan bahwa Celly pintar juga berbisnis.
 Televisi memang bisa membesar-besarkan 

[Forum Pembaca KOMPAS] ETAN Urges New Rights Commissioner to Advocate for Justice for East Timorese Victims

2008-07-24 Terurut Topik John Miller
ETAN Congratulates Judge Pillay on Nomination to UN Human Rights Post

Urges Her to Vigorously Advocate for Justice for East Timorese Victims

For Immediate Release

July 24 -- The East Timor and Indonesian Action 
Network (ETAN) today congratulated Navanethem 
Pillay on her  nomination  as UN High Commissioner for Human Rights.

As human rights commissioner, Judge Pillay will 
become the international community's chief 
advocate for human rights and accountability, and 
we expect that she will vigorously continue the 
United Nations’ calls for justice and 
accountability for the many human violations 
committed in Timor-Leste during the Indonesian 
occupation, said John M. Miller, National Coordinator of ETAN.

“We especially urge her to follow-up on the 
recommendations of the UN’s Commission of 
Experts, which called for the creation of an 
international criminal tribunal within six months 
if Indonesia fails “to ensure that accountability 
is secured for those responsible for grave human 
rights violations and human suffering on a 
massive scale….” The COE report was completed in mid-2005.

“A tribunal is long overdue. The recently 
completed joint Indonesia/Timor-Leste Commission 
on Truth and Friendship must not be the last word 
on justice and accountability for the serious 
crimes committed in Timor-Leste during 
Indonesia’s illegal occupation,” Miller added.

Timor-Leste's leaders have often said it is the 
international community's responsibility to work 
for justice for past human rights violations 
committed in their country. Timor-Leste, they 
have said, is too near and economically dependent 
to press its huge neighbor on the issue.

The UN has refused to cooperate with the joint 
Indonesia/Timor-Leste CTF, which recently handed 
over its report to the presidents of the two 
countries. In a statement in response to the hand 
over of the CTF report, UN Secretary-General Ban 
Ki-moon on July 15 “encourage[d] the Governments 
of Indonesia and Timor-Leste to take concrete 
steps to ensure full accountability, to end 
impunity and to provide reparations to victims in 
accordance with international human rights standards.”

Judge Pillay’s nomination requires the approval of the General Assembly.

ETAN was formed in 1991. The U.S.-based 
organization advocates for democracy, justice and 
human rights for Timor-Leste and Indonesia. For 
more information see ETAN's web site: 
http://www.etan.org/http://www.etan.org.



John M. Miller Internet: [EMAIL PROTECTED]
48 Duffield St., Brooklyn, NY 11201 USA
Phone: (718)596-7668   Mobile: (917)690-4391
Skype: john.m.miller



Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Lagu Yang Mistis

2008-07-24 Terurut Topik Sulaeman_H .
bagi saya alinea kedua ini justeru enak didengar tapi dangkal makna. Itu
hanya cerita pengalaman pribadi si pengarang. Apakah seseorang lahir di
Indonesia atau diluar negeri bukan sebuah perkara yang perlu diperdebatkan
apalagi dihubung-hubungkan dengan nasionalisme!
SH


On 7/23/08, Made Papua [EMAIL PROTECTED] wrote:

   Betul, lagu ini memang betul-betul dahsyat. Khususnya di bait ini:
 *
 Di sana tempat lahir beta
 Dibuai dibesarkan bunda
 Tempat berlindung di hari tua
 Tempat akhir menutup mata *

 Langsung ingat ama Ibu, bapak.. dan negeri dimana kita mencari nafkah, cari
 uang bwt keluarga.. tapi nasibnya sekarang seperti ini..

 /MP

 [Non-text portions of this message have been removed]


[Forum Pembaca KOMPAS] Re:Pernikahan Adinda Bakrie Diprotes, Keluarga Emoh Komentar

2008-07-24 Terurut Topik R. H. Uno
PERKAWINAN DI KELUARGA BAKRI
 
Di Indonesia ini, perkawinan itu adalah sesuatu yang sakral. Apakah itu
perkawinan anak tukang rokok, tukang baso atau pedagang maupun anak
Presiden. 
Kalau memang benar Walhi mengaitkan perkawinan dikeluarga Bakrie dengan
kasus Lapindo, kok rasanya kurang pas. Pernikahan anak atau keluarga
petinggi Walhi sekalipun, hatta itu terlaksana dengan donasi luar
negeri, ,juga tidak pantas kalau dikomentari negatif. Mari kita
mendudukkan masalah pada tempatnya.
 
salamsori, Opung


[Non-text portions of this message have been removed]



  1   2   >