Saat ini, Independensi Kompas menuai hasil bagus. Integritas wartawannya 
mungkin belum tertandingi koran lainnya. Dampak positif, banyak iklan dan oplah 
meningkat karena pembaca percaya pada nilai-nilai dan akurasi pemberitaan dari 
Kompas.

Tetapi ada yang sedikit mengganjal rasa ingin tahu saya. Nampaknya sekarang 
Kompas sering melakukan 'sensor diri' yang tidak perlu. Berita seperti monolog 
Butet di KPU yg berisi kritik, sampai sekarang tidak diinformasikan dan digali 
lebih dalam apa isi kritiknya walau cuma sekilas (kecuali isi cerpen di Kompas 
Minggu 21/6-2009). Saat silahturami wartawan dengan Mega di rumah Diponegoro, 
ada pernyataan dari Mega yang menanyakan kabar wartawan Rakyat Merdeka yg 
sering mengkritiknya, tetapi Kompas tidak menyebutkan nama media massa tsb 
walaupun acaranya penuh guyon.

Mungkin Kompas menganggap pembaca sudah menonton melalui TV maupun media 
lainnya sehingga sudah tahu apa yang dimaksud. Sebagai seorang pembaca setia 
Kompas sejak 20 tahun lalu, saya ingin mendapatkan informasi yang lengkap dan 
cermat dari setiap berita, untuk pengetahuan dan menambah wawasan apalagi dari 
koran sekaliber Kompas. Apakah Kompas sedang mengalami budaya sungkan atau 
menganggap berita lengkap tidak terlalu penting untuk pembaca nya dibanding 
kode etik pers?

Saya rindu pada wartawan2 Kompas yang membongkar skandal bank Bali, yang 
mewawancarai Eddy Tansil, yang memuat kebobrokan PSSI saat ini dan yang selalu 
menganut azas 'both-sides coverage'.

Semoga wartawan-wartawan senior Kompas tidak setengah-setengah menurunkan 
ilmunya kepada para yunionya.

Wass,

Liman
--- On Wed, 6/24/09, Agus Hamonangan <agushamonan...@yahoo.co.id> wrote:

From: Agus Hamonangan <agushamonan...@yahoo.co.id>
Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] SBY Apresiasi Independensi "Kompas"
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Date: Wednesday, June 24, 2009, 12:59 AM











    
            
            


      
      http://nasional. kompas.com/ read/xml/ 2009/06/24/ 10455164/ 
sby.apresiasi. independensi. kompas



JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan 
apresiasinya kepada harian Kompas sebagai media yang mampu menjaga 
independensinya dalam setiap pemberitaan yang dimuat. Harian Kompas juga 
dinilai mampu menjalankan perannya di tengah-tengah masyarakat. 



"Saya berharap, sebagai incumbent, harian Kompas dapat selalu menjaga peran, 
posisi, dan jati dirinya. Biar bagaimanapun, media yang lekat di hati 
masyarakat adalah media yang tetap di tengah (netral) dan menjalankan tugasnya 
dengan bertanggung jawab," ujarnya ketika berkunjung ke Kantor Harian Kompas, 
Jakarta, Rabu (24/6). 



Presiden SBY juga meminta harian Kompas untuk tetap mengawal proses demokrasi 
di Indonesia. Menurutnya, Indonesia telah berhasil menjalankan pilpres langsung 
pertama dengan sukses pada 2004. Jika Indonesia berhasil menjalankan pilpres 
2009 dan 2014, Presiden SBY mengatakan, Indonesia mampu menjalankan demokrasi 
yang matang. 



Kemudian, terkait kapasitasnya sebagai calon presiden yang akan maju pada 
Pilpres 2009, SBY mengulang kembali visi-misinya dalam tiga kata, "Continuity 
and change." 



"Program-program yang berhasil dijalankan selama lima tahun ini akan 
dipertahankan. Sementara itu, program-program yang belum baik akan 
ditingkatkan. Keliru jika semboyan 'Lanjutkan!' tidak disertai change dan 
improvement, " ujarnya. 




 

      

    
    
        
         
        
        








        


        
        


      

Kirim email ke