salam, hanya ingin mengingatkan kembali, undangan komunitas salihara besok kamis dan jumat, 11 dan 12 september, ada pemutaran film, buka puasa bersama, dan diskusi. untuk topik diskusi besok kamis, "islam dan seni rupa", untuk lusa, jumat "islam dan film". acara ini terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya.
silakan anda hadir ISLAM DAN SENI RUPA Kamis, 11 September 2008 Pemutaran Film Persepolis, 16.00 WIB Persepolis adalah film animasi karya sutradara Vincent Paronnaud dan Marjane Satrapi. Film yang diangkat dari sebuah novel grafik karya Marjane Satrapi berlatar belakang pergolakan politik di Iran yang berujung Revolusi Islam tahun 1979. Di sana hidup seorang gadis kecil yang sangat cerdas dan pemberani bernama Marjane. Suhu politik yang tak menentu di dalam negerinya, yang dilanjutkan perang dengan negeri jirannya: Irak, membuat kedua orangtuanya khawatir dan mengungsikannya ke Wina, Austria. Ia sempat merasakan kebahagiaan di tempatnya yang baru, walaupun akhirnya ia harus kembali ke Iran karena dilanda kesepian. Mudik ke Iran, ia mendapati aturan baru: perempuan diharuskan memakai jilbab. Diskusi, 19.00 WIB Acep Zamzam Noor (Santri dan Pelukis) Adi Wicaksono (Pengamat Seni Rupa) Doktrin yang melarang perupaan terhadap makhluk-makhluk yang memiliki nyawa – melalui patung dan lukisan – sangat populer sebagai ajaran Islam. Akhirnya kesenian jenis ini seakan raib di masyarakat Islam, bergeser ke arsitektur dan kaligrafi. Namun, apakah seni rupa tidak pernah hidup dalam masyarakat Islam? Bagaimana pergulatan seorang santri yang memilih mewujudkan puncak keseniannya dalam seni rupa? Bagaimana ia mengatasi “hambatan teologis” dan di sini lain ia harus menelusuri tanpa henti dan mencari capaian-capaian seni? Apakah Islam pernah menjadi sumber inspirasi terhadap karya-karya seni rupa? Bila ada yang disebut “seni rupa Islam”, di mana letaknya dalam ranah dunia seni rupa secara umum? ISLAM DAN FILM Jumat, 12 September 2008 Pemutaran Film Le Grand Voyage, 14.00 WIB Film ini mengisahkan seorang anak bernama Reda diminta ayahnya untuk menemani perjalanan naik haji melalui jalur darat dengan mengendarai mobil dari Perancis ke Arab Saudi, mereka harus menempuh jarak 5.000 km. Di sepanjang perjalanan, mereka sering berbeda pendapat, hingga bertengkar. Bagi sang ayah, perjalanan ini merupakan perjalanan spiritual nan agung, sedangkan bagi anaknya, perjalanan ini adalah azab membawa sengsara. Keduanya yang tak pernah bertemu pendapat dipaksa bekerjasama menaklukkan rintangan dalam perjalanan ini, dan yang lebih penting: menaklukkan egoisme yang ada dalam diri mereka masing-masing. Sutradara: Ismael Ferroukhi (2007). Pemutaran Film Cafe Transit, 16.00 WIB Film ini menceritakan perjuangan seorang janda dengan dua anak di Iran. Ia menolak tradisi agar menikah dengan saudara mendiang suaminya. Ia pun memberontak sebagai perempuan Iran yang diwajibkan menaati ajaran agama dan kultur masyarakatnya: menjadi istri yang ruang geraknya hanya di rumah. Untuk memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan kedua anaknya, ia membuka sebuah kafe peninggalan mendiang suaminya. Di kafe ini ia berhadapan dengan aparat keamanan yang menjadi centeng agama dan penguasa. Apa lacur, saudara mendiang suaminya malah bekerja sama dengan aparat itu. Di kafe ini pula ia menyembunyikan seorang pelarian perempuan yang menjadi korban perang di negerinya. Bagaimana perempuan itu menghadapi serbuan yang datang dari segala penjuru? Sutradara: Kambuzia Partovi (2005) Diskusi, 19.00 WIB Nia Dinata (Sutradara Film) Eric Sasono (Kritikus Film dan Pengelola rumahfilm.org) Setelah Reformasi ’98, dunia film Indonesia mengalami peningkatan produksi yang sangat pesat. Namun, film dengan tema agama masih kalah pamor dibandingkan dengan film bertema cinta, anak muda, atau horor. Di tahun ini, film Ayat-Ayat Cinta menjadi fenomena bila dilihat dari sisi penontonnya. Film ini dipandang tidak hanya sebagai fenomena dalam industri film, namun sebuah metode dakwah Islam melalui film. Apakah film ini menunjukkan kecenderungan baru film bertema agama di masa mendatang? Sementara film-film bertema “Perempuan dan Islam” di beberapa negara mengalami perkembangan yang menakjubkan. Film-film itu menceritakan pengalaman perempuan Islam di tengah perjuangannya melawan patriarki, fundamentalisme, dan kekerasan yang sering dikaitkan dengan kultur dan ajaran Islam di negerinya. Film-film produksi Iran adalah contoh dari fenomena ini. Bagaimana citra perempuan dalam film-film itu, dan mengapa ia menjadi tema yang menarik untuk difilmkan? Dan bagaimana dengan film tentang perempuan di Indonesia? Eric Sasono akan membicarakan “Ayat-Ayat Cinta dan Film Islam di Indonesia”, sementara Nia Dinata akan mengulas soal “Islam, Perempuan, dan Sinema”. Untuk keterangan lebih lanjut, sila hubungi Rama Thaharani di 0816-130-8350, www.salihara.org ___________________________________________________________________________ Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di di bidang Anda! Kunjungi Yahoo! Answers saat ini juga di http://id.answers.yahoo.com/ [Non-text portions of this message have been removed]